ide atau penemuan baru menjadi sukses inovasi, sekaligus menciptakan produk dan
model bisnis baru yang memberi sumbangan atas pertumbuhan dinamisme industri
dan ekonomi jangka panjang.”~Joseph A. Schumpeter
Daya saing, inovasi dan pertumbuhan ekonomi tergantung pada kemampuan untuk
menghasilkan pemimpin masa depan dengan keterampilan, sikap dan perilaku
untuk menjadi wirausaha dan di saat yang sama bertanggung jawab secara sosial.
Kewiraswastaan tidak hanya tentang membuat rencana bisnis dan usaha. Hal ini
juga tentang kreativitas, inovasi dan pertumbuhan, cara berpikir dan bertindak
yang relevan dengan semua bagian dari ekonomi dan masyarakat serta seluruh
ekosistem sekitarnya. Dalam konteks ini ekosistem kewirausahaan dapat dicirikan
sebagai kerangka saling tergantung dan interaktif untuk aktivitas kewirausahaan.
Saling ketergantungan ini terdiri dari aturan kelembagaan dan kondisi lingkungan
yang menentukan rentang dari sosial dan ekonomi peluang kewirausahaan yang
layak. Serta cara di mana pengusaha dan pemangku kepentingan lainnya
membentuk kondisi kelembagaan dan lingkungan sekitarnya.
Orang yang kreatif, inovatif dan berwirausaha sangat penting untuk penciptaan
kekayaan dan pertumbuhan ekonomi. Pengusaha Inovatif datang dalam segala
bentuk. Mereka memulai dan menumbuhkan perusahaan, menginkubasi
perusahaan dari universitas atau organisasi lain, merestrukturisasi perusahaan yang
membutuhkan pemusatan, atau berinovasi dalam organisasi yang lebih besar.
Dalam semua konteks ini, penting untuk mendorong mahasiswa untuk berpikir dan
bertindak kewirausahaan serta punya etis dan bertanggung jawab sosial.
/paansiih
IKUTI
PENDAHULUAN
Menurut PBB, suatu negara mampu untuk berkembang secara mandiri apabila
jumlah wirausahawan di negara tersebut minimal 2 persen dari total jumlah
penduduk. Saat ini, jumlah wirausahawan di Indonesia hanya sebesar 0,24 persen
dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 238 juta jiwa. Jumlah tersebut lebih
rendah jika dibandingkan dengan jumlah wirausaha di beberapa negara luaryang
tingkat perekonomiannya lebih tinggi, seperti Amerika Serikat yang memiliki
wirausaha sejumlah 4 persen dari total penduduknya, Singapura yang jumlah
wirausahanya sebesar 7 persen dari jumlah penduduknya, dan Malaysia yang
jumlah wirausahanya mencapai 5 persen dari jumlah penduduknya.
1.3 Tujuan
Persepsi yang sudah terlanjur ada dalam masyarakat Indonesia adalah menjadi
pekerja,
bukan menciptakan pekerjaan . Untuk itu perlu ada upaya merubah mind set
masyarakat kita dari mencari kerja menjadi menciptakan pekerjaan.
PEMBAHASAN
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Menurut dari segi etimologi (asal
usul kata ).Wira,artinya pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, gagah berani,
berjiwa besar, dan berwatak agung.Usaha, artinya perbuatan amal, bekerja, berbuat
sesuatu. Jadi,wirausahaadalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Wirausaha dapat mengumpulkan sumber daya yang di butuhkan guna mengambil
keuntungan dari padanya, dan mengambil tindakan yang tepat guna untuk
memastikan keberhasilan usahanya. Wirausaha ini bukan faktor keturunan atau
bakat, tetapi sesuatu yang dapat dipelajari dan dikembangkan.
