Anda di halaman 1dari 32

“Seorang Wirausaha adalah orang yang bersedia dan mampu untuk mengkonversi

ide atau penemuan baru menjadi sukses inovasi, sekaligus menciptakan produk dan
model bisnis baru yang memberi sumbangan atas pertumbuhan dinamisme industri
dan ekonomi jangka panjang.”~Joseph A. Schumpeter

Daya saing, inovasi dan pertumbuhan ekonomi tergantung pada kemampuan untuk
menghasilkan pemimpin masa depan dengan keterampilan, sikap dan perilaku
untuk menjadi wirausaha dan di saat yang sama bertanggung jawab secara sosial.
Kewiraswastaan tidak hanya tentang membuat rencana bisnis dan usaha. Hal ini
juga tentang kreativitas, inovasi dan pertumbuhan, cara berpikir dan bertindak
yang relevan dengan semua bagian dari ekonomi dan masyarakat serta seluruh
ekosistem sekitarnya. Dalam konteks ini ekosistem kewirausahaan dapat dicirikan
sebagai kerangka saling tergantung dan interaktif untuk aktivitas kewirausahaan.
Saling ketergantungan ini terdiri dari aturan kelembagaan dan kondisi lingkungan
yang menentukan rentang dari sosial dan ekonomi peluang kewirausahaan yang
layak. Serta cara di mana pengusaha dan pemangku kepentingan lainnya
membentuk kondisi kelembagaan dan lingkungan sekitarnya.

Orang yang kreatif, inovatif dan berwirausaha sangat penting untuk penciptaan
kekayaan dan pertumbuhan ekonomi. Pengusaha Inovatif datang dalam segala
bentuk. Mereka memulai dan menumbuhkan perusahaan, menginkubasi
perusahaan dari universitas atau organisasi lain, merestrukturisasi perusahaan yang
membutuhkan pemusatan, atau berinovasi dalam organisasi yang lebih besar.

Dalam mengembangkan kewirausahaan, lulusan pendidikan tinggi memiliki peran


penting untuk bermain. Hal ini dapat dipahami sebagai proses seumur hidup yang
mengembangkan keterampilan individu, sikap dan perilaku. Penting untuk
memulai sedini mungkin di semua tingkat pendidikan formal dan informal. Itu
harus diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan dasar dan sekolah menengah serta
pendidikan tinggi. Untuk pendidikan kewirausahaan yang efektif, kurikulum
selama bertahun-tahun haruslah konsisten dan terkoordinasi dan pendidikan
kewirausahaan harus terus mendapat tempat lembaga pendidikan tinggi.

Program dan modul Kewirausahaan dapat memiliki berbagai tujuan, seperti:

1. Pengembangan Kewirausahaan di kalangan siswa (meningkatkan kesadaran dan


motivasi);
2. Mengembangkan kemampuan kewirausahaan untuk mengidentifikasi dan
memanfaatkan peluang;

3. Pelatihan keterampilan yang dibutuhkan untuk memulai dan mengelola


pertumbuhan bisnis.

Dalam semua konteks ini, penting untuk mendorong mahasiswa untuk berpikir dan
bertindak kewirausahaan serta punya etis dan bertanggung jawab sosial.

PERANAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DALAM MENINGKATKAN


MINAT MAHASISWA UNTUK BERWIRAUSAHA

22 April 2012 02:36:00

Diperbarui : 24 Juni 2015 23:17:24

Dibaca: 19334 | Komentar: 0 | Nilai:

0 | Durasi Baca : 7 menit

KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP ARTIKEL MENJADI


TANGGUNGJAWAB PENULIS.

LABEL wirausaha ekonomi

RESPONS : 0 Tri Budiarto

/paansiih

IKUTI

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut PBB, suatu negara mampu untuk berkembang secara mandiri apabila
jumlah wirausahawan di negara tersebut minimal 2 persen dari total jumlah
penduduk. Saat ini, jumlah wirausahawan di Indonesia hanya sebesar 0,24 persen
dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 238 juta jiwa. Jumlah tersebut lebih
rendah jika dibandingkan dengan jumlah wirausaha di beberapa negara luaryang
tingkat perekonomiannya lebih tinggi, seperti Amerika Serikat yang memiliki
wirausaha sejumlah 4 persen dari total penduduknya, Singapura yang jumlah
wirausahanya sebesar 7 persen dari jumlah penduduknya, dan Malaysia yang
jumlah wirausahanya mencapai 5 persen dari jumlah penduduknya.

Berbagai strategi diterapkan oleh pemerintah untuk meningkatkan jumlah


wirausahawan di Indonesia, salah satunya ialah dengan memasukkan mata kuliah
Kewirausahaan ke dalam kurikulum pendidikan, khususnya pendidikan di tingkat
perguruan tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu institusi
pendidikan yang ikut menerapkan kurikulum tersebut dimana mata kuliah
Kewirausahaan tersebut mulai diajarkan sejak mahasiswa di Tingkat Persiapan
Bersama (TPB).

Adanya mata kuliah Kewirausahaan dimaksudkan untuk menambah wawasan


mahasiswa terhadap dunia kewirausahaan serta memotivasi mereka untuk ikut
terlibat langsung dalam dunia wirausaha sebagai wirausahawan muda yang
tangguh, sehingga mereka dapat ikut berkontribusi dalam meningkatkan
perekonomian negara Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Adanya mata kuliah Kewirausahaan di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB


mampu memotivasi dan memberi bekal yang cukup bagi mahasiswa untuk mulai
berwirausaha, namun mata kuliah ini juga dipandang sebelah mata oleh sebagian
mahasiswa dikarenakan mudah untuk memperoleh nilai yang baik tanpa perlu
menerapkannya secara langsung.

1.3 Tujuan

Mengetahui sejauh mana pengaruh diberikannya mata kuliah Kewirausahaan


dalam meningkatkan minat mahasiswa dalam berwirausaha.

1.4 Tinjauan Pustaka


Ciputra (2009) memaparkan beberapa faktor yang menjadi latar belakang mengapa
diperlukan pendidikan kewirausahaan:

1.Pada umumnya generasi muda Indonesia tidak dibesarkan dalam budaya


wirausaha,

2.Terlalu banyak pencari kerja namun sedikit pencipta kerja,

3.Kewajiban untuk mendidik dan melatih generasi muda untuk memiliki


kemampuan menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri,

4.Kekayaan alam Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan,

5.Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang lebih luas.

Persepsi yang sudah terlanjur ada dalam masyarakat Indonesia adalah menjadi
pekerja,

bukan menciptakan pekerjaan . Untuk itu perlu ada upaya merubah mind set
masyarakat kita dari mencari kerja menjadi menciptakan pekerjaan.

PEMBAHASAN

Istilah wirausaha diperkenalkan olehProf. Dr. Suparman Sumahamijayapada tahun


1975 dengan menjabarkan dalam istilah aslinya yaitu entrepreneur , dalam arti
mereka yang memulai usaha baru., menanggung segala resiko, dan mendapatkan
keuntungan.

Kata “Wirausaha” merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris entrepreneur,


yang artinyaadalah orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk melihat dan
menilai kesempatan peluang bisnis.J. B. Say menggambarkan pengusaha sebagai
orang yang mampu memindahkan sumber-sumber ekonomi dari tingkat
produktivitas rendah ke tingkat produktivitas tinggi karena mampu menghasilkan
produk yang lebih banyak.

Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Menurut dari segi etimologi (asal
usul kata ).Wira,artinya pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, gagah berani,
berjiwa besar, dan berwatak agung.Usaha, artinya perbuatan amal, bekerja, berbuat
sesuatu. Jadi,wirausahaadalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Wirausaha dapat mengumpulkan sumber daya yang di butuhkan guna mengambil
keuntungan dari padanya, dan mengambil tindakan yang tepat guna untuk
memastikan keberhasilan usahanya. Wirausaha ini bukan faktor keturunan atau
bakat, tetapi sesuatu yang dapat dipelajari dan dikembangkan.

Dalam kewirausahaan perlu adanya pengembangan usaha, yang dimana dapat


membantu para wirausahawan untuk mendapatkan ide dalam pembuatan barang-
barang yang akan dijadikan produk yang akan dijual. Dalam proses pengembangan
usaha ini diperlukannya jiwa seseorang wirausaha yang soft skill yang artinya
adanya ketekunan berani mengambil resiko, terampil, tidak mudah putus asa,
mempunyai kemauan terus belajar, memberi pelayanan yang terbaik kepada
konsumen, bersikap ramah terhadap konsumen, sabar, pandai mengelola dan
berdo’a.

Saat ini negara Indonesia sedang dihadapkan pada masa dimana sistem
perekonomian negara masih belum stabil, salah satunya dikarenakan ketahanan
sektor riil yang masih lemah. Sektor riil itu sendiri merupakan bagian
perekonomian yang berhubungan langsung dengan geliat usaha dan bisnis. Hal
inilah yang pemerintah coba untuk menstimulasi kebijakan perekonomian agar
geliat ekonomi di sektor riil tersebut lebih dinamis, salah satu kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintah ialah dengan menggalakkan peningkatan jumlah
wirausaha di Indonesia agar negara ini mampu berkembang secara mandiri dengan
mencapai jumlah wirausaha sebesar 2 persen dari total jumlah penduduknya.

Bukti nyata kebijakan pemerintah ini adalah dengan memasukkan mata kuliah
Kewirausahaan dalam kurikulum pembelajaran, khususnya di tingkat perguruan
tinggi negeri, dimana tingkatan ini merupakan tahap akhir sebelumpara mahasiswa
memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Banyaknya pengangguran serta kurangnya
minat berwirausaha menjadi autokritik terhadap peran dari perguruan tinggi.
perguruan tinggi memiliki peran yang besar dan memiliki peluang untuk
menanamkan sikap mental kewirausahaan sehingga lulusannya tidak hanya ahli
pada suatu bidang akademi namun juga mampu melahirkan wirausahawan-
wirausahawan baru yang siap menjadi pahlawan ekonomi.

Selama ini muncul kritik bahwa perguruan tinggi hanya memberikan ilmu dan
keterampilan tertentu untuk diaplikasikan di sebuah perusahaan yang sudah mapan.
Perguruan tinggi mendidik mahasiswanya untuk menjadi pencari kerja, lolos
seleksi dan wawancara serta bekerja dengan baik di perusahaan besar dan
mendapatkan karir puncak di perusahaan tersebut. ketika daya serap perusahaan itu
sudah tidak mencukupi untuk menampung seluruh lulusan perguruan tinggi maka
pengangguran tidak bisa terelakkan karena para lulusan tidak memiliki
pengetahuan untuk menciptakan lapangan kerja baru. mahasiswa hanya bisa
menciptakan inovasi-inovasi baru atau pengembangan sebuah produk, namun
belum mampu menjadikannya bernilai secara ekonomi dan bisa dijual di pasar
dalam bentuk produk-produk yang kreatif yang diminati oleh konsumen.

Menjawab tantangan tersebut, Institut Pertanian Bogor (IPB) memberi solusi


dengan ikut menerapkan kurikulum pembelajaran kewirausahaan tersebut di
Tingkat persiapan Bersama (TPB), dimana metode yang digunakan adalah berupa
pemberian materi untuk pembekalan serta memotivasi mahasiswa agar terjun ke
dunia kewirausahaan, serta di akhir kuliah diberikan tugas untuk observasi
lapangan terhadap kegiatan-kegiatan wirausaha yang telah berlangsung di
masyarakat saat ini. Hal itu dimaksudkan agar mahasiswa bisa melihat dan
mengetahui secara langsung dinamika dalam dunia wirausaha. Rangkaian kegiatan
ini merupakan pengejawantahan dari pilar pendidikan IPB, diantaranya: academic
profesionalism, social awareness, environmental concern, entrepeneurship, dan
moral and ethics.

Terlihat disini bahwa kewirausahaan ( entrepreneurship ) menjadi salah satu pilar


pendidikan di IPB, ini berarti kewirausahaan menjadi bagian penting pola
pendidikan yang diberikan di IPB (Maryono, dkk. 2011).

Pamberlakuan mata kuliah kewirausahaan di Tingkat Persiapan Bersama (TPB)


dimaksudkan agar para mahasiswa lebih mudah terangsang jiwa kewirausahaannya
dikarenakan di TPB ini mereka belum terlalu sibuk dengan aktivitas akademik dan
keorganisasian. Membekasnya mata kuliah yang berimplikasi pada pembangunan
karakter ini merupakan fokus utama IPB sebagai salah satu universitas terkemuka
di Indonesia. IPB tidak ingin dicapsebagai universitas yang hanya mampu
mencetak para pegawai bayaran atau pengangguran terdidik saja. Selain itu peran
alumni bagi pengembangan masyarakat hendaknya tidak saja hanya terwujud
dalam aktivitas penelitian dan riset namun juga ditunjang oleh pemberdayaan
ekonomi berupa penciptaan lapangan pekerjaan melalui aktivitas berwirausaha.
Mata kuliah Kewirusahaan menurut penilaian sebagian besar mahasiswa
merupakan mata kuliah favorit. Hal ini dikarenakan materi kuliahnya yang mudah
dipahami oleh para mahasiswa. Selain itu tugas yang diberikan oleh dosen di akhir
kegiatan pembelajaran berupa observasi lapangan tidaklah terlalu memberatkan
mahasiswa. Materi kuliah yang dapat segera diterapkan pada kegiatan mahasiswa
diluar kegiatan akademik merupakan faktor menarik lainnya dimana mahasiswa
menjadi lebih termotivasi untuk terjun langsung ke dunia bisnis sambil mereka
belajar menuntut ilmu.

Ada kalanya bagi sebagian kecil mahasiswa mata kuliah Kewirusahaan hanya
digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan nilai bagus. Sekedar untuk
memperoleh predikat mutu A pada mata kuliah ini, mahasiswa tidak perlu
dihadapkan dengan ujian akhir evaluasi secara tertulis dan cukup dengan
menyelesaikan tugas terstruktur yang diberikan saat kuliah, serta riwayat kehadiran
yang penuh akan menghantarkan mereka pada predikat nilai mutu A dengan bobot
Sistem Kredit Semester(SKS) sebesar satu SKS.

