Anda di halaman 1dari 35

B.

RUMU
SAN
MASA
LAH
a. Apa
pengertian
psikologi
perkembangan?
b. Apa objek
yang dipelajari
dalam psikologi
perkembangan?
c. Apa ruang
lingkup
khususyang
2
dipelajari dalam
psikologi
perkembangan?
d. Mengetahui
tujuan psikologi
perkembangan?

3
B.
RUMUSAN
MASALAH
a. Apa
pengertian
psikologi
perkembangan?

4
b. Apa objek
yang dipelajari
dalam psikologi
perkembangan?
c. Apa ruang
lingkup
khususyang
dipelajari dalam
psikologi
5
perkembangan?
d. Mengetahui
tujuan psikologi
perkembangan?
B.
RUMUSAN
MASALAH

6
a. Apa
pengertian
psikologi
perkembangan?
b. Apa objek
yang dipelajari
dalam psikologi
perkembangan?

7
c. Apa ruang
lingkup
khususyang
dipelajari dalam
psikologi
perkembangan?
d. Mengetahui
tujuan psikologi
perkembangan?
MAKALAH

8
EPISTEMOLOGI DAN PROSES
PEMBELAJARAN DI PAUD BAGIAN 2

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Epistemologi Pendidikan Anak

Dosen Pengampu: Sulastri S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAPATA


AL-JAWAMI

2023

9
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Segala puji mari kita panjatkan kepada
Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada kita semua sehingga kita
masih diberi kesempatan untuk membaca
makalah ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada junjunan alam Nabi
Muhammad saw.. yang telah membawa kita dari
zaman gelap menuju zaman terang. Adapun
makalah ini dibuat adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Epistemologi Pendidikan Anak.
Mudah-mudahan dengan adanya makalah
ini bisa menambah wawasan bagi pembaca
khususnya bagi penulis.
Kendatipun demikian, penulis sangat
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis sangat
mengaharapkan kritik dan masukan yang
membangun mengenai makalah ini, supaya lebih

i
baik dalam penyusunan-penyusunan makalah
berikutnya.

Bandung, Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

A. Latar Belakang Masalah...............................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................2

C. Tujuan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................

A. Konstruksi Epistemologi Pendekatan Bermain 3

B. Konstruksi Epistemologi Pendekatan


Bernyanyi.................................................................................11

C. Konstruksi Epistemologi Pendekatan Bercerita


15

BAB III PENUTUP....................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................19

B. Saran..................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalan yang kadang terjadi di PAUD


yaitu pembelajaran yang membosankan dan itu-
itu saja yang berakibat pada menjadikan anak
kurang berkembang.
Melalui berbagai penelitian, ternyata ada
beberapa pendekatan yang mampu memberikan
efek yang sangat baik dalam perkembangan anak.
Guru dituntut untuk memberikan sesuatu yang
terbaik dalam hal pengembangan kemampuan
anak.
Berdasarkan keadaan yang telah
disebutkan, maka sangatlah penting dalam
mengkonstruksi epistemologi dengan berbagi
pendekatan. Di dalam makalah ini akan dibahas
mengenai pendekatan bermain, pendekatan
bernyanyi dan pendekatan bercerita.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konstruksi epistemologi


pendekatan bermain?
2. Bagaimanakah konstruksi epistemologi
pendekatan bernyanyi?
3. Bagaimanakah konstruksi epistemologi
pendekatan bercerita?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konstruksi epistemologi


pendekatan bermain.
2. Untuk mengetahui konstruksi epistemologi
pendekatan bernyanyi.
3. Untuk mengetahui konstruksi epistemologi
pendekatan bercerita.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konstruksi Epistemologi Pendekatan


