Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“HAKIKAT BELAJAR ANAK USIA DINI”

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah

Sains Untuk AUD


Dosen Pengampu : Yusdiana, M.Pd

Di Susun Oleh Kelompok : 7


DEDE MAELANI E4322320099

LISNAWATI E4322320072

PROGRAM STUDI PG-PAUD


STKIP SETIA BUDHI RANGKASBITUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberi taufik
dan hidayahNya kepada kita semua. Sholawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,sahabat
serta kita selaku pengikutnya.
Sehingga pada kesempatan ini penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dengan baik. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti mata kuliah “ SAINS UNTUK AUD”.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu penyusun membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang
konstruktif. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pelaksanaan
pembelajaran di sekolah khususnya, dan di dunia pendidikan pada umumnya.

Serang, Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................. i


DAFTAR ISI ....................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang ................................................... 1
 B. Rumusan Masalah ................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
 A. Hakikat pembelajaran pada anak usia dini………………….………
3
 B. Teori belajar pada anak usia
dini………………………………………...4
 C. Belajar sambil bermain……………………………………………….
……….5
 D. Belajar terpadu di paud……………………………………………….………
7
 E. Rencana pembelajaran …………………………………………………….…
8
 F. Sumber dan media belajar……………………………………….………8

BAB III PENUTUP ..........................................................19


DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk menstimulasi,


membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
serta memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. Proses
pembelajaran bagi anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak,
sumber belajar dan pendidik dalam suatu lingkungan belajar tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Depag RI, 2003 2).

Karakteristik anak usia dini adalah aktif melakukan berbagai eksplorasi dalam
kegiatan bermain, maka sesuai dengan karakteristik tersebut proses
pembelajarannya ditekankan pada aktivitas dalam bentuk belajar sambil bermain
yang menekankan pada pengembangan potensi di bidang fisik, intelegensi, sosial-
emosional bahasa dan komunikasi menjadi kompetensi/kemampuan yang secara
aktual dimiliki anak. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini
maka penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-
tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.  

Membelajarkan anak usia dini gampang-gampang susah. Kadang kita


memberikan fasilitas belajar yang mahal dan berharap anak belajar
banyak, tetapi kenyataannya malah anak tidak belajar. Kadang dengan
mainan yang amat sederhana dan murah anak-anak sangat tertarik dan
ingin tahu banyak tentang mainan itu dan mekanisme kerjanya. Bermain
sambil belajar, dimana esensi bermain menjiwai setiap kegiatan
pembelajaran amat penting bagi PAUD.

1
2

Pembelajaran anak usia dini menggunakan esensi bermain. Esesnsi


bermain meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa, dan
merdeka. Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga
menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta dan tidak terpaksa.
Guru memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan bermain tersebut,
sehingga anak secara tidak sadar telah belajar berbagai hal. Materi
pembelajaran PAUD juga amat variatif.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa PAUD hanya
mengembangkan logika berpikir, berprilaku, dan berkreasi. Adapula yang
menyatakan bahwa PAUD juga mempersiapkan anak untuk siap belajar,
yaitu siap belajar berhitung, membaca, menulis. Ada pula yang
menyatakan bahwa materi pembelajaran bebas.

Yang penting PAUD mengembangkan aspek moral, emosional, social,


fisik motork dan intelektual. Banyak pertanyaan dari guru dan orang tua
tentang bagaiman mengajarkan anak agar sesuai tingkat perkembangannya
mampu mengenal bilangan,berhitung,membaca dan menulis.