Namun tak dapat dipungkir juga bahwa mata kuliah ini berguna juga bagi
mahasiswa. Mahasiswa yang berkarakter mandiri akan tidak sabar untuk segera
menerapka ilmu kewirusahaan ini dalam dunia sehari-hari. Maka muncullah
berbagai usaha yang dikelola dan didirikan baik itu secara langsung ataupun tidak
langsung oleh para mahasiswa IPB.

Geliat usaha mahasiswa atas aplikasi ilmu mata kuliah Kewirusahaan dapat kita
lihat disekitar kampus IPB Darmaga,Bogor. Berbagai usaha dari usaha yang
bergerak dibidang pelayanan dan jasa seperti jasa laundry, jasa pengadaan barang
seperti kios rumah makan yang dikelola mahasiswa ,ataupun usaha yang bergerak
di bidang jasa dan barang sepeti jasa catering. Bersama mereka bersaing dalam
merebut hati konsumen dengam memberi pelayanan terbaik bagi para
pelangganya. Akibatnya terdapat usaha yang bersaing secara jujur maupun yang
bersaing dengan cara yang kotor dan tidak sportif

menggunakan trik dan tipu muslihat untuk menjatuhkan saingan usahanya.

Keberadaan para pengusaha muda juga ditanggapi negatif oleh beberapa kalangan.
Mereka beranggapan para mahasiswa wirausaha ini tidak fokus dalam belajar.
Mereka takut dengan ketidakfokusan itu membuat mahasiswa terlalu asik berusaha
dan melupakan tugas utamanya untuk menuntut ilmu. Akibatnya selanjutnya
adalah nilai yang hancur, waktu kelulusan yang tertunda lama hingga
dikeluarkannya mereka dari bangku kuliah karena akumulasi atas keburukan-
keburukan di bidang akademik. Ketakutan seperti itu sepertinya tak perlu terjadi
apabila mahasiwa wirausaha menyadari peran mereka baik itu sebagai mahasiwa
maupun sebagai wirausaha lalu membagi porsi keduanya secara seimbang. Justru
geliat dunia usaha oleh mahasiswa yang seperti ini yang perlu dipelihara, karena
dengan menjadi wirausaha secara tak langsung mereka telah menjadi pahlawan
bangsa karena mengurangi jumlah pengangguran dan pemberdayaaan masyarakat

Umumnya usaha mahasiswa dapat dikategorikan sebagai usaha mikro dan kecil
menengah. Hal itu dicirikan dengan penggunaan modal usaha yangmasih relatif
kecil untuk menjalankan usaha mereka. Kurangnyamodal, keterbatasan dalam
akses kredit, masih kurangnya ilmu dan pengalaman untuk bergelut langsung
dalam kerasnya dunia bisnis adalah beberapa hal yang kami identifikasi sebagai
faktor pengekal tidak berkembangnya usaha mereka.

Menanggapi besarnya antusias mahasiswa dalam berwirausaha berbagai pihak pun


mulai tergerak untuk memberikan bantuan. Bantuan permodalan dapat diakses
melalui kredit usaha kecil dan mikro oleh lembaga-lembaga perbankan. Ada juga
bantuan pemerintah dalam permodalan melalui berbagai perlombaan rancangan
bisnis ( business plan), yang mana hadiah dari lomba ini bisa digunakan sebagai
salah satu sumber modal untuk mengembangkan usaha mereka. strategi seperti
inilah yang kemudian diikuti juga oleh instansi, organisasi ,maupun lembaga lainya
untuk mengadakan kompetisi yang sama.

Secara kasat mata mungkn peran wirausaha yang berasal dari kalangan mahasiswa
ini belum terlihat nyata dalam perekonomian mereka, namun hal itu untuk jangka
waktu yang pendek saja. Selanjutnya setelah metode ataupun teknologi yang dapat
digunakan untuk mengefisiensikan telah ditemukan dan digunakan barulah terasa,
dengan catatan usaha mereka berkembang pesat dan mampu menjadi salah satu
segi fundamental penyokong perekonomian negara.

Hal-hal seperti inilah yang diinginkan oleh pemerintah, yakni bertambahnya


jumlah wirausaha yang berasal dari kaum muda karena pemberlakuan kurikulum
mata kuliah kewirausaan di tingkat perguruan tinggi akan membawa dampak yang
baik bagi kemantapan perekonomian negara indonesia. Perpaduan antara dunia
pendidikan dan dunia usaha bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk disatukan,
sebenarnya inilah kondisi ideal yang selama ini kita harapkan. Institusi pendidikan
tidak melulu mengucilkan diri pada dunianya sendiri dan mengabaikan
kemantapan perekonomian negara Indonesia maupun kehidupan masyarakatnya,
namun juga sumbangsih seperti itulah yang seyogyanya ada dalam upaya
pengentasan kemiskinan dan pengurangan jumlah pengangguran dengan
munculnya usaha-usaha baru oleh para mahasiswa.

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Pemberian mata kuliah kewirausahaan memberikan dampak positif terhadap


perkembangan minat mahasiswa dalam menggeluti dunia wirausaha. Adanya
peningkatan minat mahasiswa dalam pengembangan dunia wirausaha
mengurangaijumlah pengangguran dan secara tidak langsung menambah
penghasilan Negara melalui pajak. Jika usaha peningkatan jumlah wirausaha muda
terus ditingkatkan maka bukan tidak mungkin Indonesia dapat terbebas dari krisis
yang sekarang sedang membelit perekonomian.

3.2 Saran

Adanya perkembangan usaha oleh mahasiswa saat ini memeng belum banyak
dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh jumlah pengusaha baru
tersebut masih relative sedikit dan belum berkembang secara signifikankearah
industry. Namun jika ada pengembangan dari pihak pengusaha baru dan
pemerintah secara berkesinambungan maka hal ini dapat dicapai. Pengembangan
dari pihak pengusaha baru adalah menambah inovasi-inovasi dalam menjalankan
usahanya. Inovasi tersebut hendaknya dibuat sekreatif mungkin untuk menarik
konsumen. Sedangkan dari pihak pemerintah, hendaknya memberikan dana
pinjaman yang dapat digunakan untuk modal usaha dengan bunga rendah sehingga
tidak membebani pengusaha baru. Jika hal ini bisa terlaksana dengan baik maka
dunia wirausaha di Indonesia akan lebih berkembang.
MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam menghadapi era persaingan global, pemerintah harus mampu menyiapkan


SDM yang berkualias dan handal. Menurut mantan Menko Kesra dan Taskin,
Haryono Suyono, menyiapkan SDM yang berkualitas dan handal bisa dilakukan
melalui pelatihan keterampilan dan wirausaha. Wirausaha dirasa sangat penting
untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu negara. Hal ini sejalan
dengan perkataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko
Perekonomian) Hatta Rajasa, bahwa “w irausaha adalah kunci bagi Indonesia
untuk memajukan perekonomian ”. Dalam rangka menciptakan wirausaha-
wirausaha tersebut, salah satu caranya adalah dengan memberikan pendidikan
kewirausahaan kepada peserta didik pada semua jenjang pendidikan.

