Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER

“ Keterbatasan Anak Tunanetra”

Disusun Oleh :

Miftahul Jannah 21003124

Nuraini 21003221

Nurul Fitri 21003043

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
1. Lingkup Pengalaman Visual Secara Langsung Anak Awas dan Anak

Tunanetra
A. Anak Awas
 Mengenali suatu objek
 Senang bermain dengan benda benda baru
 Suka mengeksplorasi ruangan
 Senang dengan dunia baru

B. Anak Tunanetra
 Menggunak bantuan orang lain untuk meeksplorasi ruangan
 Menggunakan indra lainnya untuk menambah pengalaman visual
 Mengingat benda yang dikenal kan

Untuk Anak Awas pengalaman visual secara lagsung sangatlah banyak mereka
mengatahui secara langsung hal-hal yang ingin mereka lakukan sehingga banyak
pengalam visual secara langsung. Sedangkan, Anak tunanetra pengalaman visual secara
langsung sangatlah terbantas bahkan tidak ada. Untuk mengetahui pengalamannya anak
tunanetra menggunakan indra lainnya dengan sebaik mungkin, seperti orang yang
memiliki pengelihatan utuh memberi tahu didalam rumah terdapat beberapa benda
( meja, kursi, rak buku,dll ) dan diajak meng eksplorasi rumah ersebut. Maka orang tua
dan orang sekitarnya dituntut untuk mengembangkan pembelajaran dan pemahaman
dengan indra lain.

2. Kemampuan berjalan tereduksi anak umur tahun

A. Anak Normal

 Bisa berdiri dengan koordinasi yang lebih baik, sehingga ia jarang terjatuh

 Bisa berdiri sambil memunggut barang


 Bisa menendang bola tanpa kehilangan keseimbangan
 Dapat naik tangga sendiri
 Dapat berjalan dengan pakai sandal kecil
B. Anak Tunanetra
Perlu diajarkan orientasi dengan bantuan orang tua, keluarga untuk
pengenalan lingkungan sejak dini

3. Keterbatasan Penguasaan dan Interaksi dengan Lingkungan pada anak Tunanetra


A. Anak awas
 Bermain terutama di samping anak-anak lain, tetapi mulai melibatkan anak-
anak lain, seperti dalam permainan kejar-kejaran
 menunjukkan ketertarikanya kepada satu atau dua teman sebaya favoritnya.
B. Anak Tunanetra
 Lebih mementingkan diri sendiri
 Cenderung pemalu
 Biasanya cenderung sangat kaku dan selalu cepat untuk menarik diri dari
lawannya saat melakukan bersalaman

Penglihatan sangat berperan penting Dalam mengenal lingkungan dan memperoleh informasi
pada lingkungan tersebut. Apabila seseorang memiliki hambatan penglihatan, maka akan
terjadi keterbatasan dalam memperoleh informasi pada lingkungannya. Karena keterbatsan
penglihatan tersebut anak tunanetra mengandalkan indera lain yang ada pada dirinya, seperti
indra penciuman, pendengaran, perabaan, dan pengecapan. Apabila anak tunanetra
mendengar suara, maka suara itu berlalu tanpa kesan. Pendengaran hanya sekedar
memberikan petunjuk. mengenai jarak dan arah, apabila obyek tersebut bersuara. Namun,
pendengaran tidak dapat memberikan gambaran yang konkret tentang obyek tersebut.
Penciuman hanya memberikan suatu petunjuk arah apabila obyek tersebut memiliki bau.
Namun, penciuman tidak dapat memberikan gambaran yang konkret tentang obyek tersebut.
Keterbatasan tersebut mengakibatkan terjadinya keterbatasan pengalaman yang beragam.
Hilangnya penglihatan/rangsangan visual mengakibatkan hilangnya rangsangan untuk
mendekatkan diri dengan lingkungan. Yang pada akhirnya mengakibatkan hilangnya suatu
keinginan untuk melakukan interaksi dengan lingkungan. Berinteraksi dengan lingkungan
membutuhkan suatu pengalaman yang kongkrit. Kumpulan-kumpulan pengalaman yang
konkrit tersebut tersimpan sebagai konsep-konsep yang dapat memberikan kemudahan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan hambatan penglihatan, anak tunanetra miskin dengan konsep
tersebut. Hal tersebut mengakibatkan anak tunanetra mengalami kesulitan untuk berinteraksi
dengan lingkungannya.

Dampak Hambatan Penglihatan

1. Perkembangan Metorik Anak Awas dan Anak Tunanetra Usia 2 Thn


A. Perkembangan Metorik Anak Awas.
 Berdiri berjinjit
 Menendang bola
 Mulai berjalan
 Naik turun dari furnitur tanpa bantuan
 Berjalan naik turun tangga sambil berpegangan
 Melempar bola ke atas
 Membuat atau menyalin garis lurus dan lingkaran

B. Perkembangan Metorik Anak Tunanetra


 Susah jinjit karena susah mengatur keseimbangan
 Lambatnya perkembangan psikomotor locomotion (berjalan dan megang benda)
 Sulit menggapai sebuah benda
 Tidak bisa fokus dalam suatu hal
 Naik turun dari furnitur menggunakan bantuan (orang tua atau benda)
 Menggambar harus dibimbing oleh orang tua

Pada perkembanga metorik, anak tunanetra mengalami banyak penghambatan


dibandingkan anak awas. Perekembangan metorik anak tunanetra banyak mengalami
kehambatan seperti kurangnya keseimbangan. dalam mengalami kesulit keseimbangan
banyak perkembangan-perkembangan yang terhalangi terhalangi seperti yang tercantum
diatas. Sedangkan

