Abstrak
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami isteri sedangkan Pasal 2 Kompilasi
Hukum Islam (KHI), Perkawinan menurut Hukum Islam adalah Pernikahan, yaitu
akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidhan untuk menaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Putusnya perkawinan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan yaitu Pasal 38 yang menyebutkan, Putusnya suatu
perkawinan disebabkan oleh 3 (tiga) hal yaitu kematian, perceraian dan atas
keputusan pengadilan.
S.L.R Vol.1 (No.1) : 135-144
Salah satu kasus yang terjadi dalam Putusan Pengadilan Agama Baturaja
Nomor 30/Pdt.G/2019/PA.Bta ini tentang gugat cerai karena perselisihan dan
pertengkaran terus-menerus
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengkaji dan meneliti dalam rangka menyusun tugas akhir atau skripsi
dengan judul Gugat Cerai Karena Perselisihan Dan Pertengkaran Terus-
Menerus (Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Agama Baturaja
Nomor 30/Pdt.G/2019/PA.Bta).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pertimbangan Hukum Hakim dalam mengabulkan gugat cerai
karena perselisihan dan pertengkaran terus-menerus terhadap Putusan
Pengadilan Agama Baturaja Nomor 30/Pdt.G/2019/PA.Bta?
Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan : Yuridis Nomatif
2. Spesifikasi Penelitian : Preskriptif-Analitis
3. Lokasi Penelitian : PII FH UNSOED & UPT Perpustakaan
FH UNSOED
4. Sumber Bahan Hukum : Bahan Hukum Primer & Bahan Hukum
Sekunder
5. Metode Pengumpulan Data :Studi Kepustakaan dengan
Inventarisasi
6. Metode Penyajian Data :Teks Naratif
7. Metode Analisis Data :Normatif Kualitatif
B. PEMBAHASAN
Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 08 Januari 2019 telah
mengajukan gugat cerai terhadap Tergugat, yang telah didaftar di Kepaniteraan
Pengadilan Agama Baturaja, dengan Nomor 30/Pdt.G/2019/PA.Bta. tangal 09
Januari 2019, dengan dalil-dalil sebagai berikut:
2.1 Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri sah, menikah pada
tanggal 15 Mei 2004 di Kabupaten Ogan Komering Ulu, wali nikah Bapak
Kandung Penggugat, mas kawin berupa uang Rp. 300.000,- (tiga ratus
ribu rupiah) tunai, sebagaimana tertera dalam kutipan Akta Nikah Nomor
159/26/V/2004, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
Pengandonan Kabupaten Ogan Komering Ulu, bertanggal 17 Mei 2004;
2.2 Bahwa setelah akad nikah Penggugat dan Tergugat bertempat tinggal di
rumah orang tua Tergugat di kabupaten Ogan Komering Ulu selama
kurang lebih 3 tahun kemudian pindah ke rumah orang tua Penggugat
dialamat yang sama dan terakhir Penggugat dan Tergugat pindah kembali
ke rumah orang tua Tergugat, sampai berpisah;
2.3 Bahwa selama pernikahan tersebut Penggugat dan Tergugat telah
berhubungan sebagaimana layaknya suami isteri dan telah dikaruniai 2
orang anak laki-laki umur 13 tahun dan 9 tahun. Yang saat ini, kedua orang
anak tersebut masih ikut dan berada dalam asuhan Penggugat;
2.4 Bahwa pada mulanya kehidupan rumah tangga Penggugat dengan
Tergugat rukun dan harmonis selama kurang lebih 2 tahun, akan tetapi
136
Gugat Cerai Karena Perselisihan dan Pertengkaran Terus-Menerus …
Nabilla Alya Adelia, Siti Muflichah, dan Rochati
setelah itu sejak bulan Mei 2006 rumah tangga Penggugat dengan
Tergugat menjadi tidak harmonis lagi, mulai sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran yang disebabkan antara lain:
2.4.1 Faktor ekonomi rumah tangga yang tidak mencukupi,
2.4.2 Tergugat diketahui telah selingkuh dengan perempuan lain yang
bernama Intan,
2.4.3 Tergugat sering mabuk-mabukan dengan minum-minuman keras,
2.4.4 Selain itu, Tergugat sering bermain judi
137
S.L.R Vol.1 (No.1) : 135-144
139
S.L.R Vol.1 (No.1) : 135-144
menjemput Penggugat dan juga Tergugat tidak pernah lagi memberi nafkah
wajibnya kepada Penggugat, apabila dikaitkan dengan data nomor 6.9
mengenai pertimbangan hukum hakim, telah disebutkan bahwa rumah tangga
antara Penggugat dengan Tergugat tidak saling perdulikan lagi layaknya
suami isteri, maka tujuan perkawinan untuk membina rumah tangga
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum islam tidak terwujud
sehingga terjadi perceraian.
