Anda di halaman 1dari 10

GUGAT CERAI KARENA PERSELISIHAN DAN PERTENGKARAN

TERUS-MENERUS (TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN


PENGADILAN AGAMA BATURAJA NOMOR 30/PDT.G/2019/PA.BTA)

Nabilla Alya Adelia, Siti Muflichah, dan Rochati


Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman
Jl. Prof. Dr. Hr. Boenjamin 708 Grendeng-Purwokerto 53122
tiffany harmelia@gmail.com

Abstrak

Perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga, sering mengakibatkan


perceraian Perceraian adalah putusnya hubungan perkawinan antara suami
isteri seperti dalam perkara mengenai gugat cerai yang terjadi di Pengadilan
Agama Baturaja dengan Putusan Nomor:30/Pdt.G/2019/PA.Bta. Permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam
mengabulkan gugat cerai karena perselisihan dan pertengkaran terus-menerus
pada Putusan Pengadilan Agama Baturaja Nomor:30/Pdt.G/2019/PA.Bta.
Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, spesifikasi preskriptif
analitis, pengumpulan data studi kepustakaan dengan inventarisasi, data yang
terkumpul disajikan dalam bentuk teks naratif dan analisis normatif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan bahwa
pertimbangan hukum hakim dalam mengabulkan gugat cerai karena perselisihan
dan pertengkaran terus-menerus pada putusan Pengadilan Agama Baturaja
Nomor:30/Pdt.G/2019/PA.Bta hanya mendasarkan pada Pasal 19 huruf (f)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Pasal 116 huruf (f)
Kompilasi Hukum Islam. Menurut Peneliti pertimbangan hukum hakim tidak
lengkap, sebaiknya menambahkan Pasal 19 huruf (a) Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam serta Pasal
33 dan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

Kata Kunci : Gugat Cerai; Perselisihan; Pertengkaran.

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri sedangkan Pasal 2 Kompilasi
Hukum Islam (KHI), Perkawinan menurut Hukum Islam adalah Pernikahan, yaitu
akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk menaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Putusnya perkawinan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan yaitu Pasal 38 yang menyebutkan, Putusnya suatu
perkawinan disebabkan oleh 3 (tiga) hal yaitu kematian, perceraian dan atas
keputusan pengadilan.
S.L.R Vol.1 (No.1) : 135-144

Salah satu kasus yang terjadi dalam Putusan Pengadilan Agama Baturaja
Nomor 30/Pdt.G/2019/PA.Bta ini tentang gugat cerai karena perselisihan dan
pertengkaran terus-menerus
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengkaji dan meneliti dalam rangka menyusun tugas akhir atau skripsi
dengan judul Gugat Cerai Karena Perselisihan Dan Pertengkaran Terus-
Menerus (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Baturaja
Nomor 30/Pdt.G/2019/PA.Bta).

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pertimbangan Hukum Hakim dalam mengabulkan gugat cerai
karena perselisihan dan pertengkaran terus-menerus terhadap Putusan
Pengadilan Agama Baturaja Nomor 30/Pdt.G/2019/PA.Bta?

Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan : Yuridis Nomatif
2. Spesifikasi Penelitian : Preskriptif-Analitis
3. Lokasi Penelitian : PII FH UNSOED & UPT Perpustakaan
FH UNSOED
4. Sumber Bahan Hukum : Bahan Hukum Primer & Bahan Hukum
Sekunder
5. Metode Pengumpulan Data :Studi Kepustakaan dengan
Inventarisasi
6. Metode Penyajian Data :Teks Naratif
7. Metode Analisis Data :Normatif Kualitatif

B. PEMBAHASAN
Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 08 Januari 2019 telah
mengajukan gugat cerai terhadap Tergugat, yang telah didaftar di Kepaniteraan
Pengadilan Agama Baturaja, dengan Nomor 30/Pdt.G/2019/PA.Bta. tangal 09
Januari 2019, dengan dalil-dalil sebagai berikut:
2.1 Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri sah, menikah pada
tanggal 15 Mei 2004 di Kabupaten Ogan Komering Ulu, wali nikah Bapak
Kandung Penggugat, mas kawin berupa uang Rp. 300.000,- (tiga ratus
ribu rupiah) tunai, sebagaimana tertera dalam kutipan Akta Nikah Nomor
159/26/V/2004, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
Pengandonan Kabupaten Ogan Komering Ulu, bertanggal 17 Mei 2004;
2.2 Bahwa setelah akad nikah Penggugat dan Tergugat bertempat tinggal di
rumah orang tua Tergugat di kabupaten Ogan Komering Ulu selama
kurang lebih 3 tahun kemudian pindah ke rumah orang tua Penggugat
dialamat yang sama dan terakhir Penggugat dan Tergugat pindah kembali
ke rumah orang tua Tergugat, sampai berpisah;
2.3 Bahwa selama pernikahan tersebut Penggugat dan Tergugat telah
berhubungan sebagaimana layaknya suami isteri dan telah dikaruniai 2
orang anak laki-laki umur 13 tahun dan 9 tahun. Yang saat ini, kedua orang
anak tersebut masih ikut dan berada dalam asuhan Penggugat;
2.4 Bahwa pada mulanya kehidupan rumah tangga Penggugat dengan
Tergugat rukun dan harmonis selama kurang lebih 2 tahun, akan tetapi
136
Gugat Cerai Karena Perselisihan dan Pertengkaran Terus-Menerus …
Nabilla Alya Adelia, Siti Muflichah, dan Rochati