Perkembangan metorik anak awas selalu melakukan hal-hal yang baru mereka pandai dan
selalu aktif dalam bergerak. Dan anak awas mereka pandai dalam menjaga keseimbangan
pada dirinya.
2. Dampak kognitif anak umur 2 tahun

A. Anak Normal
 Anak dapat mengenali barangnya sendiri di cermin
 Anak dapat mengatakan namanya sendiri
 Anak dapat mengkomunikasikan apa yang mereka lakukan dengan menggunakan
kata dasar
 Anak dapat menirukan tindakan orang dewasa

B. Anak Tunanetra
Meskipun usia 2 tahun kemampuan sama dengan usia anak dengan anak umur 1 tahun
baru belajar, mengetahui dan lainnya sebab anak tersebut belum memasuki masa
sekolah

3. Perbedaan sosial emosi anak awas dengan anak Tunanetra

A. Sosial dan Emosi anak awas

 Salinan orang lain, terutama orang dewasa dan anak-anak yang lebih tua 
 Menjadi bersemangat ketika bersama anak-anak lain 
 Semakin menunjukkan kemandirian 
 Menunjukkan perilaku menantang (melakukan apa yang diperintahkan untuk tidak
dilakukan) 
 Bermain terutama di samping anak-anak lain, tetapi mulai melibatkan anak-anak
lain, seperti dalam permainan kejar-kejaran 

B. Sosial dan emosi anak Tunanetra


 Biasanya cenderung sangat kaku dan selalu cepat untuk menarik diri dari
lawannya saat melakukan bersalaman
 Lebih mementingkan diri sendiri
 Memerlukan pertolongan dan kasih sayang dari lingkunganya
 Malu, khawatir, takut, sensitif, cemas,
 Memiliki perasaan rendah diri
 Cenderung pemalu
 Tidak percaya diri

Pada perkembangan emosi, anak tunanetra mengalami hambatan dibandingkan anak yang
awas lainnya. Hambatan tersebut disebabkan karena anak tunanetra memiliki kemampuan
terbatas dalam proses belajarnya. Perkembangan emosi anak tunanetra semakin
terhambat apabila anak tersebut mengalami deprivasi emosi, yaitu keadaan dimana anak
tunanetra tersebut kurang kesempatan untuk menghayati pengalaman emosional yang
menyenangkan, seperti kegembiraan, kasih sayang, kesenangan, dan perhatian.
Perkembangan deprivasi emosi akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya,
seperti keterlambatan dalam perkembangan motorik, fisik, intelektual, bicara, dan
sosialnya. Selain itu adanya kecenderungan anak tunanetra dalam masa awal
perkembangannya mengalami deprivasi emosi, akan mementingkan diri sendiri, bersikap
menarik diri, serta menuntut pertolongan dan perhatian, serta kasih syang dari orang
yang berada di sekitarnya
Pada anak tunanetra penguasaan kemampuan bertingkah laku tidaklah mudah
dibandingkan dengan anak awas pada umumnya. anak tunanetra banyak menghadapi
masalah dalam perkembangan sosialnya. Hambatan tersebut muncul sebagai akibat
langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraannya. Kurangnya motivasi, ketakutan
menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas dan baru, perasaan rendah diri, malu, dan
sikap masyarakat yang sering tidak menguntungkan seperti penghinaan penolakan, dan
sikap tak acuh, tidak jelasnya tuntutan sosial, dan terbatasnya kesempatan bagi anak
tunanetra untuk belajar pola tingkah laku yang diterimanya, kecenderungan anak
tunanetra tersebut dapat mengakibatkan perkembangan sosialnya menjadi terhambat.

4. Perbedaan Bahasa/Komunikasi Anak awas dengan Anak Tunanetra

A. Bahasa/Komunikasi anak awas

 Menunjuk benda atau gambar saat diberi nama 


 Tahu nama orang yang dikenal dan bagian tubuh 
 Mengucapkan kalimat dengan 2 hingga 4 kata 
 Mengikuti instruksi sederhana 
 Mengulangi kata-kata yang terdengar dalam percakapan 
 Menunjuk hal-hal dalam buku 

B. Bahasa/komunikasi anak Tunanetra

 Mulai mengingat objek nama-nama objek yang dikenal


 Memberi tahu orang lain tentang apa yang dia pikirkan
 Dapat menunjuk bagian tubuh yang disebutkan dan memberikan benda yang
diminta orang dewasa.
 Dapat memahami ukuran dan mengidentifikasi benda.
 Anak tunanetra dapat berbicara tentang pengalaman secara sederhana.

Secara bahasa anak awas bahasa dan komunikasinya sangat lancar, jika mereka
menginginkan suat benda tetapi tidak mengetahui nama benda tersebut mereka bisa
menujuk benda tersebut kepada orang disekitarnya, begitu juga sebaliknya jika anak
tersebut menginginakan sesuatu mereka tinggall menyebut barang tersebut.

Sedangkan anak tunanetra bahasa da komunikasinya tidak begitu lancar, karena mereka
diusia 2 thn sedang mengingat suatu benda. Jika mereka menginginkan sesuatu tetapi
tidak ingat dengan nama benda tersebut, anak tunanetra akan menyebut ukuran dan
identifikasi benda tersebut, sehingga orang yang disekitarnya akan terasa sulit untuk
memahami apa yang diinginkan anak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai