Nilai etika binis pada awalnya lekat sekali dengan ajaran agama. Namun, ternayata
dalam perkembangan jaman banyak yang meningalkan ajaran-ajaran agama. Bahakan etka
berbisnis saat ini sudah tidak mempertimbangkan lagi aspek-aspek moralitas dan nilai-nilai
kemanusiaan. Munculnya keserakahan dalam praktek sehari-hari sudah menjadi hal biasa.
Praktek dengan menghalalkan segala cara tanpa mempertimbangkan nilai-nilai moralitas dan
agama.
Menjadi kewajiban kita semua terutama para pelajar untuk menumbuhkan nilai etika
dan moral dalam kehidupan berbisnis di negara tercinta ini. Karena para pelajar merupakan
calon penerus bangsa. Yang bisa dilakukan oleh dunia perguruan tinggi tidak lain adalah
menyiapakan dan memberikan para mahasiswa bekal untuk berperilaku selalu menjunjung
nilai etika maupun moralitas kelak. hal ini bisa dilakukan dengan pembenahan kurikulum dan
memberikan mata kuliah tentang etika dan moral. Salah satunya adalah mata kuliah “Etika
Binis”.
Materi mata kuliah etika binis sangat penting karena mengandung kajian-kajian
tentang nilai-nilai budaya bisnis lokal dan juga mengkaji cara bisnis bangsa-bangsa lain yang
tentunya dengan etika dan moral yang baik dalam berbisnis. Penegtauhan ini sangat penting
untuk memberikan bekal bagi mahasiswa agar bila kelak lulus dan praktek dalam dunia bsinis
dapat menysuun strategi berbisnis yang baik. Materi mata kulian ini juga memberikan suatu
penegrtian bahwa, misalnya, perusahaan adalah institusi yang selalu terlibat dalam interaksi
sosial. Ini artinya adalah bahwa perusahaan tidak bisa terlepas dan memisahkan diri dari
lingkungan sosialnya. Hal ini juga mempunyai implikasi bahawa perusahan atau praktek
bsinis tidak boleh merugikan masyarakat. Selain itu, mata kuliah ini memebrtikan penegrtian
dasar tentang alam sebagai sumber daya yang harus dikelola secara hati-hati. Artinya, parktek
bisnis tidak dapat secara sewanang-wenang mengeksploitasi alam untuk kepentingan
perusahaan.
Selain itu ada aspek lainnya yang berhubungan dengan unit-unit aktivitas mahasiswa
seperti unit aktivitas seni, sosial, lingkungan (pecinta alam), ilmiah, dan lain-lainnya juga
harus bersifat integral dlaam sistem pendidikan. Unit aktivitas seni, misalnya, tidak dijadikan
aktivitas yang bersifat hura-hura atau sekedar enjiyment bagi mahasiwa, tetapi seni
hendaknya menjadi alat bagi mahasiswa untuk mengasah perasaan (feelings) menjadi perasan
yang halus, sensitif terhadapa keindahan dan lembut. Perasaan semcam ini juga dibutuhkan
dalam bisnis, karena seseorang yang tidka memiliki perasaan dalam dunia bisnis, juga tidak
akan menggunakan perasaan. Dengan kata lain, ia tidak akan pernah menggunakan etika
dalam berbisnis.
Kedua, pada program pendidikan manajemen dan bisnis, etika bisnis diajarkan
sebagai mata kuliah tersendiri dan tidak terintegrasi dengan pembelajaran pada mata kuliah
lain. Perlu diingat bahwa mahasiswa sebagai subjek didik harus mendapatkan pembelajaran
secara komprehensif. Integrasi antara aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif dalam proses
pembelajaran harus diutamakan. Sehingga masuk akal apabila etika bisnis aspek afektif sikap
dalam hal ini disisipkan di berbagai mata kuliah yang ditawarkan.
Ketiga, metode pengajaran dan pembelajaran pada mata kuliah ini cenderung
monoton. Pengajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah langsung. Seharusnya
mahasiswa diberikan studi kasus diserat dengan pemecahan masalah yang jelas. Hal ini
disebabkan substansi materi etika bisnis lebih sering menyangkut kaidah dan norma yang
cenderung abstrak dengan standar acuan tergantung persepsi individu dan institusi dalam
menilai etis atau tidaknya suatu tindakan bisnis.Misalnya, etiskan apabila dalam sebuah iklan
melebih-lebihkan bahan dan hasil dari produk tersebut an menyembunyikan indikasi
pemakaian?
