Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah muatan local yang bernilai kewirausahaan telah menjadi masalah


bersama.Tanggung jawab ini juga diemban oleh sekolah sebagai satuan pendidikan.
Sekolah menjadi salah satu garda terdepan untuk mendidik generasi sekarang dan masa
depan untuk mengembangkan usaha kewirausahaan.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang


Standar Kepala Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa seorang kepala sekolah/madrasah
harus memilki kompetensi kewirausahaan dari lima dimensi kompetensi minimal yang
harus dikuasai guna menunjang keprofesiannya dalam melaksanakan tugasnya.

Salah satu peran kepala sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan


di sekolah/madrasah yang mampu mewujudkan kualitas siswa yang kreatif, inovatif,
berpikir kritis dan berjiwa kewirausahaan (enterpreunership). Dan tidak kalah penting
adalah kepala sekolah dapat membimbing, menjadi contoh dan menggerakkan guru
dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah.

Dalam rangka menciptakan wirausaha-wirausaha tersebut, salah satu caranya


adalah dengan memberikan pendidikan kewirausahaan kepada peserta didik pada semua
jenjang pendidikan.

Pendidikan kewirausahaan kedepannya bisa menciptakan wirausaha-wirausaha


yang handal. Apabila pemerintah Indonesia tidak mampu membentuk wirausaha-
wirausaha baru yang handal maka diperkirakan akan semakin banyak jumlah
pengangguran di Indonesia, dan hal ini tentu akan berimbas pada penurunan tingkat
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka dari itu dirasa sangat penting untuk
mengembangkan kurikulum pendidikan kewirausahaan agar mampu mencetak
wirausaha-wirausaha baru yang handal. Hal ini tentu saja tidak menjadi tanggung jawab
pemerintah semata, atau guru semata namun menjadi tanggung jawab bagi semua pihak
yang terkait di dalamnya termasuk juga stakeholder/masyarakat.

B. DASAR HUKUM
1. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 Tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan
Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, mengamanatkan
kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk mengembangkan program
program kewirausahaan.
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional dinyatakan
bahwa : (1) Muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses
pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal; (2) Muatan lokal dikembangkan
dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, social dan
budayanya.
2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya.
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
4. Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada dimasyarakat serta dapat
membantu mencari pemecahannya.

D. SASARAN
1. Mengakrabkan siswa pada nilai-nilai social budaya dan lingkungannya.
2. Mengembangkan keterampilan fungsional yang dapat menunjang kehidupan .
3. Menumbuhkan kepedulian siswa terhadap masalah-masalah lingkungan.

BAB III

PENTINGNYA WIRAUSAHA DAN MANFAATNYA BAGI

SEKOLAH SMP BINA MULIA


A. Makna  Kewirausahaan dalam Pengelolaan Pendidikan

            Kewirausahaan merupakan terjemahan dari kata entrepreneurship yang diartikan


sebagai the backbone economy, yaitu syarat pusat perekonomian atau sebagai tailbone of
economy, yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa. Kewirausahaan adalah suatu
sikap, jiwa, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru sangat bernilai dan
berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa
yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha
dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Seseorang yang
memilki karakter wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya.

Sikap kewirausahaan yang tangguh sangat dibutuhkan oleh setiap penyelenggara


sekolah sekarang dan ke depan dalam rangka menghadirkan sebuah lembaga sekolah
yang murah namun berkualitas serta produktif. Kewirausahaan atau entrepreneurship
merupakan sikap untuk melakukan suatu usaha dimana terampil memanfaatkan peluang-
peluang yang tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimilikinya, sedangkan
pelaku yang mengendalikan badan usaha dan memiliki karakteristik di atas disebut
entrepreneur atau wirausahawan.

Penyelenggara sekolah yang berjiwa wirausahawan akan selalu berpikir dan


bertindak untuk mencari pemecahan. Oleh karena itu, wirausahawan adalah  seseorang
yang memiliki daya kreatifitas dan inovasi yang sangat tinggi. Mereka terampil dalam
menemukan ide-ide baru serta berusaha kerja keras mengikuti (mewujudkan) ide-ide
tersebut. Pengelola sekolah yang memiliki kreatifitas tinggi akan mudah menemukan
peluang, konsekuensi serta alternatif tindakannya, juga dapat menggambarkan masa
depan dari sekolah yang dikelolanya. Pengelola sekolah yang berjiwa wirausaha selalu
mengacu pada motif pencapaian tujuan, disiplin, waktu, kerja keras, cara
mendelegasikan, terampil, percaya diri, spekulasi pasar, berani mengambil resiko,
institusi swasta, belajar dari kesalahan, pandai meyakinkan orang pelayanan yang
memuaskan berbagai pihak, tidak suka sistem, memecahkan masalah di luar
sistem. Selain itu, pola tingkah laku kewirausahaan mencakup kemampuan untuk
menggunakan sumber daya yang dimilki orang lain, serta keahlian, ide-ide dan bakat-
bakatnya, serta memutuskan sumber daya apa saja yang dapat digunakan dalam rangka
mengembangkan sekolah serta mengawasinya.

Pengelola sekolah yang berjiwa wirausahawan harus mampu melihat dan


memanfaatkan peluang mengumpulkan potensi dan kemampuan lembaga yang
dipimpinnya serta masyarakat yang ada di sekitarnya. Potensi-potensi tersebut kemudian
dianalisis dengan cermat, sehingga dapat dipilih jenis usaha produksi/jasa yang paling
tepat dan dipercaya efektif dan berkembang ke depan serta menentukan tindakan yang
tepat untuk mengimplementasikannya.

B.       Pentingnya Wirausaha Bagi Sekolah

Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 Tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan
Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, mengamanatkan
kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk mengembangkan program
kewirausahaan. Pemerintah menyadari betul bahwa dunia usaha merupakan tulang
punggung perekonomian nasional, sehingga harus diupayakan untuk ditingkatkan secara
terus menerus. Melalui gerakan ini diharapkan karakter kewirausahaan akan menjadi
bagian dari etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga dapat melahirkan
wirausahawan-wirausahawan baru yang handal, tangguh, dan mandiri.

Dalam konteks ini, pendidikan  kewirausahaan  harus mampu  mengubah pola


pikir para peserta didik. Pendidikan kewirausahaan akan mendorong  para pelajar agar
mulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir yang selalu
berorientasi menjadi karyawan diputarbalik menjadi berorientasi untuk mencari
karyawan. Dengan demikian kewirausahaan dapat diajarkan melalui penanaman nilai-
nilai kewirausahaan yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha
agar para peserta didik kelak dapat mandiri dalam bekerja atau mandiri usaha.

Hal yang tidak bisa dilupakan dan dirasakan sangat penting dalam konteks
pendidikan yang berwawasan kewirausahaan di sekolah yaitu bahwa Kementerian
Pendidikan Nasional juga perlu membuat kerangka pengembangan kewirausahaan yang
ditujukan bagi kalangan pendidik dan kepala sekolah. Mereka adalah agen perubahan di
tingkat sekolah yang diharapkan mampu menanamkan karakter dan perilaku wirausaha
bagi jajaran dan peserta didiknya. Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan ditandai
dengan proses pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah
pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui kurikulum
terintegrasi yang dikembangkan di sekolah.