setelah itu sejak bulan Mei 2006 rumah tangga Penggugat dengan
Tergugat menjadi tidak harmonis lagi, mulai sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran yang disebabkan antara lain:
2.4.1 Faktor ekonomi rumah tangga yang tidak mencukupi,
2.4.2 Tergugat diketahui telah selingkuh dengan perempuan lain yang
bernama Intan,
2.4.3 Tergugat sering mabuk-mabukan dengan minum-minuman keras,
2.4.4 Selain itu, Tergugat sering bermain judi

2.5 Bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dengan Tergugat


semakin memuncak dan menjadi tajam yang terjadi pada tanggal 18
Agustus 2018 yang disebabkan permasalahan yang sama. Yang pada
saat itu, Penggugat melihat Tergugat datang ke rumah bersama dengan
perempuan yang bernama Intan kemudian Penggugat menanyakan
kepada Tergugat sehingga terjadi perselisihan dan pertengkaran mulut
antara Penggugat dengan Tergugat. Setelah kejadian itu, Penggugat
pulang ke rumah orang tua Penggugat;
2.6 Bahwa akibat permasalahan tersebut Penggugat dengan Tergugat telah
berpisah tempat tinggal, Penggugat sekarang tinggal di rumah orang tua
Penggugat, sedangkan Tergugat masih tinggal di rumah orang tuanya,
hingga sekarang telah berjalan kurang lebih selama 4 bulan 3 minggu dan
sejak saat itu sampai dengan sekarang Penggugat dengan Tergugat
sudah tidak saling perdulikan lagi layaknya suami isteri dan Tergugat tidak
pernah lagi memberi Penggugat nafkah wajibnya lahir dan bathin;
2.7 Bahwa pihak keluarga Penggugat dengan Tergugat sudah sering
berusaha untuk menasehati dan mendamaikan Penggugat dengan
Tergugat untuk hidup rukun dan harmonis dalam membina rumah tangga,
akan tetapi tidak berhasil;
2.8 Bahwa, selama ini Penggugat telah berusaha untuk bersabar dengan
keadaan ini, dengan harapan suatu saat keadaan akan berubah, namun
keadaan tersebut tidak pernah menjadi baik dan sekarang Penggugat
tidak sanggup lagi untuk membina rumah tangga dengan Tergugat dan
perceraian adalah jalan terbaik yang harus ditempuh;
2.9 Bahwa, oleh karena Penggugat dan Tergugat sudah tidak rukun dan
harmonis lagi, sehingga Penggugat tidak senang lagi bersuamikan
Tergugat dan sebagaimana tujuan perkawinan yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan tidak akan
terwujud oleh karena itu Penggugat telah berketetapan hati untuk bercerai
di hadapan Sidang Pengadilan Agama Baturaja;

Penelitian ini untuk mengetahui Pertimbangan Hukum Hakim dalam


mengabulkan mengkaji gugat cerai karena perselisihan dan pertengkaran
terusmenerus terhadap Pengadilan Agama Baturaja Nomor:
30/Pdt.G/2019/PA.Bta.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama dan telah diubah pula dengan Undang-Undang