B. Rumusan Masalah

1. Pembelajaran di taman kanak-kanak menggunakan prinsip belajar sambil


bermain, bermain seraya belajar.
2. Pembelajaran anak usia dini menggunakan teori belajar
3. Pembelajaran anak usia dini dengan menggunakan perndekatan pembelajaran
CTL
4. Pembelajaran anak usia dini dalam pembelajaran kooperatif dan kontrusktivisme
5. Pembelajaran anak usia dini menggunakan rencana pembelajaran
6. Pembelajaran anak usia dini melalui kegiatan rutin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Belajar Pada Anak Usia Dini
Belajar merupakan upaya untuk menguasai sesuatu yang baru serta
perubahan prilaku dari individu yang relative permanen karena suatu pengalaman,
bukan karena kematangan biologis semata. Dari pengertian diatas, berarti konsep
belajar pada anak usia dini ada dua hal yang terpenting, yaitu :
Mengalami Belajar adalah suatu atau serangkaian aktivitas yang dialami
seseorang melalui interaksinya dengan lingkungan interaksi tersebut mungkin
berawal dari factor yang berasal dalam atau dari luar diri sendiri. Dengan
terjadinya interaksi dengan lingkungan, akan menyebabkan munculnya proses
penghayatan dalam diri individu tersebut, akan memungkinkan terjadinya
perubahan pada yang bersangkutan. Perubahan Proses yang dialami seseorang
baru dikatakan mempunyai makna belajar, badan menghasilkan perubahan dalam
diri yang bersangkutan, esensi dari perubahan ialah adanya yang baru. Dia
mungkin bahagia dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik, dapat menjaga
kesehatan dengan lebih baik atau dapat menulis dan berbicara dengan efektif.
Makna perubahan disini berarti arah yang sejatinya dari peristiwa
belajar. Seseorang belajar karena menghendaki perubahan. Kalau diri tidak
ingin berubah, maka tidak perlulah belajar, begitu juga sebalikya, kalau
merubah diri ke yang lebih baik maka belajarlah. Perubahan yang
dimaksud adalah :
1. Dari tidak tahu menjadi tahu (perubahan pengetahuan).
2.Dari tidak bisa menjadi bisa (perubahan cara berfikir).
3.Dari tidak mau menjadi mau (perubahan prilaku)
4. Dari tidak biasa menjadi terbiasa (perubahan prilaku).

B. Teori belajar pada anak usia dini


Teori belajar pada anak usia dini merupakan suatu pemikiran ideal
untuk menerangkan apa, bagaiman, dan mengapa belajar itu, serta
persoalan lain tentang belajar pada anak usia dini. Tujuan teori belajar
pada anak usia dini adalah Untuk menyusun kegiatan pembelajaran Untuk

3
4

mendiagnosa problem yang muncul dikelas Untuk mengevaluasi hasil


belajat Sebagai kerangka penelitian Kegiatan pembelajaran pada anak usia
dini sebaiknya didasarkan atas teori belajar dan berbagai hasil penelitiann
tentang belajar anak. Begitu pula untuk mengatasi suatu persoalan yang
muncul dikelas, seperti adanya anak yang pemalu, tidak mau ditinggal
orang tuanya,atau nakal, guru perlu menggunakan acuan teori belajar,
misalnya teori classical conditioning. Teori belajar juga diperlukan untuk
mengevaluasi hasil belajar.
Sebagai contoh, untuk mengukur perkembangan kognitif anak, guru dapat
menggunakan teori perkembangan kognitif dari piaget. Untuk mengembangkan
ilmu PAUD diperlukan penelitian. Penelitian harus memiliki kerangka teoritik
yang diantaranya ialah teori belajar anak. Oleh karena ituteori belajar merupakan
kerangka penelitian pada PAUD.
Secara garis besar ada dua macam teori belajar yaitu :
1. behavioral learning theory (teori prilaku)
2. cognitive larning theory (teori kognitif).
Teori prilaku memandang bahwa belajar adalah perubahan prilaku yang dapat
diamati dan dapat diukur. Teori ini tidak menjelaskan perubahan secara internal
yang terjadi didalam diri anak, seperti bagaiman otak bekerja. Teori ini dapat
digunakan untuk memprediksi dan mengontrol perubahan prilaku anak. Teori
kognitif menggunakan perubahan prilaku anak untuk menerangkan perubahan
yang terjadi di dalam diri anak. Teori ini lebih banyak membahas bagaimana otak
memperoleh, mengolah, dan menggunakan informasi untuk berfikir.
Pembelajaran pada anak usia dini identik dengan belajar sambil
bermain, maupun bermain sambil belajar. Karna anak pada masa ini belum
benar-benar siap untuk belajar sepenuhnya. Dan bermain pada anak sangat
membantu dalam perkembangannya. Baik dalam perkembangan
psikologis, sosialisasi, dan emosional anak. Piaget dalam Mayesty
(1990 :42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/ kepuasan diri
seseorang. Sedangkan Parten memandang kegiatan bermain sebagai sarana
sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberikan kesempatan
5

