DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 1 (SATU)
NAMA KELOMPOK : 1. HENDRI SAHRONI
2. ILHAM SALASA
3. YULIA MALENI
KELAS : 2B
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas mata
kuliah Pendidikan Anak di SD.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan makalah ini tentunya akan
ditemui kekurangan-kekurangan dan jauh dari kesempurnaa, hal ini tidak terlepas dari
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki. Namun, berkat bimbingan,
petunjuk dan bantuan serta arahan dari berbagai pihak makalah ini dapat kami selesaikan.
Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat kami ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat adanya, kritik dan saran sangat kami harapkan
demi perbaikan makalah ini, dan semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
pertolongan dan petunjuk-Nya. Aamiin.
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Pengertian Perkembangan Kognitif...............................................................3
B. Proses Perkembangan Kognitif......................................................................4
C. Bakat dan Kreativitas Anak Usia SD.............................................................5
D. Pengertian Kreativitas....................................................................................5
E. Peran Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Pada
Anak SD.........................................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................14
A. Kesimpulan....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
D. Pengertian Kreativitas
Secara universal tidak ada definisi yang dapat diterima mengenai kreativitas,
mengingat begitu kompleksnya konsep kreativitas. Utami Munandar (1987) dalam
bukunya mengenai mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah memberikan
beberapa pengertian kreativitas berdasarkan pendapat para ahli, salah satunya juga
merupakan pengertian dasar kreativitas bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk
membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada.
Umumnya orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-
hal baru.
Jika ditinjau dari belahan otak manusia yang terdiri dari belahan otak kanan dan kiri,
bahwa masing-masing memiliki kekhususan tersendiri belahan otak kiri banyak
mengontrol bagian kanan tubuh manusia ternyata di dalam banyak lingkungan budaya
cenderung lebih dominan dan lebih dikembangkan khususnya begitu anak mulai sekolah.
Belahan otak kiri banyak berkaitan dengan verbal, matematis, analitissional serta hal-hal
yang menekankan pada keteraturan. Sedangkan belahan otak kanan yang mengontrol
bagian kiri tubuh, terutama mengukus mengkhususkan pada hal-hal yang bersifat
nonverbal dan holistik, imajinatif. Agar kreativitas seorang dapat lebih terwujud maka
belahan otak kanan perlu diasah (Rosemini, 2000).
Pengertian lain dari kreativitas yang juga merupakan kesimpulan dari Utami mandar
menyebutkan bahwa secara operasional kreativitas adalah kemampuan mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengelaborasi suatu gagasan.
Dengan demikian dapat disimpulkan meskipun sulit memahami kreativitas hanya
dari satu definisi maka kita perlu mengetahui bermacam-macam definisi dan sudut
pandang para pakar yang mengemukakan kreativitas titik teori ambang intelegensia untuk
kreativitas dari Anderson memaparkan bahwa sampai tingkat intelegensi tertentu, yang
diperkirakan seputar IQ 120 ada hubungan yang erat antara intelegensia dengan
kreativitas. Hal ini dapat dimengerti karena untuk menciptakan suatu produk kreativitas
yang tinggi diperlukan tingkat intelegensia yang cukup tinggi pula titik lebih lanjut
Anderson mengatakan bahwa di atas ambang intelegensia itu tidak ada korelasi yang tinggi
lagi antara intelegensia dan kreativitas.
Yang perlu kita ingat ialah kreativitas diperoleh dari pengetahuan atau pengalaman
hidup titik pengetahuan yang selama ini diperoleh dari lingkungan dikumpulkan dan
integrasikan ke dalam suatu bentuk yang baru dan orisinil dengan demikian kita dapat
mengacu pada pendapat Hurlock (1987) bahwa kreativitas tidak dapat berfungsi dalam
keadaan vakum karena berasal dari apa yang telah diperoleh selama ini, dan hal ini juga
tergantung pada kemampuan intelektual seseorang.
Seperti telah dikemukakan bahwa kelancaran, kelenturan, orisinalitas, elaborasi atau
perincian, merupakan ciri-ciri dari kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan
berpikir seseorang, yaitu kemampuan berpikir kreatif. Selain itu ada ciri-ciri lain yang
sama pentingnya yaitu afektif dan kreativitas meliputi dorongan atau motivasi dari dalam
untuk berbuat sesuatu serta pengabdian atau pengikatan diri terhadap tugas (Utami
Munandar, 1987).