Pendidikan kewirausahaan

sebenarnya sudah cukup lama diperhatikan. Sejumlah perguruan tinggi telah


membentuk dan menerapkan kuliah kewirausahaan sejak beberapa tahun silam.
Sejumlah sekolah menengah juga melakukan hal yang sama. Tetapi, kelahiran
wirausaha di Indonesia dirasakan masih jauh dari harapan. Menurut Kemendiknas
(2010) pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh
perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat
sendiri.

Strategi pembelajaran

kewirausahaan di Indonesia

belum bisa memungkinkan lahirnya wirausaha baru sesuai harapan. Penyebabnya,


karena strategi pembelajaran Indonesia masih sangat condong pada pembelajaran
yang berpusat pada guru. Pembelajaran yang berpusat pada guru adalah sistem

pembelajaran yang menjadikan guru sebagai pusat dan sumber utama yang
memberikan ide-ide dan contoh, di mana peserta didik diposisikan sebagai gelas
kosong yang hanya dapat diisi oleh sang guru. Pada sistem ini, hampir tidak
mungkin dapat terlahir peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi, sebab
mereka sepenuhnya tergantung kepada guru. Itulah sebabnya, tak mengherankan
jika spektrum pikir peserta didik sepenuhnya merupakan pantulan dari pengajaran
satu arah yang diterima di sekolah.

Sistem pembelajaran yang berpusat pada guru harus segera diubah, khususnya
terkait dengan mata diklat pendidikan kewirausahaan agar kedepannya bisa
menciptakan wirausaha-wirausaha yang handal. Apabila pemerintah Indonesia
tidak mampu membentuk wirausaha-wirausaha baru yang handal maka
diperkirakan akan semakin banyak jumlah pengangguran di Indonesia, dan hal ini
tentu akan berimbas pada penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Maka dari itu dirasa sangat penting untuk mengembangkan kurikulum pendidikan
kewirausahaan agar mampu mencetak wirausaha-wirausaha baru yang handal. Hal
ini tentu saja tidak menjadi tanggung jawab pemerintah semata, atau guru semata
namun manjadi tanggung jawab bagi semua pihak yang terkait di dalamnya
termasuk juga

stakeholder/masyarakat.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

- Bagaimana tentang kurikulum kewirausahaan

yang mampu membentuk wirausaha-wirausaha baru bagi generasi muda dan atau
bagi para lulusan, baik SMA/MA/SMK/MAK/SMP/MTS?

- Bagaimana tindak lanjut yang harus dilakukan agar semua pihak terkait termasuk
masyarakat/ stakeholder memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan
kewirausahaan yang mampu menjadikan jiwa kewirausahaan tinggi bagi generasi
muda?

1.3 TUJUAN PENULISAN

- Untuk mendeskripsikan kurikulum kewirausahaan yang mampu membentuk


wirausaha-wirausaha baru bagi generasi muda dan atau bagi para lulusan, baik
SMA/MA/SMK/MAK/SMP/MTS.

- Untuk mendeskripsikan
tindak lanjut yang harus dilakukan agar semua pihak terkait termasuk masyarakat/
stakeholder memiliki komitmen tinggi terhadap pengembangan kewirausahaan
yang mampu menjadikan jiwa kewirausahaan tinggi bagi generasi muda.

1.4 MANFAAT PENULISAN

Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan


kurikulum pendidikan kewirausahaan agar mampu mencetak wirausaha-wirausaha
baru yang handal.

BAB II

PEMBAHASAN

1 Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan berasal dari istilah entrepreneurship, sedangkan wirausaha berasal


dari kata entrepreneur. Kata entrepreneur, secara tertulis digunakan pertama kali
oleh Savary pada tahun 1723 dalam bukunya "Kamus Dagang'. Entrepreneur
adalah orang yang membeli barang dengan harga pasti, meskipun orang itu belum
mengetahui berapa harga barang (atau guna ekonomi) itu akan dijual.

Wirausaha adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem


ekonomi perusahaan yang bebas. Sebagaian besar pendorong perubahan, inovasi,
dan kemajuan di perkonomian kita akan datang dari para wirausaha; orang-orang
yang memiliki kemampuan untuk mengambil reasiko dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi.

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan


dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah
penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan)
yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973),
menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama
faktor-faktor produksi (Say, 1803).

Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai


berikut:

Richard Cantillon (1775)


Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri ( self-employment ). Seorang
wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada
masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.

Jean Baptista Say (1816)

Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi


dan menemukan nilai dari produksinya.

Frank Knight (1921)

Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar.


Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi
ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan
pengawasan

Joseph Schumpeter (1934)

Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan


perubahanperubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru.

Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk

(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,

(2) memperkenalkan metoda produksi baru,

(3) membuka pasar yang baru (new market),

(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau

(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan


wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta
mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.

Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam system
ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas
kewirausahaan.

Harvey Leibenstein (1968, 1979)

Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan


atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum
teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui
sepenuhnya.

Israel Kirzner (1979)

Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar.

Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio Kewirausahaan sebagai


proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam
kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik
dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaan
usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.

Peter F. Drucker

Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan


berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan adalah
orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda
dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah
ada sebelumnya.

immerer

Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam


memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
(usaha).

Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah
bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi
peluangpeluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar
berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif.
Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang
muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif.

Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan
dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga
orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru. Selain itu, seorang
wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi
manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai
kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan
ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi
manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bias
bersifat sementara atau kondisional.

Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang


berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul
resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa
moneter dan kepuasan pribadi.

Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang
sejak awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata swasta. Persepsi tentang
wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya
adalah pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta dan pada
usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan
orang terutama karena memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun
demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini
banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk
survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan.

Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama


oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika
yang diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang
lebih bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional
(EQ) dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi
tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat.
Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok
individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau agar lebih memiliki
kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah pendidikan wirausaha.
Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan
sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha.
Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek financial maupun personal, sosial,
dan profesional (Soesarsono, 2002 : 48)

2 Manfaat Kewirausahaan

Dari beerapa penelitian mengedintifikasi bahwa pemilik bisnis mikro, kecil, atau
percaya bahwa mereka cenderung bekerja lebih keras, menghasilkan lebih banyak
uang, dan lebih membanggakan daripada bekerja di suatu perusahaan besar.
Sebelum mendirikan usaha, setiap calon wirausaha sebaiknya mempertimbangkan
manfaatkepemilikikan bisnis mikro, kecil atau menengah.

Thomas W Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat kewirausahaan adalah


sebagai berikut:

1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri memiliki


usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi pebisnis untuk
mencapai tujuan hidupnya. Pebisnis akan mencoba memenangkan hidup mereka
dan memungkinkan mereka untuk memanfaatkan bisnisnya guna untuk untuk
mewujudkan cita-citanya.

2. Memberi peluang melakukan perubahan

Semakin banyak bisnis yang memulai usahanya karena mereka dapat menagkap
peluang untuk melakukan berbagai perubahan yang menurut mereka sangat
penting. Mungkin berupa penyediaan perumahan sederhana yang sehat dan layak
pakai, dan mendirikan daur ulang limbah untuk melestarikan sumber daya alam
yang terbatas, pebisnis kini menemukan cara untuk mengombinasikan wujud
kepedulian mereka terhadap berbagai masalah ekonomi dengan sosial dengan
harapan untuk menjalani hidup yang lebih baik.

