Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan
judul “Analisis Perbedaan Minat Baca siswa IPA dan IPS” guna memenuhi tugas Bahasa
Indonesia.
Mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulisan,
proposal ini tidak luput dari kekurangan dan belum sempurna, namun penulis berharap
semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi semua pihak yang
berkenan memanfaatkannya.
DAFTAR ISI
Bab I : Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian

Bab II : Pembahasan

2.1. Pegertian Membaca

2.2. Pengertian Minat

2.3. Pengertian Minat Baca

2.4. Siswa IPA dan IPS

2.5. Perbedaan Minat Baca Siswa IPA dan IPS

2.6. Pengaruh Minat Baca

2.7. Hipotesis

Bab III : Metodologi Penelitian

3.1. Metode Penelitian

3.2. Populasi dan Sampel

3.3. Waktu dan Tempat

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.5. Instrumen Penelitian

3.6. Teknik Analisis Data

Bab IV : Pembahasan

4.1. Perbedaan Minat Baca

4.2. Perbedaan Pola Belajar

Bab V : Penutup

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Membaca adalah aktivitas memahami, menafsirkan, mengingat, lalu yang
terakhir adalah menuliskan kembali berdasarkan analisis pikiran kita sendiri. Selain
itu membaca dapat diartikan juga semacam kreasi berfikir, membaca bukan sekedar
melafalkan huruf, kata dan serangkaian kalimat, tetapi juga sebuah aplikasi yang
akan membawa pikiran kita menjadi kritis.
Kita sering mendengar istilah”Membaca dapat membuka jendela dunia”, ini
berarti dengan membaca kita dapat menjelajah dunia secara tidak langsung dan
menambah wawasan kita. Terutama di era glibalisasi ini, berbagai jenis bacaan yang
tentunya akan sangat bermanfaat bagi seluruh kalangan. Manfaat lain yang akan kita
dapat dengan membaca ialah bahwa dengan membaca kita akan terhindar dari
kebodohan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah siswa IPA dan IPS memilki perbedaan dalam membaca?
2. Seberapa besar minat baca siswa IPA dan IPS?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan minat membaca antara IPA dan IPS
2. Untuk mengetahui seberapa siswa membaca dalam sehari
1.4. Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan minat baca siswa IPA dan IPS
2. Dapat mengetahui pola belajar siswa melaui minat baca
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Membaca
Membaca adalah proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pesan.
Pean tersebut dapat berupa media kata – kata. Proses tersebut menuntut agar
kelompok kata dapat diketahui maknanya. Jika hal ini taidak terpenuhi, pesan tidak
dapat dipahami. Oleh karena itu, proses membaca tidak dapat terlaksana. Jadi, kita
harus dapat memahami apa yang telah dibaca.
Dari segi linguistik, mebaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi. Sebuah aspek pembacaan sandi adalh menghubungkan kata –
kata tulis dangan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan
menjadi bunyi yang bermakna (Anderson 1972:209-210).
Membaca bertujuan untuk mencari informasi dan memahami makna bacaan.
Membaca juga memiliki beberapa manfaat antara lain; merangsang sel – sel otak,
menumbuhkan daya cipta, meningkatkan perbendaharaan kata, membantu
mengekspresikan pemikiran, terhindar dari kegiatan yang tidak berguna.
2.2. Pengertian Minat
Secara umum, pengertian minat ini merupakan perhatian yang mengandung
unsur-unsur perasaan. Minat ini merupakan dorongan atau keinginan dalam diri
seseorang pada objek tertentu. Contohnya seperti, minat terhadap pelajaran,
olahraga, atau juga hobi. Minat memiliki sifat pribadi (individual). Artinya, tiap-tiap
orang memiliki minat yang dapat saja berbeda dengan minat orang lain. Minat
tersebut berhubungan erat dengan motivasi seseorang, sesuatu yang dipelajari. dan
juga dapat berubah-ubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, serta juga mode
yang sedang trend, bukan bawaan sejak lahir. Faktor yang mempengaruhi
munculnya minat seseorang tergantung pada kebutuhan fisik, sosial, emosi, dan
juga pengalaman. Minat diawali oleh perasaaan senang dan juga sikap positif.
Dari pengertian minat di atas dapat disimpulan bahwa minat ini bukanlah
sesuatu yang statis atau juga berhenti, tetapi dinamis dan juga mengalami pasang
surut. Minat tersebut juga bukan bawaan lahir, tetapi sesuatu yang dapat dipelajari.
Artinya, sesuatu yang sebelumnya tidak diminati, itu dapat berubah menjadi sesuatu
yang diminati karena adanya masukan-masukan tertentu atau juga wawasan baru
serta juga pola pemikiran yang baru.
https://pendidikan.co.id/pengertian-minat-karakteristik-dan-contohnya-menurut-
para-ahli/
2.3. Pengertian Minat Baca
Liliawati (Sandjaja, 2005)mengartikan minat membaca adalah suatu
perhatian yang kuat dan memdalam disertai dengan perasaan senang tarhadap
kegiaan membaca sehingga dapat mengarakan seseorang untuk membaca dengan
kemauannya sendiri.
Sinambela (sandjaja,2005) mengartikan minat membaca sebagai sikap
positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri terhadap aktivitas membaca dan
tertarik terhadap buku bacaan.
Ginting (2005) mendefinisikan minat membaca adalah bentuk-bentuk
prilaku yang terarah guna melakukan kegiatan membaca sebagai tingkat kesenangan
yang kuat dalam melakukan kegiatan membaca karena menyenangkan dan
memberikan nilai.
Cole (1963), Eliot dkk, (2000), Sugiarto. mengartikan Minat membaca
merupakan karakteristik tetap dari proses pembelajaran sepanjang hayat (life-long
learning) yang berkontribusi pada perkembangan, seperti memecahkan persoalan,
memahami karakter orang lain, meenimbulkan rasa aman, hubungan interpersonal
yang baik serta penghargaan yang bertambah terhadap aktivitas keseharian.
Dari berbagai definisi minat membaca diatas dapat disimpulkan, bahwa
minat membaca merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan
cenderung menetap dalam rangka membangun pola komunikasi dengan diri sendiri
agar pembaca dapa menemukan makna tulisan dan memperoleh infomasi sebagai
proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran
sepanjang hayat.
https://pendidikan.co.id/pengertian-minat-karakteristik-dan-contohnya-menurut-
para-ahli/