Saat ini negara Indonesia sedang dihadapkan pada masa dimana sistem
perekonomian negara masih belum stabil, salah satunya dikarenakan ketahanan
sektor riil yang masih lemah. Sektor riil itu sendiri merupakan bagian
perekonomian yang berhubungan langsung dengan geliat usaha dan bisnis. Hal
inilah yang pemerintah coba untuk menstimulasi kebijakan perekonomian agar
geliat ekonomi di sektor riil tersebut lebih dinamis, salah satu kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah ialah dengan menggalakkan peningkatan jumlah
wirausaha di Indonesia agar negara ini mampu berkembang secara mandiri dengan
mencapai jumlah wirausaha sebesar 2 persen dari total jumlah penduduknya.
Bukti nyata kebijakan pemerintah ini adalah dengan memasukkan mata kuliah
Kewirausahaan dalam kurikulum pembelajaran, khususnya di tingkat perguruan
tinggi negeri, dimana tingkatan ini merupakan tahap akhir sebelumpara mahasiswa
memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Banyaknya pengangguran serta kurangnya
minat berwirausaha menjadi autokritik terhadap peran dari perguruan tinggi.
perguruan tinggi memiliki peran yang besar dan memiliki peluang untuk
menanamkan sikap mental kewirausahaan sehingga lulusannya tidak hanya ahli
pada suatu bidang akademi namun juga mampu melahirkan wirausahawan-
wirausahawan baru yang siap menjadi pahlawan ekonomi.
Selama ini muncul kritik bahwa perguruan tinggi hanya memberikan ilmu dan
keterampilan tertentu untuk diaplikasikan di sebuah perusahaan yang sudah mapan.
Perguruan tinggi mendidik mahasiswanya untuk menjadi pencari kerja, lolos
seleksi dan wawancara serta bekerja dengan baik di perusahaan besar dan
mendapatkan karir puncak di perusahaan tersebut. ketika daya serap perusahaan itu
sudah tidak mencukupi untuk menampung seluruh lulusan perguruan tinggi maka
pengangguran tidak bisa terelakkan karena para lulusan tidak memiliki
pengetahuan untuk menciptakan lapangan kerja baru. mahasiswa hanya bisa
menciptakan inovasi-inovasi baru atau pengembangan sebuah produk, namun
belum mampu menjadikannya bernilai secara ekonomi dan bisa dijual di pasar
dalam bentuk produk-produk yang kreatif yang diminati oleh konsumen.
Ada kalanya bagi sebagian kecil mahasiswa mata kuliah Kewirusahaan hanya
digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan nilai bagus. Sekedar untuk
memperoleh predikat mutu A pada mata kuliah ini, mahasiswa tidak perlu
dihadapkan dengan ujian akhir evaluasi secara tertulis dan cukup dengan
menyelesaikan tugas terstruktur yang diberikan saat kuliah, serta riwayat kehadiran
yang penuh akan menghantarkan mereka pada predikat nilai mutu A dengan bobot
Sistem Kredit Semester(SKS) sebesar satu SKS.
Namun tak dapat dipungkir juga bahwa mata kuliah ini berguna juga bagi
mahasiswa. Mahasiswa yang berkarakter mandiri akan tidak sabar untuk segera
menerapka ilmu kewirusahaan ini dalam dunia sehari-hari. Maka muncullah
berbagai usaha yang dikelola dan didirikan baik itu secara langsung ataupun tidak
langsung oleh para mahasiswa IPB.
Geliat usaha mahasiswa atas aplikasi ilmu mata kuliah Kewirusahaan dapat kita
lihat disekitar kampus IPB Darmaga,Bogor. Berbagai usaha dari usaha yang
bergerak dibidang pelayanan dan jasa seperti jasa laundry, jasa pengadaan barang
seperti kios rumah makan yang dikelola mahasiswa ,ataupun usaha yang bergerak
di bidang jasa dan barang sepeti jasa catering. Bersama mereka bersaing dalam
merebut hati konsumen dengam memberi pelayanan terbaik bagi para
pelangganya. Akibatnya terdapat usaha yang bersaing secara jujur maupun yang
bersaing dengan cara yang kotor dan tidak sportif
Keberadaan para pengusaha muda juga ditanggapi negatif oleh beberapa kalangan.
