Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MODUL 2

“Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Dasar”

Disusun untuk memenuhi Tugas Matakuliah Pendidikan Anak di SD


Tutor Pengampu : Bones Afano, M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : 1 (SATU)
NAMA KELOMPOK : 1. HENDRI SAHRONI
2. ILHAM SALASA
3. YULIA MALENI
KELAS : 2B

UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA PALEMBANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
POKJAR MUARADUA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas mata
kuliah Pendidikan Anak di SD.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan makalah ini tentunya akan
ditemui kekurangan-kekurangan dan jauh dari kesempurnaa, hal ini tidak terlepas dari
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan,
petunjuk dan bantuan serta arahan dari berbagai pihak makalah ini dapat kami selesaikan.
Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat kami ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat adanya, kritik dan saran sangat kami harapkan
demi perbaikan makalah ini, dan semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
pertolongan dan petunjuk-Nya. Aamiin.

Muaradua, Oktober 2022


Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A.  Pengertian Perkembangan Kognitif...............................................................3
B.  Proses Perkembangan Kognitif......................................................................4
C.  Bakat dan Kreativitas Anak Usia SD.............................................................5
D. Pengertian Kreativitas....................................................................................5
E. Peran Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Pada
Anak SD.........................................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah lingkungan keluarga,
maupun lingkungan masyarakat. Kemampuan kognitif sangat diperlukan peserta didik
dalam pendidikan. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan
objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan
kognitif sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan interaksi edukatif dan pengembangan kognitif
peserta didik, perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan
kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan
pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang
tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik
perkembangan kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan
kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik,
diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-
tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik.

B.     Rumusan Masalah


Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik, dapat kita ambil masalah-
masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1.   Apa pengertian perkembangan kognitif ?
2.   Bagaimana proses perkembangan kognitif peserta didik ?
3.   Apa saja karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya?
4.   Masalah apa yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dan
bagaimana solusinya ?
C.     Tujuan
Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta didik.
2.      Mengetahui proses perkembangan kognitif peserta didik.
3.      Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan tahap-tahapnya.
4.      Mengetahui masalah seputar karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dan
solusinya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Perkembangan Kognitif


Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak
juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, kemampuan kognitif
dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan
melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan
kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih
luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya
dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses
psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya, sesuai buku karangan.
Teori perkembangan kognitif, menurut Pieget Perkembangan kognitif seorang anak
terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan
pengetahuan anak. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan
tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat
secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah.
Kemudian, pandangan perkembangan kognitif menurut Vygotsky berbeda dengan
piaget. Vygotsky lebih menekankan pada konsep sosiokultural, yaitu konteks sosial dan
interaksi dengan orang lain dalam proses belajar anak. Vygotsky juga yakin suatu
pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu
pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah
dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya dengan baik, misalnya di
masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa
kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk
menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan
dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang
berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.
B.   Proses Perkembangan Kognitif
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses
perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan
oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan
informasi.
1.      Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai
dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi
yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat
perkembangan kognitif, yaitu :
a.       Tahap Sensori-Motorik (usia 0-2 tahun)
Tahap ini seperti Bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat
lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman
tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan
tindakan fisik.
b.      Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari
berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik.
c.       Tahap Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang
berbeda. Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih mempunyai kekurangan
yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam
situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah
secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk
menyelesaikan masalah ini dengan baik.
d.      Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih
idealistik.
C.   Bakat dan Kreativitas Anak Usia SD
Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih
perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud (Munandar, 1987) menurut Sarwono
(1986) bahwa bakat adalah kondisi di dalam diri seseorang yang memungkinkannya
dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus
Jadi dapat disimpulkan bahwa bakat merupakan potensi yang ada di dalam diri seseorang
yang perlu dilatih dan dikembangkan karena tanpa latihan dan pengembangan maka bakat
seseorang tidak akan terwujud. Dalam masa pertumbuhannya bila bakat anak tidak
terwujud secara nyata maka hal ini mungkin disebabkan oleh orang tua, guru atau sekolah
dan pergaulan. Di sisi orang tua, tidak jarang dijumpai orang tua yang tidak menyadari
atau tidak mengenal bakat-bakat anaknya. Meskipun ia mengenal bakat anaknya dan
memiliki sarana untuk mengembangkannya namun ini bukanlah sesuatu yang penting.
Utami Munandar (1987) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat
menentukan sejauh mana bakat anak dapat terwujud faktor-faktor tersebut adalah berikut
ini :
1. Faktor dalam diri anak
Bagaimana minat anak pada suatu, seberapa besar keinginannya untuk
mewujudkan bakatnya dalam prestasi, misalnya anak yang berbakat melukis
mengikuti lomba melukis di sekolah karena ia ingin menjadi juara.
2. Faktor keadaan lingkungan anak
Seberapa jauh ana mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakatnya sarana
dan prasarana yang tersedia berapa besar dukungan dan dorongan orang tua
bagaimana keadaan sosial ekonomi orang tua maupun tempat tinggalnya.