Bermain

Anak-anak menghabiskan begitu banyak


waktu dan energi mereka sehari-hari dengan
bermain sehingga para filsuf, peneliti, guru, dan
orang tua sama-sama bertanya-tanya tentang
peran permainan dalam perkembangan anak.
Jelas, permainan harus memberikan manfaat
fungsional dan evolusioner bagi anak yang
sedang berkembang, sehingga perlu
dikembangkan bagaimana sebuah permainan
anak mampu menunjang mereka untuk
berkembang lebih baik. Hal ini kemudian yang
menjadi tugas pengajar di pendidikan anak usia
dini harus terampil guna merumuskan
permainan yang tetap menyenangkan namun
mengedukasi anak-anak.
Bermain dianggap sebagai orientasi yang
memberi individu kemampuan untuk

3
menerapkan sebagian besar dari dirinya dimana
pengalaman main-main dengan objek dan
prosedur untuk masalah kehidupan nyata yang
tidak muncul dalam situasi permainan asli.
Ada dua pemikiran umum tentang
bagaimana sebuah permainan dapat
berkontribusi pada pengembangan kemampuan
berpikir divergen. Pertama yaitu anggapan
bahwa bermain merupakan kontribusi untuk
perkembangan kemampuan berpikir
berdasarkan sifatnya yang eksperimental dan
fleksibel. Manfaat dari sifat eksperimental ini
dalam bermain adalah memberikan repertoar
luas kepada keterampilan dan tanggapan anak,
dan dengan pendekatan yang fleksibel digunakan
untuk menyelesaikan tugas secara efektif atau
masalah pemikiran yang berbeda. Cara kedua
melihat hubungan antara bermain dan
kemampuan berpikir yang berbeda adalah
dengan berfokus pada sifat simbolis, kepura-
puraan yang menjadi ciri banyak permainan anak

4
kecil. Hal ini telah dikemukakan oleh beberapa
ahli, bahwa terdapat teori yaitu bahwa bermain
berfungsi untuk memfasilitasi transisi anak dari
proses pemikiran konkret ke abstrak (Vygotsky
dalam Fitri: 2020).
Seorang anak usia dini, pada umumnya,
memiliki pandangan terhadap segala sesuatu
sebagai hal yang utuh yang berwujud konkret
dan langsung dirasakan dan dialami olehnya.
Dengan demikian, cara belajar anak memiliki
beberapa karakter khusus yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut.
1. Belajar melalui gerakan refleks dan
aktivitas tubuhnya.
2. Belajar memerankan perasaan dan
hati nuraninya.
3. Belajar sambil bermain.
4. Belajar melalui komunikasi,
interaksi, dan sosialisasi.
5. Belajar dari lingkungan.

5
6. Belajar memenuhi hasrat dan
kebutuhan.
Berangkat dari hal-hal yang dimiliki anak,
setiap pembelajaran harus memberikan
kesempatan kepada anak sehubungan dengan
cara dan kebiasaan anak usia dini sebagaimana
diuraikan di atas. Proses pembelajaran yang akan
dilakukan harus memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Mulai dari yang konkret dan
sederhana. Pembelajaran anak usia
dini harus disesuaikan dengan masa
perkembangannya dimana anak
usia dini belum mampu menerima
dan memahami sesuatu yang
bersifat abstrak, sehingga cara
menjelaskan dan memberikan
pengertian haruslah nyata dan
sederhana.
2. Untuk memperoleh pengalaman dan
dan pengetahuan baru, tetapi tetap

6
menghubungkan dengan hal-hal
yang sudah dikenal oleh anak.
Pengenalan dan pengakuan atas
peran anak sangat penting dalam
memunculkan inisiatif dan
keterlibatan aktif anak dalam
pembelajaran.
3. Menantang. Aktivitas pembelajaran
yang dirancang harus menantang
anak untuk mengembankan
pemahaman sesuai dengan apa yang
dialaminya. Bila anak mampu
menyelesaikan tantangan pertama,
maka dapat diberikan tantangan
berikutnya yang lebih menantang
lagi sehingga tidak membosankan.
4. Bermain dan permainan. Belajar
melalui bermain dan permainan
dapat memberi kesempatan kepada
anak untuk bereksplorasi,
berimprovisasi, berkreasi,