Mereka beranggapan para mahasiswa wirausaha ini tidak fokus dalam belajar.
Mereka takut dengan ketidakfokusan itu membuat mahasiswa terlalu asik berusaha
dan melupakan tugas utamanya untuk menuntut ilmu. Akibatnya selanjutnya
adalah nilai yang hancur, waktu kelulusan yang tertunda lama hingga
dikeluarkannya mereka dari bangku kuliah karena akumulasi atas keburukan-
keburukan di bidang akademik. Ketakutan seperti itu sepertinya tak perlu terjadi
apabila mahasiwa wirausaha menyadari peran mereka baik itu sebagai mahasiwa
maupun sebagai wirausaha lalu membagi porsi keduanya secara seimbang. Justru
geliat dunia usaha oleh mahasiswa yang seperti ini yang perlu dipelihara, karena
dengan menjadi wirausaha secara tak langsung mereka telah menjadi pahlawan
bangsa karena mengurangi jumlah pengangguran dan pemberdayaaan masyarakat
Umumnya usaha mahasiswa dapat dikategorikan sebagai usaha mikro dan kecil
menengah. Hal itu dicirikan dengan penggunaan modal usaha yangmasih relatif
kecil untuk menjalankan usaha mereka. Kurangnyamodal, keterbatasan dalam
akses kredit, masih kurangnya ilmu dan pengalaman untuk bergelut langsung
dalam kerasnya dunia bisnis adalah beberapa hal yang kami identifikasi sebagai
faktor pengekal tidak berkembangnya usaha mereka.
Secara kasat mata mungkn peran wirausaha yang berasal dari kalangan mahasiswa
ini belum terlihat nyata dalam perekonomian mereka, namun hal itu untuk jangka
waktu yang pendek saja. Selanjutnya setelah metode ataupun teknologi yang dapat
digunakan untuk mengefisiensikan telah ditemukan dan digunakan barulah terasa,
dengan catatan usaha mereka berkembang pesat dan mampu menjadi salah satu
segi fundamental penyokong perekonomian negara.
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Adanya perkembangan usaha oleh mahasiswa saat ini memeng belum banyak
dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh jumlah pengusaha baru
tersebut masih relative sedikit dan belum berkembang secara signifikankearah
industry. Namun jika ada pengembangan dari pihak pengusaha baru dan
pemerintah secara berkesinambungan maka hal ini dapat dicapai. Pengembangan
dari pihak pengusaha baru adalah menambah inovasi-inovasi dalam menjalankan
usahanya. Inovasi tersebut hendaknya dibuat sekreatif mungkin untuk menarik
konsumen. Sedangkan dari pihak pemerintah, hendaknya memberikan dana
pinjaman yang dapat digunakan untuk modal usaha dengan bunga rendah sehingga
tidak membebani pengusaha baru. Jika hal ini bisa terlaksana dengan baik maka
dunia wirausaha di Indonesia akan lebih berkembang.
MAKALAH KEWIRAUSAHAAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Pendidikan kewirausahaan
Strategi pembelajaran
kewirausahaan di Indonesia
pembelajaran yang menjadikan guru sebagai pusat dan sumber utama yang
memberikan ide-ide dan contoh, di mana peserta didik diposisikan sebagai gelas
kosong yang hanya dapat diisi oleh sang guru. Pada sistem ini, hampir tidak
mungkin dapat terlahir peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi, sebab
mereka sepenuhnya tergantung kepada guru. Itulah sebabnya, tak mengherankan
jika spektrum pikir peserta didik sepenuhnya merupakan pantulan dari pengajaran
satu arah yang diterima di sekolah.
