Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Disusun Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Kognitif dan
Bahasa”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi
Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi
kami sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya untuk mengetahui tentang
perkembangan kognitif dan bahasa serta memberikan solusi terkait perkembangan tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd., selaku
dosen pembimbing dan kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Kami
mohon maaf apabila terdapat salah kata dalam penulisan makalah dan kami juga mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk bahan pertimbangan perbaikan makalah.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kognitif siswa, kognitif sendiri berasal dari kata “cognitive” dan cognition
yang berarti mengetahui. Secara umum dan keseluruhan, kognitif adalah satu dominan dalam
ranah psikologis manusia yang meliputi perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, keyakinan, dan afeksi yang bertalian
dengan ranah rasa. (Chaplin, 1972). Proses perkembangan kognitif manusia mulai berlangsung
sejak manusia itu lahir. Perkembangan kognitif ini berlangsung dan mendapat sumber utama
yang mengembangkan berasal dari otak manusia itu sendiri. Kapasitas motor dan sensor juga
dipengaruhi oleh kognitif itu sendiri. campur tangan sel-sel otak terhadap perkembangan bayi
dimulai setelah ia berusia 5 bulan saat kemampuan sensorinya tampak dan mulai muncul.
Perkembangan kognitif pada manusia terjadi dan terus berkembang ketika sensor dan
motor mengalamiaktivitas dan dipengaruhi sel-sel otak. Sebagai bukti jika bayi lahir dengan
cacat atau berkelainan otak, kemungkinan kecil bayi tersebut dapat mengotomatisasikan reflek-
reflek motor dan daya sensorinya. Mengetahui ranah kognitif yang mulai dari beberapa hari atau
minggu nya kognitif dimulai sulit ditentukan. Namun, berdasarkan para riset ahli psikologi ranah
kognitif itu pada prinsipnya sudah berlangsung sejak masa bayi, yakni rentang kehidupan antara
0-2 tahun. Hasil-hasil riset kognitif yang dilkukan selama kurun waktu 20 tahun terakhir
menyimpulkan bahwa semua bayi manusia sudah berkemampuan menyimpan informasi yang
berasal dari penglihatan, pendengaran, dan informasi lain yang diserap melalui indera lainya.
Seorang pakar terkemuka dalam disiplin ilmu psikologi kognitif dan psikologi anak, yaitu
Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif menjadi empat tahapan, yaitu:
1. Tahap sensory-motor yaitu perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2
tahun
2. Tahap pre-operational, yaitu perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7
tahun
3. Tahap concrete-operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun
4. Tahap formal-operational, yaitu perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-
15 tahun (Daehler & Bukatko, 1985; Best, 1989;.
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Kognitif
Selama perkembangan dalam periode sensori-motor berlangsung sejak anak lahir sampai
usia 2 tahun, inteegensi yang dimiliki anak tersebut masih berdasarkan pada perilaku terbuka
yang berarti masih merupakan intelegensi dasar yang amat berari karena menjadi pondasi untuk
tipe-tipe intelegensi tertentu yang akan dimiliki anak di masa depan. Intelegensi motori
merupakan intelegensi yang praktis yang sangat berguna bagi anak usia 0-2 tahun untuk
membantu belajar dan memahami lingkungan sekitarnya sebelum anak tersebut mampu untuk
berpikir.
Saat bayi sedang berinteraksi dengan lingkungannya, bayi tersebut akan menangkap
dengan indera nya dan kemudian menggabungkan sensori motor kemampuan akomodasi hingga
ia dapat mencapai kepuasan dalam kebutuhanya. Proses tersebut selalu dilakukan oleh bayi
dalam proses perkembanganya. Contohnya adalah ketika bayi sedang lapar atau menahan
hausnya ataupun ketika bermain dengan benda mainanya.
