Anda di halaman 1dari 8

STUDI KOMPARASI KADAR GLUKOSA PADA NASI YANG DIMASAK

DENGAN METODE RICE COOKER DAN METODE TRADISIONAL PADA


BERBAGAI SUHU

Linda Juwita
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya,
Jl. Raya Kalisari Selatan 1, Pakuwon City, Surabaya, Indonesia.
lindajuwita@ukwms.ac.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Perbedaan cara memasak dan mengolah makanan akan menyebabkan respons
glukosa berbeda. Proses memasak atau memanaskan akan menyebabkan proses gelatinisasi dalam pati
sehingga pati akan lebih mudah dicerna karena enzim pencernaan di usus mendapatkan tempat kerja
yang lebih luas. Ukuran partikel juga mempengaruhi indeks glikemik. Ukuran partikel yang lebih
kecil menyebabkan struktur makanan menjadi halus sehingga makanan mudah dicerna dan diserap
dalam tubuh dan menyebabkan kadar gula darah meningkat dengan cepat. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menjelaskan kadar glukosa dalam nasi dengan metode penanak nasi Teflon, penanak
nasi stainless dan dengan metode tradisional / pengukusan pada berbagai suhu. Metode: Kadar
glukosa ditentukan oleh metode asam dinitrosalisilat, metode spektrofotometri-kolorimetri
menggunakan nasi dengan berbagai metode (penanak nasi Teflon, penanak nasi kukus dan stainless)
dan berbagai suhu (panas, hangat dan dingin). setiap sampel diulang tiga kali. Data diuji
menggunakan uji statistik dengan SPSS 20 dengan uji Desain Kelompok Teracak (RCBD). Hasil dan
Analisis: p <0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan dalam kadar glukosa dengan berbagai
metode dan suhu yang bervariasi, tetapi dalam Post Hoc Test tidak mendapatkan rekomendasi
terendah kadar glukosa beras. Setiap metode memasak nasi akan memiliki suhu memasak yang
berbeda sehingga akan ada proses perubahan kandungan beras selama proses memasak dan
pemanasan. Diskusi: perbedaan nyata kadar glukosa dalam hasil penelitian ini adalah karena
perbedaan dalam suhu dalam proses pemasakan sehingga terjadi proses pelindian, maka perbedaan
suhu saat diuji menyebabkan proses retrogradasi pati, sehingga interaksi berbagai metode dan suhu
beras menghasilkan perbedaan kadar glukosa beras.
Kata kunci: Kadar Glukosa, Beras, Pemasak Beras, Tradisional, Suhu.

ABSTRACT
Introduction: differences in how to cook and process food will cause different glucose
responses. The process of cooking or heating will cause the gelatinization process in starch so that
starch will be more easily digested because the digestive enzymes in the intestine get a wider
workplace. Particle size also affects the glycemic index. The smaller particle size causes the structure
of food to be smooth so that the food is easily digested and absorbed in the body and causes blood
sugar levels to rise rapidly. The purpose of this study is to explain glucose levels in cooked rice with
the Teflon rice cooker method, stainless rice cooker and with the traditional / steaming method at
various temperatures. Methods: Glucose levels were determined by the dinitrosalicylic acid method,
spectrophotometric-colorimetric methods using cooked rice with various methods (Teflon rice
cookers, steamed and stainless rice cookers) and various temperatures (hot, warm and cold). each
sample was repeated three times. Data were tested using a statistical test with SPSS 20 with a
Randomized Group Design test (RCBD). Results and Analysis: p <0.05 which means that there are
significant differences in glucose levels with various methods and varying temperatures, but in the
Post Hoc Test did not get the lowest recommendation of rice glucose levels. Each method of cooking
rice will have a different cooking temperature so that there will be a process of changing the content
of rice during the cooking and heating process.Discussion: the real difference in glucose levels in the
results of this study is due to differences in temperature in the cooking process so that the leaching
process occurs, then the temperature difference when tested causes the starch retrogradation process,
so that the interaction of various methods and the temperature of rice produces differences in rice
glucose levels.

Keywords: Glucose Levels, Rice, Rice Cooker, Traditional, Temperature.