Pendidikan Kewirausahaan dilaksanakan dengan menanamkan nilai-nilai


kewirausahaan kepada peserta didik, nilai-nilai tersebut antara lain jujur, percaya diri,
kreatif, kepemimpinan, inovatif, dan berani menanggung resiko. Nilai-nilai tersebut
merupakan bagian dari nilai-nilai pendidikan karakter. Sehingga pendidikan
kewirausahaan menyumbangkan penanaman nilai-nilai pendidikan karakter yang pada
akhirnya akan membentuk karakter bangsa, sesuai dengan tujuan dari pendidikan
kewirausahaan yaitu untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang
memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha.
Penanaman nilai-nilai kewirausahaan melalui pendidikan kewirausahaan di semua
jenjang pendidikan akan membentuk karakter wirausaha peserta didik, dan karena
diimplementasikan mulai dari jenjang pendidikan terendah (PAUD) hingga tertinggi
(Perguruan Tinggi) maka nilai-nilai kewirausahaan (yang termasuk nilai-nilai karakter)
tersebut akan melekat kuat di benak dan hati peserta didik dan pada akhirnya peserta
didik tersebut (sebagai generasi penerus bangsa) akan memiliki nilai-nilai karakter yang
kuat dan pada akhirnya akan membentuk karakter bangsa. Dengan demikian, ada enam
hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis
(Ahmad Sanusi, 1994)
2. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha
dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
3. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
4. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (Drucker, 1959)
5. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
usaha (Zimmerer, 1996)
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.

Berdasarkan keenam pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan


adalah  nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif
berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan
pendapatan dalam kegiatan usahanya.
Jadi, untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus
dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan
tersebut dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu
sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Seperti telah dikemukakan di
atas, bahwa seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan
tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and
different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut
secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up),
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan
untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung
risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber
daya.

Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara


terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor),
peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu  komunitas pendidikan. Pendidikan
kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis
kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan
direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.  

Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat


diinternalisasikan melalui berbagai aspek:

1.      Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi dalam Seluruh Mata Pelajaran

Pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses  pembelajaran adalah


penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya
diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan
pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada
semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan
peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan
dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini
dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini
bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun
melalui sistem penilaian.

Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat


ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut harus
ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman
nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilai nilai kewirausahaan
dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah nilai pokok sebagai pangkal
tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut
diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran
memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling dekat dengan
karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang
diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam)  nilai pokok
yaitu: mandiri, kreatif, berani mengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan
dan kerja keras.

Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai


dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata
pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun
kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai
kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan
dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom
dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan.
Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan
dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana
materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan


kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai
kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian,
dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini,
peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan
kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

            Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan


melalui langkah-langkah berikut:

·     Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah


tercakup didalamnya.

·          Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan


KD kedalam silabus.

·    Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan


peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam
perilaku.

·          Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai


kewirausahaan ke dalam RPP.

Pendidikan kewirausahaan dapat diintegrasikan pada mata pelajaran seperti


berikut ini:
a. Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), nilai kewirausahaan yang dapat ditanamkan yaitu
kepemimpinan dan orientasi pada tindakan.

b. Matematika, nilai kewirausahaan yang dapat ditanamkan yaitu mandiri, kreatif,


beranimengambil resiko dan kerja keras.

c.   Bahasa Indonesia, nilai kewirausahaan yang dapat ditanamkan yaitu kreatif.

d.  Seni Budaya dan Prakarya (SBdP), nilai kewirausahaan yang dapat ditanamkan yaitu
mandiri, kreatif, orientasi pada tindakan, dan kerja keras.

e.   Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), nilai kewirausahaan yang dapat ditanamkan yaitu kreatif,
orientasi pada tindakan, dan kerja keras.

f.    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), nilai kewirausahaan yang dapat ditanamkan yaitu
mandiri, kepemimpinan, berorientasi pada tindakan, dan kerja keras.

g.  Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK), nilai kewirausahaan yang dapat
ditanamkan yaitu mandiri, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, dan kerja
keras.

2.   Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler

            Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah
berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian
dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh
peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka; (2)
menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan
diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

            Pendidikan kewirausahaan terpadu dalam kegiatan ekstra kurikuler misalnya:

a. Pramuka, nilai kewirausahaan yang bisa diterapkan pada kegiatan ini adalah
kepemimpinan, kreatif, dan mandiri.

b.  Paskibra, nilai kewirausahaan yang bisa diterapkan pada kegiatan ini adalah mandiri,
kepemimpinan, kreatif, dan berorintasi pada tindakan.
c. Olahraga (Voli, Basket, Sepak bola, Bulu tangkis), nilai kewirausahaan yang bisa
diterapkan pada kegiatan ini adalah berani mengambil resiko dan kerja keras.

d.  Kesenian (Menari), nilai kewirausahaan yang bisa diterapkan pada kegiatan ini adalah
kreatif, mandiri, dan kerja keras.

3.   Pendidikan Kewirausahaan melalui Pengembangan Diri

            Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai


bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri
merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian
peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan
masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta
kegiatan ekstra kurikuler.

Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan 


kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan
perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.

            Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik


dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam
kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar,
wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian.
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan
terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara
langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh
semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan
sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)

            Melalui kegiatan pengembangan diri seperti bazaar, mading, dan prakarya siswa
dapat menumbuhkan nilai-nilai kewirausahaan seperti kreatif, mandiri, dan kerja keras.

4.    Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik


            Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga
kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill,
dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan
dengan pemahaman konsep. Mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang
secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf
tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah
satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter
dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.

5.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar

            Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh


terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang
mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan
pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan
adaptasi yang berarti.          Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan
ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi. Misalnya
guru dalam setiap kegiatan pembelajaran hendaknya dapat menyelipkan atau
memasukkan jiwa kewirausahaan pada setiap pembelajaran seperti nilai kewirausahaan
mandiri, kreatif, dan kerja keras.

6.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kultur Sekolah

            Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik


berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai
administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.

            Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah


mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas
sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha
di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di
lingkungan sekolah).

7.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal

Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk


mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal,
keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan
lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan
dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan
pekerjaan. Contoh anak yang berada di  ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap
potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai
tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk
memperoleh pendapatan.

Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan


integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata
pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan
pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai
kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai
kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada
dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan
nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan
pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima
nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan
pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan
prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga
proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.

C.      Manfaat Sekolah Dikelola Menggunakan Konsep Kewirausahaan

Terdapat tiga manfaat penting jika sekolah dikelola menggunakan konsep


kewirausahaan, yaitu bagi lembaga sekolah, siswa, dan masyarakat.