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan yang disebabkan oleh
permasalahan tertentu yang menyebabkan perselisihan yang tidak dapat
didamaikan dan tidak ada jalan keluarnya kecuali dengan perceraian.
Perceraian tersebut akan selalu membawa akibat hukum bagi yang
melakukannya, baik secara pribadi maupun keluarganya. Perceraian itu
bukanlah hal yang dimudahkan dalam agama maupun negara.
Perceraian antara suami isteri harus memenuhi Pasal 39 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yaitu sebagai berikut:
(1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan
setelahPengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak
(2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa
antarasuami isteri itu tidak dapat hidup rukun sebagai suami isteri
(3) Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam
peraturanperundangan tersendiri
Berdasarkan Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Perkawinan, untuk
melakukan perceraian harus ada cukup alasan-alasan yang harus dinyatakan
di depan Pengadilan. Alasan-alasan perceraian diatur dalam ketentuan Pasal
19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 Kompilasi Hukum
Islam, sebagai berikut:
a.) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat,
penjudidan lain sebagainya yang sukar disembuhkan
b.) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturutturut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain di luar kemampuan
c.) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara selama 5 (lima) tahun
atauhukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung
d.) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
yang membahayakan pihak lain
e.) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidakdapat menjalankan kewajiban sebagai suami isteri
f.) Antara suami atau isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan untuk rukun lagi dalam rumah
tangga Pada Kompilasi Hukum Islam ditambahkan ada 2 huruf,
yakni: g.) Suami melanggar ta’lik talak
h.) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya
ketidakrukunan dalam rumah tangga
140
Gugat Cerai Karena Perselisihan dan Pertengkaran Terus-Menerus …
Nabilla Alya Adelia, Siti Muflichah, dan Rochati
141
S.L.R Vol.1 (No.1) : 135-144
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pertimbangan
Hukum Hakim dalam mengabulkan Gugat Cerai Karena Perselisihan dan
Pertengkaran Terus-Menerus Terhadap Putusan Pengadilan Agama Baturaja
Nomor: 30/Pdt.G/2019/PA.Bta. dapat disimpulkan bahwa pertimbangan hukum
hakim hanya mendasarkan pada Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan jo. Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam yaitu antara
suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran, Menurut
Peneliti pertimbangan hukum hakim hendaknya dilengkapi dengan Pasal 19
huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (a)
Kompilasi Hukum Islam serta Pasal 33 dan 34 Undang-undang Perkawinan
tentang Hak dan Kewajiban Suami Isteri.
2. Saran
Majelis Hakim sebaiknya lebih cermat dan teliti dalam memutus perkara agar
memenuhi keadilan masyarakat.
142
Gugat Cerai Karena Perselisihan dan Pertengkaran Terus-Menerus …
Nabilla Alya Adelia, Siti Muflichah, dan Rochati
DAFTAR PUSTAKA
Literatur
Djubaidah, Neng. (2010). Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak Dicatat
Menurut Hukum Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam. Jakarta: Sinar
Grafika.
Peraturan Perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Peraturan Lainnya
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam
143
S.L.R Vol.1 (No.1) : 135-144
Putusan Pengadilan
Putusan Pengadilan Agama Baturaja Nomor: 30/Pdt.G/2019/PA.Bta
144