D. Pengertian Kreativitas
Secara universal tidak ada definisi yang dapat diterima mengenai kreativitas,
mengingat begitu kompleksnya konsep kreativitas. Utami Munandar (1987) dalam
bukunya mengenai mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah memberikan
beberapa pengertian kreativitas berdasarkan pendapat para ahli, salah satunya juga
merupakan pengertian dasar kreativitas bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk
membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada.
Umumnya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-
hal baru.
Jika ditinjau dari belahan otak manusia yang terdiri dari belahan otak kanan dan kiri,
bahwa masing-masing memiliki kekhususan tersendiri belahan otak kiri banyak
mengontrol bagian kanan tubuh manusia ternyata di dalam banyak lingkungan budaya
cenderung lebih dominan dan lebih dikembangkan khususnya begitu anak mulai sekolah.
Belahan otak kiri banyak berkaitan dengan verbal, matematis, analitissional serta hal-hal
yang menekankan pada keteraturan. Sedangkan belahan otak kanan yang mengontrol
bagian kiri tubuh, terutama mengukus mengkhususkan pada hal-hal yang bersifat
nonverbal dan holistik, imajinatif. Agar kreativitas seorang dapat lebih terwujud maka
belahan otak kanan perlu diasah (Rosemini, 2000).
Pengertian lain dari kreativitas yang juga merupakan kesimpulan dari Utami mandar
menyebutkan bahwa secara operasional kreativitas adalah kemampuan mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengelaborasi suatu gagasan.
Dengan demikian dapat disimpulkan meskipun sulit memahami kreativitas hanya
dari satu definisi maka kita perlu mengetahui bermacam-macam definisi dan sudut
pandang para pakar yang mengemukakan kreativitas titik teori ambang intelegensia untuk
kreativitas dari Anderson memaparkan bahwa sampai tingkat intelegensi tertentu, yang
diperkirakan seputar IQ 120 ada hubungan yang erat antara intelegensia dengan
kreativitas. Hal ini dapat dimengerti karena untuk menciptakan suatu produk kreativitas
yang tinggi diperlukan tingkat intelegensia yang cukup tinggi pula titik lebih lanjut
Anderson mengatakan bahwa di atas ambang intelegensia itu tidak ada korelasi yang tinggi
lagi antara intelegensia dan kreativitas.
Yang perlu kita ingat ialah kreativitas diperoleh dari pengetahuan atau pengalaman
hidup titik pengetahuan yang selama ini diperoleh dari lingkungan dikumpulkan dan
integrasikan ke dalam suatu bentuk yang baru dan orisinil dengan demikian kita dapat
mengacu pada pendapat Hurlock (1987) bahwa kreativitas tidak dapat berfungsi dalam
keadaan vakum karena berasal dari apa yang telah diperoleh selama ini, dan hal ini juga
tergantung pada kemampuan intelektual seseorang.
Seperti telah dikemukakan bahwa kelancaran, kelenturan, orisinalitas, elaborasi atau
perincian, merupakan ciri-ciri dari kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan
berpikir seseorang, yaitu kemampuan berpikir kreatif. Selain itu ada ciri-ciri lain yang
sama pentingnya yaitu afektif dan kreativitas meliputi dorongan atau motivasi dari dalam
untuk berbuat sesuatu serta pengabdian atau pengikatan diri terhadap tugas (Utami
Munandar, 1987).
Belajar kreatif tidak hanya berkaitan dengan perkembangan kognitif tetapi juga
berkaitan dengan penghayatan pengalaman belajar yang mengasyikkan titik supaya
