Anda di halaman 1dari 11

MEMBACA PERMULAAN DENGAN MUDAH

Penulis : Atiratul Jannah (20211510010)

PENDAHULUAN

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa


Sekolah Dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan
menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh
karena itu, guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga
mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan permainan bahasa dalam
pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan karakteristik anak yang masih senang
bermain. Permainan memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif dan sosial
anak. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan
mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan
dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang dan sumber-sumber
belajar tertulis yang lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika
dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam
membaca.

Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala


lingkungan dan sepanjang hidup . Pendidikan diartikan sebagai upaya fasilitatif untuk
menciptakan situasi dimana potensi-potensi dasar dimiliki peserta didik dapat
dikembangkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan mereka, agar dapat menghadapi
tuntutan zaman. Pendidikan juga sangat penting khususnya pada era milenial seperti
sekarang ini, karena pendidikan dapat menunjang perkembangan pada masa dan
zaman berikutnya.

Guru dikenal dengan al mu’allim atau al ustadz dalam bahasa arab, yaitu orang
yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Pendapat klasik mengatakan
bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (hanya menekankan pada satu
sisi). Namun pada dinamika selanjutnya, difinisi guru berkembang secara luas. Guru
disebut sebagai pendidik professional karena guru telah menerima dan memikul
beban dari orang tua untuk turut mendidik anak.

Guru merupakan salah satu orang yang menentukan maju atau tidaknya bangsa
dan peradaban manusia. Guru harus mempunyai kompetensi dalam mendidik
sehingga akan menghasilkan anak didik yang berkualitas. Di tangan guru, seorang
siswa yang awalnya tidak tahu apa-apa bisa menjadi pribadi jenius. Guru lebih
banyak sebagai panutan yang memiliki nilai moral dan agama yang patut ditiru dan
diteladani oleh siswa. Dalam hal ini, guru juga berperan penting dalam mencerdaskan
siswa terutama mengajarkan siswa untuk membaca.

Mengajarkan siswa membaca sejak usia dini sangat perlu dilakukan karena
membaca merupakan salah satu komponen yang sangat penting dari sistem
komunikasi. Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua siswa.
Melalui membaca siswa dapat belajar banyak hal. Kemampuan membaca merupakan
dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika siswa pada usia permulaan tidak
segera memiliki kemampuan membaca, ia akan mengalami banyak kesulitan dalam
mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu,
siswa harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar.

Rendahnya minat membaca masyarakat, erat hubungannya dengan tingkat


pendidikan di negara tersebut. Menurut peraturan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan bahwa budaya kegemaran
membaca dilakukan melalui keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat dengan
kerjasama antara pemerintah dalam upaya peningkatan minat baca, dimana
pemerintah bertindak sebagai penanggungjawab utama dan pustakawan melukan
kinerja yang optimal. Rendahnya budaya membaca pada masyarakat Indonesia,
mengakibatkan kurang berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui minat baca di berbagai


Negara. Dalam penelitian Anjani, dkk (2019:5) dinyatakan bahwa: Program for
International Student Assesment (PISA) menyebutkan tingkat literasi Indonesia pada
tahun 2015 masih berada pada urutan ke 64 dari 72 negara. Dan 2 data terbaru dari
Most Littered Nation In The World yang dilakukan oleh Central Connecticut State
University pada maret 2016, menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan ke 60
dari 61 negara anggota riset. Sedangkan pada data statistik UNESCO 2012
menunjukkan indeks minat baca di Indonesia baru 0,001. Artinya tiap 1.000
penduduk hanya satu orang saja yang mempunyai minat baca. Menurut indeks
pembangunan pendidikan UNESCO ini, Indonesia berada di nomor 69 dari 127
negara.