Belajar kreatif tidak hanya berkaitan dengan perkembangan kognitif tetapi juga
berkaitan dengan penghayatan pengalaman belajar yang mengasyikkan titik supaya
perilaku kreatif kreatif dapat terwujud maka ciri kognitif maupun afektif dan dari
kreativitas perlu dikembangkan secara terpadu dalam proses belajar.
1) Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang belajar kreatif
a. Memberikan pemanasan
Pemberian pemanasan dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka
dan bukan pertanyaan tertutup di mana siswa tinggal menjawab ya atau tidak.
Selain itu juga bisa mendorong siswa mengajukan pertanyaan sendiri terhadap
suatu masalah.
b. Pengaturan Fisik
Pengaturan fisik atau ruang kelas saat belajar juga dapat mempengaruhi suatu
proses belajar kreatif. Pengaturan fisik di kelas harus bisa disesuaikan dengan
kebutuhan dalam menunjang pembelajaran jadi lebih efektif.
c. Kesibukan di dalam kelas
Umumnya situasi belajar kreatif lebih banyak menuntut siswa untuk aktif
melakukan kegiatan fisik dan diskusi maka dari itu guru harus dapat
membedakan antara kesibukan yang aktif dan diskusi yang produktif dengan
kesibukan dan diskusi yang sekedar 'mengobrol'.
d. Guru sebagai fasilitator
Peran guru harus terbuka, mendorong siswa untuk aktif belajar dapat menerima
gagasan siswa memupuk siswa untuk memberi kritik membangun dan mampu
memberikan penilaian terhadap diri sendiri, menghindari hukuman atau celaan
terhadap ide yang tidak biasa dan menerima perbedaan menurut waktu dan
kecepatan setiap siswa dalam menuangkan ide-ide barunya.
2) Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan Divergent dalam
kurung terbuka, karena memiliki banyak kemungkinan jawaban pertanyaan
semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta,
merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka agar tampak
manfaatnya, pertanyaan terbuka harus mencakup bahwa bahan yang cukup dikenal
siswa oleh karena itu guru pun disarankan untuk tetap berada dalam jalur tujuan
instruksional dari suatu pokok pembahasan.
Di lain pihak peran guru juga sangat penting karena ia harus sebagai fasilitator
yang dapat mengenalkan masalah dan memberikan informasi yang diperlukan
siswa untuk membahas masalah titik selain itu guru juga harus tahu pada saat
kapan peran sertanya di perlukan.
3) Memadukan perkembangan kognitif (berpikir) dan afektif (sikap dan
perasaan)
a. Ciri kemampuan berpikir kreatif
1) keterampilan berpikir lancar
2) Keterampilan berpikir luas
3) Keterampilan berpikir original
4) Keterampilan memerinci
5) Keterampilan menilai
b. Ciri afektif
1) rasa ingin tahu
2) Bersifat imajinatif
3) Merasa tertantang oleh kemajemukan
4) Sifat berani mengambil risiko
5) Sifat menghargai
c. Menggabungkan pemikiran divergen dan pemikiran konvergen
Pemikiran konvergen yang menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang
paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan tampaknya sudah tidak asing
bagi siswa. Berbagai soal dan masalah yang diajukan di sekolah menuntut
siswa untuk diselesaikan melalui satu jawaban yang benar titik di lain pihak,
pemikiran Divergent menuntut siswa untuk mencari sebanyak mungkin
jawaban terhadap suatu persoalan. Tanpa disadari sebetulnya semua proses
pemikiran saling berkaitan. Jika seseorang memiliki keterampilan dalam
berpikir lancar misalnya akan menunjang keterampilan berpikir luas berbicara
tentang keterampilan berpikir konvergen dan divergen tidak berarti bahwa
keduanya harus berada dalam suatu kegiatan yang berbeda. Guru sebetulnya
dapat menggabungkan keduanya dalam suatu proses belajar mengajar kemari
mana yang satu dapat mengikuti atau mendahului yang lain.
d. Menggabungkan proses berpikir dengan proses afektif
Sebelumnya telah diuraikan mengenai ciri-ciri berpikir kreatif dan ciri-ciri
afektif. Melalui hal itu guru dapat merancang kegiatan belajar mengajar dengan
mengkombinasikan keduanya dari apa yang dikemukakan mengenai belajar dan
berpikir kreatif akan sangat ideal jika hal ini benar-benar dapat dilaksanakan di
dunia pendidikan kita.