anak bereksplorasi, menemukan, mengekpresikan perasaan, berkreasi, dan


belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat
membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa dia hidup
serta lingkungan tempat dimana ia hidup.

Adapun bermain pada anak usia dini dalam pandangan ahli dapat di uraikan
sebagai berikut:

  Buhler dan Danziger dalam Roger dan Sawyers (1995:95),


berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan
kenikmatan, sedangkan Freud menyakini bahwa walaupun bermain tidak
sama dengan bekerja tetapi anak menganggap bermain sebagai suatu yang
serius.

Docket dan Fleer (2000:41-43) berpendapat bahwa bermain


merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan
memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan
dirinya.

Vygotsky dalam Naugton (2003:46) percaya bahwa bermain


membantu perkembangan kognitif anak secara langsung. Ia menegaskan
bahwa bermain simbolik memainkan peran yang sangat penting dalam
perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak bermain pura-pura, maka anak
menjadi mampu berpikir tentang makna-makna objek yang mereka
representasikan secara independen. Berhubungan dengan pembelajaran,
Vygotsky dalam Naugton (2003:46) berpendapat bermain dapat
menciptakan suatu zona perkembangan proximal pada anak.

Proses pembelajaran anak usia dini harus didasarkan prinsip-prinsip


perkembangan anak usia dini, yaitu:

1.  Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan berdasarkan
prinsip belajar melalui bermain.
6

2. Proses kegiatan belajar pada anak usia dini dilaksanakan dalam lingkungan
yang kondusif dan inovatif baik didalam ruangan maupun diluar lingkungan.

3. Proses kegiatan belajar anak usia dini harus diarahkan pada pengembangan
potensi kecerdasan secara menyeluruh.

C. Belajar sambil Bermain


Prinsip belajar anak usia dini adalah belajar sambil bermain, bermain seraya
belajar. Pembelajaran itu disusun sedemikian rupa sehingga pembelajaran menjadi
menyenangkan, gembira dan demokratis. Pembelajaran di TK harus menerapkan
esesnsi bermaain. Jadi prinsip belajar sambil bermain ini mengandung arti bahwa
setiap kegiatan pembelajaran harus menyenangkan, bebas, aktif gembira an
demokratis.
Sering prinsip ini disalah artikan dimana pembelajaran di TK isinya hanya
bermain-main saja tanpa tujuan yang jelas, atau setelah belajar anak bebas
bermain. Kegiatan pembelajaran di TK didesain untuk memungkinkan anak
belajar. Setiap kegiatan pembelajaran harus menjiwai esensi bermain.
Memang betul bahwa permainan baik untuk membelajarkan anak, tetapi
permainan tersebut harus diberi muatan edukatif sehingga anak dapat belajar.
Esensi bermain itu meliputi :
1. Motivasi internal, yaitu anak ikut bermain berdasarkan keinginannya
sendiri.
2. Aktif, anak melakukan berbagai kegiatan baik fisik, maupun mental.
3. Nonliteral, artinya anak dapat melakukan apa saja yang diinginkan,
terlepas dari realitas, seperti berpura-pura terbang, menjadi superman dan
lain-lain.
4. Tidak memiliki tujuan eksternal yang ditetapkan sebelumnya. Misalnya
anak bermain dengan huruf pada papan magnetic. Ia tidak memiliki tujuan
untuk untuk belajar mengenal huruf atau membuat kata. Jika kemudian
setelah bermain, anak mampu mengembangkan kosakata dari interaksi
huruf adalah persoalan lain. Partisipasi bermain lebih penting dari tujuan
bermain.
7