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 5 No 1 Tahun 2020 - 25


PENDAHULUAN Menurut data yang beredar di seluruh
dunia, nasi atau beras memiliki indek
Nasi putih mempunyai indeks glikemik yang beragam, tergantung pada
glikemik tinggi sebesar 73 ± 4 (Atkinson jenisnya dan cara pengolahannya (Methas,
et al., 2008) yang dapat menyebabkan 2014). Menurut Waspadji et al. (2003)
peningkatan respon glukosa darah dan perbedaan cara memasak dan mengolah
insulin (Leszczynski, 2004). Menurut bahan makanan akan menyebabkan
Rimbawan & Siagian (2004) kadar gula respon glukosa yang berbeda. Proses
dalam pangan memepengaruhi indeks pemasakan atau pemanasan akan
glikemik. Selain itu, suhu suatu makanan menyebabakan terjadinya proses
ketika dikonsumsi mempengaruhi respon gelatinisasi pada pati sehingga pati akan
glikemik dan pada akhirnya akan lebih mudah dicerna karena enzim
mempengaruhi hasil pengukuran indeks pencernaan pada usus mendapatkan
glikemik (Yolanda et al., 2015). tempat bekerja yang lebih luas
Penelitian Haryono (2011) menjelaskan (Rimbawan & Siagian, 2004)
bahwa nasi yang masih panas memiliki Kontrol glikemik penderita
kadar karbohidrat lebih tinggi diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh
dibandingkan dengan nasi dalam keadaan kepatuhan klien tentang anjuran diet DM,
dingin, sehingga indeks glikemik nasi meliputi jenis, jumlah dan waktu yang
dingin lebih rendah sehingga tidak tepat (Tarwoto, 2012). Makanan yang
menaikkan kadar gula darah dengan cepat. mempunyai indeks glikemik rendah dan
Nugraheni (2011) menjelaskan berkadar serat tinggi yang dapat diterima
dengan mengkonsumsi kadar karbohidrat penderita DM perlu diproduksi, karena
yang tinggi secara terus menerus akan terbukti dapat menurunkan kadar glukosa
berbahaya bagi penderita diabetes. Pola darah penderita DM (Post et al., 2012).
prevalensi diabetes telah mengalami Nilai indeks glikemik suatu pangan kaya
pergeseran. Prevalensi DM tipe 2 karbohidrat dapat menurun jika disajikan
meningkat seiring dengan peningkatan dingin. Hal ini terjadi karena pati yang
usia. Menurut World Health Organization telah terjadi karena pati yang yang telah
(WHO) memprediksi peningatan jumlah tergelatinisasi pada saat dimasak pada saat
peningkatan pasien DM di Idonesia dari 8, penyimpaan dingin mengalami proses
4 juta pada tahun 2000 dan akan menjadi retrogradasi yang menyeabkan struktur
21,3 juta pada tahun 2030 (PERKENI, pati menjadi bentuk susah dicerna (Ek et
2011). Menurut WHO Pada tahun 2015 al, 2012). Pemrosesan yang tepat
persentase orang dewasa dengan diabetes dilakukan untuk menurunkan kadar
adalah 8,5% 1 diantara 11 orang dewasa karbohidrat dan glukosa dalam nasi putih
menyandang diabetes) agar lebih aman dikonsumsi (Mukti et al.,
Menurut data dari WHO tahun 2018).
2009, 90% diabetes mellitus pada Berdasarkan uraian diatas penulis
penderita disebabkan pola hidup di ingin melakukan pengujian lebih lanjut
masyarakat yang cenderung tidak sehat, untuk melakukan studi komparasi kadar
seperti kurang olah raga dan pola makan glukosa pada nasi yang dimasak dengan
tidak sehat dengan konsumsi, lemak, metode rice cooker dan dengan metode
karbohidrat dan lainnya secara berlebih tradisional/kukusan pada berbagai suhu.
(Paulus, 2012). Beras merupakan sumber Tujuan penelitian ini adalah apakah ada
karbohidrat yang paling sering perbedaan kadar glukosa pada nasi
dikonsumsi oleh masyarakat (Budjianto setalah dimasak dengan metode rice
dan Yuliyanti, 2012). Nasi berasal dari cooker teflon, rice cooker stainless dan
beras putih. Diketahui dari 100 gram nasi dengan metode tradisional/kukusan pada
terdapat kandungan karbohidrat sebanyak berbagai suhu.
40,6% yang akan dirubah menjadi glukosa
dan akan meningkatkan gula darah dalam
tubuh secara cepat (Jauhariah, 2013).

