Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERKEMBANGAN KOGNISI, SOSIAL EMOSI DAN KEPRIBADIAN

PSIKOLOGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

ANGGOTA KELOMPOK 4 :

FIRLYE REFIOLINA 21003100

FEBY RIYANTI PUTRI 21003200

NUR’AINI 21003221

DOSEN PENGAMPU :

ANTONI TSAPUTRA, S.S., M.A., Ph.D.

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “perkembangan
kognisi, sosial emosi dan kepribadian” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Antoni Tsaputra, S.S., M.A.,
Ph.D. selaku dosen mata kuliah psikologi anak berkebutuhan khusus yang telah
membimbing dan memberikan tugas ini.
Pada kesempatan kali ini kami menyampaikan rasa terimakasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini dan telah
memberikan motivasi untuk pembuatan makalah ini. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Karena
itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “perkembangan
kognisi, sosial emosi dan kepribadian” ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 27 Februari 2023

Penulis kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................... ii

BAB I .........................................................................................................
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................2

C. TUJUAN PENULIS............................................................................................2

BAB II ........................................................................................................
A. PERKEMBANGAN KOGINISI ABK.................................................................3
B. PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ABK.......................................................5
C. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ABK.......................................................7

BAB III ......................................................................................................


A. KESIMPULAN.................................................................................................11

B. SARAN.............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kognisi artinya kemampuan berfikir, kemampuan menggunakan otak.


Perkembangan kognisi berarti perkembangan anak dalam menggunakan kekuatan
berfikirnya. Dalam perkembangan kognitif, anak dalam hal ini otaknya mulai
mengembangkan kemampuan untuk berfikir, belajar dan mengingat. Dunia
kognitif anak pada usia ini adalah kreatif, bebas, dan fantastis. Imajinasi anak
berkembang sepanjang waktu, dan pemahaman mental mereka mengenai dunia
menjadi lebih baik. Pada tingkat ini anak sudah dapat meningkatkan penggunaan
bahasa dengan menirukan prilaku orang dewasa.
Piaget menggambarkan kognitif anak prasekolah sebagai pra-operasional.
Pemikiran pra-operasional adalah periode penantian yang nyaman untuk menuju
tahapan berikutnya, yakni pemikiran operasional konkret. Akan tetapi label
praoperasional menekankan bahwa anak tersebut belum menunjukkan suatu
operasi, yaitu tindakan-tindakan internalisasi yang memampukan anak melakukan
secara mental apa yang sebelumnya hanya dapat mereka lakukan secara fisik.
Operasi adalah tindakan mental dua-arah (reversibel). Penambahan dan
pengurangan jumlah secara mental adalah contoh operasi.
Emosi yang tinggi kebanyakan disebabkan oleh masalah psikologis.
Biasanya para orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan beberapa hal
saja, padahal sang anak merasa ia mampu melakukan lebih banyak lagi, sehingga
pada akhrinya anak pun akan menolak larangan orang tua dan anak cenderung
akan memberontak. Anak pun akan meledak amarahnya jika ia tidak bisa
melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukan dengan mudah.
Dasar untuk sosialisasi pada anak-anak diletakkan dengan meningkatnya
hubungan antara anak dengan teman-teman sebayanya dari tahun ke tahun. Anak
tidak hanya lebih bermain dengan anak-anak lain tetapi juga lebih banyak bicara.
Jika anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun hanya kadang-

1
kadang saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik
daripada hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik. Pada
pernyataan di atas dijelaskan bahwa perkembangan sosialisasi pada awal masa
anak-anak awal ditandai dengan meningkatnya intensitas hubungan dengan
teman-teman sebayanya, dan perkembangan ini meningkat dari tahun ke tahun.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan koginisi anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana perkembangan sosial emosi anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana perkembangan kepribadian anak berkebutuhan khusus?

3. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui perkembangan koginisi anak berkebutuhan khusus
2. Mengetahui perkembangan sosial emosi anak berkebutuhan khusus
3. Mengetahui perkembangan kepribadian anak berkebutuhan khusus

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perkembangan koginisi anak berkebutuhan khusus


a. Teori Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif menurut Piaget yaitu menjelaskan “anak
menginterpretasikan objek dan beradaptasi pada kejadian di sekitarnya”
(2015). Anak mempelajari fungsi objek dan ciri-ciri benda maupun objek
sosial. Cara mengelompokkan objek guna mengertahui perbedaan dan
persamaan dalam memaknai penyebab perubahan peristiwa dan objek yang
membentuk perkiraan.
Tiap individu anak pasti melalui fase perkembangan, karena untuk
membentuk tingkah laku sebagai reaksi pertumbuhan baik yang diberikan
lingkungan keluarga maupun lingkungan dari luar. Oleh sebab itu orang tua
atau guru perlu berkolaborasi untuk memahami seperti apa yang harus di
berikan kepada anak, ketika melewati fase perkembangan sehingga anak
mempunyai kesiapan psikis maupun fisik dalam mengembangkan potensi
pada dirinya sendiri.

b. Aspek-aspek perkembangan kognitif


Menurut Piaget, “perkembangan kognitif dibagi empat fase, yaitu fase
sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, dan fase operasi
formal” (2009).
c. Fase Sensorimotor (0-2 tahun) anak berinteraksi dengan
lingkunganya melalui aktivitas sensoris (merasa, melihat, meraba,
mendengar dan mencium), persepsinya terhadap gerakan fisik dan
aktivitas berkaitan dengan sensoris.

3
d. Fase Praoperasional (2-7 tahun) mulai menyadari benda-benda di
sekitarnya tidak hanya melalui sensorimotor melainkan kegiatan
yang bersifat simbol. Subfase fungsi simbolis terjadi di usia 2-4
e. tahun. Sedangkan subfase berpikir intuitif terjadi di usia 4-7 tahun,
anak bisa mengerti dan mengetahui sesuatu.
f. Fase Operasi Konkret (7-11 tahun) kemampuan berpikir logis
sudah berkembang dari obyek yang menjadi sumber informasi ada
secara konkret.
g. Fase Operasi Formal (11 tahun-dewasa) ditandai dengan
perpindahan berpikir logis ke berpikir abstrak.

c. Faktor-faktor perkembangan kognitif


Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan kognitif anak. Beberapa
faktor tersebut diantaranya: genetika, hereditary, intelektual, kesehatan,
nutrisi, pengaruh lingkungan di mana si anak hidup, serta pengalaman-
pengalaman khusus dari masing-masing tahap perkembangan yang dialami
anak. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada
anak yaitu,
1. Faktor keluarga
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkkan bahwa peranan
faktor hereditas terhadap perkembangan kognitif atau intelegensi
seseorang terutama karena adanya rangkaian hubungan antara
pertalian keluarga dengan ukuran IQ.
2. Faktor lingkungan
Masa kanak-kanak adalah masa perkembangan dari usia 2 hingga 6
tahun. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa-masa ini
berjalan pesat, kemudian mereka membutuhkan dan masih sangat
terikat oleh lingkungan dan keluarganya. Oleh karena itu, keluarga
sangat berperan penting untuk mempersiapkan anak untuk bisa
beradaptasi ke dalam lingkungan yang lebih luas. Perkembangan

4
kognitif, dalam hal ini otaknya mulai mengembangkan kemampuan
untuk berpikir, belajar dan mengingat.
3. Faktor kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia
kalender).
4. Faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempegaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat
dibedakan dengan pembentukan sengaja (sekolah formal) dan
pembentukan tidak disengaja (pengaruh alam sekitar). Manusia
berbuat intelegensi karena untuk mempertahankan hidup maupun
dalam bentuk penyesuaian diri.
5. Faktor minat dan bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun
bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang
masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat
seseorang akan mempengaruhi tingkat kecerdasaanya. Artinya
seseorang yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah
dan cepat mempelajari apa yang diterimanya.
6. Faktor kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berpikir divergen
(menyebar) yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode.
Metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas
dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya

2. Perkembangan sosial emosi anak berkebutuhan khusus


Menurut Nurjannah (2017) perkembangan sosial emosional anak usia dini
merupakan proses belajar pada diri anak tentang berinteraksi dengan orang

5
disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan anak lebih mampu dalam
mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan kemampuannya dalam
mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya yang diperoleh secara
bertahap dan melalui proses penguatan dan modeling.

Hurlock (1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada usia 2,5-3,5
dan 5,5 – 6,4 tahun.
1. Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan
kadar emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak samakin mampu
untuk mengontrol emosinya.
2. Reaksi emosi muncul setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya dan
dengan waktu yang diinginkannya pula.
3. Emosi mudah berubah dan memperlihatkan reaksi spontanitas atau kondisi
asli dan anak sangat terbuka dengan pengalaman-pengalaman hatinya.
4. Reaksi emosi berdsifat individual dan pemicu emosi yang sama, namun
reaksi yang ditimbulkan berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh factor
pemicu emosi
5. Keadaan emosi anak dikendalikan dengan gejala tingkah laku yang
ditampilkan dan anak sulit mengungkapkan emosi secara verbal dan emosi
mudah dikenali melalui tingkah laku yang ditunjukkan.

