Anda di halaman 1dari 10

TEKS ANEKDOT

TEKS ANEKDOT

• Tujuan Pembelajaran Pertemuan 1


1. Disediakan teks anekdot, peserta didik dapat mengidentifikasi isi teks anekdot yang berisikan
peristiwa/sosok yang berkaitan dengan kepentingan publik secara mandiri dengan rasa ingin
tahu, tangguh, serta tanggung jawab.
• Indikator Pembelajaran Pertemuan 1
1. Mendata tentang pokok-pokok teks anekdot: peristiwa/sosok yang berkaitan dengan
kepentingan publik
2. Mengidentifikasi tentang isi teks anekdot: peristiwa/sosok yang berkaitan dengan kepentingan
publik
TEKS ANEKDOT

• Kata anekdot berasal dari kata bahasa Yunani yakni anekdota, yang berarti
memoar yang tak diterbitkan atau kisah rahasia.
• Pengertian anekdot adalah cerita singkat yang menarik & mengesankan,
biasanya mengenai orang penting atau terkenal biasanya menyampaikan
kritikan atau sindiran melalui unsur humor di dalamnya. Teks anekdot
ditulis dapat berupa fakta dan imajinasi si penulis.
• Teks anekdot tidak bisa disamakan dengan teks lelucon atau teks humor
walaupun terdapat unsur humor untuk menghibur.
Terdapat dua orang dari partai politik, sebut saja namanya ialah danu dan zaky yang mempunyai niat
yang sama dengan maksud untuk mencalonkan dirinya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah. Setelah selesai memberikan berkas-berkas pencalonannya ke KPU di wilayah masing-masing,
Danu dan zaky ngobrol sekaligus meminum kopi di sebuah kantin. Mereka terikat
kedalamsebuah percakapan yang sangat seru.
Danu: “Zak, kamu tau kan di Negara kita sudah terdapat banyak politis-politis yang kaya raya?!”
Zaky: “emm, masalah itu aku juga udah tau, Dan!”
Danu: “dengan kekayaan yang mereka miliki, mereka semua sanggup untuk membeli baju yang
termahal di Indonesia.”
Zaky: “Lho, maksud kamu apa ya?”
Danu: “Ya, apalagi kalo bukan baju tahanan KPK.”
Zaky: “Kok malah kaos tahanan KPK si dan, aku gak faham?”
Danu: “Yaiyalah, coba aja deh kamu pikir zak, seorang politis terlebih dahulu harus bisa mengambil
uang Negara minimal 1 miliyar baru mereka semua bisa menggunakan kaos tersebut.”
Wahyu: “Ohh, aku baru faham kalau maksud kamu seperti itu dan.”
Kemudian mereka memesan kopi untuk yang kedua kalinya dan mengingat masa lalu mereka yang
sudah pernah mengenakan kaos termahal KPK itu.
KARIR PENGEMIS
Andi baru saja pulang dari kantornya hendak menuju rumah. Di tengah perjalanan menuju rumah ia
melihat ada pengemis tua yang duduk di pinggiran jalan sambil meminta-minta belas kasihan. Andi pun
mendekat lalu memberikan sedikit uangnya kepada pengemis tersebut dengan wajah penuh rasa
simpati.
“Terima kasih ya nak.” Kata pengemis.
“Iya pak. Kalau boleh tahu sudah berapa lama bapak kerja begini? Apa tidak capek satu harian duduk di
terik panas matahari sampai petang?” si Andi mulai mengrabkan diri.
“Tidak. Maklumlah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, nak.”
“Oalah pak. Memangnya bapak banyak tanggungan ya?”
“Tidak terlalu sih, hanya untuk biaya istri dan si bungsu kami.”
“Anak bapak memangnya berapa?” si Andi semakin penasaran dan simpati.
“Anak saya ada 5, satu ada di UI, satu lagi di ITB, satu di Freeport, satu di Trisakti. Si bungsu sendiri di
rumah dengan istri saya.”
Waw, si Andi pun menatap takjub. Membayangkan hanya dari mengemis bapak itu memiliki anak yang
sukses,”Mereka kuliah atau kerja di sana, Pak? Wah bapak hebat. Anak-anaknya membanggakan.”
“Kamu bisa saja nak. Mereka juga kerja. Seperti saya mengemis.”
Mendadak Andi mendapat serangan jantung.
Suatu hari, si Abu si pemuda yang selalu penasaran akan semua hal datang ke
rumah sakit. Ia hendak memeriksakan diri yang rutin dilakukan setiap bulannya.
Setelah lama menunggu antrian, dengan wajah datar menahan diri si Abu masuk
ke dalam ruangan. Dokter pun mulai memeriksakan dirinya dari tekanan darah,
nadi, sampai mata. Lalu si Abu dengan senyuman sinis berbicar ke dokter.
Abu :“Jadi dokter itu enak ya, dok.”
Dokter :“Kenapa begitu, Pak?”
Abu :“Iya dong. Dalam agama kan yang menyembuhkan kita adalah
Tuhan, tapi yang menerima bayaran adalah dokter.”
Dokter :“Saya sih tidak memaksakan ya Pak.Tapi kalau hati Bapak mau
langsung menemui Tuhan ya silahkan.”
Lantas bibir si Abu pun mengerucut malu.

Anda mungkin juga menyukai