Sistem pembelajaran yang berpusat pada guru harus segera diubah, khususnya
terkait dengan mata diklat pendidikan kewirausahaan agar kedepannya bisa
menciptakan wirausaha-wirausaha yang handal. Apabila pemerintah Indonesia
tidak mampu membentuk wirausaha-wirausaha baru yang handal maka
diperkirakan akan semakin banyak jumlah pengangguran di Indonesia, dan hal ini
tentu akan berimbas pada penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Maka dari itu dirasa sangat penting untuk mengembangkan kurikulum pendidikan
kewirausahaan agar mampu mencetak wirausaha-wirausaha baru yang handal. Hal
ini tentu saja tidak menjadi tanggung jawab pemerintah semata, atau guru semata
namun manjadi tanggung jawab bagi semua pihak yang terkait di dalamnya
termasuk juga
stakeholder/masyarakat.
yang mampu membentuk wirausaha-wirausaha baru bagi generasi muda dan atau
bagi para lulusan, baik SMA/MA/SMK/MAK/SMP/MTS?
- Bagaimana tindak lanjut yang harus dilakukan agar semua pihak terkait termasuk
masyarakat/ stakeholder memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan
kewirausahaan yang mampu menjadikan jiwa kewirausahaan tinggi bagi generasi
muda?
- Untuk mendeskripsikan
tindak lanjut yang harus dilakukan agar semua pihak terkait termasuk masyarakat/
stakeholder memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan kewirausahaan
yang mampu menjadikan jiwa kewirausahaan tinggi bagi generasi muda.
BAB II
PEMBAHASAN
1 Pengertian Kewirausahaan
(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau
Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam system
ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas
kewirausahaan.
Peter F. Drucker
immerer
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah
bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi
peluangpeluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar
berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif.
Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang
muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif.
Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan
dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga
orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru. Selain itu, seorang
wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi
manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai
kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan
ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi
manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bias
bersifat sementara atau kondisional.
Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang
sejak awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata swasta. Persepsi tentang
wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya
adalah pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta dan pada
usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan
orang terutama karena memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun
demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini
banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk
survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan.
2 Manfaat Kewirausahaan
Dari beerapa penelitian mengedintifikasi bahwa pemilik bisnis mikro, kecil, atau
percaya bahwa mereka cenderung bekerja lebih keras, menghasilkan lebih banyak
uang, dan lebih membanggakan daripada bekerja di suatu perusahaan besar.
Sebelum mendirikan usaha, setiap calon wirausaha sebaiknya mempertimbangkan
manfaatkepemilikikan bisnis mikro, kecil atau menengah.
Semakin banyak bisnis yang memulai usahanya karena mereka dapat menagkap
peluang untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat
penting. Mungkin berupa penyediaan perumahan sederhana yang sehat dan layak
pakai, dan mendirikan daur ulang limbah untuk melestarikan sumber daya alam
yang terbatas, pebisnis kini menemukan cara untuk mengombinasikan wujud
kepedulian mereka terhadap berbagai masalah ekonomi dengan sosial dengan
harapan untuk menjalani hidup yang lebih baik.
Walaupun pada tahap awal uang bukan daya tarik utama bagi wirausahawan,
keuntungan berwirausahawan merupakan faktor motivasi yang penting untuk
mendirikan usaha sendiri, kebanyakan pebisnis tidak ingin menjadi kaya raya,
tetapi kebanyakan diantara mereka yang menang menjadi berkecukupan. Hampir
75% yang termasuk dalam daftar orang terkaya (Majalah
Pengusaha atau pemilik usaha kecil seringkali merupakan warga masyarakat yang
paling dihormati dan dipercaya. Kesepakatan bisnis berdasarkan kepercayaan dan
saling merhormati adalah ciri pengusaha kecil.Pemilik menyukai kepercayaan dan
pengakuan yang diterima dari pelanggan yang telah dilayani dengan setia selam
bertahun-tahun. Peran penting yang dimainkan dalam sistem bisnis dilingkungan
setempat serta kesadaran bahwa kerja memilki dampak nyata dalam melancarkan
fungsi sosial dan ekonomi nasional adalah merupakan imbalan bagi manajer
perusaan kecil.