perilaku kreatif kreatif dapat terwujud maka ciri kognitif maupun afektif dan dari
kreativitas perlu dikembangkan secara terpadu dalam proses belajar.
1) Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
a. Memberikan pemanasan
Pemberian pemanasan dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka
dan bukan pertanyaan tertutup di mana siswa tinggal menjawab ya atau tidak.
Selain itu juga bisa mendorong siswa mengajukan pertanyaan sendiri terhadap
suatu masalah.
b. Pengaturan Fisik
Pengaturan fisik atau ruang kelas saat belajar juga dapat mempengaruhi suatu
proses belajar kreatif. Pengaturan fisik di kelas harus bisa disesuaikan dengan
kebutuhan dalam menunjang pembelajaran jadi lebih efektif.
c. Kesibukan di dalam kelas
Umumnya situasi belajar kreatif lebih banyak menuntut siswa untuk aktif
melakukan kegiatan fisik dan diskusi maka dari itu guru harus dapat
membedakan antara kesibukan yang aktif dan diskusi yang produktif dengan
kesibukan dan diskusi yang sekedar 'mengobrol'.
d. Guru sebagai fasilitator
Peran guru harus terbuka, mendorong siswa untuk aktif belajar dapat menerima
gagasan siswa memupuk siswa untuk memberi kritik membangun dan mampu
memberikan penilaian terhadap diri sendiri, menghindari hukuman atau celaan
terhadap ide yang tidak biasa dan menerima perbedaan menurut waktu dan
kecepatan setiap siswa dalam menuangkan ide-ide barunya.
2) Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan Divergent dalam
kurung terbuka, karena memiliki banyak kemungkinan jawaban pertanyaan
semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta,
merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka agar tampak
manfaatnya, pertanyaan terbuka harus mencakup bahwa bahan yang cukup dikenal
siswa oleh karena itu guru pun disarankan untuk tetap berada dalam jalur tujuan
instruksional dari suatu pokok pembahasan.
Di lain pihak peran guru juga sangat penting karena ia harus sebagai fasilitator
yang dapat mengenalkan masalah dan memberikan informasi yang diperlukan
siswa untuk membahas masalah titik selain itu guru juga harus tahu pada saat
kapan peran sertanya di perlukan.
3) Memadukan perkembangan kognitif (berpikir) dan afektif (sikap dan
perasaan)
a. Ciri kemampuan berpikir kreatif
1) keterampilan berpikir lancar
2) Keterampilan berpikir luas
3) Keterampilan berpikir original
4) Keterampilan memerinci
5) Keterampilan menilai
b. Ciri afektif
1) rasa ingin tahu
2) Bersifat imajinatif
3) Merasa tertantang oleh kemajemukan
4) Sifat berani mengambil risiko
5) Sifat menghargai
c. Menggabungkan pemikiran divergen dan pemikiran konvergen
Pemikiran konvergen yang menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang
paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan tampaknya sudah tidak asing
bagi siswa. Berbagai soal dan masalah yang diajukan di sekolah menuntut
siswa untuk diselesaikan melalui satu jawaban yang benar titik di lain pihak,
pemikiran Divergent menuntut siswa untuk mencari sebanyak mungkin
jawaban terhadap suatu persoalan. Tanpa disadari sebetulnya semua proses
pemikiran saling berkaitan. Jika seseorang memiliki keterampilan dalam
berpikir lancar misalnya akan menunjang keterampilan berpikir luas berbicara
tentang keterampilan berpikir konvergen dan divergen tidak berarti bahwa
