Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERKEMBANGAN BAHASA DAN PERKEMBANGAN SOSIAL


PESERTA DIDIK

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Perkembangan Peserta Didik

Dibina oleh Neni Wahyuningtyas, M. Pd.

OLEH

KELOMPOK 2 :

1. Adhis Dwi Seftiyana 210421622009


2. Firman Rizki Fitrianto 210411623683
3. Ninda Auni Azri 210411623623
4. Titania Putri Pratiwi 210411623608
5. Wijdan Syahrul P. 210411623649
6. Wilda Eka Prasetyani 210411623627

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat, taufiq, serta hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kami yang berjudul “Perkembangan Bahasa dan Perkembangan Sosial
Peserta Didik” dengan baik.

Dalam penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan
dari berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Neni
Wahyuningtyas, M. Pd. selaku dosen pengampu matakuliah Perkembangan
Peserta Didik yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.

Kritik dan saran sangat berguna untuk kami agar makalah ini menjadi lebih
baik. Dan semoga dengan penyusunan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.

Malang, 18 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I...................................................................................................................4

PENDAHULUAN................................................................................................4

1.1 Latar Belakang............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5

1.3 Tujuan.........................................................................................................5

1.4 Manfaat.......................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................7

PEMBAHASAN..................................................................................................7

2.1 Definisi Perkembangan Bahasa..................................................................7

2.2 Definisi Perkembangan Sosial..................................................................10

2.3 Proses Peserta Didik Dalam Masa Perkembangan Bahasa Dan Sosial....15

2.4 Problematika Perkembangan Bahasa dan Sosial Peserta Didik...............19

2.5 Implikasi Perkembangan Sosial Peserta Didik Terhadap Pendidikan......22

2.6 Studi Kasus...............................................................................................22


BAB III...............................................................................................................25

Penutup...............................................................................................................25

3.1 Kesimpulan...............................................................................................25

3.2 Saran.........................................................................................................25

Daftar Puastaka..................................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa memegang fungsi krusial, yakni merupakan media komunikasi
bagi seluruh umat manusia yang artinya bahasa digunakan oleh seluruh
manusia untuk mengutarakan, menyampaikan, dan memberikan sinyal atau
pesan kepada orang lain dengan tujuan serta maksud tertentu. Pengetahuan
perihal perkembangan bahasa anak usia dini sangat membantu tercapainya
pembelajaran keterampilan dasar bahasa yang baik. Bagi orang tua dan guru,
pemahaman perihal perkembangan bahasa anak usia dini sangat membantu
dalam menaikkan perkembangan kemampuan bahasa anak. dengan
mengenalkan teori-teori pengembangan bahasa, anak bisa meningkatkan
perkembangan bahasa secara optimal. Hal ini bisa dilakukan melalui
penerapan contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak serta
menerapkan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan anak usia dini.

Perkembangan sosial anak sangatlah penting bagi pertumbuhan dan


proses kematangan anak menuju tahap kedewasaan. Perkembangan sosial
yang baik dimulai dari proses sosialisasi anak dengan lingkungan yang akan
memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi anak di masa depan.
Kemampuan anak dalam
berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain sehingga dapat menjadi
bagian dari masyarakat disebut dengan keterampilan sense of community.
Kemampuan sense of community merupakan bagian dari perkembangan
kemampuan sosial anak usia dini. Kehidupan sosial anak berkembang dengan
cara yang relatif dapat diprediksi, kegiata sosial yang dilakukan dari
hubungan yang harmonis seperti hubungan dengan orangtua atau keluarga,
teman sebaya serta orang lain.

Setiap tahap perkembangan mempunyai risiko. Beberapa hal yang


dapat menyebabkannya antara lain dari lingkungan anak itu sendiri. Bahaya

4
ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis, dan
sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya
tidak ada peningkatan perkembangan. Pada saat itu dapat dikatakan bahwa
anak sedang mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau
ketidakmatangan. Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya
perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan
pengasuh (orangtua, guru, atau pengasuh lainnya) untuk segera mencari
penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi perkembangan bahasa?
2. Apa definisi perkembangan social?
3. Bagaimana proses peserta didik dalam masa perkembangan bahasa dan
sosial?
4. Apa saja yang menjadi problematika dalam perkembangan sosial peserta
didik?
5. Bagaimana implikasi perkembangan sosial peserta didik terhadap
pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Mengetauhi pengertian perkembangan bahasa peserta didik
2. Mengetauhi pengertian perkembangan sosial
3. Mengetauhi proses peserta didik dalam masa perkembangan bahasa dan
sosial
4. Mengetauhi apa saja yang menjadi problematika dalam perkembangan
sosial peserta didik
5. Mengetauhi implikasinya terhadap peserta didik

1.4 Manfaat
1. Sebagai pemenuhan tugas Perkembangan Peserta Didik
2. Sebagai referensi bagi penulis makalah lainnya yang mendalami tentang
perkembangan bahsa dan sosial peserta didik
3. Menambah pengetauhan penulis, pembaca, dan pihak lain tentang
problematika dalam perkembangan sosial peserta didik

5
4. Menambah pengetauhan penulis, pembaca, dan pihak lain tentang
implikasinya terhadap peserta didik.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Perkembangan Bahasa