Hal yang didasarkan oleh pengusaha kecil atau pemilik perusahaan kecil adalah
bahwa kegiatan usaha mereka sesungguhnya bukan kerja. Kebanyakan
kewierausahawan yang berhasil memilih masuk dalam bisnis tertententu, sebab
mereka tertarik dan mrenyukai pekerjaan tersebut. Mereka menyalurkan hobi atau
kegemaran mereka menjadi pekerjaan mereka dan mereka senang bahwa mereka
melakukannya. Wirausahawan harus mengikutu nasihat Harvey McKey. Menurut
McKey: “ Carilah dan dirikan usaha yang anda sukai dan anda tidak akan penrnah
terpaksa harus bekerja sehari pun dalam hidup anda ” Hal ini yang menjadi
penghargaan terbesar bagi pebisnis/wirausahawan bukan tujuannya, melainkan
lebih kepada proses atau perjalanannya.
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah
berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya
kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri,
keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah
kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan
kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan
mandiri dan atau kelompok.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
B.SARAN
3 FEB 2012
Mengintip sedikit jumlah pengusaha tetangga terdekat yang satu rumpun dengan
kita yaitu singapura dan malaysia, fakta menyebutkan lebih dari 7.2 persen
pengusaha singapura dan lebih dari 3 persen pengusaha malaysia yang menjadikan
pertumbuhan berbagai bidang terutama pertumbuhan ekonomi semakin jauh
meninggalkan kita. Tahukah rekan-rekan ? kita hanya memiliki 0.18 persen
pengusaha alias kurang dari 1 persen dari jumlah penduduk saat ini. Padahal untuk
membangun ekonomi bangsa, menjadi bangsa yang maju, menurut sosiolog yaitu
David McCleiland, sedikitnya dibutuhkan minimal 2 persen wirausaha dari
populasi penduduknya, atau dibutuhkan sekitar 4,8 juta wirausaha di Indonesia saat
ini. Begitupun menurut Ciputra setidaknya dibutuhkan minimal 2 persen
pengusaha untuk menjadikan bangsa ini bangkit dari keterpurukan.
Penting sepertinya kita mencontoh salah satu perguruan tinggi di amerika yaitu
MIT (Massachusette Institute Technology) dimana dalam kurun waktu tahun 1980-
1996 ditengah pengangguran terdidik yang semakin meluas dan kondisi ekonomi,
sosial politik yang kurang stabil, MIT merubah arah kebijakan perguruan tingginya
darihigh Learning Institute and Research University menjadi Entrepreneurial
University. Meskipun banyak pro kontra terhadap kebijakan tersebut namun
selama kurun waktu diatas (16 tahun) MIT mampu membuktikan lahirnya 4 ribu
perusahaan dari tangan alumni-alumninya dengan menyedot 1.1 juta tenaga kerja
dan omset sebesar 232 miliar dolar pertahun. Sungguh prestasi yang amat sangat
spektakuler sehingga merubah kondisi amerika menjadi negara super power .
Kebijakan inilah yang selanjutnya ditiru dan diikuti oleh banyak perguruan tinggi
sukses didunia ini.
Berkaca pada kesuksesan negara maju seperti amerika dan eropa yang hampir
seluruh perguruan tingginya menyisipkan materi entrepreneurship dihampir setiap
mata kuliahnya, negara-negara di asia seperti jepang, singapura dan malaysia juga
menerapkan materi-materi entrepreneurship minimal di dua semester. Itulah yang
menjadikan negara-negara tetangga kita tersebut menjadi negara maju dan
melakukan lompatan panjang dalam meningkatkan pembangunan negaranya.