7
mengekspresikan perasaan, dan
belajar secara menyenangkan.
Bermain juga dapat membantu anak
mengenal diri dan lingkungannya.
5. Alam sebagai sumber belajar. Alam
merupakan sumber belajar yang tak
terbatas bagi anak untuk
bereksplorasi dan berinteraksi
dalam membangun pengetahuan
dan pemahamannya. Rabbindranath
Tagore menggunakan model
pembelajarannya hampir 90%
kegiatannya dilakukan dengan
berinteraksi dengan alam. Anak
diajarkan dapat membangun ikatan
emosional di antara teman-
temannya, menciptakan kesenangan
belajar, menjalin hubungan serta
memengaruhi memori dan ingatan
yang cukup lama akan bahan-bahan
yang dipelajari.

8
6. Sensori. Pengetahuan apapun yang
diperoleh anak-anak dari
lingkungan yaitu melalui
sensorinya. Baik itu merasakan,
penciuman, pendengaran, maupun
penglihatannya. Bagaimana
perkembangan sensorinya akan
berkembang dengan baik, yaitu
dengan memberikan stimulus yang
baik dan optimal kepada anak-anak
tersebut.
7. Belajar membekali keterampilan
hidup. Belajar harus dapat
membekali anak untuk memiki
ketrampilan hidup (life skill) sesuai
dengan kemampuan masing-masing.
Dengan demikian, anak belajar
untuk memiliki kemandirian dan
rasa tanggung jawab terhadap
dirinya.

9
8. Fokus pada proses. Yang terpenting
di sini adalah bagaimana anak-anak
berproses dalam belajar. Fokus pada
bagaimana anak-anak itu berproses
pada belajar, bersosialisasi, dan
berfikirnya. Suatu produk atau hasil
merupakan hal untuk bahan
evaluasi agar menjadi lebih baik.
Berdasarkan cara belajar dan proses yang
harus disajikan pada anak usia dini, guru dapat
mencipatkan kondisi dan lingkungan belajar yang
baik, yang bisa menghadirkan pembelajaran yang
optimal. Untuk itulah perlu dipilih sebuah
strategi khusus dalam pembelajaran anak usia
dini dimana cara prosesnya pun berbeda dengan
jenjang pendidikan lainnya.
Bermain bagi anak-anak sangat
memberikan manfaat bagi mereka. Anak akan
mengenal berbagai jenis permainan dan masing-
masing permainan ini memiliki manfaat yang

10
berbeda-beda, sehingga kejiwaan mereka akan
semakin berkembang.
Pendekatan bermain adalah pendekatan
yang sesuai dengan anak usia dini. Dengan
bermain ini, anak usia dini akan merasa bahagia
dan secara tidak disadari ia telah mempelajari
sesuatu hal melalui permainan.

B. Konstruksi Epistemologi Pendekatan


Bernyanyi

Menurut Fadlillah dalam educhannel.id


(2022), metode bernyanyi merupakan metode
pembelajaran yang didalam lagu menggunakan
syair yang dilagukan. Syair-syair lagu yang akan
dinyanyikan disesuaikan dengan materi yang
akan dibahas. Menurut Aziz dalam educhannel.id
(2022), metode bernyanyi merupakan metode
pembelajaran yang sangat digemari oleh anak-
anak terutama anak usia dini, bernyanyi dalam
konteks ini didalamnya mengandung unsur-
unsur pendidikan yang bermakna. Menurut
Susanto dalam educhannel.id (2022), metode

11
bernyanyi merupakan kegiatan yang melagukan
pesan-pesan yang mengandung makna
pendidikan didalamnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa metode bernyanyi
merupakan sebuah metode pembelajaran yang
digunakan dengan cara memasukkan isi
pembelajaran ke dalam sebuah lagu sehingga
pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat
tertangkap sesuai dengan perencanaan
pembelajaran.
Menurut Hidayat dalam Risaldy dalam
educhannel.id (2022), dalam bernyanyi ada
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Syair/lirik tidak terlalu panjang
2. Mudah dihapal oleh anak
3. Ada terkandung makna pendidikan
didalamnya
4. Disesuaikan dengan karakter dan usia anak
5. Nada yang dikenalkan mudah dimengerti
oleh anak