A. Pengertian Perkembangan Bahasa
Bahasa dalam bahasa Inggris berarti “language”, pada buku Gleason
menyampaikan Language has been hailed as the hallmark of humanity,
the ability that separates humans from animals. As humans in society, we
use our language ability continuously to embrace ideas, share our
feelings, comment on the world, and understand each other’s minds.
Language can be defined as an organized system of arbitrary signals and
rule-governed structures that are used as a means for communication.
Bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi menggunakan orang lain.
Bahasa adalah faktor hakiki yang membedakan insan dengan hewan.
Bahasa erat kaitannya dengan perkembangan berfikir individu.
Perkembangan berfikir individu tampak pada perkembangan bahasanya
yaitu kemampuan menciptakan pengertian, menyusun pendapat dan
menarik kesimpulan.
Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan kata “bicara”
(speech) menggunakan bahasa (language), meskipun ke dua kata tadi
sebenarnya tidak sama. Bahasa meliputi setiap wahana komunikasi
menggunakan menyimbolkan pikiran dan perasaan buat membicarakan
makna pada orang lain. Termasuk didalamnya disparitas bentuk
komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara, bahasa simbol, aktualisasi
diri muka, isyarat, dan seni. Bicara merupakan bentuk bahasa yang
memakai artikulasi atau istilah-istilah yang dipakai untuk menyampaikan
maksud. Lantaran bicara adalah bentuk komunikasi yang paling efektif,
penggunaannya paling luas dan paling penting. Berbicara adalah indera
komunikasi terpenting pada berkelompok. Anak belajar bagaimana

6
berbicara menggunakan bahasa yang baik terhadap orang lain.
Bertambahnya kosakata yang berasal berdasarkan aneka macam sumber
mengakibatkan semakin banyak istilah yang diketauhi. Anak mulai
menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak bisa dicapai apabila
anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini
mendorong anak untuk meningkatkan kosakatanya.
Sementara pengertian perkembangan (development) adalah suatu
proses yang pasti dialami setiap individu, perkembangan ini merupakan
bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan dan sistematis.
Syamsu Yusuf pada bukunya mendefinisikan perkembangan menjadi
perubahan yang progress dan konstan pada diri individu menurut mulai
lahir hingga mati. Yang mana aspek aspeknya menurut perkembangan
meliputi: fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral &
pencerahan beragama. Bahasa adalah indera komunikasi bagi setiap orang,
termasuk anak-anak. Bahasa yang pertama dikenali anak merupakan
bahasa ibu. Maka menurut itu pemerolehan bahasa adalah proses yang
berlangsung di dalam otak seseorang anak-anak saat beliau memperoleh
bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Agar dapat berbahasa
menggunakan baik dan lancar, anak-anak memerlukan latihan yang
intensif dan bertahap. Hal ini sinkron dengan pendapat Soenyono
Darjowidjojo bahwa pemerolehan bahasa anak itu tidaklah langsung
datang atau sekaligus, namun bertahap.
Kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan
perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu,
perkembangan bahasa anak ditandai oleh suatu rangkaian kesatuan yang
bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan
yang lebih kompleks.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Menurut Hurlock (1995) ada beberapa faktor yang menyebabkan


perbedaan perkembangan bahasa anak terkait proses belajar berbicara
seorang anak, diantaranya:

1. Kesehatan

7
Anak yang sehat lebih cepat berbicara karena motivasi yang
lebih kuat untuk menjadi anggota kelompok social dan
berkomunikasi dengan anggota tersebut.
2. Kecerdasan
Anak yang kecerdasaannya tinggi akan memperlihatkan
penguasaan bahasa yang lebih baik.
3. Keadaan sosial ekonomi
Anak dari keluarga ekonomi yang mampu lebih mudah belajar
berbicara, pengungkapan perasaan dirinya lebih baik, dan lebih
banyak bicara dibandingkan anak dari keluarga yang kurang
mampu. Hal ini dikarenakan anak dari keluarga berada lebih
banyak mendapat dorongan dan bimbingan untuk berbicara dari
anggota keluarga yang lain. Keluarga dengan ekonomi yang rendah
cenderung lebih memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sehari-
hari sehingga berkembang bahasa anak kurang diperhatikan.
4. Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih cepat belajar berbicara dibandingkan
anak laki-laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki
lebih pendek dan kurang benar dalam tata bahasa, kosakatanya pun
lebih sedikit, dan pengucapan kata kurang tepat daripada anak
perempuan.
5. Keinginan berkomunikasi
Semakin kuat dalam berkomunikasi dengan seseorang semakin
kuat motivasi anak untuk belajar berbicara
6. Dorongan
Semakin banyak didorong untuk berbicara dengan mengajaknya
berbicara dan didorong menanggapinya, akan semakin awal
mereka belajar berbicara dan semakin baik kualitas bicaranya.
7. Ukuran keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya berbicara
lebih awal dan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar,

8
karena orang tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak
untuk mengajar anaknya berbicara.
9. Urutan kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih cepat
berbicara dibanding anak yang lahir kemudian. Hal ini karena
orang tua dapat menyediakan waktu yang lebih banyak untuk
mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam
belajar dibandingkan untuk anak yang lahir kemudian.
10. Metode pelatihan anak
Anak-anak dalam keluarga otoriter yang menekankan bahwa
“anak harus dilihat dan bukan didengar” di sini terjadi
hambatan belajar, sedangkan keluarga dengan kebebasan dan
demokratis akan mendorong anak untuk belajar berbicara.
11. Kelahiran kembar
Anak yang lahir kembar pada umumnya mengalami
keterlambatan dalam bicara karena mereka lebih banyak
bergaul dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat
khusus yang mereka miliki. Hal ini melemahkan motivasi
mereka untuk belajar berbicara agar dipahami oleh orang lain.
12. Hubungan dengan teman sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya
menyebabkan semakin besar keinginan mereka untuk diterima
sebagai anggota kelompok sebaya. Hal ini akan memperbesar
motivasi anak untuk belajar berbicara.
13. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung
mempunyai kemampuan bahasa yang baik, baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif sehingga kemampuan
bahasa juga dapat dijadikan sebagai petunjuk anak yang sehat
mental.