Hurlock (1978) perilaku prososial yang umum terjadi pada diri anak
diantaranya:
1. Meniru : melakukan perilaku orang dewasa disekitarnya
2. Persaingan : keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain
3. Kerja sama : bermain koperatif bersama teman
4. Simpati : menggambarkan perasaan belas kasih atas kesedihan orang lain
(KBBI)
5. Empati : menempatkan diri pada posisi kesedihan orang tersebut (KBBI)
6. Dukungan sosial : dukungan dari orang sekitar

6
7. Berbagi : memberikan miliknya kepada teman atau orang dewasa sebagai
bentuk keperdulian
8. Perilaku akrab : hubungan erat dan personal dengan orang lain atau teman
sebaya.

Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku


pada anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam
lingkungan masyarakat. pada masa ini proses anak belajar dalam menyesuaikan
diri dengan norma, moral dan tradisi dalam masyarakat. Piaget dalam teorinya
menyebutkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum
dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada tahap ini anak
hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi dengan
baik dengan orang lain. (Nurmalitasari, 2015)

3. Perkembangan kepribadian anak berkebutuhan khusus


Pengertian kepribadian anak adalah pola perilaku dan sikap terorganisir
yang dapat membuat seorang anak menjadi individu unik. Perkembangan
kepribadian anak akan terus terjadi seiring bertambahnya usianya.

Berkembangnya kepribadian anak bahkan telah dimulai sejak lahir. Pada


dasarnya, setiap anak memiliki karakter unik yang telah dimilikinya sejak
dilahirkan dan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.

Orangtua, guru, dan pengasuh berperan penting dalam proses


pengembangan kepribadian yang baik pada anak. Simak penjelasan berikut
untuk mengetahui tahap perkembangan kepribadian anak berdasarkan usia
dan tips untuk membantu Anda dalam membantu mengembangkannya.

a. Perkembangan kepribadian anak berdasarkan usia

7
Dalam teori perkembangan kepribadian menurut Erik Erikson (seorang
ahli psikologi dari Jerman yang terkenal dengan teori delapan tahap
perkembangan pada manusia), inilah tahapannya:
1) Masa bayi (dua tahun pertama kehidupan) Perkembangan kepribadian
anak dimulai dari ia dilahirkan hingga. Pada tahap ini, anak belajar
tentang kepercayaan dan ketidak percayaan.
2) Saat bayi diasuh dan dicintai dengan baik, maka ia akan
mengembangkan kepercayaan, rasa aman, dan optimisme dasar. Saat
bayi ditangani dengan buruk, maka ia menjadi merasa tidak aman dan
belajar ‘ketidakpercayaan dasar’.
3) Usia balita. Perkembangan kepribadian anak berikutnya dimulai dari
usia 18 bulan - 2 tahun dan 3-4 tahun. Pada tahap ini, pengembangan
kepribadian yang baik akan membuat anak memiliki. Meskipun
demikian, bagian awal dari tahap ini dapat mencakup masa tantrum,
keras kepala, dan perilaku negatif lainnya, tergantung pada
temperamen anak.
4) Usia prasekolah. Tahap ketiga terjadi selama ‘usia bermain’
kepribadian terjadi dengan menggunakan imajinasi dan keterampilan
bermain.
5) Usia sekolah. Perkembangan kepribadian anak berikutnya terjadi pada
usia sekolah sadar kemungkinan hingga SMP. Dalam tahap ini, anak
belajar menguasai keterampilan yang lebih formal dan dituntut lebih
disiplin.
6) Masa remaja. Tahap kelima terjadi, tepatnya dari usia 13 atau 14
tahun. Kedewasaan anak mulai berkembang pada periode ini.

b. Komponen kepribadian anak


Kepribadian terdiri dari tiga komponen, yaitu temperamen, lingkungan,
dan karakter. Perkembangan kepribadian terjadi akibat interaksi ketiga
komponen tersebut.
• Temperamen