1.    Manfaat Kewirausahaan bagi Sekolah

Konsep kewirausahaan sekolah diarahkan kepada penciptaan dan pengembanagan


unit usaha yang profit taking, dimana menghasilkan produk atau jasa yang ditawarkan
kepada pelanggan (costumer). Semakin besar kebutuhan costumer yang dapat terpenuhi
oleh jasa atau produk yang dihasilkan sekolah, maka akan semakin besar pula profit yang
diperoleh sekolah itu dan semakin besar pula sumber dana yang diperoleh untuk
menunjang biaya proses pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah itu. Karena
memperoleh dana mandiri, maka sekolah bebas dari intervensi ketat dan tidak terikat
dengan konsekuensi apapun sehingga secara bebas pula mengalokasikan dana tersebut
sesuai kebutuhannya. Pada akhirnya nanti, melalui pengembangan kewirausahaan di
sekolah diharapkan dapat meningkatkan gairah dalam penyelenggaraan proses
pendidikan, menyejahterakan sivitas sekolah, serta meningkatkan produktifitas kerja, dan
secara tidak langsung ikut meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), menekan
pengangguran dan menekan kriminalitas, serta meningkatkan aktualisasi diri (self
actualization) sekolah sebagai laboratorium masyarakat.

2.    Manfaat Kewirausahaan bagi Siswa

Pengembangan kewirausahaan sekolah juga diharapkan memberikan keuntungan


kepada siswa, dimana dilakukan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan
kewirausahaan dan manajerial tingkat sederhana untuk mengelola dan memasarkan suatu
produk, dalam bentuk kurikuler, kokurikuler, dan atau ekstrakurikuler. Agar lebih efektif,
maka siswa hendaknya juga terlibat aktif secara langsung dalam pengembangan unit
produksi/jasa sekolah atau bekerjasama dengan instansi mitra lain terkait melalui
program pendidikan sistem ganda atau dual system education. Melalui pola ini, selain
siswa dapat mempraktikkan pendidikan dan pelatihan teoritis terhadap dunia nyata
sebenarnya, juga dapat menemukan kendala serta peluang dan atau menemukan ide-ide
baru yang lebih tinggi lebih memilki alternatif-alternatif dalam meniti masa depannya,
terutama mapu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri serta berpartisipasi
menggerakkan ekonomi masyarakat sesuai kondisi lingkungan fisik dan sosiobudaya di
masyarakat. Selain itu, pada diri siswa akan tertanam minat dan kemampuan untuk
berpartisipasi membangun secara nyata daerah atau lingkungannya.

3.    Manfaat Kewirausahaan bagi Masyarakat Sekitar

Salah satu tujuan pengembangan kewirausahaan sekolah adalah menghasilkan


produk/jasa yang dijual ke masyarakat atau costumer. Semakin besar kebutuhan costumer
yang dapat terpenuhi oleh jasa atau produk yang dihasilkan sekolah, maka akan semakin
besar pula profit yang diperoleh sekolah, artinya kewirausahaan sekolah harus diarahkan
dapat melayani kebutuhan dan dapat menyelesaikan persoalan masyarakat atau costumer
secara maksimal. Pada akhirnya, masyarakat sekitar memilki sentiment positif sekolah
yang selanjutnya akan meningkatkan rasa memilki atau sense of belonging terhadap
sekolah.

Laporan Perencanaan

NO KEGIATAN KETERANGAN
Terlaksana Tidak Terlaksana
1 Pengumpulan bungkus kopi,
deterjen dan lain-lain
2 Pembuatan tiker dari bungkus kopi
3 Pembuatan tas dari bungkus plastik
4 Menghias baju dengan bungkus kopi
5 Membuat hiasan dari kerang
6 Membuat lampu meja dari batok
kelapa
7 Membuat sandal dari Pelepah
Pisang

BAB IV

PENUTUP
Demikian muatan local yang bernilai kewirausahaan ini kami susun untuk dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di SMP Bina Mulia pada
khususnya dan semoga bermanfaat juga bagi pihak lain yang berkepentingan.

Penyusunan muatan local yang bernilai kewirausahaan ini tidak lepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak yang terkait dan semuanya yang telah memberikan bantuan
berupa ide dan gagasan sehingga tersusunnya program muatan lokal yang bernilai
kewirausahaan ini, yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa muatan lokal yang bernilai kewirausahaan yang kami
susun ini jauh dari sempurna, sehingga kami mengharapkan adanya masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan muatan lokal yang
bernilai kewirausahaan ini. Terima kasih semoga bermanfaat bagi kita semua.

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan untuk mencerdaskan bangsa serta
agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional
yang diatur dengan Undang-undang.

Pembangnan nasional di bidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan


kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan
masyarakat yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia
Indonesia seutuhnya.

Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan


peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional, yang disesuaikan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, perkembangan
masyarakat serta kebutuhan pembangunan. Dengan berlakunya undang-undang Republik
Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah sebagai Pedoman Pelaksanaannya maka muatan lokal yang bernilai
kewirausahaan perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut.

Mengingat bahwa perkembangan muatan local yang bernilai kewirausahaan


dirasakan sangat penting, maka diperlukan adanya Pedoman Pelaksanaan pengajaran
yang disusun dalam bentuk Silabus yang berlaku di SMP Bina Mulia.

Atas dasar ketentuan tersebut maka SMP Bina Mulia menyusun muatan local
yang bernilai kewirausahaan sesuai dengan bahan kajian yang memiliki ciri khas
lingkungan yang berdekatan dengan tempat pembuangan sampah di kota depok.
Demikian penyusunan muatan local yang bernilai kewirausahaan ini agar dipedomi dan
dilaksanakan sebaik-baiknya dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Akhir kata penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan Program


Muatan Lokal Yang Bernilai Kewirausaahaan Tahun Pelajara 2021/2022 ini oleh karena
itu kritik dan saran sangat penyusun harapkan. Terima Kasih
 Wassalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatu

Depok Juli 2021

Penyusun

PROGRAM
MUATAN LOKAL YANG BERNILAI KEWIRAUSAHAAN
Di Susun Oleh:

Sintang, S. Ag

Jl. Raya Puskesmas Rt 04/04 Pasir Putih sawangan Depok

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PROGRAM PAMERAN KETERAMPILAN SISWA

SMP Bina Mulia


Penyusun

Sintang, S. Ag

Program ini disahkan untuk dipergunakan di SMP Bina Mulia

Kepala SMP Bina Mulia

Heroni, S. Ag, MM

BAB II
PENGELOLAAN KEWIRAUSAHAAN

A. Rencana program
Untuk mengoptimalkan muatan local yang bernilai kewirausahaan, maka
diperlukan penunjang keberhasilan pengajaran muatan local kewirausahaan di
sekolah dengan membuat sebuah rencana sebagai berikut :
1. Penangungjawab Kegiatan muatan local(organisasi)
2. Disiplin dan siap bekerja
3. Perlengkapan Praktek
4. Cara penyimpanan dan pemeliharaan alat
5. Program jadwal pemeliharaan alat