Arti bermain bagi anak berdasarkan pengamatan, pengalaman, dan hasil penelitian
para ahli dapat dikatakan bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
1. Anak memperoleh kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada
padanya.
2. Anak akan mnemukan dirinya yaitu kelemahan dan kekuatan dirinya,
kemampuannya, serta minat dan kebutuhannya.
3. Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya, baik fisik,
intelektual, bahasa dan prilaku (psikologi dan emosional)
4. Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indranya sehingga terlatih
dengan baik.
5. Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam
lagi.
Cara mengimplementasikan arti bermain dalam kegiatan di PAUD yaitu terlebih
dahulu kita harus tahu prinsip pembelajaran pada anak usia dini tersebut.
Bahwasanya prinsip tersebut adalah belajar sambil bermain, bermain seraya belajar.
Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan,
objek=objek yang dekat dengannya sehingga pembelajaran menjadi bermakna .
D. BELAJAR TERPADU DI PAUD
Dalam pembelajaran terpadu atau disebut juga dengan pembelajaran tema, semua
bidang pengembangan pada kurikulum (baik kognitif, bahasa, fisik/motorik, seni,
moral dan nilai-nilai agama) dijabarkan ke dalam kegiatan-kegiatan belajar yang
saling terintergrasi dan berpusat pada satu tema yang dipilih.
Semua kegiatan pembelajaran tersebut hendaknya melibatkan pengalaman
langsung (hands on experince), karena hal ini memungkinkan anak
menggeneralisasikan pengetahuan dan keterampilannya dari satu pengalaman ke
pengalaman lainnya (Eliason dan Jenkin, 1994).
Adapun dalam pemilihan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
 Kedekatan : Tema hendaknya dipilih dimulai dari tema yang terdekat dengan
kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan anak.
 Kesederhanaan : Tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana
kepada tema-tema yang lebih rumit bagi anak. Pendidik dapat menentukan tema
8

yang lebih sederhana agar tema dapat lebih efektif dan fokus. Contoh: tema
“Binatang”, menurut Pendidik masih terlalu rumit dan luas, pendidik bersama anak
dapat menentukan tema yang lebih sempit misal: tema “komodo keajaiban alam
dunia”.
 Kemenarikan : Tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat
anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak. Tema-tema tertentu dapat
dibuat lebih menarik dan dibedakan antara tema KB, TK A maupun TK kelompok B,
agar anak didik tertarik dan tidak akan membosankan anak karena pengulangan tema
yang sama dengan sub tema yang sama. Contoh: Tema pekerjaan.
 Keinsidentalan : Peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah) yang terjadi pada
saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran
walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu, tujuannya agar anak
mendapat pengalaman yang bermakna pada peristiwa khusus walaupun hanya
beberapa hari atau satu minggu.
E. Rencana pembelajaran
Dalam bukunya Reaching Potentials: Appropriate Curriculum and Assessment
for Young Children, Bredekamp dan Rosegrant (1992), menyarankan agar
pengembangan kurikulum untuk PAUD mengikuti pola sebagai berikut :
Berdasarkan keilmuan PAUD Mengembangkan anak menyeluruh Relevan,
menarik, dan menentang
Mempertimbangkan kebutuhan anak Mengembangkan kecerdasan Menyenangkan
Fleksibel Unified dan integrated
Untuk mengembangkan kurikulum, sebaiknya guru perlu memperhatikan hal-hal
tersebut :Dasar filosofi dan model TK mana yang akan dipakai, misalnya model
Froebel atau model Montessori.
Dasar yuridis yaitu aturan-aturan dari pemerintah yang berlaku secara nasional
Prinsip dasar keilmuan PAUD, teori perkembangan anak, teori belajar, dan
pembelajaran anak usia dini. Kebutuhan anak dan pengetahuan awal yang telah
dimilikinya Kebutuhan masyarakat dan kecendrungan perubahannya. Kemampuan
guru dan ketresediaan fasilitas disekolah.
F. Sumber dan Media Belajar
9