3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya

Banyak orang menyadari bahwa bekerja di suatu perusahaan seringkali


membosanka, kurang menantang dan tidak ada daya tarik. Hal ini tentu tidak
berlaku bagi seorang wirausahawan, bagi mereka tidak banyak perbedaan antara
bekerja atau menyalurkan hobi atau bermain, keduanya sama saja. Bisnis-bisnis
yang dimiliki oleh wirausahawan merupakan alat untuk menyatakan aktualisasidiri.
Keberhasilan mereka adalah suatu hal yang ditentukan oleh kreativitas, antusias,
inovasi, dan visi mereka sendiri. Memiliki usaha atau perusahaan sendiri
memberikan kekuasaan kepada mereka, kebangkitan spiritual dan mampu
mengikuti minat atau hobinya sendiri.

4. Memiliki peluang untruk meraih keuntungan

Walaupun pada tahap awal uang bukan daya tarik utama bagi wirausahawan,
keuntungan berwirausahawan merupakan faktor motivasi yang penting untuk
mendirikan usaha sendiri, kebanyakan pebisnis tidak ingin menjadi kaya raya,
tetapi kebanyakan diantara mereka yang menang menjadi berkecukupan. Hampir
75% yang termasuk dalam daftar orang terkaya (Majalah

Forbes ) merupakan wirausahawan generasi pertama. Menurut hasil penelitian,


Thomas stanley dan William Danko, pemilik perusahaan sendiri mencapai 2/3dari
jutawan Amerika serika. “Orang-orang yang bekerja memiliki perusahaan sendiri
empat kali lebih besar untuk menjadi jutawan daripada orang-orang yang bekerja
untuk orang lain (karyawan perusahaan lain).

5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakan dan mendapatkan


pengakuan atas usahanya

Pengusaha atau pemilik usaha kecil seringkali merupakan warga masyarakat yang
paling dihormati dan dipercaya. Kesepakatan bisnis berdasarkan kepercayaan dan
saling merhormati adalah ciri pengusaha kecil.Pemilik menyukai kepercayaan dan
pengakuan yang diterima dari pelanggan yang telah dilayani dengan setia selam
bertahun-tahun. Peran penting yang dimainkan dalam sistem bisnis dilingkungan
setempat serta kesadaran bahwa kerja memilki dampak nyata dalam melancarkan
fungsi sosial dan ekonomi nasional adalah merupakan imbalan bagi manajer
perusaan kecil.

6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan


rasa senang dalam mengerjakan

Hal yang didasarkan oleh pengusaha kecil atau pemilik perusahaan kecil adalah
bahwa kegiatan usaha mereka sesungguhnya bukan kerja. Kebanyakan
kewierausahawan yang berhasil memilih masuk dalam bisnis tertententu, sebab
mereka tertarik dan mrenyukai pekerjaan tersebut. Mereka menyalurkan hobi atau
kegemaran mereka menjadi pekerjaan mereka dan mereka senang bahwa mereka
melakukannya. Wirausahawan harus mengikutu nasihat Harvey McKey. Menurut
McKey: “ Carilah dan dirikan usaha yang anda sukai dan anda tidak akan penrnah
terpaksa harus bekerja sehari pun dalam hidup anda ” Hal ini yang menjadi
penghargaan terbesar bagi pebisnis/wirausahawan bukan tujuannya, melainkan
lebih kepada proses atau perjalanannya.

Dengan beberapa manfaat berkewirausahaan tersebut diatas jelas bahwa menjadi


usahawan lebih memiliki berbagai kebebasan yang tidak mungkin diperoleh jika
seseorang menjadi karyawan atau menjadi orang gajian atau menjadi pekerja bagi
para pemilik perusahaan.

2.3 Aspek-aspek Program Pendidikan Kewirausahaan Disekolah

1. Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran

Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses


pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-
nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan
ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik
yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada
dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai
kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk
menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-
nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan
cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh
mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan
pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui
sistem penilaian.

Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat


ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut
harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka
penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman
nilainilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah
nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya
nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Dengan
demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok
tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan.
Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran pada
langkah awal ada 6 (enam) nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil resiko,
kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.

Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai


dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata
pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan
maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-
nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai
kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan
menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai
kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang
terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi
RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah
pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan


kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-
nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan
pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan
diri.Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan
berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai
kewirausahaan.

Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan


melalui langkah-langkah berikut:

Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah


tercakup didalamnya.
Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SKdan
KD kedalam silabus.

Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan


peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya
dalam perilaku.

Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan


ke dalam RPP.

2. Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan
pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah
berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya
kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri,
keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah
kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan
kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan
mandiri dan atau kelompok.

3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai


bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri
merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan
kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan
pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.

Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan


kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan
kondisi sekolah/madrasah.

Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik


dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan
dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial,
kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan
masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan
tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh
peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak
terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan
di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program
pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat
dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya
kegiatan ‘business day’

(bazar, karya peserta didik, dll)

4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik

Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga


kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan
skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill
dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada
mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait langsung
dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran tersebut
merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai
kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan
menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran
kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat
dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.

5. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar

Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh


terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru
yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan k egiatan-
kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa
melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan
dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun
evaluasi.

6. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah

Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik


berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya,
pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat
sekolah.

Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah


mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas
sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya
berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas
berwirausaha di lngkungan sekolah).

7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal

Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk


mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang
bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat
karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan
mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu
membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam
kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang
berada di ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai
peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang
kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh
pendapatan.

Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi


pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata
pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun
kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-
nilai kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-
nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang
sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau
penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan
dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik
mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal
pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu
nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui
proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait
dengan nilai-nilai kewirausahaan.

2.4 Peran Pendidikan Kewirausahaan Dalam Pembentukan Karakter Bangsa

Pendidikan Kewirausahaan dilaksanakan dengan menanamkan nilai-nilai


kewirausahaan kepada peserta didik, nilai-nilai tersebut antara lain jujur, percaya
diri, kreatif, kepemimpinan, inovatif, dan berani menanggung resiko. Nilai-nilai
tersebut merupakan bagian dari nilai-nilai pendidikan karakter. Sehingga
pendidikan kewirausahaan menyumbangkan penanaman nilai-nilai pendidikan
karakter yang pada akhirnya akan membentuk karakter bangsa, sesuai dengan
tujuan dari pendidikan kewirausahaan yaitu untuk membentuk manusia secara utuh
(holistik ), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan
sebagai wirausaha.

Penanaman nilai-nilai kewirausahaan melalui pendidikan kewirausahaan di semua


jenjang pendidikan akan membentuk karakter wirausaha peserta didik, dan karena
diimplementasikan mulai dari jenjang pendidikan terendah (PAUD) hingga
tertinggi (Perguruan Tinggi) maka nilai-nilai kewirausahaan (yang termasuk nilai-
nilai karakter) tersebut akan melekat kuat di benak dan hati peserta didik dan pada
akhirnya peserta didik tersebut (sebagai generasi penerus bangsa) akan memiliki
nilai-nilai karakter yang kuat dan pada akhirnya akan membentuk karakter bangsa.

BAB III

PENUTUP
A.KESIMPULAN

Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang


berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul
resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa
moneter dan kepuasan pribadi.