12
Menurut Suyanto dalam educhannel.id
(2022), membagi agar lagu-lagu atau nyanyian
untuk anak sebaiknya memiliki kriteria, sebagai
berikut:
1. Lagu biasa didengar oleh anak dan cocok
untuk anak. Biasanya irama atau nadanya
menarik untuk didengar/dinyanyikan anak.
2. Lagu tidak terlalu panjang sehingga mudah
dihapalkan dan dinyanyikan oleh anak.
Biasanya lagu dengan pengulangan nada
yang sama.
3. Lagu dinyanyikan secara bersama-sama
supaya membuat anak yang pemalu ikut
dalam bernyanyi.
4. Lagu-lagu yang akan dinyanyikan, lagu
yang dapat menarik anak untuk bergerak
mengikuti irama.
5. Hindari lagu-lagu dengan nada yang sangat
tinggi atau dengan bahasa yang sulit diikuti
oleh anak, sehingga dapat dinyanyikan
dengan tepat oleh anak-anak.

13
6. Pilihlah lagu dengan kata-kata yang mudah
dipahami oleh anak. Guru perlu memberi
penjelasan atau menerangkan apa makna
lagu yang dinyanyikan.
Mursid dalam educhannel.id (2022) dan
Wiyani, dkk dalam educhannel.id (2022),
menyatakan bahwa dalam menggunakan metode
bernyanyi perlu diperhatikan beberapa kriteria-
kriteria untuk menerapkan dalam
pembelajarannya, yaitu:
1. Pilih lagu yang cocok, dalam arti sesuai
dengan tema, situasi dan kondisi
2. Bila itu lagu baru atau anak belum
mengenalnya, sebaiknya nyanyikan
terlebih dahulu minimal tiga kali nyanyian
3. Bersama anak-anak nyanyikan lagu secara
berulang-ulang sehingga anak mudah
mengikutinya dan hapal
4. Bila perlu bagilah menjadi beberapa
kelompok, dan setiap kelompok bernyanyi
bersama kelompok

14
5. Pilihlah beberapa anak yang mungkin
sudah hafal lagu untuk menyanyi secara
individu
6. Nyanyikan sekali lagi secara bersama-sama
7. Ulangi lagi lagu tersebut pada hari yang
berikutnya
8. Disesuaikan dengan karakteristik usia anak

C. Konstruksi Epistemologi Pendekatan


Bercerita

Dalam mewujudkan perubahan perilaku


pada anak, seseorang guru dapat menerapkan
suatu proses pembelajaran dari pengalaman-
pengalaman dan pelatihan-pelatihan yang pernah
diperolehnya. Salah satu pengalaman belajar
yang pernah diterapkan oleh para guru adalah
menggunakan metode pembelajaran melalui
cerita.
Bercerita adalah suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang secara lisan kepada orang
lain dengan alat atau tanpa alat, umumnya yang
disampaikan penutur dalam bentuk pesan.

15
Anak-anak usia empat tahun sampai enam
tahun umumnya senang mendengarkan cerita
sederhana sesuai dengan perkembangan usianya.
Juga anak seusia itu mempunyai potensi untuk
menyerap segala hal lebih cepat, sehingga lebih
mudah membentuk dan mengarahkan dirinya.
Manfaat metode bercerita antara lain
sebagai berikut:
1. Melatih daya serap atau daya tangkap
2. Melatih daya pikir
3. Melatih daya konsentrasi
4. Mengembangkan daya imajinasi anak
5. Menciptakan situasi yang
menggembirakan serta
mengembangkan suasana hubungan
yang akrab sesuai dengan terhadap
perkembangannya.
6. Membantu perkembangan bahas anak
dalam berkomunikasi secara efektif dan
efisien sehingga proses percakapan
menjadi komunikatif.