Keempaat, nilai-nilai moral dan etika binis tidak diajarkan sejak dini. Seharusnya hal
itu efektif apabila diajarkan pada usia 4-6 tahun. Karena Penelitian mengatakan sekitar 50%
kecerdasan orang dewasa mulai terbentuk di usia 4 tahun. Hal ini dapat diberikan
menggunakan pengajaran yang bersifat tematik. Pada mata pelajaran agama, misalnya, guru
bisa mengajarkan etika bisnis dengan memberi contoh bagaimana Nabi Muhammad SAW
berdagang dengan tidak mengambil keuntungan setinggi langit.
Kelima, orang tua bernaggapan bahwa mereka tidak dapat mengajarkan etika bisnis
kepada anak ketika dirumah karena meeka bukan seorang pebisnis atau pengusaha. Padahal
mereka bisa mengajarkan dan memberi contoh keteladanan sebagai konsumen kepada anak.
Karena sesungguhnya etika bisnis bukan urusan pengusaha saja melainkan tanggungjawab
konsumen juga. Sebagai contoh, merekas tidak membelikan produk bajakan seperti game
softwere, VCD, atau produk baajkan lain dengan alasan lebih murah. Karena hal itu
melanggar hak atas kekayaan intelektual (HaKI). Kita sebagai konsumen sudah selakyaknya
mengharagai karya orang lain.
Orangtua harus menjadi model panutan dengan memberikan contoh baik tentang
perilaku berbisnis kepada anak sehingga kelak mereka akan menjadi pekerja atau pengusaha
yang mengerti betul arti penting etika bisnis. Pemerintah sebagai regulator pasar turut
berperan mengawasi praktik negatif para pelaku ekonomi. Sudah saatnya pemerintah
mempertimbangkan etika bisnis termuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
Peran aktif para pelaku ekonomi ini pada akhirnya akan menjadikan dunia bisnis di Tanah
Air surga bagi investor asing. Dalam hal tersebut memang sangat saling terkait, karena dunia
bisnis harus diawali dari dunia pendidikan (formal atau non formal), materi yang tawarkan
atau diberikan oleh bangku pendidikan memang sangat variatif.
Tetapi yang jadi pembahasan kita adalah efek apa yang ditimbulkan oleh pendidikan
etika bisnis dan pendidikan dibangku pendidikan formal maupun non formal. Bahwa
pendidikan etika bisnis haruslah perlu dipikirkan oleh pemerintah dari proses sampai dengan
hasil yang diperoleh, dengan sistem tersebut etika bisnis sudah tentu dikenal oleh anak cucu
bangsa sejak dini (dari bangku Sekolah Dasar sampai dengan Perkuliahan) karena penanaman
moral pada anak didik haruslah dari usia dini.
B. Profil Universitas Negeri Malang
Saat ini UM mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bahkan, saat ini UM telah
menjadi kampus yang unggul dan menjadi rujukan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya di bidang kependidikan. Oleh karena itu, UM tetap bangga
mendedikasikan diri dalam bidang pendidikan dan pembelajaran.
Dengan nuansa kehidupan kampus dan Kota Malang yang kondusif serta didukung
dengan banyaknya jumlah dosen berkualifikasi akademik profesor dan doktor, sarana dan
prasarana pendidikan yang sebagian besar berbasis digital, serta pusat-pusat
pengembangan pendidikan, pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
yang andal, UM telah berhasil mengantarkan mahasiswanya menjadi sarjana, magister,
dan doktor dalam berbagai program studi yang siap menghadapi dunia global. Bahkan,
Universitas Negeri Malang tentunya juga memiliki visi, misi, dan tujuan agar
seluruh elemen baik dosen, karyawan, maupun mahasiswa dapat bergerak pada track
yang diamantkan dan berharap mencapai kondisi yang diinginkan dimasa yang akan datang
sebagai sebuah perwujudan dari tujuan. Adapun visi, misi, dan tujuan Universitas Negeri
Malang sebagai berikut :
Visi
Menjadi perguruan tinggi unggul dan rujukan bidang kependidikan, ilmu pengetahuan,
teknologi, dan humaniora.
Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang unggul;
2. Menyelenggarakan penelitian yang unggul untuk menghasilkan temuan baru dan
bermanfaat bagi masyarakat; dan
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang unggul untuk
memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat, di bidang kependidikan, ilmu
pengetahuan, teknologi, dan humaniora.
Tujuan