2.2 Definisi Perkembangan Sosial


A. Pengertian Perkembangan Sosial

9
Perkembangan sosial merupakan proses perkembangan individu untuk
mampu mencapai kematangan perkembangan sesuai dengan tahapan usia
dan tugas perkembangan setiap jenjangnya. Individu yang mampu
mencapai perkembangan sosial memiliki indikator ketercapaian hubungan
dan sikap sosial yang positif sesuai dengan tahapan jenjang usianya.
Honggowiyono (2015) individu memiliki kebutuhan manusia untuk
mengenal keluarga dan manusia lain dalam jangkauan yang lebih luas.
Individu memiliki kebutuhan untuk memperluas jangkauan interaksi
dalam upaya mengembangkan keterampilan sosialnya. Perkembangan
sosial merupakan salah satu tugas perkembangan yang perlu dicapai oleh
peserta didik.
Perkembangan sosial berkaitan dengan cara individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang terwujud dalam bentuk
komunikasi, interaksi, patuh dan menghormati norma-norma dan aturan
yang ada didalam masyarakat. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Budiamin, dkk. (Yusuf, 2006) bahwa perkembangan sosial merupakan
bentuk pencapaian kematangan dalam hubungan sosial peserta didik.
Perkembangan sosial dilakukan melalui proses belajar dalam
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, tradisi serta moral
yang membentuk identitas diri dalam bekerjasama dan berkomunikasi
dalam hubungan sosial. Sejalan dengan pendapat Susanto (2011) bahwa
perkembangan sosial juga merupakan proses penyesuaian individu dalam
meleburkan diri dalam lingkungan sosial dengan norma, moral, tradisi
yang diyakini masyarakat agar dapat diterima dalam lingkungan sosial.
Aisyah (2015) menjabarkan bahwa perkembangan sosial merupakan
kemampuan individu untuk bersosialisasi dengan lingkungan dengan
indikator keberterimaan sikap sosial dari lingkungan. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Hurlock (2011) bahwa perkembangan sosial merupakan
perilaku yang ditunjukkan indivisu sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Perkembangan sosial diklasifikasikan berdasarkan tahapan jenjang usia
individu mulai dari masa bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.
Perkembangan sosial pada masa bayi berkembang dengan proses

10
dimulainya interaksi psikososial bayi dengan mengamati orang yang
berada disekitarnya. Perkembangan sosial masa anak-anak dimulai dengan
proses interaksi dengan lingkungan sosial, penyesuaian diri dengan
lingkungan, serta penerimaan sikap yang dimiliki individu oleh
lingkungannya dimana keberhasilan individu dalam bersosialisasi dengan
lingkungan dipengaruhi oleh dukungan dari orang tua. Perkembangan
sosial remaja merupakan capaian kematangan berkembangnya tingkat
hubungan individu dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral, dan
tradisi kelompok. Perkembangan sosial dewasa ditandai dengan perubahan
peran dan tanggung jawab individu yang lebih kompleks dan kesiapan
untuk menjalin dan membangun hubungan rumah tangga.
Dengan demikian perkembangan sosial merupakan perkembangan
individu yang berfokus pada kemampuan individu dalam menyesuaikan
diri dengan tuntutan lingkungan yang meliputi norma, aturan, moral,
tradisi, sikap yang ditunjukkan individu agar dapat diterima dalam
lingkungan sosial.
B. Bentuk Tingkah Laku Sosial
Perubahan berpengaruh kecil ialah perubahan dalam masyarakat yang
tidak menyangkut aspek-aspek krusial dalam rakyat. Perubahan
berpengaruh kecil bila dibiarkan dan terus berlansung kecil dapat
mengakibatkan perubahan berpengaruh besar . Setiap orang memiliki
perkembangan sosial tersendiri baik perubahan yang kecil ataupun
perubahan yang besar. Proses perkembangan sosial ini yang akan menuju
kematangan sosial pada orang tersebut. Pada perkembangan menuju
kematangan sosial, anak mewujudkan dalam bentuk-bentuk interkasi
sosial diantarannya :
a) Pembangkangan
Bentuk tingkah laku melawan ini terjadi sebagai reaksi terhadap
tuntutan orang tua dan penerapan disiplin yang tidak sesuai dengan
sang anak. Sikap orang tua terhadap anak seharusnya tidak
memandang indikasi mereka anak yang nakal, keras kepala atau
sebutan negatif lainnya, usahakan orangtua mau memahami sebagai

11
proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah
independent.
b) Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik
(nonverbal) maupun kata-kata
(verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap
rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau
keinginannya). Umumnya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang
misal: mencubit, menggigit, menendang serta lain sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas
anakdengan cara mengalihkan perhatian atau harapan anak. Bila orang
tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin
meningkat.
c) Menggoda (Teasing)
Menggoda ialah bentuk lain asal perilaku agresif, menggoda
merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal
(istilah-istilah ejekan atau cemoohan) yang menyebabkan murka pada
orang yang digodanya.
d) Berselisih atau bertengkar
Perilaku ini terjadi apabila anak merasa tersinggung/terganggu oleh
perilaku anak lain. Umumnya perselisihan terjadi karena berbedanya
pendapat antara individu yang satu dengan yang lainnya.
e) Persaingan (Rivaly)
Keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang
lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan
prestice serta pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin
baik
f) Kerja sama (Cooperation)
Sikap maubekerja sama dengan orang lain ini mulai nampak pada
usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh
tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.
g) Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)