16
Isi cerita untuk pendidikan anak usia dini
biasanya mengandung nilai moral yang mengarah
pada pengembangan emosi, sosial, spiritual anak
dan tidak terlepas dari aspek pendidikan. Dilihat
dari proses pelaksanaan/ penampilan dalam
pengembangan bercerita bisa memakai alat
peraga, dan tanpa alat peraga. Bercerita tanpa
alat peraga pada prosesnya yang dilakukan guru
hanya mengandalkan suara, mimik atau ekspresi
dan gerak anggota tubuh guru.
Metode bercerita memiliki kelebihan
antara lain sebagai berikut:
1. Anak dilatih konsentrasi
2. Anak belajar menjadi pendengar
yang baik
3. Anak berfantasi terhadap obyek
yang tidak nyata
4. Anak belajar menyimak apa yang
diperagakan oleh guru, dan
5. Anak belajar mengingat apa yang
diceritakan guru.

17
Metode bercerita memiliki kelemahan
antara lain sebagai berikut:
1. Guru malas untuk berekspresi
2. Tidak semua anak memiliki potensi
atau kemampuan yang sama.
3. Anak pasif ketika guru bercerita
4. Anak tidak mampu menyerap
fantasi ekspresi dan gerakan guru
ketika bercerita
5. Anak kurang memahami alur cerita
ketika guru bercerita ada kata-kata
yang kurang dimengerti.
Berdasarkan manfaat-manfaat yang telah
disebutkan, dapat diambil kesimpulan bahwa
metode bercerita ini bisa mengkonstruksi
pengetahuan anak dengan lebih baik.

D.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bermain dianggap sebagai orientasi yang


memberi individu kemampuan untuk
menerapkan sebagian besar dari dirinya dimana
pengalaman main-main dengan objek dan
prosedur untuk masalah kehidupan nyata yang
tidak muncul dalam situasi permainan asli.
Metode bernyanyi merupakan sebuah
metode pembelajaran yang digunakan dengan
cara memasukkan isi pembelajaran ke dalam
sebuah lagu sehingga pesan-pesan yang ingin
disampaikan dapat tertangkap sesuai dengan
perencanaan pembelajaran.
Dalam mewujudkan perubahan perilaku
pada anak, seseorang guru dapat menerapkan
suatu proses pembelajaran dari pengalaman-
pengalaman dan pelatihan-pelatihan yang pernah
diperolehnya.

19
B. Saran

Saran yang penulis berikan adalah untuk


lebih mendalami terkait epistemologi dan
pendidikan islam dengan cara mencari lebih
banyak sumber yang menjelaskan materi
tersebut dengan lebih mendetail.

20
DAFTAR PUSTAKA

Rohayati, Etty. 2013. Metode Pengembangan


Keterampilan Bercerita Yang Berkarakter untuk
Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Kustia, Diar Resti. 2020. Endekatan Bermain untuk


Meningkatkan Minat Belajar Anak Usia Dini di TK Bina
Putra FKPPI Tuntang.
https://widyasari-press.com/pendekatan-bermain-
untuk-meningkatkan-minat-belajar-anak-usia-dini/.
Diakses tanggal 02 Februari 2023 pukul 19.32 WIB.

Zaini, Ahmad. 2016. Bermain Sebagai Metode


Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini. Jurusan Tarbiyah
STAIN Kudus.

Wahyuni, Fitri dan Azizah, Suci Midsyahri. 2020.


Bermain dan Belajar Pada Anak Usia Dini. Al-Adabiya:
Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan. Vol. 15 No. 1.

Ridwan dan Awaluddin, A. Fajar. 2019. Penerapan


Metode Bernyanyi dalam Meningkatkan Penguasaan

21
Mufradat dalam Pembelajaran Bahasa Arab di
Raodhatul Athfal. Jurnal Kependidikan. Vol.13 No.1.

https://educhannel.id/blog/artikel/penerapan-
metode-pembelajaran-bernyanyi-pada-anak-usia-
dini.html. Diakses tanggal 02 Februari 2023 pukul
22.32 WIB.

22

Anda mungkin juga menyukai