B.SARAN

Kewirausahaan dalam pendidikan agar lebih seimbang di perlukannya interaksi


sosial yang memerlukan usaha serta waktu yang cukup. Sedikit perbedaan persepsi
wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh para pengajar agar arah
dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika yang diharapkan dari
pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih bermental baja
atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasarn
advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan
kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat.

Strategi Perguruan Tinggi Mewujudkan Entrepreneurial Campus

3 FEB 2012

A. Pendahuluan.Peran entrepreneur dalam menentukan kemajuan suatu


bangsa/negara telah dibuktikan oleh beberapa negara maju seperti amerika, jepang,
plus tetangga terdekat kita yaitu singapura dan malaysia. Di amerika sampai saat
ini sudah lebih dari 12 persen penduduknya menjadi entrepreneur , dalam setiap 11
detik lahir entrepreneur baru dan Data menunjukkan 1 dari 12 orang Amerika
terlibat langsung dalam kegiatan entrepreneur . Itulah yang menjadikan amerika
sebagai negara adi kuasa dan super power. Selanjutnya Jepang lebih dari 10 persen
penduduknya sebagai wirausaha dan lebih dari 240 perusahaan jepang skala kecil,
menengah dan besar bercokol dibumi kita ini. Padahal jepang mempunyai luas
wilayah yang sangat kecil dan sumber daya alam yang kurang mendukung (kurang
subur) namun dengan semangat dan jiwa entrepreneurship nya menjadikan jepang
sebagai negara terkaya di Asia.

Mengintip sedikit jumlah pengusaha tetangga terdekat yang satu rumpun dengan
kita yaitu singapura dan malaysia, fakta menyebutkan lebih dari 7.2 persen
pengusaha singapura dan lebih dari 3 persen pengusaha malaysia yang menjadikan
pertumbuhan berbagai bidang terutama pertumbuhan ekonomi semakin jauh
meninggalkan kita. Tahukah rekan-rekan ? kita hanya memiliki 0.18 persen
pengusaha alias kurang dari 1 persen dari jumlah penduduk saat ini. Padahal untuk
membangun ekonomi bangsa, menjadi bangsa yang maju, menurut sosiolog yaitu
David McCleiland, sedikitnya dibutuhkan minimal 2 persen wirausaha dari
populasi penduduknya, atau dibutuhkan sekitar 4,8 juta wirausaha di Indonesia saat
ini. Begitupun menurut Ciputra setidaknya dibutuhkan minimal 2 persen
pengusaha untuk menjadikan bangsa ini bangkit dari keterpurukan.

Penting sepertinya kita mencontoh salah satu perguruan tinggi di amerika yaitu
MIT (Massachusette Institute Technology) dimana dalam kurun waktu tahun 1980-
1996 ditengah pengangguran terdidik yang semakin meluas dan kondisi ekonomi,
sosial politik yang kurang stabil, MIT merubah arah kebijakan perguruan tingginya
darihigh Learning Institute and Research University menjadi Entrepreneurial
University. Meskipun banyak pro kontra terhadap kebijakan tersebut namun
selama kurun waktu diatas (16 tahun) MIT mampu membuktikan lahirnya 4 ribu
perusahaan dari tangan alumni-alumninya dengan menyedot 1.1 juta tenaga kerja
dan omset sebesar 232 miliar dolar pertahun. Sungguh prestasi yang amat sangat
spektakuler sehingga merubah kondisi amerika menjadi negara super power .
Kebijakan inilah yang selanjutnya ditiru dan diikuti oleh banyak perguruan tinggi
sukses didunia ini.

B. Usaha Peningkatan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi

Berkaca pada kesuksesan negara maju seperti amerika dan eropa yang hampir
seluruh perguruan tingginya menyisipkan materi entrepreneurship dihampir setiap
mata kuliahnya, negara-negara di asia seperti jepang, singapura dan malaysia juga
menerapkan materi-materi entrepreneurship minimal di dua semester. Itulah yang
menjadikan negara-negara tetangga kita tersebut menjadi negara maju dan
melakukan lompatan panjang dalam meningkatkan pembangunan negaranya.

Di Indonesia, usaha-usaha untuk menanamkan jiwa dan semangat kewirausahaan


diperguruan tinggi terus digalakan dan ditingkatkan, tentunya dengan berbagai
metode dan strategi yang membuat mahasiswa tertarik untuk berwirausaha.
Sedikitnya ada enam usaha/cara yang penulis temukan dalam meningkatkan gema
kewirausahaan bagi mahasiswa.

1. Pendirian Pusat kewirusahaan Kampus seperti BSI Entrepreneruship Center


(BEC) di BSI, Pusat Inkubator Bisnis ITB, Koperasi kesejahteraan Mahasiswa
(KOKESMA) ITB, Community Business and Entrepreneurship Development
(CDED) di STMB Telkom, Community Entrepreneur Program (CEP) UGM,
Center for Entrepreneurship Development and Studies (CEDS) di UI, UKM Center
di FEUI, Center for Entrepreneurship, Change, and Third Sector (CECT) di
Universitas Tri Sakti, Binus Entrepreneurship Center (BEC) di Binus, dan banyak
lagi. Melalui pusat kewirausahaan kampus banyak kegiatan yang dilaksanakan
seperti seminar, talkshow, short course, loka karya, workshop , praktek usaha,
kerjasama usaha, Entrepreneurship Expo ,Entrepreneurship Challange dll.

2. Entrepreneurship Priority . Perguruan tinggi diIndonesia meskipun ketinggalan,


sudah mulai sadar akan pentingnya kewirausahaan dikampus dan menjadikan mata
kuliah kewirausahaan sebagai hal terpenting yang harus diberikan kepada
mahasiswa. Perguruan tinggi seperti UI, UNDIP, ITB, UNPAD, IPB, UGM, STT
dan STMB Telkom, President University, UKSW, Paramadina, UNPAR, Univ
Semarang, BSI, BINUS, Tri Sakti dan yang lainnya memberikan materi
kewirausahaan tidak sebatas formalitas belaka. Hal ini terlihat dari kesungguhan
setiap perguruan tinggi tersebut dalam men design materi dan menyuguhkan
metode pembelajarannya.

3. Pengembangan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) . Program


kewirausahaan yang digagas pendidikan tinggi (Dikti) melalui Direktur
Kelembagaan Ditjen Dikti saat itu (juli 2009). Dimana implementasi dari program
ini adalah Dikti memberikan alokasi dana (modal) dalam bentuk subsidi untuk
mahasiswa yang mempunyai usaha atau rencana usaha. Namun mengingat
keterbatasan dana, program dari pemerintah ini “dilombakan” melalui proposal
yang harus dikirimkan oleh mahasiswa dan perguruan tinggi yang berminat,
sehingga memang presentasinya sangat kecil untuk mengakomodir mayoritas
perguruan tinggi swasta yang begitu banyak.