12
Tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau
bersikap memerintah dan merogoh alih kontrol orang lain. Wujud asal
perilaku ini ialah memaksa, meminta, menyuruh, mengancam serta
sebagainya.
h) Mementingkan diri sendiri (selfishness)
Perilaku egosentris dalam memenuhi keinginannya sendiri dan
melakukan tindakan apapun buat mencapai keinginannya. Sikap
mementingkan diri sendiri umumnya tidak akan mendengarkan apa
yang dikatakan orang lain dan hanya mempedulikan dengan apa yang
dia yakini.
i) Simpati
Sikap yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap
oranglain.
a) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya
fungsi intelektual dan emosional. Bagaimana seseorang remaja dapat
mengembangkan pribadi dan identitasnya dapat diakibatkan oleh
berberapa faktor, yaitu:
1. Faktor Hereditas
Dalam hal ini, perkembangan sosial itu sendiri didapatkan sejak
lahir yang berasal dari orang tua kandung yang melahirkan. yang
berarti, perkembangansosial seorang didapatkan sang karena faktor
biologis yang diturunkan oleh orangtua dan kedepannya akan terus
berkembang.
2. Faktor Lingkungan
Faktor utama yang dimana perkembangan sosial suatu individu
ditentukan oleh lingkungan hidup seseorang yang akan menghipnotis
emosi dan perilaku seseorang. Ada berberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi perkembangan sosial seseorang yaitu keluarga,
pendidikan dan masyarakat.
b) Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku

13
Pada perkembangan sosial anak, mereka bisa memikirkan dirinya serta
orang lain. Pemikiran itu terwujud pada refleksi diri, yang sering
mengarah ke penilaian diri serta kritik akibat pergaulannya dengan orang
lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan
seringkali ada yang menyembunyikannya atau merahasiakannya. Pikiran
anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori yang mengakibatkan
terhadap sikap kritis terhadap situasi serta orang lain, termasuk pada
orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak seringkali menimbulkan
kemampuan mempersalahkan. Disamping itu, efek egosentris sering
terlihat, diantaranya berupa :
1. Terlalu menitikberatkan pikiran sendiri tanpa memikirkan dampak
yang lebih jauh dan tanpa mempertimbangkan kesulitan yang
mungkin menyebabkan tidak terselesainya masalah.
2. Kemampuan berpikir dengan penilaiannya sendiri serta banyak
berpikir dalam menghadapi pendapat orang lain. Maka sikap ego
semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat kecil
egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.

2.3 Proses Peserta Didik Dalam Masa Perkembangan Bahasa Dan Sosial
A. Tahap Perkembangan Bahasa

Perkembangan bahasa anak akan menyesuaikan dengan kemampuan


bahasa pada setiap tahap perkembangan. Terdapat empat bentuk prabicara
yaitu menangis, berceloteh, isyarat dan pengungkapan emosi. Pada usia
bayi, celotehan dan vokalisasi merupakan tahap perkembangan bahasa
bayi, selama satu tahun pertama kehidupan bayi. Tugas belajar bicara
bayi yaitu mengucapkan kata-kata, menggunakan kosa kata dan
menggabungkan katakata menjadi kalimat yang dipahami orang lain.

1. Menangis
Menangis merupakan cara berkomunikasi dengan lingkungan sosial
melalui nada, intensitas dan gerakan badan yang mengiringi. Bayi
sudah dapat menangis di saat kelahirannya. Tangisan bayi merupakan
bahasa komunikasi bayi dalam menyampaikan pesan pada orang lain.

14
Dengan menangis bayi mengharapkan respon berupa perhatian,
pelukan, dekapan dari orang lain. Tangisan mengindikasikan kondisi
gelisah, lapar, marah dan kesakitan yang digunakan oleh bayi untuk
mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitar bayi. Bayi
menangis untuk mendapatkan makanan dan minuman, meminta
digendong dan menyampaikan pesan yang memerlukan tanggapan
orang-orang di sekitar.
2. Mendekut
Bayi mendekut (cooing) pertama kali di usia 2 hingga 4 bulan. Bayi
mengeluarkan bunyi berdeguk yang berasal dari bagian belakang
tenggorokan. Mendekut bayi menunjukkan seolah-olah bayi sedang
berbicara dengan orang lain. Mendekut bayi terdengar seperti
mengucapkan huruf “aaaauuu…”, “aeeeaa..”, “eeaaaaa..”. Mendekut
dilakukan untuk mengekspresikan rasa senang, ketika berinteraksi
dengan pengasuh. Peran orang tua memberikan tanggapan terhadap
suara bayi, akan mendorong bayi mengeluarkan suara sebagai bentuk
bahasa bayi.
3. Celoteh.
Pada pertengahan tahun pertama kehidupan, bayi berceloteh
(babbling) yaitu menghasilkan rangkaian kombinasi konsonan-vokal
seperti “ma-ma”,”tatata…” “dada”, “ba...ba..” dan “na-na”. Celoteh
merupakan sarana latihan menguasai gerak artikulatoris (alat ucap)
yang berhubungan dengan kebermaknaan bentuk bunyi yang
diujarkan (Tarigan, 2005). Ocehan bayi berupa fonem dalam bentuk
bunyi tertentu yang akan digabung menjadi kombinasi suara yang
kompleks. Kombinasi suara dihasilkan dari bibir dan ujung lidah
(Monks, 2006).
4. Satu Kata
Satu kata yang diucapkan pada anak dianggap sebagai satu kalimat
penuh yang sedang disampaikan anak pada orang lain. Misalnya saat
anak berkata “minum”, maka artinya anak meminta ibu untuk
membuatkan minum susu yang diinginkannya; anak berkata “main”,