Sumber belajar merupakan tempat dimana anak dapat memperoleh informasi,


sikap, dan ketreampilan yang ia pelajari. Sumber belajar yang penting di TK antara lain
meliputi perpustakaan dan berbagai hal yang ada dilingkungan sekitar seperti sawah,
bengkel, manusia, buku, laboratorium, yang dapat digunakan untuk belajar anak.
Perpustakaan merupakan sumber belajar yang penting karna anak dapat
menemukan buku-buku yang didalamya terdapat informasi-informasi yang ia
butuhkan.
Pada prinsipnya media belajar berguna untuk memudahkan siswa belajar
memahami sesuatu yang mungkin sulit atau menyederhanakan sesuatu yang
kompleks.
Media belajar anak tidak harus mahal, bahkan dapat diperoleh dari benda-
benda yang tidak dipakai. Untuk itu, guru perlu bekerja sama dengan orang tua
dan masyarakat untuk memperoleh benda benda yang dapat digunakan untuk
membuat menara, dan lain-lain.
Perpustakaaan untuk anak usia dini harus dilengkapi dengan buku-buku tentang:
1. Pengenalan huruf dan kata yang bergambar
2. Pengenalan angka, bilangan dan operasi bilangan
3. Pengenalan pekerjaan sederhana
4. Pengenalan benda-benda sekeliling anak
5. Pengenalan bentuk-bentuk, ruang dan tempat
6. Pengenalan waktu
7. Pengenalan keluarga, teman dan guru
8. Buku-buku cerita, dongeng, fiksi dan non fiksi.
a. Pembelajaran Konstruktif
Konstruktivisme menerangkan bagaimana manusia (anak belajar). Menurut
pendekatan ini belajar adalah mengkonstruksi (menyusun struktur) pemahaman atau
pengetahuan dengan cara mengaitkan dan menyelaraskan fenomena , ide, kegiatan,
atau pengetahuan baru ke dalam struktur pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya. Kunci utama konstruktivisme adalah mengkonstruk pengetahuan.
Oleh karena itu, kegiata pembelajaran harus mendorong siswa mengkonstruksi
makna atau pemahaman daripada hafalan atau imitasi.
10

Inti teori konstruktivisme berkaitan dengan beberapa teori belajar seperti teori
perkembangan kognitif dari piaget dan teori belajar bermakna ausubel.
b. Pembelajaran Cooperative
Cooperative Learning banyak digunakan pada pembelajaran anak usia dini karena
dianggap sesuai untuk melatih social dan kemampuan bekerja sama. Belajar kooperatif
mempersiapkan siswa untuk masa depannya di masyarakat yaitu memacu siswa untuk
belajar secara aktif ketika ia berbicara dan bekerja sama dan bukan hanya pasif
mendengarkan.
c. Pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual adalah suatu paham belajar mengajar yang
memandang pentingnya hubungan antara materi pelajaran dengan dunia nyata.
Penedekatan pembeljaran kontekstual menggunakan multikonteks, artinya ialah
menggunakan berbagai setting baik tempat, persoalan, maupun kecakapan dalam
konteks yang beragam.
d. Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain
Pembelajaran anak usia dini yaitu lewat bermain. Melalui bermain anak 
bereksplorasi untuk mengenal lingkungan sekitar, menemukan, memanfaatkan objek-
objek yang dekat dengan anak,  dan  kesimpulan mengenai benda di sekitarnya. 
Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya
h.   Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan 
menyenangkan bagi anak, yaitu dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan
yang dapat mendukung kegiatan bermain anak.
i. Berpusat pada anak

Pembelajaran di PAUD hendaknya menempatkan anak sebagai subyek


pendidikan. Oleh karena itu, semua kegiatan pembelajran diarahkan atau berpusat
pada anak. Dalam pembelajaran berpusat pada anak, anak diberi kesempatan untuk
menentukan pilihan, mengemukakan pendapat dan aktif melakukan atau mengalami
sendiri. Pendidik bertindak sebagai pembimbing atau fasilitator.

j.  Menggunakan pembelajaran terpadu


11

Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini menggunakan pembelajaran terpadu.