2.4. Siswa IPA Dan Siswa IPS


Setiap tahun, para siswa Sekolah Menengah Atas menghadapi dilema yang
berpotensi membentuk landasan akademis dan karier mereka. Dilema itu adalah
pilihan antara jurusan IPA dan IPS. Banyak siswa yang bingung dalam memilih
penjurusan di SMA. Namun, dilema yang muncul seringkali bukan hanya sekadar
pilihan jurusan IPA atau IPS, tapi juga dilema menuruti perintah atau arahan
guru/orang tua/wali akan jurusan yang harus dipilih.
Orang tua/wali/guru sering mengarahkan, bahkan memaksa anak/siswa
untuk memilih jurusan tertentu, terutama IPA. Pada akhirnya, keputusan untuk
memilih jurusan IPA atau IPS malah tidak berada di tangan para siswa sendiri.
Pernahkah anda melihat hal ini di sekitar anda? Atau bahkan mungkin anda sendiri
mengarahkan anak atau siswa anda untuk memilih jurusan tertentu? Mengapa
demikian? Berikut ini beberapa alasan yang sering muncul di benak banyak orang:
Siswa jurusan IPA dianggap lebih pintar. Salah satu alasan yang paling
umum ditemui pada orang yang menganakemaskan jurusan IPA. Mereka
menganggap bahwa para pelajar yang berhasil memenuhi persyaratan (nilai mata
pelajaran) IPA lebih pintar ketimbang pelajar yang masuk jurusan IPS. Pertama,
pintar yang dimaksud ini dalam standar apa? Apakah diukur dari IQ? Atau sekadar
karena anggapan mata pelajaran IPA lebih “sulit”, sehingga yang bisa mendapatkan
nilai baik di dalam lingkup tersebut lebih pintar? Kecerdasan seorang individu tidak
dapat disederhanakan menjadi label semata. Oleh karena itu, sebaiknya pilihan
jurusan di tingkat SMA juga tidak disimplifikasi menjadi indikator kecerdasan
seorang individu pula.
Jurusan IPA lebih prestisius. Berhubungan dengan alasan pertama tadi,
banyak orang yang beranggapan bahwa jurusan IPA lebih prestisius ketimbang IPS.
Hal ini terjadi karena adanya anggapan di masyarakat bahwa profesi-profesi yang
memerlukan porsi pengetahuan cabang-cabang ilmu IPA seperti dokter, insinyur,
dll. lebih memiliki citra yang “keren” ketimbang profesi lain. Profesi-profesi yang
berhubungan erat dengan bidang Humaniora terkadang dianggap inferior. Bahkan,
ada juga yang menganggap bahwa profesi-profesi lulusan bidang Ilmu Alam akan
berpenghasilan lebih tinggi dan memiliki keamanan karier yang lebih baik. Padahal
belum tentu.
Jurusan IPA lebih memiliki banyak pilihan ketika kuliah. Ketika para siswa
SMA lulus dan ingin lanjut ke perguruan tinggi (kuliah), mereka yang lulus dari
jurusan IPA dianggap lebih memiliki banyak pilihan ketimbang lulusan jurusan IPS.
Lulusan IPA boleh mengambil jurusan kuliah bidang IPS, sedangkat sebaliknya
tidak. Ini merupakan salah kaprah yang sangat umum. Pada dasarnya, sebagian
besar universitas tidak hanya melihat potensi akademis calon mahasiswa dari nilai
ujian atau rapor SMA saja, tapi juga mempertimbangkan hasil tes masuk. Meski
memerlukan usaha yang lebih giat karena basis ilmu alam yang lebih minim,
lulusan IPS juga sebenarnya bisa mengambil jurusan-jurusan bidang IPA.
Jurusan IPA mencetak siswa yang bernalar lebih tinggi. Ini juga masih
berkaitan dengan alasan pertama. Banyak orang yang beranggapan bahwa siswa
yang lulus dari jurusan IPA memiliki kemampuan nalar yang lebih tinggi ketimbang
jurusan IPS. Alasan ini dianggap lumrah oleh kebanyakan orang karena jurusan IPA
mempelajari ilmu-ilmu alam yang bersifat pasti (eksakta). Padahal, kemampuan
nalar tidak ditentukan dari bidang-bidang mata pelajaran yang dipelajari. Setiap
bidang ilmu memiliki standar logika sendiri yang dapat memberi kontribusi bagi
kemampuan bernalar seorang individu.
IPA untuk yang mahir berhitung, IPS untuk yang mahir menghafal. Ini juga
alasan yang sangat klise. Banyak orang beranggapan bahwa jika seorang siswa lebih
mahir dalam kemampuan berhitung, maka ia lebih cocok masuk jurusan IPA
ketimbang IPS. Begitu pula bagi siswa yang lebih mahir dalam menghafal, biasanya
lebih diarahkan ke jurusan IPS. Padahal, baik jurusan IPA maupun IPS
membutuhkan berbagai kemampuan yang tidak dapat disimplifikasi menjadi
kemampuan berhitung atau menghafal semata. Lagipula, pelajaran Biologi, Fisika,
dan Kimia dalam ranah IPA juga tetap memerlukan kemampuan menghafal. Dalam
jurusan IPS pun ada mata pelajaran Ekonomi, Akuntansi, serta Geografi yang juga
memerlukan kemampuan berhitung. Jadi, anggapan ini seharusnya sudah tidak
muncul lagi.