15
maka artinya anak meminta ayah untuk menemani bermain. Kata-kata
pertama bayi mempunya makna psikologis yang bersifat intelektual,
emosional dan volisional, yaitu menunjukkan mau atau tidak mau
akan sesuatu hal (Monks, 2006). Kata-kata pertama anak meliputi:
nama orang yang penting (papa, mama, nenek), hewan yang dikenal
(kucing), kendaraan (mobil), mainan (bola), makanan (susu) dan
salam (hai). Pada usia 2 tahun bayi sudah dapat mengucapkan sekitar
200 kata. Peningkatan kosa kata yang pesat sejak usia sekitar 18 bulan
disebut vocabulary spurt (lonjakan kosa kata). Usia munculnya kata
pertama pada bayi bervariasi antara 10 hingga 17 bulan dan variasi
vocabulary spurt berkisar antara 13 hingga 25 bulan.
5. Dua Kata
Pada usia 18 hingga 24 bulan anak mulai mengucapkan ungkapan
dua kata dan banyak mengandalkan bahasa tubuh, nada dan konteks.
Kalimat dua kata yang pertama digunakan untuk menyampaikan
maksud dan melakukan komunikasi, yang dijelaskan Bloom (Monks,
2006) dengan istilah kata pivot dan kata terbuka. Kata pivot
merupakan kata-kata yang sering digunakan anak, sedangkan kata-
kata terbuka selalu menggunakan kata-kata baru.
6. Kalimat sederhana
Anak berusia 2 sampai 3 tahun mengalami perkembangan bahasa
yang semakin cepat. Mereka mulai menggabungkan tiga, empat kata
dan mulai mengucapkan kalimat sederhana hingga kalimat yang
kompleks. Pada usia 3 tahun, anak-anak mampu mengucapkan semua
bunyi vocal dan sebagian besar konsonan. Anak-anak mulai
menjawab pertanyaan dan merespon kata-kata berdasarkan ingatan
kata-kata yang pernah didengar. Anak-anak mulai menguasai aturan
dalam mengurutkan kata secara sederhana dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara tepat. Anak-anak sudah
mempertanyakan “mengapa” pada berbagai situasi di sekitar mereka.
Anak-anak mulai menceritakan hal-hal yang tidak terlihat

16
dihadapannya dalam bentuk “imajinasi”, seperti menceritakan
keinginan berlibur, pergi ke tempat bermain dan sebagainya.
7. Kalimat kompleks
Usia 2 hingga 3 tahun perkembangan bahasa dari kalimat sederhana
mulai berkembang menjadi kalimatkalimat kompleks. Anak-anak
menjadi semakin sensitif terhadap bunyi dan kata-kata yang
diucapkan dan mulai menirukan suara dan bunyi yang ada sekitar.
Anak-anak mulai dapat mengucapkan semua bunyi vocal dan
sebagian konsonan. Anak-anak mulai mengalami kemajuan dalam
mengurutkan kata-kata. Anak-anak usia 18 bulan hingga 6 tahun
belajar sebuah kata baru setiap jam (kecuali ketika tidur). Anak usia 6
tahun memiliki kemampuan berbicara jauh lebih baik daripada pada
usia sebelumnya.
8. Pada masa awal kanak-kanak merupakan tahap mengobrol.
Pada masa kanak-kanak awal, anak-anak memiliki keinginan kuat
untuk belajar bicara sebagai sarana sosialisasi dan untuk memperoleh
kemandirian. Anak-anak usia 7 tahun diperkirakan telah mengenal
14.000 kata menjadi 40.000 kata di usia 11 tahun. Pada usia kanak-
kanak awal, dialog digunakan sebagai alat untuk melakukan
komunikasi social dan menyelesaikan tugas. Anak-anak melakukan
kategorisasi kosa kata dan membentuk kelompok kata. Pada usia ini
bahasa digunakan untuk meregulasi diri yang disebut bahasa khusus
(private speech) yang bersifat egosentris dan tidak matang.
9. Bahasa Pergaulan
Pada usia remaja telah mengetahui aturan-aturan menggunakan
bahasa dalam konteks sehari-hari. Mereka mampu membedakan
bahasa yang sesuai dan yang tidak sesuai untuk dikatakan.
Peningkatan kemampuan berbahasa pada remaja dalam bentuk yang
lengkap melalui cerita dan puisi. Mereka mulai memahami fungsi
komunikasi melalui kegiatan membaca, kegiatan mendengarkan dan
keterampilan menulis.
B. Tahapan Perkembangan Sosial Peserta Didik