137
S.L.R Vol.1 (No.1) : 135-144

Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang disebutkan bahwa,
Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang yang bergama Islam.
Pasal tersebut secara tegas menentukan kewenangan Peradilan Agama
adalah bagi orang-orang yang bergama Islam saja (Djubaidah, 2010). Apabila
dikaitkan dengan hasil penelitian data nomor 1.1 dan 1.2 mengenai identitas
subjek hukum, Penggugat dengan Tergugat beragama Islam, maka sudah
tepat yang berwenang menagdili perkara tersebut adalah Pengadilan Agama.
Asas Personalitas ke Islaman pada Pengadilan Agama mempunyai arti
bahwa yang tunduk dan dapat ditundukan kepada kekuasaan lingkungan
Peradilan Agama hanya mereka yang mengaku dirinya pemeluk agama Islam.
Personalitas ke Islaman diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 jo Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan
Atas UndangUndang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
Pasal 49 Undang-Undang Peradilan Agama juga disebutkan mengenai
kompetensi absolut Peradilan Agama dan juga Asas Personalitas Keislaman,
yakni Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang:
1) Perkawinan;
2) Kewarisan;
3) Wasiat;
4) Hibah;
5) Wakaf;
6) Zakat;
7) Infaq;
8) Shodaqoh;
9) Ekonomi Syari’ah.
Berdasarkan dari uraian kewenangan Pengadilan Agama di atas,
Penelitian terhadap Putusan Pengadilan Agama Baturaja
Nomor:30/Pdt.G/2019/PA.Bta termasuk ke dalam bidang Perkawinan.
Berdasarkan hasil penelitian data nomor 1.1 dan 1.2 mengenai subjek
hukum, diketahui bahwa para pihak adalah Warga Negara Indonesia yang
bergama Islam, bertempat tinggal di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Berdasarkan surat gugatan tertanggal 08 Januari 2019, Penggugat
mengajukan gugat cerai yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan
Agama Baturaja dengan register Nomor: 30/Pdt.G/2019/PA.Bta, apabila
dikaitkan dengan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama, maka sudah benar apabila perkara ini diajukan ke
Pengadilan Agama Baturaja.
Berdasarkan hasil penelitian data nomor 2.1 mengenai duduk perkara,
bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri menikah secara sah pada
tanggal 15 Mei 2004 di Kabupaten Ogen Komering Ulu, dengan data nomor
5.1 mengenai alat bukti surat berupa Fotokopi Akta Nikah Nomor
159/26/V/2004 (P) yang telah dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah
138
Gugat Cerai Karena Perselisihan dan Pertengkaran Terus-Menerus …
Nabilla Alya Adelia, Siti Muflichah, dan Rochati

Kantor Urusan Agama Kecamatan Pengandonan Kabupaten Ogan Komering


Ulu tanggal 17 Mei 2004 serta maka terbukti bahwa telah terjadi perkawinan
yang sah antara Penggugat dengan Tergugat, sehingga secara formil
perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat adalah sah dan telah sesuai
dengan ketentuan Pasal 66 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama demikian Penggugat
mempunyai legal standing dan berkapasitas sebagai subyek hukum yang
berhak untuk mengajukan gugat cerai.
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
menjelaskan perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha
Esa sedangkan menurut Pasal 2 Kompilasi Hukum islam, Perkawinan dalam
hukum Islam adalah Pernikahan yaitu akad yang sangat kuat miitsaqan
ghalidhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah. dalam Hukum Islam tujuan perkawinan diatur didalam Pasal 3
Kompilasi Hukum Islam, yaitu tujuan perkawinan untuk mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah, maaddah dan rahmah.
Tujuan Perkawinan tidak semua orang dapat mewujudkannya sesuai
dengan harapan. Adakalanya di dalam rumah tangga suami isteri mengalami
ketidak cocokan atau ketidakharmonisan suami isteri dalam menjalankan
rumah tangga telah banyak membawa suami isteri tersebut melakukan
perceraian di depan Pengadilan Agama karena sebab-sebab masalah yang
tidak bisa didamaikan oleh kedua belah pihak yang berselisih, sehingga terjadi
perceraian.
Berdasarkan hasil penelitian data nomor 2.4 tentang duduk perkara,
bahwa pada mulanya kehidupan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat
rukun dan harmonis selama kurang lebih 2 tahun, akan tetapi setelah itu sejak
bulan Mei 2006 rumah tangga Penggugat dengan Tergugat menjadi tidak
harmonis lagi, mulai sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang
disebabkan faktor ekonomi rumah tangga yang tidak mencukupi, Tergugat
diketahui telah selingkuh dengan perempuan lain yang bernama Intan,
Tergugat sering mabuk-mabukan dengan minum-minuman keras selain itu
Tergugat sering bermain judi. Data Nomor 4.3 mengenai fakta di persidangan
perkara ini tidak dapat di mediasi karena Tergugat tidak pernah datang
menghadap meskipun telah dipanggil secara resmi dan patut. Data Nomor
5.2.1 berupa keterangan saksi dari Penggugat menerangkan saksi pernah
mendengar Penggugat dengan Tergugat bertengkar yang disebabkan
masalah ekonomi rumah tangga kurang mencukupi, Tergugat tidak
bertanggung jawab, Tergugat sering berjudi dan mabuk-mabukan, Tergugat
selingkuh dengan wanita lain dan data nomor 5.2.2 mengenai keterangan
saksi dari Tergugat menerangkan bahwa Penggugat dengan Tergugat sudah
berpisah rumah selama kurang lebih 5 bulan, selama pisah Penggugat dengan
Tergugat sudah tidak saling perdulikan lagi, Tergugat tidak pernah dating