Sayangnya, alasan-alasan tersebut tidak hanya muncul di benak para orang


tua/wali/guru, tetapi dapat juga tertanam di pemikiran paras siswa sendiri.
Lalu jurusan mana yang lebih baik? Jawabannya tidak ada. Pertama,
sebenarnya pengkategorian jurusan IPA atau IPS di tingkat SMA sendiri masih
perlu dikaji kembali. Apakah lulusan IPA berarti secara otomatis kurang menguasai
cabang-cabang ilmu sosial? Bagaimana dengan lulusan IPS? Apa berarti mereka
kurang menguasai cabang-cabang ilmu alam? Tidak juga. Meski sistem seperti ini
dapat memudahkan para siswa dalam spesialisasi ranah ilmu yang mereka minati,
pada kenyataannya malah sistem ini menciptakan sekat-sekat yang analogis dengan
strata sosial.
Kedua, ketimbang merepotkan banyak pihak dengan pertimbangan-
pertimbangan trivial seperti alasan-alasan yang saya sebutkan di atas, lebih baik
orang tua/wali/guru mengarahkan dan memfasilitasi anak/siswa ke pilihan karier
dan peminatan yang mereka inginkan. Beri mereka informasi akan berbagai profesi
yang ada, ketimbang memaksa mereka untuk memilih jurusan yang mereka minati.
Lalu bagaimana jika orang tua/wali/guru tidak terlalu paham akan berbagai profesi?
Di era informasi seperti sekarang ini tidak sulit untuk mengakses informasi. Dalam
hitungan detik saja, anda bisa mendapatkan informasi semudah menggerakkan jari.
Jadi, alasan kuno seperti ini sudah sangat mudah untuk diatasi.
Ketiga, buang jauh-jauh pertimbangan akan prestise. Jika anda hanya
mempertimbangkan prestise dalam mengarahkan anak/siswa dalam memilih
jurusan, maka sebaiknya anda pikir kembali. Anak/siswa bukan merupakan trofi
yang dapat dipamerkan sebagai hasil “kesuksesan” anda. Mereka juga punya minat
sendiri yang seharusnya didukung. Apabila kebetulan minat mereka sesuai dengan
“ekspektasi” anda sebagai orang tua/wali/siswa, bagus. Namun bagaimana jika
mereka tidak memiliki minat sama sekali terhadap jurusan yang dipilihkan? Jika
terus menerus dipaksa, maka bisa berdampak terhadap keberlangsungan karier
mereka di masa depan, bahkan bisa juga memberi dampak terhadap kesehatan
mental mereka.
Berapa banyak siswa lulusan jurusan IPA yang akhirnya menempuh jurusan
Akuntansi, Bisnis, serta Manajemen di perguruan tinggi? Dari awal, mereka masuk
jurusan IPA di SMA hanya karena pilihan orang tua/wali/guru, bahkan bisa jadi
mereka memilih sendiri karena alasan prestise yang mereka adopsi dari anggapan
umum. Padahal, mereka belum paham peminatan yang ingin mereka dalami.
Akses terhadap pendidikan adalah hak setiap individu. Dalam kasus ini,
setiap siswa sebagai individu memiliki hak untuk menentukan jurusan yang ia
minati. Hindari arogansi yang menganggap bahwa “orang tua tahu yang terbaik bagi
anaknya”. Memang, orang tua (dan figur lain dengan peran serupa) yang baik pasti
menginginkan yang terbaik pula bagi anaknya. Namun, adjektiva “terbaik” ini
sebaiknya berorientasi kepada kebutuhan sang anak, bukan orang tua.
Jadi, sebagai figur otoritas bagi para remaja yang sedang bergelut
menghadapi perubahan biologis dan psikis, ada baiknya anda menyiapkan diri untuk
menjadi sosok yang membimbing, bukan memaksa. Ketika anda sanggup
melibatkan anak/siswa dalam proses pengambilan keputusan, seperti keputusan
pemilihan jurusan IPA/IPS ini, anda selangkah lebih maju dalam proses
pendewasaan anak/siswa tersebut sebagai seorang individu. Lagipula, akan jauh
lebih membanggakan ketika anda bisa mendobrak segala stigma dan berkata “Anak
saya masuk jurusan X karena ia ingin berkarier di bidang X” ketimbang sekadar
mengucapkan “Anak saya masuk jurusan IPA”.
https://zeniuseducation.com/dikotomi-jurusan-sma-ipa-ips/