Sayangnya dari lebih 2.679 PTS dan 82 PTN di Indonesia hanya sebagian kecil
saja (segelintir perguruan tinggi) yang peduli dengan pentingnya kewirausahaan
dikampus, padahal untuk merubah mindset masyarakat yang 350 tahun dijajah oleh
”kompeni” untuk bekerja pada company membutuhkan usaha keras dan kerja
cerdas dari semua elemen bangsa terutama seluruh lembaga ilmiah dan komunitas
intelektual kampus. Untuk itu bukan sesuatu yang salah jika sampai saat ini tujuan
sekolah/kuliah dari hampir seluruh generasi muda kita hanya untuk menjadi
pekerja (job seeker) pada sebuah institusi/
company.
4. Kerjamasa dengan Dunia Usaha. Hal ini penting dilakukan oleh perguruan tinggi
dalam rangka tiga tujuan yakni : (1) meningkatkan kualitas SDM dosen dan
mahasiswa, (2) membuka peluang magang usaha bagi dosen dan mahasiswa, (3)
membuka peluang kerjasama usaha khususnya untuk mahasiswa/alumni. Dengan
program kerjasama ini diharapkan mahasiswa terutama dapat menganalisa dan
mengamati bentuk usaha nyata sehingga mempunyai gambaran ketika kelak
berwirausaha.
Dari sedikit usulan yang cukup sederhana dan gagasan yang mungkin tidak baru
ini, jika diimplementasikan oleh perguruan tinggi dengan serius dan sungguh-
sungguh maka tidak mustahil akan banyak lahir entrepreneur-entrepreneur sukses
negeri ini yang mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan dan pergerakan pasar
lokal sehingga tercipta peluang pekerjaan bagi generasi bangsa ini yang pada
akhirnya mampu menjadi bangsa mandiri yang tidak banyak tergantung pada
negara asing.
D. Kesimpulan
Perguruan tinggi sebagai salah satu mediator dan fasilitator terdepan dalam
membangun generasi muda bangsa mempunyai kewajiban dalam mengajarkan,
mendidik, melatih dan memotivasi mahasiswanya sehingga menjadi generasi
cerdas yang mandiri, kreatif, inovatif dan mampu menciptakan berbagai peluang
pekerjaan (usaha). Untuk itu sebuah keharusan bagi setiap perguruan tinggi segera
merubah arah kebijakan perguruan tingginya dari high Learning university and
Research University menjadi Entrepreneurial University atau menyeimbangkan
kedua arah kebijakan tersebut sehingga arah kebijakan keduanya tercapai baik
yang bersifat high Learning university and Research University maupun yang
bersifat Entrepreneurial University . Dengan paradigm change tersebut pada
akhirnya akan melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda sukses layaknya
”pahlawan-pahlawan muda” di MIT yang akan mampu membangkitkan bangsa ini
dari berbagai keterpurukan.
Daftar Bacaan :
Kuswara Heri, “Ngapain kuliah Kalau Nggak Bisa Sukses ?, 9 jurus cerdas meraih
karir gemilang”, Penerbit : Kaifa, 2010
Kuswara Heri, Artikel berjudul “Strategi Sukses menjadi Wirausaha Muda”, terbit
pada Majalah Entrepreneur Kampus BSI yaitu. BEN (BSI Entrepreneur News)
Vol.04. No.02/2011
Kuswara Heri & Wijaya A Johanes, ”BeYoung (baca : biang) Success detik ini!”,
Penerbit : Andi, 2010
Warasasmita Yuyun, Msc, Dr Prof. Artikel Berjudul “Peran Alumni Dan Perguruan
Tinggi Dalam Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan Di Semua Sektor Menuju
“Entrepreneurial Economy” terdapat pada situs
:http://www.universitasborobudur.ac.id/index.php/article/109-seri-
kewirausahaan.html, (diakses pada 20 Januari 2011)