1. Organisasi

a) Pengelolaan

a. Penanggung Jawab : Heroni, S. Ag, MM


b. Pendamping Siswa : Ade Kumalasari, S. Pd
2. Disiplin
Untuk keamanan dan keselamatan diperlukan perhatian khusus. Disiplin
lebih tinggi dibandingkan dengan disiplin dalam kelas,karena jika melanggar
disiplin akan menyulitkan langkah-langkah selanjutnya dalam usaha menjaga
keamanan dan keselamatan kerja .
Tata tertib diberikan dan dijelaskan pada siswa sebelum melakukan
praktik di kelas ataupun diluar kelas. Hal ini untuk menjaga keelamatan kerja
dalam bekerja. Tata tertib ini berisi larangan, perintah dan petunjuk.
3. Pemeliharaan dan penyimpanan alat
Setelah alat-alat praktek digunakan, perlu digunakan usaha pemeliharaan
dan penyimpanan pada tempat yang sesuai. Penggunaan dan perlakuan terhadap
jenis alat juga berbeda. Dengan pemeliharaan dan penyimpanan alat dengan
benar dapat membuat alat tahan lama atau awet dan dapat digunakan lebih lama
sehingga menghemat biaya.
Beberapa ketentuan dalam penyimpanan alat praktek adalah sebagai berikut :
 Gunting dibersihkan setelah digunakan dengan lap kering.
 Ember atau bak dicuci setelah digunakan lalu digantung atau ditaruh
ditempatnya.

Bahan yang disiapkan untuk praktek:


NO NAMA BAHAN/ALAT KEADAAN
BAIK RUSAK
1 Bungkus Kopi, deterjen
2 Staples
3 Gunting
4 Lem
5 Kerang
6 Cat warna warni
7 Baju
8 Lilin
9 Korek
10 Paku

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Tujuan
D. Manfaat
E. Sasaran

BAB II PENGELOLAAN KEWIRAUSAHAAN


A. Rencana program
B. Organisasi Kegiatan
1. Organisasi
2. Disipin
3. Pemeliharaan dan penyimpanan alat
4. Bahan Dan Alat

BAB III PENTINGNYA WIRAUSAHA DAN MANFAATNYA BAGI SEKOLAH


SMP BINA MULIA
A. Makna Kewirausahaan Dalam Pengelolaan Pendidikan
B. Pentingnya Wirausaha Bagi Sekolah
C. Manfaat Sekolah Dikelola Menggunakan Konsep Kewirausahaan
D. Perencanaan Pelaksanaan

BAB IV PENUTUP

Lampiran-lampiran
KATA PENGANTAR

Program Sekolah Sehat merupakan salah satu program untuk meningkatkan


kualitas pendidikan dan prestasi belajar peserta didik. Program ini dilaksanakan melalui
penciptaan lingkungan sekolah sehat, peningkatan pengetahuan, perubahan perilaku, serta
pemeliharan kebersihan dan kesehatan yang pada akhirnya dapat menciptakan sebuah
budaya, yaitu budaya bersih dan sehat.
Pelaksanaan pengembangan sekolah sehat ini mencakup berbagai informasi yang
perlu diketahui oleh warga sekolah agar dapat melaksanakan program pembinaan,
pengembangan, dan pelaksanaan sekolah sehat dengan baik. Dengan program ini
diharapkan tercipta lingkungan sekolah yang dapat berkontribusi terhadap peningkatan
proses belajar peserta didik dan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang
pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah di Indonesia.
Semoga program ini bermanfaat bagi pembinaan sekolah sehat. Kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyempurnaan pelaksanaan pengembangan sekolah
sehat ini, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Depok, Juli 2021


Kepala SMP Bina Mulia

Heroni, S. Ag, MM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah merupakan institusi formal dan strategis dalam menyiapkan sumber
daya manusia yang sehat secara fisik, mental, social, dan produktif. Salah satu yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah adalah status
kesehatan dan kondisi lingkungan sekolah.
Masalah kesehatan di sekolah menjadi kompleks dan bervariasi terkait
dengan kesehatan peserta didik yang dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya
kondisi lingkungan sekolah dan perilaku hidup bersih.
Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat
mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan
perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat, siswa
sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan
masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Perilaku tidak sehat ini juga disebabkan
oleh lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah, atau
lingkunganmasyarakatnya.
Rendahnya upaya untuk menumbuhkan kesadaran hidup bersih dan sehat
kepada peserta didik, berdampak pada siswa sekolah yang belum sepenuhnya
mengetahui bagaimana cara yang benar untuk memelihara kesehatan pribadi ataupun
lingkungannya. kurang bersih dan rapi dalam berpakaian, kurang serius dalam
melaksanakan senam, sering membuang sampah sembarangan, jajan sembarangan
dan tidak memperhatikan kebersihan jajanan. Perilaku hidup bersih dan sehat yang
masih rendah dapat berakibat pada kualitas lingkungan sekolah yang rendah dan
masih tingginya angka penyakit yang menyerang anak usia sekolah.
Guna mencegah dan mengurangi berbagai permasalahan di atas diperlukan
perilaku hidup bersih dan sehat melalui pengembangan pola hidup bersih dan sehat
di sekolah. Upaya tersebut tidak hanya mengandalkan proses belajar mengajar
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, tetapi perlu didukung oleh kebijakan,
sarana dan prasarana, serta program yang tepat sehingga perilaku hidup bersih dan
sehat akan menjadi budaya di kalangan warga sekolah.
Tujuan Program ini adalah memberikan informasi dan solusi untuk
menjawab berbagai permasalahan dan hambatan yang muncul. Dengan begitu,
sekolah dapat menumbuhkan pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat pada setiap
warga sekolah.
Untuk itulah maka melalui program ini SMP Negeri 9 Depok beritikad
dengan sepenuh hati untuk mewujudkan “Sekolah Sehat” sebagai bagian Pendidikan
Karakter di UPTD SMP Negeri 9 Depok.

B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH).
4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
5. Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan,
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 1/U/SKB/2003, Nomor:
1067/Menkes/SKB/VII/2003, Nomor: MA/230A/2003, Nomor: 26 Tahun 2003
tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
Sekolah.
6. Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan,
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 2/P/SKB/2003, Nomor:
1068/ Menkes/SKB/VII/2003, Nomor: MA/230B/2003, Nomor: 4415-404
Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan
Sekolah Pusat.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1429/ Menkes/SK/XH/2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

C. Tujuan Program
1. Mewujudkan sekolah yang memenuhi syarat kesehatan untuk meningkatkan
kualitas hidup bersih dan sehat warga sekolah pada SMP Negeri 9 Depok.
2. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan di Sekolah SMP Negeri 9 Depok.
3. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan bangunan dan halaman Sekolah SMP
Negeri 9 Depok.
4. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar Sekolah SMP Negeri
9 Depok.
5. Mewujudkan warga Sekolah SMP Negeri 9 Depok yangmemiliki perilaku hidup
bersih dan sehat.