2.5. Perbedaan Minat Baca Siswa IPA Dan IPS


Banyak yang berpendapat bahwa jurusan IPA lebih rajin, lebih unggul
daripada jurusan IPS. Apakah benar demikian? Tidak satupun dari siswa IPA dan
IPS yang beranggapan bahwa membaca itu tidak penting dan hanya menghabiskan
waktu saja,walaupun tidak semuanya beranggapan seperti itu. Siswa IPS juga suka
membaca walaupun pada umumnya tidak sebanyak siswa IPAdan juga jenis bacaan
siswa IPS umumnya mereka lebih tertarik dengan novel, komik, dsb. Dan yang
membuat prihatin adalah mereka kurang tertarik dengan buku – buku pelajaran
padahal mereka dituntut untuk menguasai atau memahami materi yang sumbernya
banyak berasal dari buku pelajaran. Tapi, apakah siswa IPA lebih banyak membaca
buku pelajaran daripada siswa IPS?. Oleh karena itu kami akan melakukan
penelitian tentang perbedaan minat baca siswa IPA dengan IPS kelas XI di SMAN3
Kota Bengkulu untuk membuktikan apakah pendapat tersebut benar adanya atau
tidak.
2.6. Pengaruh Minat Baca
Sebagaimana kita semua ketahui membaca memliki banyak manfaat apalagi
untuk para siswa/siswi yang masih bersekolah. Dengan membaca siswa akan
melatih kemampuan berpikir lewat proses menangkap gagasan, memahami,
mengimajinasikan, dan mengekspresikannya. Siswa yang sering membaca tentu saja
akan lebih mudah menangkap atau memahami materi yang disampaikan oleh
gurunya yang tentunya membuatnya lebih fokus dengan gurunya. Dari segi prestasi
belajar siswa yang rajin membaca tentu lebih unggul karena mereka lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk membaca.
2.7. Hipotesis
Berdasarkan teori di atas, untuk menguji penelitian ini dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut:
H1 = Terdapat perbedaan pengaruh minat baca siswa terhadap prestasi belajar
siswa/siswi kelas XI IPA dan IPS di SMAN 3 Kota Bengkulu Tahun Ajaran
2019/2020.
H0 = Tidak terdapat perbedaan pengaruh minat baca siswa terhadap prestasi
belajar siswa/siswi kelas XI IPA dan IPS di SMAN 3 Kota Bengkulu Tahun Ajaran
2019/2020.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penetitian
deskriptif kualitatif karena peneliti ingin menggambarkan atau memaparkan fakta –
fakta yang ada di lapangan tentang anak – anak kelas 11 IPA dan IPS SMA N 3
Kota Bengkulu dalam minat baca mereka baik buku fiksi maupun nonfiksi.
Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau
melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Tujuannya adalah untuk menghasilkan gambaran yang akurat
tentang objek yang akan diteliti.
3.2. Populasi dan Sampel
Sebagai popolasi peneliti akan menggunakan seluruh anak kelas 11 IPA dan
IPS yang jumlah totalnya ± 350 siswa/siwsi. Dan sebagai sampel peneliti akan
mengambil dari setiap kelas sebanyak 5 orang atau yang totanya 50 siswa/siswi.
3.3. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilakukan di SMA N 3 Kota Bengkulu. Waktunya yaitu
pada saat pulang sekolah atau jam 15.00.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. menurut
Sugiyono (2007:209) bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, angket dan
dokumentasi. Namun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan
oleh peneliti adalah dengan melalui tiga metode, yaitu:
a. Observasi
Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek penelitian, sehingga
peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan bersifat
non-partisipatif, yaitu peneliti berada diluar sistem yang diamati.
b. Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2007:211), mendefinisikan wawancara sebagai
pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tersebut. Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi. Dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk diajukan, dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena itu jenis jenis
wawancara yang digunakan oleh peneliti termasuk kedalam jenis wawancara
terstruktur.
3.5. Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto (2002: 136), menyatakan bahwa instrumen penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan teknik
pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen penelitian ini menggunakan
panduan wawancara dan panduan dokumentasi.

No Pertanyaan Ya Tidak
.
1 Apakah kamu sering membaca
2 Apakah membaca itu membosankan?
3 Saya selalu membaca buku jika ada jam kosong
4 Saya lebih tertarik untuk membaca buku komik atau
novel daripada buku pelajaran
5 Saya hanya membaca buku jika ada tugas atau ulangan
6 Saya selalu mengulangi materi yang diberikan dengan
membaca buku pelajaran di rumah
7 Saya memiliki koleksi buku bacaan di rumah
8 Apakah perpustakaan tempat yang nyaman untuk
membaca?
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data ialah metode atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi, sehingga karakteristik data tersebut menjadi lebih mudah untuk dipahami
dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, khususnya
permasalahan dalam sebuah penelitian. Tujuan dilakukannya analisis data yaitu
untuk mendeskripsikan data sehingga dapat di pahami, kemudian untuk membuat
kesimpulan atau menarik kesimpulan mengenai karakteristik populasi berdasarkan
data yang diperoleh dari sampel, biasanya ini dibuat berdasarkan pendugaan dan
pengujian hipotesis. Itulah penjelasan mengenai analisis data semoga dapat
dipahami.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik analisis data yaitu
penskoran data dan tabulasi agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
1. Penskoran Data
Penskoran data adalah proses pengubahan jawaban dari angket/soal
yang telah diberikan ke dalam bentuk angka.
2. Tabulasi Data
Tabulasi adalah penyusuna data ke dalam bentuk tabel. Tuuannya
agar data mudah disusun, dijumlah, dan juga dalam proses analisisnya nanti.
Dalam arti lain tabulasi data adalah proses pembuatan tabel yang berisikan
data yang sudah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian Perbedaan Minat Baca
Jadi, setelah kami melakukan penelitian tentang perbedaan minat baca antara siswa
IPA dan IPS kami telah mendapat perbedaan yang tidak terlalu jauh. Baik siswa IPA
maupun IPS keduanya sama - sama membaca walaupun intensitanya tidak sama. Siswa
IPS ternyata tidak seburuk yang selama ini kita nilai. Namun, presentase siswa IPS yang
gemar membaca memang lebih sedikit daripada yang membacanya hanya kadang -
kadang dan bukan rutinitas.
Kemudian jenis bacaan yang digemari siswa/i IPS adalah novel, dan yang membuat
prihatin adalh mereka kurang suka membaca buku – buku pelajaran. Padahal mereka
dituntut untuk memahani pelajaran yang sumbernya banyak berasal dari buku pelajaran.
Siswa IPS yang merasa bahwa membaca itu tidak terlalu penting menyatakan bahwa
mereka membaca hanya tergantung dengan mood mereka, jika sedang tidak ingin
membaca mereka tidak membaca, begitu pula sebaliknya. Meskipun demikian, hal ini
cukup melegakan karena mereka masih memiliki minat membaca. Setidaknya mereka
akan medapat wawasan dari buku yang mereka baca.
Sementara itu, presentase membaca siswa IPA ternyata jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa IPS. Sama halnya dengan siswa IPS, siswa IPA tidak ada
yang tidak suka membaca. Setiap siswa IPA memiliki jumlah ragam bacaan yang lebih
beragam dari siwa IPS.