139
S.L.R Vol.1 (No.1) : 135-144

menjemput Penggugat dan juga Tergugat tidak pernah lagi memberi nafkah
wajibnya kepada Penggugat, apabila dikaitkan dengan data nomor 6.9
mengenai pertimbangan hukum hakim, telah disebutkan bahwa rumah tangga
antara Penggugat dengan Tergugat tidak saling perdulikan lagi layaknya
suami isteri, maka tujuan perkawinan untuk membina rumah tangga
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum islam tidak terwujud
sehingga terjadi perceraian.
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan yang disebabkan oleh
permasalahan tertentu yang menyebabkan perselisihan yang tidak dapat
didamaikan dan tidak ada jalan keluarnya kecuali dengan perceraian.
Perceraian tersebut akan selalu membawa akibat hukum bagi yang
melakukannya, baik secara pribadi maupun keluarganya. Perceraian itu
bukanlah hal yang dimudahkan dalam agama maupun negara.
Perceraian antara suami isteri harus memenuhi Pasal 39 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yaitu sebagai berikut:
(1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan
setelahPengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak
(2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa
antarasuami isteri itu tidak dapat hidup rukun sebagai suami isteri
(3) Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam
peraturanperundangan tersendiri
Berdasarkan Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Perkawinan, untuk
melakukan perceraian harus ada cukup alasan-alasan yang harus dinyatakan
di depan Pengadilan. Alasan-alasan perceraian diatur dalam ketentuan Pasal
19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 Kompilasi Hukum
Islam, sebagai berikut:
a.) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat,
penjudidan lain sebagainya yang sukar disembuhkan
b.) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturutturut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain di luar kemampuan
c.) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 (lima) tahun
atauhukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung
d.) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
yang membahayakan pihak lain
e.) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidakdapat menjalankan kewajiban sebagai suami isteri
f.) Antara suami atau isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan untuk rukun lagi dalam rumah
tangga Pada Kompilasi Hukum Islam ditambahkan ada 2 huruf,
yakni: g.) Suami melanggar ta’lik talak
h.) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidakrukunan dalam rumah tangga
140
Gugat Cerai Karena Perselisihan dan Pertengkaran Terus-Menerus …
Nabilla Alya Adelia, Siti Muflichah, dan Rochati

Berdasarkan hasil peneltian data nomor 2.4 mengenai duduk perkara


bahwa perselisihan dan pertengkaran Tergugat dengan Penggugat
disebabkan Faktor ekonomi rumah tangga yang tidak mencukupi, Tergugat
diketahui telah selingkuh dengan perempuan lain yang bernama Intan,
Tergugat sering mabuk-mabukan dengan minum-minuman keras, dan
Tergugat sering bermain judi, maka menurut Peneliti maka Tergugat sudah
memenuhi alasan-alasan perceraian yang terdapat di dalam Pasal 19
Peraturan Pemertintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 Kompilasi Hukum
Islam huruf (a), yaitu salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok,
pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. Arti dari kata
sering menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah lebih dari satu
kali atau kerapkali. Dari keterangan Penggugat tersebut bahwa Tergugat
sering mabuk-mabukan dengan meminum-minuman keras, Tergugat sering
bermain judi dan berdasarkan data nomor 2.5 mengenai duduk perkara bahwa
Penggugat melihat Tergugat datang ke rumah bersama dengan perempuan
lain bernama Intan sehingga terjadi perselisihan dan pertengkaran, hal
tersebut di atas dapat dijadikan alasan perceraian menurut Pasal 19 huruf (a)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 Kompilasi Hukum
Islam huruf (a).
Kewajiban suami isteri sebagaimana yang diatur dalam Pasal 33
UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, disebutkan
bahwa: “Suamiisteri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia
dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain”.
Kewajiban suami isteri pula dirumuskan sebagaimana Pasal 34 ayat (1)
dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
yaitu:
(1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluanhidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya;
(2) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
Berdasarkan data nomor 6.8 mengenai pertimbangan hukum hakim,
Hakim menimbang bahwa Penggugat dalam dalil gugatannya menuntut untuk
bercerai dengan Tergugat, dengan alasan rumah tangganya rukun dan
harmonis selama lebih kurang 2 tahun, akan tetapi sejak bulan Mei 2006 tidak
harmonis lagi sering terjadi perselisihan dan pertengkaran, disebabkan faktor
ekonomi yang tidak mencukupi, Tergugat diketahui telah selingkuh dengan
perempuan lain yang bernama Intan. Tergugat sering mabuk-mabukan
dengan meminum-minuman keras, selain itu Tergugat sering bermain judi dan
berdasarkan data nomor 6.9 mengenai pertimbangan hukum hakim, Hakim
menimbang bahwa perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dengan
Tergugat semakin memuncak dan menjadi tajam terjadi pada tanggal 18
Agustus 2018 disebabkan permasalahan yang sama saat itu Penggugat
melihat Tergugat datang ke rumah bersama dengan perempuan yang
bernama intan kemudian Penggugat menanyakannya kepada Tergugat
sehingga terjadi perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan

141
S.L.R Vol.1 (No.1) : 135-144

Tergugat, setelah kejadian tersebut Penggugat pulang ke rumah orang tua


Penggugat. yang berakibat Penggugat dengan Tergugat berpisah rumah
sampai sekarang telah berjalan selama lebih kurang 4 bulan 3 minggu, dan
selama pisah antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak saling perdulikan
lagi maka telah terbukti bahwa Penggugat maupun Tergugat keduanya tidak
saling melaksanakan kewajiban sebagai suami isteri.
Menurut data nomor 6.19 dalam pertimbangan hukum hakim, Hakim
hanya mendasarkan pada Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan jo. Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975 dan Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam yaitu antara
suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak
ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Menurut peneliti
pertimbangan hukum hakim tersebut sebagaimana yang sudah disebutkan di
atas kurang lengkap, Hakim tidak mempertimbangkan Pasal 19 huruf (a)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (a) Kompilasi
Hukum Islam mengenai salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok,
pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan tersebut
dianggap sebagai penyebab melalaikan kewajiban suami isteri yang diatur
dalam Pasal 34 ayat (2) Undangundang Perkawinan Karena antara Penggugat
dengan Tergugat sudah tidak saling perdulikan lagi selayaknya suami isteri
dan Tergugat tidak pernah lagi memberi Penggugat nafkah wajibnya lahir dan
bathin, padahal antara Tergugat dengan Penggugat masih terikat perkawinan
yang sah.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pertimbangan
Hukum Hakim dalam mengabulkan Gugat Cerai Karena Perselisihan dan
Pertengkaran Terus-Menerus Terhadap Putusan Pengadilan Agama Baturaja
Nomor: 30/Pdt.G/2019/PA.Bta. dapat disimpulkan bahwa pertimbangan hukum
hakim hanya mendasarkan pada Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo. Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam yaitu antara
suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran, Menurut
Peneliti pertimbangan hukum hakim hendaknya dilengkapi dengan Pasal 19
huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (a)
Kompilasi Hukum Islam serta Pasal 33 dan 34 Undang-undang Perkawinan
tentang Hak dan Kewajiban Suami Isteri.
2. Saran
Majelis Hakim sebaiknya lebih cermat dan teliti dalam memutus perkara agar
memenuhi keadilan masyarakat.

142
Gugat Cerai Karena Perselisihan dan Pertengkaran Terus-Menerus …
Nabilla Alya Adelia, Siti Muflichah, dan Rochati

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih penulis ucapkan untuk para pihak yang telah membantu dan
mendukung penulis untuk dapat menyusun artikel ini. Terlebih lagi, penulis
ucapkan terima kasih untuk Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman dan Rektor Universitas Jenderal Soedirman yang senantiasa
mendukung nuansa akademik yang baik sehingga penulis dapat menyusun
artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Literatur
Djubaidah, Neng. (2010). Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak Dicatat
Menurut Hukum Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam. Jakarta: Sinar
Grafika.

Marzuki, Peter Mahmud. (2011). Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.

Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 3400)

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-


Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Tahun Nomor 22)

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 159)

Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-


Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1975 Nomor 12)

Peraturan Lainnya
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam

143
S.L.R Vol.1 (No.1) : 135-144

Putusan Pengadilan
Putusan Pengadilan Agama Baturaja Nomor: 30/Pdt.G/2019/PA.Bta

144

Anda mungkin juga menyukai