Pigaet melakukan sebuah eksperimen terhadap bayi yang berusia 7-18 bulan untuk
mengetahui bahwa bayi pada usia tersebut belum sepenuhnya mengetahui pandangan tentang
object permanence atau ketetapan benda yang dimana objek tersebut memberikan anggapan
bahwa seolah olah apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh bayi tersebut tidak akan hilang
walaupun sudah lama dirasakan atau dilihat. Pada dasarnya bayi sudah mengenal dan memahami
objek-objek di sekitarnya termasuk putting susu ibunya. Bayi mengetahui dan memahami objek
disekitarnya dengan menggunakan skema sensori ini. Dalam skema sensori ini, bayi mengenal
benda sebgai konfigurasi sensori yang stabil. Konfigurasi itu disebut juga “tableaux” oleh Pigaet
sendiri.
Dalam periode pra-operasional sendiri terjadi dalam diri anak dari umur dua sampai tujuh
tahun. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan benda yang harus ada atau bisa ada.
Jadi, eksistensi benda tersebut berbeda dengan periode sensori motor. Perolehan kemampuan
tersebut yang berupa kesadaran terhadap eksistensi suatu benda melahirkan kognitif baru yang
disebut reprentasi. Reprentasi mental adalah sesuatu yang mewakili atau menjadi simbol atau
wujud sesuatu yang lain memungkinkan anak untuk berpikir dan menyimpulkan eksistensi
sebuah benda atau kejadian tertentu.
Dalam periode ini, yang berlangsung hingga usia menjelang remaja anak memperoleh
tambahan kemampuan system operations atau satuan langkah berpikir. Kemampuan satuan
langkah berpikir ini sangat penting dan berguna bagi anak untuk mengkoordinasikan pikiran dan
idenya terhadap peristiwa tertentu terhadap pemikiranya sendiri. satuan langkah berpikir anak
juga terdiri atas beraneka ragam langkah yang masing masing berfungsi sebagai skema kognitif
khusus dan menjadi perbuatan intern yang tertutup sehingga kelak anak akan menjadi satuan
langkah terbentuknya intelegensi intuitif.
Dalam tahap ini, anak yang suah menjelang remaja yaiu usia 11-15 tahun. Anak akan
dapat mengtasai masalah keterbatasan pikiran konkret-operasional seperti perkembangan
psikofisik siswa. Dalam perkembangan ini remaja telah memiliki kemampuan
mengkoordinasikan baik secara simultan maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif.
Dua macam kapasitas kognitif tersebut sangat berpengaruh terhadap skema kognitif itu tentu
telah dimiliki juga oleh orang-orang dewasa. Oleh karenanya, seorang remaja pelajar yang telah
berhasil menempuh proses perkembangan formal-operasional secara kognitif dapat dianggap
telah mulai dewasa.
Teori-teori mengenai tahap perkembangan kognitif diatas tadi yang telah disebutkan
sangat penting bagi calon guru maupun guru yang sudah mengajar karena perkembangan
kognitif apa yang telah disampaikan oleh Pigaet itu sendiri telah banyak dipelajari dan terbukti
oleh penelitian yang dilakukanya demi menguji hipotesis secara faktual dan telah dibuktikan.
Perkembangan kognitif juga dapat berfungsi sebagai acuan untuk mengetahui atau memahami
anak atau siswa tersebut sedang berada pada tahap berkembang baik secara psikis dan mental
jika dilihat dari ilmu psikologi pendidikan.
Dalam sebuah perkembangan kognitif, tentunya terdapat bahasa ataiu pemerolehan bahsa
yang digunakan anak untuk menyesuaikan perkembangan terhadap lingkungan sekitarnya.
Bahasa yang diperoleh berasal dari bentuk pemahamanya yang ia lalui dari lingkungan sekitar
dengan menggunakan indera lalu akan ditirukan dan dikembangkannya. Bahasa yang diperoleh
berasal dari orang tua dan guru di sekolah. Anak akan selalu meniru dan memperhatikan hingga
saatnya ketika dia beranjak remaja dan dewasa akan tau mana pemilihan kata-kata atau bahasa
yang menurutnya baik bagi orang lain dan sekitar.
Dalam istilah pemperolehan bahasa, dimaksudkan bahwa proses yang dilakukan oleh
anak anak untuk mencapai penguasaan yang lancar serta fasih terhadap bahasa itu sendiri dan ibu
mereka. Istilah pemilihan bahasa pengganti belajar. Agar sesuai tatanan bahasa yang baik, maka
kaidah bagi semua kalimat harus disusun berdasarkan jumlah yang terbatas. Semua aspek yang
mempengaruhi belajar yang dapat diberikan kepadaanak atau siswa haruslah memiliki tiga
komponen yaitu kesemestaan, kesederhanaan, penilaian.