Tingkatan kelas disekolah dasar dapat dibagi menjadi dua,yaitu kelas rendah
dan kelas tinggi. Kelas rendah terdiri kelas satu,dua,dan tiga sedangkan kelas tinggi
terdiri dari kelas empat,lima dan enam. Di Indonesia, rentang usia siswa SD, yaitu
antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas rendah , yaitu
6 atau 7 sampai 8 atau 9 tahun. Siswa yang berada pada kelompok ini termasuk dalam
rentangan anakusia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek tetapi penting
bagi kehidupansesorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki
anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Berdasarkan uraian diatas, sosok guru sebagai motivator dalam kegiatan belajar
mempunyai peran penting dalam mengatasi kesulitan membaca, agar tujuan dari
proses pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
PEMBAHASAN

Guru merupakan orang yang diserahi tanggung jawab untuk mendidik dan
membimbing dan mengarahkan anak didik agar memilki pengetahuan sekaligus
kepribadian yang mulia. Guru juga sebagai pengganti seorang ibu saat berada
disekolah. Guru juga merupakan satu unsur pendidikan yang berperan dalam
keberhasilan proses pendidikan, mengingat besarnya tugas seorang guru, maka guru
dituntut untuk senantiasa meningkatkan profesi agar dapat memenuhi tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang.

Tugas guru di masa itu sangatlah berat. Karena harus menjalankaan tugas
mengajar, mendidik dan membimbing peserta didik untuk menyongsong masa depan.
Dalam perspektif pendidikan Islam, keberadaan, peranan dan fungsi guru merupakan
keharusan yang tidak bisa diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa “kehadiran” guru.
Guru merupakan penentu arah dan sistematika pembelajaran mulai dari kurikulum,
sarana, bentuk-pola, sampai kepada usaha bagaimana anak didik seharusnya belajar
dengan baik dan benar dalam rangka mengakses diri akan pengetahuan dan nilai-
nilai hidup.

Kesulitan belajar membaca sering didefinisikan sebagai suatu gejala kesulitan


dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat. Menurut Mercer ada
empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca, yaitu berkenaan dengan (1)
kebiasaan membaca, (2) kekeliruan mengenal kata, (3) kekeluruan pemahaman, dan
(4) gejalagejala serbaneka.Anak berkesulitan belajar membaca sering
memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak wajar. Mereka sering
memperlihatkan adanya gerakan-gerakan yang penuh ketegangan seperti
mengernyitkan kening, gelisah, irama dan suara meninggi, atau menggigit bibir.
Siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca mengalami satu atau lebih
kesulitan dalam memproses informasi.
Kesulitan belajar membaca sering didefinisikan sebagai sesuatu gejala kesulitan
dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat. Pada umumnya
“kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-
hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat
lagi untuk mengatasinnya. Kesulitan belajar membaca sering disebut (dyslexia).
Perkataan disleksia berasal dari yunani yang artinya “ kesulitan membaca”. Kesulitan
membaca (disleksia), bisa timbul pada anak-anak yang mempunyai kecerdasan tiggi
atau bawah rata-rata. Oleh karena itu, kesulitan belajar jenis ini tidak tergantung pada
tingkat intelegensinya. Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak memiliki
gangguan sepereti ini.

Para ahli kesehatan jiwa menekankan bahwa hingga saat ini masih belum ada
seorangpun yang mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar. Sebagian
ahli mengemukakan bahwa gangguan belajar disebabkan oleh gangguan. Tetapi
penelitian yang disokongoleh NIMH telah membantu kita untuk menyadari bahwa
penyebab kesulitan belajar itu benar-benar kompleks dan luas. Bukti paling
mutakhirmemperlihatkan bahwa sebagian besar ketrelambatan belajar tidak hanya
berkaitan dengan otak tertentu, tetapi kesulitan dalam menyalurkan berbagai
informasi yang datang dari berbagai ilmu otak secara bersamaan.

Maka dari itu, sebagai orang tua ataupun guru sebaiknya tidak membandingkan
anak-anak berkesulitan belajar dengan yang lain, hal ini dapat membuat anak tersebut
juga orang tua sendiri memjadi stres. Jangan pula memberikan latihan atau tugas yang
berat-berat, mulailah dari menulis yang singkat atau pendek saja. Anak dengan
disleksia bukan berarti tidak pandai. Mereka hanya tidak bisa menulis dengan baik
dalam kertas ( buku ). Oleh karena itu, tidak ada salahnya mengganti dengan media
lain seperti notebook, komputer, mesin ketik, dan sebagainya.