4) Faktor-faktor yang berpengaruh dan sumber-sumber kreativitas yang perlu
dikembangkan
Kreativitas dapat berwujud dimana saja dan oleh siapa saja tidak tergantung
pada usia jenis kelamin keadaan sosial ekonomi atau tingkat pendidikannya. Semua
orang memiliki bakat kreatif, namun jika bakat kreatif tersebut tidak dipupuk tentu
tidak akan berkembang, bahwa bisa menjadi terpendam titik beberapa penelitian
(Getzels & Jackson, 1962; Block & Block, 1987; dan Runco, 1992) mengenai
lingkungan rumah menunjukkan bahwa keluarga dari anak yang kreatif cenderung
menerima anak apa adanya (tidak memaksa untuk mengubahnya), merangsang rasa
ingin tahu intelektualnya dan membantu mereka untuk memilih dan menekuni
sesuatu yang diminati (dalam Shaffer, 1996).
Anak yang kreatif memang sudah berbakat (sudah memiliki potensi
tertentu), namun mereka juga memiliki motivasi untuk mengembangkan bakat
khususnya semua ini merupakan faktor yang ada dalam diri seseorang titik di sisi
lain lingkungan juga merupakan hal yang penting karena memupuk bakat dan
memotivasi anak anak juga didorong oleh keluarga dan secara insentif ditangani
oleh ahlinya. Dengan demikian, dikatakan bahwa perkembangan bakat kreatif
seseorang berkaitan dengan dua faktor yaitu motivasi seseorang untuk
mengembangkannya dan lingkungan yang mendukung perkembangannya termasuk
latihan yang ditangani ahli mengingat pentingnya faktor lingkungan maka orang
tua dan guru perlu memberikan dorongan untuk merangsang potensi kreatif.
Berkaitan dengan anak usia SD tak ada salahnya untuk mengenal ciri-ciri
yang berkaitan dan perkembangan kreatif di atas anak usia SD tersebut arates
(dalam huruf, 1978) mengemukakan adanya masa-masa kritis dalam perkembangan
kreatitas hal ini perlu diketahui karena dapat menghalangi perkembangan
kreativitas anak masa-masa kritis tersebut adalah usia 5 - 6 tahun, usia 8-10 tahun,
13-15 tahun dan 17-19 tahun berkaitan dengan anak usia SD maka hanya akan
dibahas dua masa kritis utama.
a. Usia 5 - 6 tahun
Sebelum anak siap masuk sekolah, anak diajarkan untuk menerima apa
yang ditetapkan oleh tokoh otoriter mematuhi aturan dan keputusan orang
dewasa di lingkungan rumahnya kemudian ini semua akan berkembang di
lingkungan sekolah lingkungan yang sangat otoriter akan menghambat
kreativitas anak.
b. Usia 8 - 10 tahun
Merupakan masa dimana kebutuhan anak dapat diterima sebagai anggota
dalam kelompok teman sebayanya dalam disimpulkan bahwa setiap tahapan
usia memiliki masa kritis dan dalam perkembangan kreativitasnya namun perlu
disadari bahwa faktor lingkungan tetap diperlukan untuk mewujudkan
kreativitasnya.
Sumber-sumber kreativitas yang perlu dikembangkan :
1. Sumber kognitif
2. Sumber kepribadian
3. Sumber motivasi
4. Sumber lingkungan
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup
penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran
dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses
perkembangan kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta
didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik
perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa
perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing,
sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan
kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya
kita sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang
perkembangan kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita
mampu mengetahui perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.
DAFTAR PUSTAKA
(http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/,
diakses 2 November 2010).
(http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4
November 2010)