8
Temperamen adalah kumpulan sifat genetik yang menentukan bagaimana
anak belajar memahami dan beradaptasi dengan segala hal yang ada di
dunia ini. Beberapa gen mengendalikan perkembangan sistem saraf anak
yang kemudian mempengaruhi kontrol perilakunya.
• Lingkungan
Lingkungan adalah tempat pengasuhan anak di mana ia tumbuh dan
berkembang. Selain temperamen, lingkungan menjadi hal yang paling
menentukan dalam perkembangan kepribadian seseorang.
• Karakter
Karakter merupakan kumpulan pola emosi, kognitif, dan perilaku yang
dipelajari dari pengalaman. Hal ini menentukan bagaimana seseorang
berpikir, merasa, dan berperilaku. Karakter akan terus berkembang seiring
dengan bertambahnya usia. Namun, juga banyak dipengaruhi oleh sifat
bawaan dan pengalaman.

c. Tips membentuk kepribadian anak


Memberikan waktu untuk bebas bermain memberikan dampak positif pada
anak Pengembangan kepribadian bukanlah hal yang sederhana dan
berlangsung secara singkat. Diperlukan bimbingan dan tanggung jawab
berkelanjutan dari orang-orang di sekitar anak, khususnya yang terlibat
langsung dalam pengasuhan dan pendidikan. Berikut adalah beberapa cara
yang bisa Anda lakukan untuk mendorong perkembangan kepribadian
yang positif pada diri anak.
o Jauhi labeling. Terkadang, anak melakukan hal-hal tertentu untuk
mencari perhatian orangtua. Namun, jangan memberikan
anak seperti si cengeng, si bandel, dan sebagainya. Berbagai
julukan negatif ini dapat membuat anak rendah diri dan sulit
memperbaiki kesalahannya.
o Menjadi pendengar yang baik. Anak-anak butuh perhatian
sepanjang waktu.

9
o Berikan waktu bermain bebas. Membiarkan anak aktif dan
bebas, misalnya dalam kegiatan olahraga, dapat membawa
pengaruh baik bagi perkembangan kepribadian dan fisiknya.
o Memaklumi kegagalan anak. Setiap anak memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Janganlah bersikap terlalu keras saat
anak tidak memenuhi harapan.
o Berhenti membandingkan. Kondisi ini dapat membuat anak
bingung terhadap identitasnya dan memicunya untuk meniru orang
lain.
o Jadilah panutan. Karakter dan kepribadian anak dibentuk oleh
orangtua ataupun orang-orang disekitarnya.
o Berikan aturan tegas. Tegas bukan berarti harus keras.

10
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Piaget menggambarkan kognitif anak prasekolah sebagai pra-operasional.
Pemikiran pra-operasional adalah periode penantian yang nyaman untuk
menuju tahapan berikutnya, yakni pemikiran operasional konkret. Akan tetapi
label praoperasional menekankan bahwa anak tersebut belum menunjukkan
suatu operasi, yaitu tindakan-tindakan internalisasi yang memampukan anak
melakukan secara mental apa yang sebelumnya hanya dapat mereka lakukan
secara fisik. Operasi adalah tindakan mental dua-arah (reversibel). Penambahan
dan pengurangan jumlah secara mental adalah contoh operasi.
Emosi yang tinggi kebanyakan disebabkan oleh masalah psikologis.
Biasanya para orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan beberapa hal
saja, padahal sang anak merasa ia mampu melakukan lebih banyak lagi,
sehingga pada akhrinya anak pun akan menolak larangan orang tua dan anak
cenderung akan memberontak. Anak pun akan meledak amarahnya jika ia tidak
bisa melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukan dengan mudah.

2. SARAN
Kami berharap makalah ini dapat lebih baik kedepannya dan bermanfaat
bagi banyak orang. Serta juga bisa melihat dari sumber sumber lain
dikarenakan dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan
masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati hati dalam
menjelaskan tentang makalah dengan sumber sumber dan dapat dipertanggung
jawabkan.

11
DAFTAR REFERENSI

Khasanah, Anikmatul (2020) Perkembangan Kognitif Anak Berkebutuhan Khusus


(ABK) Yang Menggunakan Gawai (Penelitian Di Rumah Autis Cahaya
Harapan Kediri). Undergraduate (S1) thesis, IAIN Kediri.

Maulinda, R., Muslihin, H. Y., & Sumardi, S. (2012). Analisis Kemampuan


Mengelola Emosi Anak Usia 5-6 Tahun (Literature Riview). Jurnal
PAUD Agapedia, 4(2), 300-313.

Murni, M. (2017). Perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial pada masa


kanak-kanak awal 2-6 tahun. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 3(1),
19-33.

12

Anda mungkin juga menyukai