Dimana setiap kegiatan pembelajaran mencakup pengembangan seluruh aspek
perkembangan anak. Hal ini dilakukan karena antara satu aspek perkembangan dengan
aspek perkembangan lainnya saling berkaitan. Pembelajaran terpadu dilakukan dengan
menggunakan tema sebagai wahana untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak
secara utuh.

k.    Mengembangkan berbagai kecakapan hidup

Proses pembelajaran diarahkan untuk mengembangkan berbagai kecakapan hidup


agar anak dapat menolong diri sendiri, mandiri dan  bertanggung jawab, memiliki
disiplin diri serta memperoleh keterampilan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.

l.  Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar

Media dan sumber pembelajaran memanfaatkan lingkungan sekitar, nara sumber


dan bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru. Penggunaan media
dalam pembelajaran membuat pembelajaran lebih menyenangkan.

m.    Dilaksanakan secara bertahap dan berulang–ulang

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai
dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Untuk mencapai pemahaman
konsep yang optimal maka penyampaiannya dapat dilakukan secara berulang.

n. Aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan

Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat
dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang
menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak
untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran
hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam
proses pembelajaran.

o.  Pemanfaatan teknologi informasi


12

Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk
kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi
informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan anak
memenuhi rasa ingin tahunya.

 Buhler dan Danziger dalam Roger dan Sawyers (1995:95), berpendapat


bahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan,
sedangkan Freud menyakini bahwa walaupun bermain tidak sama dengan
bekerja tetapi anak menganggap bermain sebagai suatu yang serius.
    Docket dan Fleer (2000:41-43) berpendapat bahwa bermain merupakan
kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh
pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
  Vygotsky dalam Naugton (2003:46) percaya bahwa bermain membantu
perkembangan kognitif anak secara langsung. Ia menegaskan bahwa
bermain simbolik memainkan peran yang sangat penting dalam
perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak bermain pura-pura, maka
anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna objek yang mereka
representasikan secara independen. Berhubungan dengan pembelajaran,
Vygotsky dalam Naugton (2003:46) berpendapat bermain dapat
menciptakan suatu zona perkembangan proximal pada anak.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kegiatan bermain diwarnai oleh perasaan emosi positif. Fleksibilitas yang


ditandai dengan mudahnya beralih kegiatan dari satu aktivitas ke aktivitas yang
lain Lebih menekankan proses yang berlangsung dari pada hasil akhir Saat
bermain, Perhatian anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung
daripada tujuan yang ingin dicapai (tidak memiiki tujuan eksternal yang
ditetapkan sebelumnya). Misalnya anak bermain kartu huruf, ia tidak memiliki
tujuan untuk belajar mengenal huruf atau membuat kata.

Jika setelah bermain anak mampu mengembangkan kosa kata interaksi


dengan huruf, itu adalah persoalan lain. Partisipasi bermain lebih penting daripada
tujuan bermain. Bebas memilih kegiatan main Memiliki kualitas pura-pura karena
memungkinkan anak bereksperimen dengan hal-hal baru.

19
DAFTAR PUSTAKA

Suyanto, Slamet.2005.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia


Dini.Jakarta:Depdikbud.
Hurlock, B Elizabeth.1978.Perkembangan Anak.Jakarta.Erlangga
Rakimahwati.2011.Bermain dan Permainan Anak Usia Dini.Padang:UNP press.

Anda mungkin juga menyukai