D. Manfaat Program
1. Terwujudnya sekolah yang memenuhi syarat kesehatan untuk meningkatkan
kualitas hidup bersih dan sehat warga Sekolah SMP Negeri 9 Depok.
2. Terselenggaranya pendidikan kesehatan di Sekolah SMP Negeri 9 Depok.
3. Terselenggaranya pelayanan kesehatan di Sekolah SMP Negeri 9 Depok.
4. Meningkatnya kebersihan dan kesehatan gedung dan halaman Sekolah SMP
Negeri 9 Depok.
5. Meningkatnya kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar Sekolah SMP Negeri
9 Depok.
6. Terwujudkannya perilaku hidup bersih dan sehat padaseluruh warga Sekolah SMP
Negeri 9 Depok.

E. Sasaran
1. Budaya perilaku hidup bersih dan sehat peserta didik Sekolah SMP Negeri 9
Depok.
2. Keteladanan hidup bersih dan sehat kepala sekolah, guru, dan karyawan.
3. Optimalisasi fungsi dan pemeliharaan sarana dan prasarana hidup bersih dan sehat
di Sekolah SMP Negeri 9 Depok oleh seluruh warga sekolah.
4. Harmonisasi kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan hidup bersih dan sehat.

F. Definisi Istilah
1. Sekolah Sehat sekolah yang warganya secara terus-menerus membudayakan
perilaku hidup bersih dan sehat, memiliki lingkungan sekolah yang bersih, indah,
sejuk, segar, rapih, tertib, dan aman
2. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu,
sampah, bau, virus, bakteriapatogen, dan bahan kimia berbahaya.
3. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009)
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Permenkes No. 2269/MENKES/
PER/XI/2011).
5. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman
untuk dikonsumsi (UU No. 18 Tahun 2012).
6. Bangunan sekolah adalah bangunan yang dipakai sebagai fasilitas pelaksanaan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta.
7. Lingkungan sekolah yang bersih adalah kondisi lingkungan sekolah yang
bersih, indah, sejuk, segar, rapi, dan aman yang merupakan hasil dari upaya
seluruh warga sekolah.
8. Warga sekolah yang sehat adalah setiap orang yang berperan di dalam proses
pendidikan di sekolah meliputi peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan,
serta komite sekolah, dalam keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan warga sekolah dapat melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing.
9. Peserta Didik adalah semua anak yang mengikuti pendidikan di sekolah.
10. Instansi terkait adalah lembaga pemerintah yang memiliki tugas melakukan
pembinaan terhadap sekolah/madrasah.
11. Monitoring adalahsuatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan dan
pengendalian terhadap suatu objek kegiatan yang akan, sedang, dan atau sudah
dilaksanakan.
12. Evaluasi adalahproses penilaian hasil yang telah ditentukan sebagai bahan
penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat.
13. Pelaporan adalah kegiatan laporan semua kegiatan terkait dengan upaya
mewujudkan Bersih Sehat yang dilakukan oleh peserta didik, guru, dan sekolah.
BAB II

PROGRAM SEKOLAH SEHAT

A. PENDIDIKANKESEHATAN DAN KEBERSIHAN


Sebagai lingkungan terkecil yang mempunyai otoritas dalam mengelola dirinya
sendiri, sekolah mempunyai peran yang penting dalam memberikan pembelajaran
disegala bidang bagi warga sekolah dan lingkungan sekitar. Peserta didik, sebagai
agen perubahan, diharapkan dapat membawa pengaruhpositif kepada keluarga
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat yang mereka dapatkan di sekolah.
Sekolah sebagai pusat informasi sanitasi. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan peran sekolah dan warga sekolah sebagai agen perubahan yang aktif
dalam menjamin tersosialisasi dan teradopsinya berbagai pembelajaran mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat oleh warga sekolah, masyarakat sekitar, dan sekolah
lain.

Kegiatan untuk mewujudkan sekolah sebagai pusat pembelajaran perilaku hidup


bersih dan sehat mencakup hal sebagai berikut.
1. Internal sekolah
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain, sebagai berikut.
a. Dokumentasi pelaksanaan Sekolah Sehat di sekolah.
b. Pelatihan Duta Sekolah Sehat.
c. Membuat apotek hidup, kebun sekolah.
d. Pemasangan slogan/himbauan tentang kebersihan/kesehatan/keamanan pangan
di tempat yang strategis, misalnya “Buanglah sampah pada tempatnya!”.
e. Kampanye perilaku hidup bersih dan sehat dalam penggunaan fasilitas umum.
f. Melibatkan peserta didik dalam kegiatan “SEKOLAH SEHAT”.
g. Mengadakan workshop, kampanye, dan lomba tentang pentingnya menjaga dan
memelihara kebersihan, kesehatan, penghijauan lingkungan, dan keamanan
pangan di sekolah.
h. Pelaksanaan perayaan hari nasional/internasional terkait kesehatan dan
lingkungan (Hari Air, Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS), dan lain-lain).
i. Kegiatan Ekstarakurikuler
j. Mengadakan Wisata siswa;
k. Mengadakan Kemah (Persami);
l. Mengadakan Lomba-lomba kesehatan dan kebersihan
m. Kerja bakti;
n. Jumsih
o. Majalah dinding, buletin, majalah;
p. Piket sekolah.
2. Eksternal Sekolah
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain, sebagai berikut.
a. Membuat program kemitraan pendidikan kebersihan dan kesehatan dengan
instansi terkait (Puskesmas, Kepolisian, PMI, BNN dan lain-lain).
b. Menyebarluaskan pembelajaran pelaksanaan Sekolah Sehat dalam forum
KKKS.
c. Menyebarluaskan pembelajaran pelaksanaan Sekolah Sehat dalam forum
MGMP
d. Melakukan penyuluhan kebersihan dan kesehatan bagi warga sekolah.

B. PELAYANAN DAN PEMBINAAN KESEHATAN


Pelayanan kesehatan adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan
(preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan kepada
siswa dan lingkungannya.
Upaya Pelayanan Kesehatan yang akan dilaksanakan pada Sekolah SMP Negeri 9
Depok, adalah :