keduanya harus berada dalam suatu kegiatan yang berbeda. Guru sebetulnya
dapat menggabungkan keduanya dalam suatu proses belajar mengajar kemari
mana yang satu dapat mengikuti atau mendahului yang lain.
d. Menggabungkan proses berpikir dengan proses afektif
Sebelumnya telah diuraikan mengenai ciri-ciri berpikir kreatif dan ciri-ciri
afektif. Melalui hal itu guru dapat merancang kegiatan belajar mengajar dengan
mengkombinasikan keduanya dari apa yang dikemukakan mengenai belajar dan
berpikir kreatif akan sangat ideal jika hal ini benar-benar dapat dilaksanakan di
dunia pendidikan kita.
4) Faktor-faktor yang berpengaruh dan sumber-sumber kreativitas yang perlu
dikembangkan
Kreativitas dapat berwujud dimana saja dan oleh siapa saja tidak tergantung
pada usia jenis kelamin keadaan sosial ekonomi atau tingkat pendidikannya. Semua
orang memiliki bakat kreatif, namun jika bakat kreatif tersebut tidak dipupuk tentu
tidak akan berkembang, bahwa bisa menjadi terpendam titik beberapa penelitian
(Getzels & Jackson, 1962; Block & Block, 1987; dan Runco, 1992) mengenai
lingkungan rumah menunjukkan bahwa keluarga dari anak yang kreatif cenderung
menerima anak apa adanya (tidak memaksa untuk mengubahnya), merangsang rasa
ingin tahu intelektualnya dan membantu mereka untuk memilih dan menekuni
sesuatu yang diminati (dalam Shaffer, 1996).
Anak yang kreatif memang sudah berbakat (sudah memiliki potensi
tertentu), namun mereka juga memiliki motivasi untuk mengembangkan bakat
khususnya semua ini merupakan faktor yang ada dalam diri seseorang titik di sisi
lain lingkungan juga merupakan hal yang penting karena memupuk bakat dan
memotivasi anak anak juga didorong oleh keluarga dan secara insentif ditangani
oleh ahlinya. Dengan demikian, dikatakan bahwa perkembangan bakat kreatif
seseorang berkaitan dengan dua faktor yaitu motivasi seseorang untuk
mengembangkannya dan lingkungan yang mendukung perkembangannya termasuk
latihan yang ditangani ahli mengingat pentingnya faktor lingkungan maka orang
tua dan guru perlu memberikan dorongan untuk merangsang potensi kreatif.
Berkaitan dengan anak usia SD tak ada salahnya untuk mengenal ciri-ciri
yang berkaitan dan perkembangan kreatif di atas anak usia SD tersebut arates
(dalam huruf, 1978) mengemukakan adanya masa-masa kritis dalam perkembangan
kreatitas hal ini perlu diketahui karena dapat menghalangi perkembangan
kreativitas anak masa-masa kritis tersebut adalah usia 5 - 6 tahun, usia 8-10 tahun,
13-15 tahun dan 17-19 tahun berkaitan dengan anak usia SD maka hanya akan
dibahas dua masa kritis utama.
a. Usia 5 - 6 tahun
Sebelum anak siap masuk sekolah, anak diajarkan untuk menerima apa
yang ditetapkan oleh tokoh otoriter mematuhi aturan dan keputusan orang
dewasa di lingkungan rumahnya kemudian ini semua akan berkembang di
lingkungan sekolah lingkungan yang sangat otoriter akan menghambat
kreativitas anak.
b. Usia 8 - 10 tahun
Merupakan masa dimana kebutuhan anak dapat diterima sebagai anggota
dalam kelompok teman sebayanya dalam disimpulkan bahwa setiap tahapan
usia memiliki masa kritis dan dalam perkembangan kreativitasnya namun perlu
disadari bahwa faktor lingkungan tetap diperlukan untuk mewujudkan
kreativitasnya.
Sumber-sumber kreativitas yang perlu dikembangkan :
1. Sumber kognitif
2. Sumber kepribadian
3. Sumber motivasi
4. Sumber lingkungan