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 5 No 1 Tahun 2020 - 26


BAHAN DAN METODE SAMPEL RATA-RATA
Penelitian ini merupakan studi KADAR
komparasi. Dalam penelitian ini, peneliti GLUKOSA (%)
membandingkan kadar glukosa pada nasi Suhu 30 19.4616
yang dimasak dengan metode rice cooker
teflon, dengan metode rice cooker stailess
dan metode tradisional/ kukusan dengan Tabel 2 Hasil Uji Rancangan Acak
berbagai suhu (panas, hangat, dingin). Kelompok
Penelitian dilakukan secara uji alamiah, Type III
peneliti mengumpulkan data dengan Sum of Mean
menggunakan instrumen yang bersifat Source Squares df Square Sig.
mengukur. Hasilnya dianalisis secara Corrected 1.583 a
10 .158 .000
statistik untuk mencari perbedaan diantar Model
variable-variabel yang diteliti. Sampel Intercept 288.125 1 288.125 .000
adalah nasi dengan berbagai suhu yaitu ulangan .015 2 .008 .704
suhu panas, hangat dan dingin yang metode .014 2 .007 .727
berasal dari beras jenis C4. Variable suhu .054 2 .027 .310
dalam penelitian ini adalah kadar glukosa metode * 1.500 4 .375 .000
nasi. Pengujian dilakukan menguji kadar suhu
kandungan glukosa pada nasi yang Error .345 16 .022
dimasak dengan 3 cara yang berbeda dan Total 290.053 27
masing-masing nasi yang dihasilkan dari Corrected 1.928 26
3 metode tersebut akan diuji dengan 3 Total
suhu yang berbeda yaitu suhu panas 700 c,
suhu hangat 420 c, suhu dingin 300 c. Berdasarkan tabel 2 diatas
Dengan Metode Asam Dinitrosalisilat, menunjukan bahwa nilai interaksi antara
metode spektrofotometri-Kolorimetri. metode memasak nasi dan suhu nasi
Panelitian ini dilakukan ulangan sebanyak p=0,000. Uji statistik menunjukan
tiga kali. uji statistik yang digunakan interaksi antara metode memasak nasi
dalam penelitian adalah uji rancangana dengan suhu nasi menunjukan hasil
acak kelompok. uji etik penelitian di signifikan yakni memiliki pengaruh yang
Fakultas Keperawatan Universitas berbeda nyata.
Airlangga Surabaya untuk mendapatkan
ethical clearance No 1276-KEPK. Tabel.3 Hasil Uji Post Hoc Kadar glukosa
Nasi dengan Berbagai Metode Memasak
HASIL Nasi
Tabel 1 Kadar Glukosa
Mean
SAMPEL RATA-RATA
Difference Std.
KADAR
(I) metode (J) metode (I-J) Error Sig.
GLUKOSA (%)
teflon stainless .0002 .06666 1.000
Rice cooker
kukusan -.0482 .06666 .753
stainless steel
stainless teflon -.0002 .06666 1.000
Suhu 70 16.8339
kukusan -.0484 .06666 .751
Suhu 42 30.9842
kukusan teflon .0482 .06666 .753
Suhu 30 33.3789
stainless .0484 .06666 .751
Rice cooker teflon
Suhu 70 31.5421
Suhu 42 22.9769 Berdasarkan tabel 3, setelah uji
Suhu 30 24.7253 RAK dengan hasil adanya perbedaan
Kukus nyata, selanjutnya dilakukan uji post hoc
Suhu 70 32.1122 dengan Tukey HSD, dimana pengujian
Suhu 42 31.9935 perbandingan jamak untuk rata-rata atau
lebih berbeda secara signifikan dalam