17
1. Tahap pertama yaitu pada saat lahir hingga usia 18 bulan, memiliki
krisis psikososial Trust vs Mistrust (kepercayaan vs
ketidakpercayaan) yang pihak berpengaruhnya yaitu orang tua.
2. Tahap kedua yaitu pada usia 18 bulan sampai 3 tahun. krisis
psikososialnya Autonomy vs. doubt (kemandirian vs. ragu-ragu)
dengan pihak yang berpengaruh orang tua.
3. Tahap ketiga pada usia 3-6 tahun, krisis psikososialnya yaitu
Initiative vs. Guilt (inisiatif vs. rasa bersalah). Pihak yang
berpengaruh adalah keluarga inti.
4. Tahap keempat pada usia 6-12 tahun, dengan krisi psikososial
Industry vs. inferiority (ketekunan vs rendah diri) pihak yang
berpengaruh adalah tetangga dan sekolah.
5. Tahap kelima yaitu usia 12-18 tahun, dimana krisis psikososialnya
Identity vs. role confusion (identitas ego vs. kebingungan peran)
dengan pihak yang mempengaruhinya adalah Teman sebaya dan
pemimpin atau orang yang dijadikan model.
6. Tahap keenam yaitu pada usia dewasa awal dengan krisis psikososial
Intimacy vs. isolation (keintiman vs. isolasi). Pihak yang
mempengaruhinya adalah sahabat dekat atau pasangan.
7. Tahap ketujuh adalah dewasa tengah, dimana pada usia ini krisi
psikososialnya Generativity vs. self-absorption (generativitas vs.
stagnansi) pihak yang berpengaruh adalah rekan kerja/pasangan
dalam rumah tangga.
8. Tahap terakhir yaitu pada usia dewasa akhir dengan krisis
psikososial Integrity vs. despair (integritas vs. putus asa) diman
pihak yang berpengaruuh adalah diri sendiri.

2.4 Problematika Perkembangan Bahasa dan Sosial Peserta Didik


A. Problematika Perkembangan Bahasa
Yang dimaksud gangguan berbahasa adalah ketidakmampuan atau
keterbatasan kemampuan anak untuk menggunakan simbol linguistik
untuk berkomunikasi secara verbal. Karena gangguan pada anak terjadi
pada fase perkembangan dimana anak sedang belajar berbicara, untuk

18
selanjutnya disebut gangguan perkembangan bahasa dan wicara atau
disfasia perkembangan. Erwin menyebutkan disfasia perkembangan adalah
gangguan bahasa tanpa adanya defisit neurologis, intelektual, dan
emosional. Angka kejadian disfasia perkembangan di Amerika Serikat
menurut Rappin adalah 3-10%.
Sedangkan menurut Ervin M adalah 7,6% pada anak usia 5 tahun.
Menurut Thamrin dan kawan-kawan diperkirakan sekitar 7%.
Perbandingan laki-laki dan perempuan bervariasi; pada umumnya lebih
banyak laki-laki dibanding perempuan yaitu 4 : 1. Sidiarto L
menyebutkan pada anak dengan gangguan perkembangan wicara-bahasa
yang dirujuk, rasio laki-laki dibanding perempuan adalah 8 : 1.
DISFASIA
Disfasia adalah gangguan perkembangan bahasa yang tidak sesuai
dengan perkembangan kemampuan anak seharusnya.
 Penyebab: Adanya gangguan di pusat bicara yang ada di otak.
 Ciri-ciri: Usia 1 tahun belum bias mengucapkan kata spontan yang
bermakna, seperti mama, papa. Kemampuan bicara reseptif
(menangkap pembicaraan orang lain) sudah baik tapi kemampuan
bicara ekspresif (menyampaikan suatu maksud) mengalami
keterlambatan. Karena organ bicara sama dengan organ makan, maka
biasanya anak ini mempunyai masalah dengan makan atau menyedot
susu dari botol.
 Jenis: Murni disfasia. Disfasia sebagai gejala awal gangguan lain.
Gangguan perkembangan bahasa sebagai gejala awal, contohnya
seperti yang terjadi pada anak autis. Untuk mengatasinya, gangguan
utamanya dulu diselesaikan, baru kemudian dilakukan terapi seperti
anak yang murni disfasia.
 Cara penanganan: Dokter anak akan memberikan obat untuk
membantu memperbaiki sel-sel yang rusak di pusat bicara.
 Bersamaan dengan itu akan dilihat fungsi organ bicaranya, apakah
juga ada gangguan atau tidak.

19
 Terapi wicara akan dilakukan dengan cara latihan otot bicara,
seperti latihan meniup, menyedot, menggerakkan lidah ke kiri dan
ke kanan, dan sebagainya. Kemudian anak diminta untuk
menirukan bunyi, kata, baru kemudiankalimat.
 Ada beberapa teknik yang biasa digunakan terapis wicara untuk
membantu anak yang kesulitan bicara. Teknik-teknik tersebut juga bias
dilakukan orang tua di rumah untuk menyempurnakan perkembangan
otot bicara anak :
 Meniup balon sampai besar, atau membuat gelembung dari air
sabun
 Meniup gumpalan tisu dari ujung meja satu ke ujung meja lainnya.
 Meniup lilin
 Main seruling atau terompet
 Minum dengan sedotan kecil, atau sedotan berkelok-kelok
 Berteriak dengan mulut terbuka lebar mengucapkan “a i u e o”.
B. Problematika Perkembangan Sosial
Problematika perkembagan sosial peserta didik berkaitan dengan
masalah-masalah yang dialami peserta didik yang diakibatkan oleh
ketidakmampuan individu dalam mencapai tugas perkembangan sosial
sesuai dengan tahapan usianya. Adapun problematika perkembangan
sosial peserta didik menurut Nugraha (2005) sebagai berikut:
1. Maladjustment
Maladjustment merupakan kondisi dimana individu tidak mampu
menyesuaikan diri. Maladjustment diidentifikasi memiliki dua jenis
yakni ketika individu mampu menerima dirinya tetapi tidak diterima
oleh lingkungan, dan sebaliknya individu tidak bisa menerima diri/
sikapnya (dalam kepura-puraan) tetapi dirinya dapat diterima oleh
lingkungan. Sehingga pada intinya individu yang tidak mampu
menyesuaikan dirinya dan lingkungan akan mengalami masalah
penyesuaian diri atau disebut dengan maladjustment.
2. Memiliki egosentrisme yang berlebihan