E. Peran Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Pada Anak SD


1. Kecerdasan Intelektual
Piaget (dalam Shaffer, 1996) menjelaskan intelegensia sebagai dasar fungsi
kehidupan yang membantu seseorang/organisme untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Piaget juga menambahkan intelegensi sebagai suatu bentuk
ekuilibrium yang menunjukkan adanya kecenderungan struktur kognitif. Pandangan
ini menunjukkan bahwa seluruh aktivitas intelektual tertuju pada keadaan untuk
menghasilkan keseimbangan maka harmonisan hubungan antara satu proses pemikiran
dan lingkungan.
Utami munandar (1986) mengemukakan bahwa kecerdasan intelektual dapat
dirumuskan sebagai kemampuan untuk:
1. Berpikir abstrak
2. Menangkap ke hubungan-hubungan dan untuk belajar
3. Menyesuaikan diri terhadap situasi baru
a. Konsep IQ
Di dunia psikologi, intelegensia seseorang biasanya dinyatakan dalam suatu
skor yang dikenal dengan koefisien intelegensi atau IQ (intellengence quotient).
b. Struktur intelektual dari Guiford
Guiford (dalam Cohen, 1999) mengemukakan suatu model struktur
intelektual yang dapat digambarkan sebagai suatu kubus yang terdiri dari tiga
dimensi intelektual titik model struktur ini menggambarkan keragaman
kemampuan intelektual manusia yang sekaligus dapat mengklasifikasikan dan
menjelaskan seluruh aktivitas mental manusia yang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Operasi intelektual menunjukkan macam proses pemikiran yang berlangsung.
Operasi intelektual, meliputi kognisi, ingatan, berpikir divergen, berpikir
konvergen dan evaluasi.
2) Isi intelektual menunjukkan macam-macam materi yang digunakan titik
termasuk di dalamnya adalah figural, simbolik dan perilaku
3) Produk menunjukkan hasil dari operasi proses tertentu yang diterapkan pada isi
(materi) tertentu. Termasuk di dalamnya unit, kelas, hubungan, sistem,
transformasi, implikasi.
2. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosi pada awalnya dikemukakan oleh Peter Salovey
dan John Meyer, kemudian dipopulerkan oleh David Goleman, Hedlund dan
Sterberg (2000) merangkum pengertian kecerdasan emosional sebagaimana yang
diungkapkan oleh Goleman (1995) sebagai kemampuan seseorang untuk dapat
memotivasi diri sendiri dan tekun dalam menghadapi frustasi, mengontrol
dorongan-dorongan implusif (dorongan yang timbul berdasarkan suasana hati) dan
mampu menunda pemuasannya, mengatur suasana hati sehingga tidak
mempengaruhi kemampuan berpikir berempati.
b. Konsep EQ yang berbeda dari IQ
Salovey dan Mayer (dalam Shapiro, 1997) menyebutkan EQ sebagai
persamaan dari kecerdasan emosional namun hal ini tidak berarti IQ diukur oleh
suatu alat ukur sebagaimana halnya dengan IQ. Goleman (1995) dan Saphiro
(1997) mengemukakan bahwa sesungguhnya EQ tidak berlawanan dengan IQ atau
kecerdasan kognitif, namun keduanya lebih menggambarkan konsep yang
berbeda.
Peran Orang Tua dan Guru dam mengembangkan IQ dan EQ
1. Menyadari Emosi Anak
2. Emosi sebagai peluang untuk kedekatan dan mendidik
3. Mendengarkan dengan empati dan meneguhkan perasaan anak
4. Menolong anak memberi nama emosi dengan kata-kata
5. Menentukan batas-batas sambil membantu anak memecahkan masalah
Peran IQ dan EQ dalam keberhasilan belajar siswa
1. Motivasi belajar
2. Pandai
3. Memiliki minat
4. Konsentrasi
5. Mampu membaur dari dengan lingkungan
Ciri-ciri Siswa dengan Kecerdasan Ekstrem
1. Keterbelakangan mental
2. Ciri-ciri anak keterbelakangan mental
a) Keterbelakangan mental ringan
b) Keterbelakangan mental menengah sering
c) Keterbelakangan mental berat
d) Keterbelakangan mental parah
3. Anak berbakat
4. Indikator Anak berbakat
a) Kemampuan motorik lebih awal
b) Kemampuan untuk berbicara dengan kalimat yang lengkap
c) Perbandingan perkembangan antara anak satu dengan yang lainnya
d) Daya ingat yang baik
5. Ciri-ciri Anak berbakat
a) Kelancaran berbahasa
b) Rasa ingin tahu yang bersifat pengetahuan
c) Kemampuan berpikir kritis kemampuan bekerja mandiri
d) Ulet
e) Rasa tanggung jawab terhadap tugas
f) Tingkah laku yang terarah pada tugas
g) Cermat dalam mengamati
h) Sering mengungkapkan gagasan baik atau pendapat baru
i) Senang membuat benda atau barang dari bahan yang ada dalam
lingkungannya.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup
penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran
dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses
perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta
didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik
perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa
perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing,
sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan
kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya
kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang
perkembangan kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita
mampu mengetahui perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV


Pustaka Setia.

Arya. 2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online).

(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/,
diakses 2 November 2010).

Wiriana, 2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online).

(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4
November 2010)

Anda mungkin juga menyukai