1. Siswa sakit yang tidak dapat mengikuti pelajaran, dan bila masih
memungkinkan segera disuruh pulang dengan membawa surat pengantar dan
buku/kartu rujukan agar dibawa orang tuanya ke Puskesmas atau sarana
pelayanan kesehatan yang ditunjuk.
2. Siswa cedera/sakit yang tidak memungkinkan disuruh pulang dan segera
membutuhkan pertolongan secepatnya, agar dibawa ke Puskesmas atau
sarana pelayanan kesehatan yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan.
Setelah itu agar segera diberitahukan kepada orang tuanya untuk datang ke
Puskesmas ataupun sarana pelayanan kesehatan tersebut.
3. Memberikan pencegahan terhadap sesuatu penyakit dengan immuniasi dan
lainnya yang dianggap perlu;
4. Pemeriksaan mulut , gigi dan telinga
5. Menimbang berat badan dan tinggi siswa
6. Pemeriksaan kesehatan guru dari pihak luar
7. Memberikan bimbingan teknis medik kepada kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, alumnus UKS, siswa dalam melaksanakan Usaha Kesehatan
Sekolah;
8. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan pada umumnya dan Sekolah
Sehat pada khususnya kepada kepala sekolah, guru, dan pihak lain dalam
rangka meningkatkan peran serta dalam pelaksanaan Sekolah Sehat;
9. Memberikan pelatihan/penataran kepada guru Sekolah Sehat dan kader
Sekolah Sehat (PMR dan Kader Kesehatan Remaja);
10. Melakukan penjaringan dan pemeriksaan berkala serta perujukan terhadap
kasus-kasus tertentu yang memerlukannya;
11. Memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling;
12. Menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat kesehatan dan
tingkat kesegaran jasmani siswa dan cara peningkatannya;
13. Menginformasikan secara teratur kepada Tim Pembina Sekolah Sehat
setempat meliputi segala kegiatan pembinaan kesehatan dan permasalahan
yang dialami.

C. SARANA DAN PRASARANA


Sekolah mengoptimalkan sarana dan prasarana yang mendukung perilaku hidup
bersih dan sehat. Dalam penyediaan sarana dan prasarana disesuaikan dengan standar
peraturan yang ada, misalnya, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor: 24
tahun 2007 dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1429/Menkes/ SK/XII/2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah.
Program Sekolah Sehat didukung bangunan yang terdiri atas :
a. Ruang Kepala Sekolah
Ruang bersih dan tertata rapih, ada sirkulasi udara memadai, kecuali ruang ber-
AC. Ukuran luas ruang kepala sekolah minimal 12 m2 dengan lebar minimal 3 m
dan memiliki jendela yang dapat ditutup dan dibuka ke arah keluar dengan
pencahayaan alami yang jelas.
b. Ruang Guru
Ukuran luas ruang guru minimal 32m2 dengan rasio minimal 4m2/orang.
c. Ruang Perpustakaan
Ukuran luas perpustakaan minimal sama dengan luas satu ruang kelas. Lebar
minimal 5 m.
d. Ruang Kelas
Rasio minimal luas ruang kelas 2 m2/siswa. Untuk rombongan belajar dengan
peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimal ruang kelas 30 m 2 dengan lebar
minimal 5 m. Jarak papan tulis dengan meja siswa paling depan minimal 2,5 m
dan jarak papan tulis dengan meja paling belakang minimal 9 m. Kapasitas
maksimal ruang kelas 28 siswa. Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih
yang mengalir dan sabun. Minimal satu tempat cuci tangan untuk dua kelas. Di
setiap kelas disediakan tempat sampah bertutup.

e. Kamar mandi/WC
Rasio kamar mandi/WC dan urinoir adalah perbandingan antara jumlah peserta
didik dengan banyaknya kamar mandi/WC dan urinoir yang tersedia. Untuk
peserta didik rasionya adalah 1:60; sedangkan untuk siswi rasionya adalah 1:50.
Kamar mandi/WC dan urinoir peserta didik/siswi terpisah dengan kamar
mandi/WC dan urinoir guru dan pegawai. Ukuran kamar mandi/WC tidak kurang
dari 2 m2. Dinding berwarna terang. Lantai memiliki perkerasan tidak licin, air
tidak menggenang, memiliki kemiringan minimal 1%. Closet memiliki ketinggian
30 cm dari lantai baik closet untuk guru maupun untuk peserta didik. Ruangan
memiliki lubang penghawaan dan pencahayaan yang cukup, bebas dari jentik
nyamuk, memiliki alat kebersihan (sikat, sabun, karbol), dan tempat sampah
tertutup.

f. Ruang UKS
Ruang UKS adalah tempat untuk melakukan pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif, preventif, dan kuratif. Penyuluhantentang perilaku hidup sehat kepada
peserta didik dan warga sekolah lainnya dilakukan secara terus-menerus,
menyeluruh, dan terpadu. Ruang UKS dilengkapi tempat cuci tangan dengan air
bersih yang mengalir,tersedia sabun, memiliki tempat tidur periksa, timbangan
badan, alat pengukur tinggi badan, alat pengukur suhu tubuh,dental kit, UKS kit,
P3K, lemari obat, torso rangka atau alat tubuh, snellen chart, dan tempat sampah.
Standar luas ruang UKS adalah minimal 27 m2 yang dilengkapi dengan buku
kesehatan dan buku adminsitrasi.

g. Kantin
Kantin sekolah adalah tempat usaha makanan dan minuman yang pengelola dan
konsumennya adalah warga sekolah. Lokasi kantin berjarak minimal 20 m dari
tempat pembuangan sampah sementara. Kantin memiliki peralatan pengolahan
dan makan yang bersih, tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air
bersih yang mengalir, tempat cuci tangan dilengkapi dengan air bersih mengalir,
sabun dan lap tangan untuk pengunjung kantin, tersedia tempat penyimpanan
bahan makanan terpisah dari makanan jadi/siap saji dan tempat pajangan(display)
makanan jadi/siap saji yang tertutup. Kantin dilengkapi dengan tempat duduk dan
saluran air limbah yang tertutup. Tersedia tempat untuk mengolah makanan
sederhana (memanasi, mengukus, dan memanggang). Makanan kemasan berlabel
BPOM/Dinkes dan tidak kadaluarsa. Makanan dan minuman yang dijual sudah
dilakukan uji bebas formalin, boraks, dan pewarna kimia berbahaya. Kemasan
bersih dan tidak menggunakan styrofom. Petugas kantin berpakaian rapi, bersih,
bercelemek, bertudung, dan sehat. Pengambilan makanan selalu menggunakan
alat bantu pengambil makanan.

h. Gudang
Gudang sekolah memiliki luas minimal 18 m2. Gudang berdinding bersih, tidak
lembab, dan dicat berwarna terang. Dinding yang terkena percikan air terbuat dari
bahan campuran kedap air, tidak mudah retak, tidak dicat dengan larutan kapur
tohor, dan memiliki pintu yang tertutup. Gudang memiliki ventilasi pada dinding,
diberi pengamanan berupa kasa ayam untuk mencegah masuknya vektor penyakit
dan binatang pengerat, serta diberi penerangan yang cukup.

i. Tempat Beribadah
Tempat beribadah disesuaikan dengan kebutuhan tiap sekolah. Ukuran minimal
12 m2.

j. Halaman dan Pagar Sekolah


Halaman sekolah merupakan ruang terbuka hijau sebagai sarana untuk menunjang
segala kegiatan di luar ruangan (upacara, olahraga, kesenian, pramuka, parkir
kendaraan, apotek hidup, taman sekolah dan kegiatan lain)bagi warga sekolah.
Halaman sekolah terbebas dari genangan air dan mempunyai batas yang jelas
dengan lingkungan sekitar, dan dilengkapi dengan pagar yang kuat dan aman.