Dalam proses mengajar perlu sekali untuk menerapkandan memperhatikan kognisi guna
mengetahui perkembangan anak, perkembangan bahasa, dan perkembangan sosial emosional.
Sebagai pendidik sudah semestinya mengetahui respon anak dan mengetahui setiap
perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Sehingga perkembangan pada anak
tersebut mudah di pelajari dan dibimbing agar proses perkembangan yang dilalui maksimal dan
berguna bagi anak itu sendiri.
Dalam proses pendidikan, tentunya perkembangan kognitif sendiri sangatlah penting dan
mempengaruhi perkembangan anak dan siswa itu sendiri. Pada perkembangan anak ataupun
siswa terdapat tekanan pada siswa yang berbentuk pengetahuan dalam berhadapan dengan
lingkungan atau objek yang sedang dipelajarinya. Jadi dalam perkembangan kognitif sendiri
proses belajar lebih dipengaruhi oleh siswa itu sendiri yang aktif dan bukan dipengaruhi oleh
guru atau pengajar di sekolah. Guru disini harus paham dan mengerti cara berpikir murid atau
siswanya kemudian guru membimbing dan memberikan bahan bimbingan sesuai dengan taraf
kognitifnya.
Dalam perkembangan kognitif juga ketika dipelajari maka akan ditemukan metode
belajar dalam pembelajaran. Metode belajar yang digunakan tentunya berkaitan dengan keaktifan
siswa itu sendiri. maka guru disini akan membiarkan siswa nya aktif dan membebaskan siswanya
untuk selalu berpendapat dan bertanya kepada gurunya di kelas saat kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, diskusi bersama teman juga sangat membantu pengembangan pemikiran seorang
murid dalam belajar. Dapat disimpulkan bahwa metode yang sangat cocok digunakan adalah
metode belajar aktif.
Peranan guru dalam perkembangan kognitif siswa atau murid nya juga sangat diperlukan.
Guru disini berperan sebagai fasiliator dan mentor. Agar guru dapat membantu siswa agar aktif
dalam pembelajaran, guru perlu mengetahui kemampuan dan perkembangan kognitif setiap
siswa dan muridnya agar dapat memudahkan untuk mendorong dan mendidik siswanya
mengeluarkan dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Guru disini juga harus mengerti
dalam pemberian bahan materi yang pas sesuai porsi setiap kemampuan berpikir yang berkaitan
dengan kognitif siswanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori perkembangan kognitif dan bahasa yang dikemukakan oleh Jean Pigaet dalam
memaknai perkembangan kognitif anak yang melibatkan proses-proses ataupun langkah yang
dapat berfungsi sebagai bahan pemahaman terutama dalam dunia pendidikan sangatlah penting
dan berguna. Dalam prosesbelajar mengajar guru juga tentunya perlu mengetahui setiap karakter
siswanya masing-masing yang berkaitan langsung dengan perkembangan kognitif siswa. Oleh
karena itu, teori milik Jean Pigaet disini sangat lah penting dipelajari oleh guru dan semua tenaga
didik dalam dunia pendidikan.
Teori yang disampaikan oleh Jean Pigaet mestinya bisa diaplikasikan dalam proses
pembelajaran. Teori ini menekankan bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman
mereka mengenai dunia. Guru atau pembimbing hanyalah fasiliator yang bertugas untuk
mendidik dan membantu siswanya agar memaksimalkanpotensi yang dimiliki dari dalam dirinya
yang berguna juga untuk dirinya dimasa depan nanti. Penekanan kepada siswa atau murid
bergantung pada alat-alat yang disediakan oleh budaya, yang menentukan keterampilan anak itu
yang akan diambil.
DAFTAR PUSTAKA
Suparno, P. (2012). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Muhibbin Syah, M.Ed. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru: Perkembangan
Psiko-fisik Siswa, (60-77).