Sebagai orang tua maupun guru jangan pernah meyepelekan anak dengan
kesulitan belajar. Hal ini dapat membuat mereka merasa rendah diri dan frustasi. Ada
baiknya anda memberikan pujian yang wajar atas usaha yang dilakukannya dalam
belajar. Hal ini akan memacu semangatnya untuk belajar dan terus berusaha. Berilah
anak latihan menulis secara berkala dimulai dari tingkat kesulitan yang rendah hingga
akhirnya dapat menulis dengan baik. Guru bisa memberi tugas yang membuatnya
menarik untuk melakukan. Untuk menghindari kejenuhan, Guru bisa memintanya
untuk membuat gambar di setiap paragraf dalam tulisannya.
KESIMPULAN

Untuk mengatasi masalah rendahnya minat baca, yang memiliki peran penting
adalah orang tua, selain orang tua lingkungan keluarga juga sangat menentukan
dalam menumbuhkan minat baca putra putrinya dengan memberikan hadiah berupa
buku-buku bacaan pada hari –hari yang bersejarah bagi anak seperti memberikan
buku cerita untuk kado kado ulang tahun, kemudian menemani anakanaknya
membaca buku atau membacakan dongeng kepada anak-anak. Dukungan guru juga
sangat dibutuhkan, dalam meningkatkan minat baca. Upaya yang dapat dilakukan
oleh guru antara lain menyiapkan pojok baca dan mengganti buku-buku setiap saat
sehingga anak merasa tertarik untuk membaca. Membaca merupakan proses pelibatan
seluruh aktivitas dan kemampuan berpikir siswa dalam memahami dan mereproduksi
sebuah wacana tertulis (Abidin, dkk, 2017: 172).

Upaya yang dilakukan untuk penguatan literasi membaca pada siswa kelas
adalah berusaha meningkatkan sarana dan prasarana pendukung literasi membaca
yang berupa perpustakaan dengan berbagai variasi buku yang lengkap sehingga siswa
tertarik untuk membaca buku yang baru setiap hari dan Sharing bahan bacaan dengan
teman sejawat.

Selain itu perlu adanya penerapan program pemerintah Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan disekolah yaitu, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk
mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran (Kemendikbud, 2016) GLS
adalah gerakan yang melibatkan semua 3 warga sekolah (guru, peserta didik,
orangtua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari penyelenggara pendidikan.
Program ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik dalam
meningkatkan keterampilan membaca, agar pengetahuan dikuasai secara lebih baik.
Muatan GLS berisi tentang nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional,
dan global yang disampaikan sesuai dengan jenjang pendidikan siswa. Program GLS
ini tidak hanya ditujukan untuk siswa. Program ini juga menuntut guru menjadi
teladan dalam membaca.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. Dkk. 2017. Pembelajaran Literasi. Jakarta. Bumi Aksara.

Anjani, Sri. 2019. Pengaruh Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat
Baca Dan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Gugus II
Kuta Utara. E-Jurnal Pendasi: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia. Volume
3 No 2.

Faradina, Nindya. 2017. Pengaruh Program Gerakan Literasi Sekolah Terhadap


Minat Baca Siswa di SD Islam Terpadu Muhammadiyah An-Najah Jatinom
Klaten. Jurnal Hanata Widya.

Kemendikbud. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktoral


Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

Latifah Husien. Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta:PT Pustaka


Baru Press, 2016.

Martini Jamaris. Kesulitan Belajar Perspektif, Asesment dan penanggulangannya.


Jakarta: Rineka Cipta,2007.

Mansyur, A. R. (2022). Wawasan Kepemimpinan Guru (Teacher Leadership) dan


Konsep Guru Penggerak. Education and Learning Journal, 2(2), 101-109.

Mulyadi. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar


Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.

Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Mulyono Abdurrahman. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta, 2009.
Subini Nini. Mengatasi Kesulitan Belajar pada Anak. Yogyakarta: Javalitera, 2011.

Anda mungkin juga menyukai