20
Individu yang memiliki egosentrisme yang berlebihan akan
mengalami masalah terhadap hubungan sosial dengan lingkungannya.
Individu dengan egosentrisme yang berlebihan akan mementingkan dan
berupaya menjadikan dirinya poin utama dalam sebuah hubungan.
Kondisi ini tentu akan menjadi masalah bagi individu itu sendiri dan
juga orang lain sebagai pihak yang berhubungan dengan individu
tersebut.
3. Memiliki perilaku agresif
Perilaku agresif merupakan perilaku yang dapat mengganggu
perkembangan sosial individu. Agresivitas yang tinggi akan menjadikan
individu menjadi ancaman bagi orang lain. Dalam hubungan sosial,
agresivitas merupakan perilaku yang membuat orang lain tidak nyaman
dengan perilaku keras dan frontal yang dilakukan oleh individu.
4. Memiliki sikap negatif
Sikap negatif yang dimiliki individu terwujud dalam berbagai macam
dengan identifikasi sikap yang mengganggu orang lain. Contoh sikap
negatif yang ditunjukkan orang dalam hubungan sosial antara lain
memaksa orang lain menuruti keinginannya, bersikap tidak sopan, tidak
berempati dengan orang lain, dan sebagainya.

2.5. Implikasi Perkembangan Sosial Peserta Didik Terhadap Pendidikan


1. Pada masa anak-anak hubungan teman sebaya memiliki peranan yang
penting sehingga membantu anak-anak dalam mencapai kebahagiaan.
Pendekatan kelompok akan memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk dapat mengembangkan diri dan hubungan sosial yang baik dalam
proses pembelajaran.
2. Proses pembelajaran dapat dikembangkan dengan model bermain peran
untuk membantu peserta didik menyadari dan menghayati pengalaman
yang dipelajari di sekolah (Budiamin, dkk dalam Yusuf, 2006). Contohnya
mengajak siswa melakukan simulasi berupa drama dengan cerita
kehidupan yang dekat anak-anak disekolah.
3. Tugas perkembangan remaja perlu diperhatikan dengan memberikan
layanan bimbingan dan konseling pada peserta didik (Ardi, dkk., 2012).

21
Layanan bimbingan dan konseling yang dapat diberikan untuk
mengembangkan aspek perkembangan sosial antara lain layanan
bimbingan dengan teknik sosiodrama, permainan simulasi, permaianan
kelompok, problem solving dan lainnya.
4. Optimalisasi program sekolah yang mendorong perkembangan sosial
siswa salah satunya dengan pengembangan model pembelajaran joyfull
learning (Astuti, 2013). Pembelajaran joyfull learning merupakan
pembelajaran yang lebih berfokus pada siswa dengan desain pembelajaran
yang menyenangkan. Pembelajaran ini memfasilitasi siswa dalam
mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial. Contohnya
siswa diberikan proyek secara berkelompok yang dapat merangsang
pemahaman konsep tertentu melalui pengalaman langsung bersama
kelompok.
5. Peran guru dalam perkembangan sosial siswa khususnya di sekolah sangat
penting dengan memperhatikan hal-hal detail yang berpengaruh dalam
perkembangan sosial.
6. Perhatian akan perkembangan sosial siswa di sekolah juga perlu
diperhatikan terkait dengan perundungan yang Perkembangan Peserta
Didik 209 riskan terjadi. Guru dan seluruh pihak sekolah perlu melakukan
pemahaman atau identifikasi siswa yang kemungkinan menjadi korban
atau pelaku perundungan dalam kelompok sosial mereka di sekolah.
7. Pola interaksi dan komunikasi yang dijalin akan membantu anak untuk
memahami dirinya dan memahami orang lain. Kebutuhan ini dapat
didukung dengan aktivitas kegiatan disekolah yang memberikan ruang
bagi siswa untuk mampu mengembangkan dirinya secara lebih luas.
8. Pemahaman kehidupan dalam keberagaman baik suku maupun agama
perlu diperhatikan oleh pihak sekolah. Siswa perlu mengembangkan sikap
toleransi antar sesama agar dapat hidup rukun dan damai.
2.6 Studi Kasus
Studi Kasus Permasalahan Stimulasi Perkembangan Pada Anak
Dengan Indikasi Keterlambatan Perkembangan Usia 4-5 Tahun Di
Dusun

22
Sukopuro Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Ahmad Rifdulloh;
160210205088; 66 halaman; Program Studi S1 PG PAUD; Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Stimulasi adalah kegiatan yang merangsang kemampuan dasar anak untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang anak yang sesuai dengan aspek
perkembangan anak. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi sejak dini.
Anak yang mendapatkan stimulasi dari lingkungan dalam maupun luar
akan membuat anak semakin lebih cepat dalam berkembang daripada anak
yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan stimulasi apapun.
Kemampuan dasar yang dirangsang dengan stimulasi adalah kemampuan
fisik motorik, kemampuan, bahasa, dan kemampuan sosial-emosinya.