4. Program Wirausaha Mandiri Untuk Mahasiswa. “Jakarta (ANTARA News) –


Peserta kompetisi wirausaha mandiri yang diselenggarakan PT.Bank Mandiri Tbk
pada 2010 hingga saat ini mencapai 3.395 mahasiswa dan jumlah ini meningkat
dibandingkan 2009 yang hanya mencapai 1.706 peserta. Direktur Finance and
Strategy Bank Mandiri Pahala N Mansury saat ditemui di Jakarta, Minggu,
mengatakan, hal tersebut menunjukkan minat generasi muda untuk berwirausaha
semakin meningkat. Pada penyelenggaraan 2010, pelatihan kewirausahaan tidak
hanya diberikan kepada mahasiswa namun juga dosen untuk memperdalam
pemahaman terhadap materi modul kewirausahaan sehingga menjadi referensi
pengajaran mata kuliah di perguruan tinggi. Saat ini, modul kewirausahaan tersebut
digunakan 264 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, setelah dilakukan sosialisasi
pada 13 kota dan diikuti oleh 1.265 dosen perguruan tinggi negeri dan swasta.
Program Wirausaha Mandiri ini merupakan program tanggung jawab sosial
perusahaan yang difokuskan pada bidang kewirausahaan dan pendidikan sejak
2007.(*) (T.S034/S006/R009) (judul berita : Peserta Wirausaha Mandiri 2010
Capai 3.395 Mahasisw,a Minggu, 9 Januari 2011 23:19 WIB | 1264 Views, terdapat
pada situs :http://www.antaranews.com/berita , diakses pada 1 mei 2011)

5. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan Produktivitas bagi


Mahasiswa. ” JAKARTA(SI). Pemerintah mulai menerapkan pelatihan
kewirausahaan (entrepreneurship) kepada mahasiswa. Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar mengatakan, mulai tahun ini,
pihaknya menerapkan program Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja dan
Produktivitas bagi Mahasiswa. “Saatnya mahasiswa memberikan gagasan dan
sumbangsih sekaligus mempersiapkan diri untuk membuka lapangan kerja
baru,”tegas Muhaimin di Jakarta kemarin. Menakertrans mengatakan, pihaknya
sudah menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di
Indonesia.Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans),
jelasnya, juga sudah membuka 208 balai latihan kerja (BLK) untuk keperluan ini.
(Judul berita “Mahasiswa Dilatih Wirausaha, Written by Fine Resyalia Monday, 15
March 2010 14:08, terdapat pada situs :www.dikti.go.id , diakses pada 1 mei 2011)
6. Program Pemberian Modal Usaha Untuk Mahasiswa. ”Metrotvnews.com,
Surabaya: Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM)
Sjarifuddin Hasan menyatakan siap memberikan modal bagi mahasiswa untuk
berwirausaha dengan agunan ijazah. Ia mengaku pihaknya sudah berkeliling ke
belasan kampus di Indonesia untuk menawarkan program permodalan untuk
wirusahawan muda dari kalangan mahasiswa itu, dan kini tercatat 6.000
mahasiswa yang tertarik. “Tapi, hanya 3.500 mahasiswa yang tertarik melakukan
aplikasi dari usahanya (usaha yang bersifat produksi), kemudian kami beri
orientasi tentang manajemen dan tampaknya sekarang sudah ada 1.500 mahasiswa
yang berkembang usahanya,” paparnya.(Ant/DSY) (judul berita : Menkop Siap
Modali Mahasiswa untuk Wirausaha, Sabtu, 19 Juni 2010 22:02 WIB, terdapat
pada situs : www.metrotvnews.com , diakses pada 1 mei 2011).

Sayangnya dari lebih 2.679 PTS dan 82 PTN di Indonesia hanya sebagian kecil
saja (segelintir perguruan tinggi) yang peduli dengan pentingnya kewirausahaan
dikampus, padahal untuk merubah mindset masyarakat yang 350 tahun dijajah oleh
”kompeni” untuk bekerja pada company membutuhkan usaha keras dan kerja
cerdas dari semua elemen bangsa terutama seluruh lembaga ilmiah dan komunitas
intelektual kampus. Untuk itu bukan sesuatu yang salah jika sampai saat ini tujuan
sekolah/kuliah dari hampir seluruh generasi muda kita hanya untuk menjadi
pekerja (job seeker) pada sebuah institusi/

company.

C. Strategi Perguruan Tinggi Mewujudkan Entrepreneurial Campus

Sebagai akademisi yang juga turut concern menangani entrepreneuship


diperguruan tinggi, penulis mencoba memberikan gagasan yang mungkin
sederhana dan bukan sesuatu yang baru, untuk coba diimplementasikan oleh
perguruan tinggi dalam menumbuhkan ”geliat” entrepreneurship diperguruan
tinggi, yaitu :

1. Menyusun Kurikulum. Dalam merumuskan sistem/metode pembelajaran dan


pelatihan kewirusahaan, perguruan tinggi harus dengan sungguh-sungguh
mendesign mata kuliah/materi kewirausahaan untuk mahasiswanya, dimulai dari
pembuatan silabus, satuan acara pengajaran (SAP), Slide Presentasi, modul teori,
modul praktikum/praktek, pembuatan buku panduan, dll. Rumusan itu tentunya
harus dikerjakan oleh sebuah tim yang benar-benar expert dan expereince
diberbagai bidang keilmuan. Yang kurang diperhatikan oleh perguruan tinggi
dalam merumuskan kurikulum ini adalah tidak/kurangnya mengikutsertakan
akademisi non ekonomi dan praktisi/pelaku usaha serta motivator entrepreneurship
didalam team penyusun, sehingga mata kuliah/materi yang diberikan tidak/kurang
berkualitas. Hal ini penting dilakukan mengingat kolaborasi antara akademis,
praktisi dan motivator akan menghasilkan konsep dan gagasan kewirausahaan yang
tepat dan sesuai untuk mahasiswa dari berbagai disiplin keilmuan. Menyusun
kurikulum entrepreneurship, tidak serta merta menjadikan entrepreneurship
sebagai mata kuliah tersendiri, namun bisa saja muatan entrepreneurship ini
dimasukan kedalam sebagian/seluruh mata kuliah.

2. Peningkatan SDM Dosen. Setidaknya Perguruan tinggi harus mempersiapkan


SDM Dosen yang mampu ”5M” sebagai berikut : (1) mampu memberikan
paradigma baru tentang pentingnya kewirausahaan. (2) mampu
merubah/mengarahkan mindset mahasiswa menjadi seorang yang berjiwa
entrepreneurship. (3) mampu menginspirasi dan memotivasi mahasiswa menjadi
SDM yang mandiri. (4) mampu memberikan contoh karya nyata kewirausahaan
(barang/jasa) dan menyuguhkan succes story . (5) mampu menghasilkan SDM
mahasiswa/alumni menjadi seorang intrapreneur atau entrepreneur sukses.
Program peningkatan SDM Dosen ini dapat melalui berbagai cara diantaranya
melalui ”5P” sebagai berikut (1). Program Short course entrepreneurship (program
pelatihan kewirausahaan untuk dosen), (2) Program seminar/ workshop/lokakarya
entrepreneurship. (3) program pemagangan dosen di dunia usaha, (4) program
sarasehan dengan mitra usaha/dunia usaha (5) program pembinaan/pendampingan
dosen baru. Dengan program ”5P” yang penulis gagas ini, diharapkan setiap dosen
(bukan hanya dosen entrepreneurship saja) mampu menunaikan ”5M” yang penulis
usulkan.