 Konstruksi bangunan sekolah memenuhi persyaratan sebagai berikut:


1. Atap
Sekolah memiliki atap yang kuat, tidak bocor, tidak menjadi sarang tikus, serta
memiliki kemiringan yang cukup. Sekolah yang mempunyai ketinggian atap lebih
dari 10 m.Gedung sekolah memiliki talang air yang berfungsi baik, langit-langit
yang kuat, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
2. Dinding
Dinding bangunan sekolah bersih, tidak lembab, dan dicat berwarna terang. Pada
dinding yang terkena percikan air, bahan dinding tersebutdibuat dari bahan
campuran kedap air, tidak mudah retak, dan tidak dicat dengan larutan kapur
tohor.
3. Lantai
Lantai kelas, kantor, dan perpustakaan terbuat dari bahan kedap air, kuat,
permukaan rata, tidak licin, tidak retak, dan mudah dibersihkan. Lantai
menggunakan bahan penutup yang berwarna terang. Terdapat perbedaan tinggi
lantai antara selasar dengan ruang kelas, perpustakaan, dan kantor. Lantai kamar
mandi/WC memiliki kemiringan yang cukup sehingga memudahkan air mengalir.
4. Tangga
Tangga bangunan sekolah bertingkat dapat berfungsi ganda. Tangga berfungsi
sebagai sarana lalu lintas dan sebagai sarana penyelamat. Tangga dilengkapi
dengan pegangan tangan dan sarana keamanan setinggi bahu peserta didik.
5. Pintu
Pintu memiliki lebar sekurang-kurangnya 1 m. Pintu tersebut dapat terdiri atas
satu daun pintu atau dua daun pintu dengan arah buka keluar. Pintu dilengkapi
dengan pengunci dan pegangan (handle) yang terbuat dari bahan yang kuat.
6. Jendela
Jendela dapat dibuka dan ditutup dengan arah buka keluar dan diberi pengaman.
Kaca jendela memungkinkan cahaya masuk secara alami sehingga peserta didik,
guru, dan pegawai sekolah dapat membaca dengan nyaman, tidak terlalu terang,
dan juga tidak gelap (20 % luas lantai).

 Pemeliharaan ruang dan bangunan, meliputi:


 Atap dan talang dibersihkan secara berkala sekali dalam sebulan dari kotor-
an/sampah yang dapat menimbulkan genangan air; Pembersihan ruang sekolah
dan halaman minimal sekali dalam sehari.
 Pembersihan ruang sekolah harus menggunakan kain pel basah untuk menghi-
langkan debu atau menggunakan alat penghisap debu.
 Membersihkan lantai dengan menggunakan larutan desinfektan.
 Lantai harus disapu terlebih dahulu sebelum di pel.
 Dinding yang kotor atau yang catnya sudah pudar harus dicat ulang; Bila
ditemukan kerusakan pada tangga segera diperbaiki.

Pemenuhan Fasilitas Sekolah Sehat

 Pencahayaan dan kesilauan, meliputi:


 Pencahayaan ruang sekolah harus mempunyai intensitas yang cukup sesuai
dengan fungsi ruang.
 Pencahayaan ruang sekolah harus dilengkapi dengan penerangan buatan.
 Untuk menghindari kesilauan maka harus disesuaikan tata letak papan tulis dan
posisi bangku siswa.
 Gunakan papan tulis yang menyerap cahaya.
 Ventilasi, meliputi:
 Penempatan  ventilasi ruang sekolah harus menggunakan sistem silang agar udara
segar dapat menjangkau setiap sudut ruangan.
 Pada ruang yang menggunakan AC (air conditioner) harus disediakan jendela
yang bisa dibuka dan ditutup.
 Agar terjadi penyegaran pada ruang ber-AC, jendela harus dibuka terlebih dahulu
minimal satu jam sebelum ruangan tersebut dimanfaatkan.
 Filter AC harus dicuci minimal 3 bulan sekali.
 Kepadatan ruang kelas
Kepadatan ruang kelas dengan perbandingan minimal setiap siswa mendapat
tempat seluas 2 m2. Rotasi tempat duduk perlu dilakukan secara berkala untuk
menjaga keseimbangan otot mata.
 Jarak papan tulis, meliputi:
 Jarak papan tulis dengan siswa  paling depan minimal 2,5 m.
 Jarak papan tulis dengan siswa paling belakang maksimal 9 m.
 Petugas menghapus papan tulis sebaiknya menggunakan masker.
 Sarana cuci tangan, meliputi:
 Tersedia air bersih yang mengalir dan sabun.
 Tersedia saluran pembuangan air bekas cuci tangan.
 Bila menggunakan tempat penampungan air bersih maka harus dibersihkan
minimal seminggu sekali.
 Kebisingan
 Untuk menghindari kebisingan agar tercapai ketenangan dalam proses belajar,
maka dapat dilakukan dengan cara.
 Penghijauan dengan pohon berdaun lebat dan lebar.
 Pembuatan pagar tembok yang tinggi.
 Air bersih
Sarana air bersih harus jauh dari sumber pencemaran (tangki septic, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, dan lain-lain);
Bila terjadi keretakan pada dinding sumur atau lantai sumur agar segera
diperbaiki;Tempat penampungan air harus dibersihkan/dikuras secara berkala
 Sampah, meliputi:
 Tersedia tempat sampah di setiap ruangan.
 Pengumpulan sampah dari seluruh ruang dilakukan setiap hari dan dibuang ke
tempat pembuangan sampah sementara.
 Pembuangan sampah dari tempat pembuangan sampah sementara ke tempat
pembuangan sampah akhir dilakukan manimal 2kali sehari
 Sarana pembuangan air limbah
Membersihkan saluran pembuangan limbah terbuka minimal seminggu sekali
agar tidak terjadi perindukan nyamuk dan tidak menimbulkan bau.
 Vektor (pembawa penyakit), meliputi:
Agar lingkungan sekolah bebas dari nyamuk demam berdarah maka harus
dilakukan kegiatan;
 Kerja bakti rutin sekali dalam seminggu dalam rangka pemberantasan sarang
nyamuk.
 Menguras bak penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali dan bila
libur panjang dikosongkan.
 Bila ada kolam ikan,  dirawat agar tidak ada jentik nyamuk.
 Pengamatan terhadap jentik nyamuk di setiap penampungan air atau wadah yang
berpontensi adanya jentik nyamuk. Hasil pengamatan dicatat untuk menghitung
kontainer indeks.
 Meja dan kursi siswa
Desain meja dan kursi harus memperhatikan aspek ergonomis, permukaan
meja/bangku memiliki kemiringan ke arah pengguna sebesar 15% atau sudut 10o.