4.2. Perbedaan Pola Belajar


Lantas bagaimanakah pengaruh minat baca terhadap prestasi belajar siswa-siswi kelas
XI IPA ? Ternyata minat baca sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka.
Mereka jadi terbantu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dibahas dalam
diskusi kelas, menambah pengetahuan dan membuat mereka semakin menguasai
pelajaran-pelajaran di sekolah serta memberikan hiburan tersendiri bagi mereka para
pembaca. Prestasi yang mereka dapat pun ternyata di atas rata-rata. Ini semakin jelas
menunjukkan bahwa minat baca memang berpengaruh terhadap prestasi belajar
seseorang. Bukan hanya dalam prestasi, tapi dalam bersosialisasi pun akan sangat
membantu. Dan setelah diteliti, ternyata dibandingkan dengan siswa IPS, siswa IPA
lebih banyak terjun ke dalam organisasi-organisasi intern seperti OSIS maupun
ekstrakulikuler. Mereka sangat aktif berorganisasi untuk menggali kemampuan masing-
masing, menambah pengalaman, serta memperluas pergaulan. Siswa seperti ini tentunya
jalan pikirannya akan terbuka lebih luas yang akan bermanfaat di masa depan. Namun
bukan berarti siswa IPS kalah. Siswa IPS pun punya caranya sendiri untuk menambah
wawasan mereka masing-masing, karena zaman sekarang ilmu bisa didapat di mana
saja.
BAB V
PENUTUP
3.7. Kesimpulan
Kesimpulan yang kami ambil dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Minat baca siswa kelas XI IPA lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
kelas XI IPS.
2. Siswa IPA membaca bacaan yang lebih bervariasi terutama bacaan berilmu
pengetahuan. Sedangkan siswa IPS cenderung membaca bacaan yang
bersifat menghibur.
3. Siswa IPA dan IPS menyatakan bahwa membaca sangatlah penting.
4. Manfaat dari membaca sangat banyak, di antaranya :
5. Membawa pikiran kita menjadi lebih kritis.
6. Menambah pengetahuan serta wawasan.
7. Memberikan informasi-informasi mengenai segala hal.
8. Membuat fasih dalam bertutur kata.
9. Menambah kosakata.
10. Merubah pola pikir menjadi lebih baik.
11. Mengoptimalkan kecerdasan intelektual.
12. Membantu siswa memahami dan menguasai materi pelajaran di sekolah.
13. Mengisi waktu luang dengan hal yang bermanfaat.
14. Mempengaruhi prestasi belajar menjadi lebih baik.
3.8. Saran
Saran dari kami sebaiknya pihak sekolah atau guru – guru yang
bersangkutan untuk menyuruh masing – masing siswa untuk membawa buku dari
rumah. Dan setiap sebelum memulai pelajaran siswa diharuskan untuk membaca
buku yang mereka bawa selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk kembali
menumbuhkan minat baca para siswa di SMA Negeri 3 Kota Bengkulu yang saat
ini sudah sangat memprihatinkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://aroxx.blogspot.com/2013/02/pengertian-minat-baca-menurut-para-ahli.html
https://pendidikan.co.id/pengertian-minat-karakteristik-dan-contohnya-menurut-para-ahli/
https://zeniuseducation.com/dikotomi-jurusan-sma-ipa-ips/

Anda mungkin juga menyukai