3. Membentuk Entrepreneurship Center ( baik institusi kampus ataupun berupa


organisasi kemahasiswaan) . Patut dicontoh beberapa perguruan tinggi yang telah
eksis mengelola berbagai kegiatan dibidang kewirusahaan mahasiswa seperti
Entrepreneur College di UI, Center for Innovation, Entrepreneurship, and
Leadership ITB, Center for Entrepreneurship Development and Studies Universitas
Indonesia ( CEDS UI), Community Business and Entrepreneurship Development
(CDED) di STMB Telkom, BSI Entrepreneurship Center (BEC-BSI) di Bina
Sarana Informatika, Community Entrepreneur Program (CEP) UGM, UKM Center
di FEUI, Center for Entrepreneurship , Change, and Third Sector (CECT) di
Universitas Tri Sakti, Binus Entrepreneurship Center(BEC) di Binus dll. Hal ini
menunjukan bahwa perguruan tinggi-perguruan tinggi diatas memahami betul
tentang pentingnya entrepreneurship sebagai solusi cerdas mahasiswanya menjadi
seorang entrepreneur muda.

4. Kerjamasa dengan Dunia Usaha. Hal ini penting dilakukan oleh perguruan tinggi
dalam rangka tiga tujuan yakni : (1) meningkatkan kualitas SDM dosen dan
mahasiswa, (2) membuka peluang magang usaha bagi dosen dan mahasiswa, (3)
membuka peluang kerjasama usaha khususnya untuk mahasiswa/alumni. Dengan
program kerjasama ini diharapkan mahasiswa terutama dapat menganalisa dan
mengamati bentuk usaha nyata sehingga mempunyai gambaran ketika kelak
berwirausaha.

5. Membentuk Unit Usaha untuk mahasiswa . Salah satu kesungguhan perguruan


tinggi dalam mewujudkan mahasiswanya untuk menjadi seorang entreprenuer
adalah perlu membentuk beberapa unit usaha yang dikelola oleh mahasiswa,
apapun jenis usahanya tentunya harus sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa
dengan institusi kampus. Unit-unit usaha yang dibentuk ini dapat dijadikan sebagai
salah satu pengalaman berharga bagi mahasiswa sebelum terjun membuka usaha
secara mandiri.

6. Kerjasama dengan Institusi Keuangan (perbankan/non perbankan). Untuk


mewujudkan mahasiswa/alumninya sebagai seorang entrepreneur, perguruan tinggi
berkewajiban memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam membuka usaha,
salah satunya adalah dengan cara menjadi fasilitator dan mediator antara
mahasiswa dengan dunia keuangan (perbankan/non perbankan) dalam hal
kemudahan kredit usaha bagi mahasiswa. Kerjasama ini dapat menjadi triger bagi
mahasiswa untuk menjadi entreprenuer muda. Tidak sedikit dari mahasiswa
berkeinginan untuk berwirusaha namun terkendala dengan modal (dana).
Kerjasama inilah yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi.

7. Entrepreneurship Award. Salah satu pemicu meningkatnya semangat


kewirusahaan dari mahasiswa adalah dilaksanakannya secara rutin
perlombaan/kejuaraan kewirausahaan. Perlombaan kewirausahaan mahasiswa
dengan memberikan award bagi mahasiswa juga dapat menjadi salah satu langkah
perguruan tinggi dalam meningkatkan minat wirausaha mahasiswa. Perlombaan ini
dapat berupa bussiness plan atau entrepreneurship expo .

Dari sedikit usulan yang cukup sederhana dan gagasan yang mungkin tidak baru
ini, jika diimplementasikan oleh perguruan tinggi dengan serius dan sungguh-
sungguh maka tidak mustahil akan banyak lahir entrepreneur-entrepreneur sukses
negeri ini yang mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan dan pergerakan pasar
lokal sehingga tercipta peluang pekerjaan bagi generasi bangsa ini yang pada
akhirnya mampu menjadi bangsa mandiri yang tidak banyak tergantung pada
negara asing.

D. Kesimpulan

Perguruan tinggi sebagai salah satu mediator dan fasilitator terdepan dalam
membangun generasi muda bangsa mempunyai kewajiban dalam mengajarkan,
mendidik, melatih dan memotivasi mahasiswanya sehingga menjadi generasi
cerdas yang mandiri, kreatif, inovatif dan mampu menciptakan berbagai peluang
pekerjaan (usaha). Untuk itu sebuah keharusan bagi setiap perguruan tinggi segera
merubah arah kebijakan perguruan tingginya dari high Learning university and
Research University menjadi Entrepreneurial University atau menyeimbangkan
kedua arah kebijakan tersebut sehingga arah kebijakan keduanya tercapai baik
yang bersifat high Learning university and Research University maupun yang
bersifat Entrepreneurial University . Dengan paradigm change tersebut pada
akhirnya akan melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda sukses layaknya
”pahlawan-pahlawan muda” di MIT yang akan mampu membangkitkan bangsa ini
dari berbagai keterpurukan.

Untuk melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda sukses tersebut di perlukan


kesungguhan dan keseriusan dari perguruan tinggi dalam mengemban misi
entrepreneurial campus. Program-program kewirausahaan yang telah digagas dan
dijalankan oleh berbagai perguruan tinggi khususnya di indonesia, patut kiranya
dijadikan sebagai teladan dalam memulai memfokuskan perguruan tinggi dalam
melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda sukses. Selain itu tujuh gagasan yang
penulis kemukakan diatas dapat menjadi referensi untuk dipertimbangkan oleh
perguruan tinggi dalam menumbuhkan ”geliat” entrepreneurship di kampus.
*Kepala BSI Career Center (Pusat Persiapan dan Pengembangan Karir
Mahasiswa/Alumni BSI)

Daftar Bacaan :

Dinis Valentino, MM, MBA, Materi Seminar Entrepreneurship berjudul ”Ten


Commandement To Creating Your Own Business”, Disampaikan di kampus-
kampus BSI, Agustus 2008.

Kuswara Heri, “Ngapain kuliah Kalau Nggak Bisa Sukses ?, 9 jurus cerdas meraih
karir gemilang”, Penerbit : Kaifa, 2010

Kuswara Heri, Artikel berjudul “Strategi Sukses menjadi Wirausaha Muda”, terbit
pada Majalah Entrepreneur Kampus BSI yaitu. BEN (BSI Entrepreneur News)
Vol.04. No.02/2011

Kuswara Heri, Artikel berjudul “Mewujudkan Entrepreneurial Campus adalah


sebuah Keharusan”, terdapat pada situs : www.dikti.go.id (diakses pada 4 februari
2011)

Kuswara Heri & Wijaya A Johanes, ”BeYoung (baca : biang) Success detik ini!”,
Penerbit : Andi, 2010

Warasasmita Yuyun, Msc, Dr Prof. Artikel Berjudul “Peran Alumni Dan Perguruan
Tinggi Dalam Mengembangkan Jiwa Kewirausahaan Di Semua Sektor Menuju
“Entrepreneurial Economy” terdapat pada situs
:http://www.universitasborobudur.ac.id/index.php/article/109-seri-
kewirausahaan.html, (diakses pada 20 Januari 2011)

Anda mungkin juga menyukai