D. PERILAKU WARGA SEKOLAH


Tujuan pelaksanaan Sekolah Sehat adalah untuk membudayakan perilaku hidup
bersih dan sehat meliputi perilaku sebagai berikut :
1. Menjaga rambut agar bersih dan rapih.
2. Memakai pakaian bersih dan rapih.
3. Menjaga kuku agar pendek dan bersih.
4. Berolahraga teratur dan terukur.
5. Tidak merokok.
6. Tidak menggunakan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA).
7. Memberantas jentik nyamuk.
8. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
9. Menggunakan air bersih.
10. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
11. Membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah (sampah organik dan
nonorganik).
12. Mengkomsumsi makanan sehat.
13. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan secara berkala.
BAB III
MONITORING, EVALUASI DAN LAPORAN SEKOLAH SEHAT

Salah satu kegiatan dalam rangka pembinaan Sekolah Sehat adalah kegiatan
pengendalian pelaksanaan. Pengendalian pelaksanaan ini mencakup kegiatan monitoring,
evaluasi, dan pelaporan.

A. Monitoring
1. Pengertian
Monitoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan dan
pengendalian kegiatan yang sedang dilaksanakan, untuk umpan balik
pelaksanaan kegiatan di masa datang.
Kegiatan monitoring dilakukan dengan melihat langsung pelaksanaan kegiatan
untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan dengan
keberhasilan program.
2. Tujuan
Tujuan monitoring Sekolah Sehat adalah untuk mengetahui daya guna dan hasil
guna pelaksanaan program.
3. Fungsi
Fungsi dari monitoring adalah:
a. untuk pemetaan kegiatan Sekolah Sehat di sekolah SMP Negeri 9 Depok
b. memperoleh umpan balik untuk pembinaan Sekolah Sehat di sekolah SMP
Negeri 9 Depok
4. Ruang lingkup
Ruang lingkup monitoring meliputi semua aspek yang terdapat di dalam program
5. Sasaran
Sasaran monitoring:
a. dokumen kegiatan,
b. pengelolaan kegiatan, dan
c. capaian kegiatan.

6. Pelaksanaan Monitoring
Pelaksanaan monitoring dilakukan oleh petugas yang ditunjuk Tim Pembina dan
Tim Pelaksana Sekolah Sehat. Monitoring dilakukan dengan cara:
a. pemeriksaan dokumen (instrumen monev),
b. pengamatan (observasi), dan
c. wawancara.
7. Frekuensi Pelaksanaan Monitoring
Tim Pembina Sekolah Sehat melakukan monitoring secara berkala

B. Evaluasi
1. Pengertian
Evaluasi adalah salah satu kegiatan pembinaan melalui proses pengukuran hasil
yang dicapai dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebagai bahan
penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan Sekolah Sehat.
2. Tujuan Evaluasi
Evaluasi ini dimaksudkan untuk :
a. Mendapatkan gambaran tentang keberhasilan pelaksanaan program Sekolah
Sehat
b. Memberikan umpan balik sebagai dasar penyempurnaan program pembinaan
Sekolah Sehat
3. Ruang lingkup
Ruang lingkup evaluasi meliputi semua komponen perencanaan program Sekolah
Sehat proses maupun hasil pelaksanaannya.
4. Sasaran Evaluasi
a. Warga sekolah (peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dll)
b. Lingkungan sekolah (bangunan, halaman, dll)
c. Hasil pembinaan terhadap perilaku peserta didik
5. Unsur – unsur yang dievaluasi
a. Perubahan tingkah laku kebiasaan hidup sehari-hari dan ketrampilan dalam
melaksanakan prinsip pola hidup bersih dan sehat
b. Kemampuan hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan yang telah terjadi
pada peserta didik karena adanya pelayanan kesehatan di sekolah
c. Perubahan lingkungan sekolah menjadi bersih dan sehat
d. Tingkat keberhasilan kegiatan pembina dan pengelolaan program Sekolah
Sehat
6. Cara dan Teknik
a. Cara Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam bentuk kuantitatif sesuai dengan monitoring yang
dilakukan
b. Teknik Evaluasi
Teknik Evaluasi dengan cara menganalisa data hasil monitoring dan
memasukkan ke tabel evaluasi. Tabel evaluasi dijadikan dasar rekomendasi
terhadap pihak yang berkepentingan.

C. Pelaporan
1. Mekanisme Pelaporan
Tim pelaksana Sekolah Sehat melaporkan secara tertulis setiap semester kepada
Tim Pembina Sekolah Sehat SMP Negeri 9 Depok

LAMPIRAN 1.
FORMAT MONITORING DAN EVALUASI SD BERSIH SEHAT
LAMPIRAN 3.
FORMAT EVALUASI PELAKSANAAN SD BERSIH SEHAT

Ketercapaian Keterangan
NO Variabel/Indikator (Komponen yang
A B C D
kurang)
A. Perencanaan/ Landasan Kegiatan
1. Visi, misi, tujuan yang relevan
dengan SD BERSIH SEHAT
2. Dokumen RKS/RKAS yang berkait
dengan SD BERSIH SEHAT
Jumlah
B. Sarana dan Prasarana
1. Bangunan Sekolah
2. Sarana Kebersihan
3. KM/WC/Urinoire
4. UKS
5. Kantin
6. Halaman
7. Sumber Air dan Sanitasi
8. Tempat Sampah
Jumlah
C. Budaya Hidup Sehat
1. Sosialisasi
2. Kegiatan Kepala Sekolah
3. Kegiatan Tenaga Pendidik
4. Kegiatan Tenaga Kependidikan
5. Kegiatan Peserta didik
6. Kegiatan Komite Sekolah
Jumlah
Analisis :

Kesimpulan:
Contoh: RKAS belum dibuat secara rinci.

Rekomendasi :

Contoh rekomendasi
1. Kepala sekolah segera menjabarkan program - program SD- BERSIH SEHAT
secara rinci, agar bisa dilaksanakan oleh tim

.............., ............... 2013


Petugas Monev

...........................................
LAMPIRAN 4.
FORMAT PELAPORAN SD BERSIH SEHAT

BERITA ACARA MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN


SD BERSIH SEHAT
Pada hari ini .......... tanggal ......... bulan ........ tahun ........ telah dilakukan monitoring dan
evaluasi (Monev) kegiatan SD-BERSIH-SEHAT pada sekolah:

Nama Sekolah : ................................................................


NISS : ................................................................
NISN : ................................................................
Alamat : ................................................................
Jalan : ................................................................
Kelurahan : .................................................................
Kecamatan : .................................................................
Kota/Kabupaten : ................................................................
Provinsi : ...................................................................

Pelaksanaan Monev dilakukan oleh:

No Nama/NIP Jabatan Instansi/Lembaga

Hasil Monev dan Rekomendasi:

Hasil:

Rekomendasi:

Demikian Berita Acara Monitoring dan Evaluasi ini dibuat bersama untuk digunakan sebagai
pengembangan program SD Bersih Sehat.

........................, ........, .................. 20....


Kepala Sekolah Petugas Monev
(Nama........................................) (Nama........................................)
NIP NIP

Petugas Monev Petugas Monev

(Nama........................................) (Nama........................................)
NIP NIP

Anda mungkin juga menyukai