Dari observasi awal yang dilakukan di Dusun Sukopuro Kabupaten


Jombang pada hari kamis, 04 Juni 2020, terdapat permasalahan tumbuh
kembang di mana seorang anak berusia 4-5 tahun terindikasi mengalami
keterlambatan tumbuh kembang. Di usianya tersebut, anak belum mampu
mewarnai gambar dengan rapi, menirukan gerakan hewan, kurang percaya
diri saat meminta sesuatu kepada orang lain serta berbicara dengan
terpatah-patah. Ibu dari anak tersebut cenderung membatasi kegiatan anak
dalam bersosialisasi dengan lingkungan. Orang tua juga tidak membatasi
waktu untuk bermain HP, kurang memberikan pengertian pada anak, tidak
mendampingi belajar dan saat berbicara dengan anak cenderung
menggunakan nada tinggi. Hal-hal tersebut mengindikasikan adanya
permasalahan stimulasi tumbuh kembang yang dialami oleh anak tersebut.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah


permasalahan stimulasi perkembangan pada anak dengan indikasi
keterlambatan perkembangan usia 4-5 tahun di Dusun Sukopuro
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang? Untuk menjawab rumusan
masalah tersebut, jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
deskriptif kualitatif, yang dilakukan di Dusun Sukopuro Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang dari bulan September-November 2020. Sumber data
diperoleh dari informan yaitu anak, orang tua dan saudara. Metode
pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi (catatan lapangan),

23
wawancara, dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan
melalui empat tahapan yaitu proses pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian di Dusun Sukopuro Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang, tentang permasalahan stimulasi perkembangan pada
anak dengan indikasi keterlambatan perkembangan usia 4-5 tahun,
menunjukkan bahwa permasalahan stimulasi perkembangan yang dialami
oleh anak tersebut utamanya adalah kurangnya stimulasi dari orangtua,
baik stimulasi pada kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial emosional
yang terjadi karena kurangnya interaksi orangtua dengan anak serta
pembatasan interaksi sosial anak dengan lingkungan di luar rumah.
Permasalahan stimulasi tersebut kurang mendukung capaian
perkembangan yang optimal dari anak tersebut.
Berdasarkan identifikasi menggunakan instrumen Kusieoner Pra-
Skrining Perkembangan (KPSP), anak tersebut tergolong dalam kategori
Meragukan, dimana terdapat beberapa aspek gerak motorik kasar, motorik
halus dan kemampuan berbicara yang belum dikuasai anak. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2014, kategori Meragukan
umumnya disebabkan oleh kurangnya stimulasi.
Saran yang dapat diberikan kepada orang tua, bahwa perlu adanya
pengetahuan dan pemahaman mengenai stimulasi perkembangan yang
diberikan orang tua kepada anak, agar dapat meningkatkan aspek-aspek
perkembangan anak sesuai dengan Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak dikelompok usianya. Hal ini penting dilakukan
karena waktu anak lebih banyak dihabiskan di rumah daripada di sekolah
dan anak sebenarnya menunjukkan kemajuan manakala diberikan
stimulasi yang kontinyu.

24
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan. Lingkungan ini
dapat di bedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan
sosial memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek
kehidupan. Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan
sesama manusia yang memiliki kemampuan berpikir dan kemampuan
berbahasa yang berbeda.

Bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar terutama pergaulan,


jika pergaulan disekitar dalam lingkup yang baik maka akan menggunakan
bahasa yang baik pula dan begitu sebaliknya. Dan semakin bertambahnya
umur maka bahasa yang dimiliki akan semakin berkembang, semakin dewasa
seseorang maka pemilihan kata pun akan semakin ilmiah. Bahasa memegang
peran penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan


berbagai kelompok umur. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan sosial yaitu keluarga, kematangan status sosial pendidikan dan
kapasitas mental. Begitupun dengan perkembangan bahasa dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya; usia anak, kondisi keluarga, dan kondisi fisik anak
terutama dari segi kesehatannya.

3.2 Saran
Dalam upaya mengembangkan perkembangkan bahasa dan
perkembangan sosial dalam konteks pendidikan, kita harus memberikan suatu
pengajaran yang baik dalam penggunaan model pengekspresian ini kita harus
banyak rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas.
Dan biasakanlah hidup dengan pergaulan yang memiliki bahasa yang baik
dan rasa cukup, serta mulailah untuk membentuk rasa sosial dan saling
toleransi. Teruslah belajar dan menerapkan apa yang didapat, karena dengan
hal tersebut orang-orang akan menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu.

25
DAFTAR PUSTAKA

Kuntjojo. (2010). Perkembangan Peserta Didik. In Universitas Nusantara PGRI


kEDIRI (Issue September).
https://ebekunt.files.wordpress.com/2011/02/ppd.pdf

Restrepo Klinge, S. (2019). No TitleΕΛΕΝΗ. Αγαη, 8(5), 55.

Didik, P. P. (n.d.). Peserta didik.

Jailani, M. S. (2018). Perkembangan Bahasa Anak dan Implikasinya dalam


Pembelajaran. INNOVATIO: Journal for Religious Innovation Studies, 18(1),
15–26. https://doi.org/10.30631/innovatio.v18i1.36

Assingkily, M. S., & Hardiyati, M. (2019). Analisis Perkembangan Sosial-


Emosional Tercapai dan Tidak Tercapai Siswa Usia Dasar. Al-Aulad:
Journal of Islamic Primary Education, 2(2), 19–31.
https://doi.org/10.15575/al-aulad.v2i2.5210

Marisa, R. (2015). Permasalahan Perkembangan Bahasa dan Komunikasi


Anak. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 1(2), 47-55.

Zahidi. (2015). Bentuk-bentuk Tingkah Laku Sosial. Diakses pada tanggal 22


Februari 2022

26

Anda mungkin juga menyukai