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 5 No 1 Tahun 2020 - 27


jumlah analisis varian dengan tingkat memasak. Artinya rata-rata kadar glukosa
kepercayaan 95%. Dengan membaca hasil nasi dengan berbagai metode memasak
signifikansi pada tabel hasil p seluruhnya tersebut tidak mempunyai perbedaan yang
lebih besar dari 0.05 sehingga signifikan. Dengan kata lain, rata-rata
disimpulkan kadar glukosa dengan kadar glukosa nasi memasak dengan
masing-masing metode memasak adalah menggunakan teflon, stainless stell dan
sama dan perbedaannya rata-rata kadar kukusan adalah sama. Kesimpulan secara
glukosa secara deskriptif tidaklah keseluruhan dalam riset eksperimen ini
signifikan. rata-rata kadar glukosa nasi dengan
berbagai metode memasak dan berbagai
Tabel 4 Hasil Uji Post Hoc Kadar suhu adalah sama.
glukosa Nasi dengan Berbagai Suhu Nasi
Mean Tabel 6 Homogeneus Subset Kadar
Differenc Glukosa Nasi Berbagai Suhu Nasi
(I) suhu (J) suhu e (I-J) Std. Error Sig. Subset
suhu 70 suhu 42 -.0824 .06666 .448 suhu N 1
suhu 30 .0217 .06666 .943 Tukey HSDa,b suhu 30 9 3.2248
suhu 42 suhu 70 .0824 .06666 .448 suhu 70 9 3.2465
suhu 30 .1041 .06666 .287 suhu 42 9 3.3288
suhu 30 suhu 70 -.0217 .06666 .943 Sig. .287
suhu 42 -.1041 .06666 .287
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat
Berdasarkan tabel 4 setelah uji menjelaskan kesamaan rata-rata dengan
RAK dengan hasil adanya bperbedaanya menggunakan output TUkey HSD. Tabel
nyata, selanjutnya dilakukan uji post hoc diatas menjelaskan di subsets 1 terdapat
dengan Tukey HSD, dimana pengujian data kadar glukosa nasi dari berbagai suhu
perbandingan jamak untuk rata-rata atau nasi. Artinya rata-rata kadar glukosa nasi
lebih berbeda secara signifikan dalam dengan berbagai suhu tersebut tidak
jumlah analisis varian dengan tingkat mempunyai perbedaan yang signifikan.
kepercayaan 95%. Dengan membaca hasil Dengan kata lai, rata-rata kadar glukosa
signifikansi pada tabel, hasil p seluruhnya nasi pada suhu 700 c, 420 c dan 300 c
lebih besar dari 0.05 sehingga adalah sama.
disimpulkan kadar glukosa dengan
masing-masing suhu nasi adalah sama dan PEMBAHASAN
perbedaannya rata-rata kadar glukosa Uji statistik menunjukan interaksi
secara deskriptif tidaklah signifikan. antara metode memasak nasi dengan suhu
nasi menunjukan hasil signifikan
Tabel 5 Homogeneus Subset Kadar (p=0.000) yakni memiliki pengaruh yang
Glukosa Nasi Berbagai Metode Memasak berbeda nyata. Peneliti berpedapat adanya
Nasi perbedaan kadar glukosa yang nyata
Subset dengan berbagai metode dan suhu yang
metode N 1 beragam disebabkan oleh proses
Tukey HSDa,b
stainless 9 3.2505 memasaknya yang dipengaruhi oleh suhu
teflon 9 3.2507 pemasakan dan proses perubahan
kukusan 9 3.2989 kandungan nasi selama proses memasak
Sig. .501 dan pemanasan. Suhu pemanasan dalam
proses pemasakan rice cooker Teflon,
stainless stell dan kukusan berbeda-beda.
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat
dijelaskan kesamaan rata-rata dengan Menurut Mahardika (2011) suhu dalam
menggunakan output Tukey HSD. Tabel rice cooker adalah sebesar 70 – 85 0 C.
diatas menjelaskan di subsets 1 terdapat Untuk memasak nasi dengan mengukus
data kadar glukosa nasi ketiga metode didapatkan panas yang bersumber dari

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 5 No 1 Tahun 2020 - 28


uap air yang mendidih (100 0 C) yang memengaruhi struktur pati ubi jalar, yaitu
keluar melalui lubang. proses retrogradasi pati yang
Berbagai bahan pangan yang menyebabkan ikatan hydrogen pada pati
memiliki jenis yang sama ketika diolah mengalami kristalisasi, sehingga terjadi
menggunakan cara atau media yang proses melambatnya penyerapan dan daya
berbeda akan dapat mempunyai indeks cerna pati pada tubuh yang
glikemik (IG) yang berbeda. Hal ini dapat mengakibatkan IG produk olahan
terjadi karena pengolahan dapat cenderung lebih rendah. Hal ini berarti
menyebabkan perubahan struktur dan makanan dengan suhu yang lebih rendah
komposisi kimia pangan (Septianinrum et berarti kadar karbohirat yang terkandung
al., 2016). Masing-masing komponen juga rendah sehingga kadar glukosapun
bahan pangan akan memberikan rendah.
kontribusi dan saling berpengaruh sinergis Berdasarkan penjelasan diatas
antara sifat bahan hingga menghasilkan peneliti berpendapat perbedaan nyata
respon glikemik tertentu (Widowati kadar glukosa pada hasil penelitian ini
2007). Salah satu faktor yang adalah karena adanya perbedaan suhu di
mempengaruhi IG adalah daya cerna pati. dalam proses pemasakan sehingga terjadi
Chung et al. (2006) melaporkan bahwa proses leaching, kemudian berbedanya
pati bahan pangan yang tergelatinisasi suhu ketika diuji menyebabkan terjadinya
sebagian memiliki daya cerna pati yang proses retrogradasi pati, sehingga
rendah pati yang tergelatinisasi sebagian interaksi berbagai metode dan suhu nasi
relatif lebih tahan terhadap hidrolisis menghasilkan perbedaan kadar glukosa
enzim sehingga nilai IG-nya cenderung nasi.
lebih rendah. Menurut Kurniawan et al Berdasarkan hasil uji post hoc
(2015) proses pemanasan dalam proses pada nasi dengan berbagai metode
memasak menjadikan kadar glukosa yang memasak disimpulkan kadar glukosa nasi
ada pada nasi menjadi berkurang. Proses dengan masing-masing metode memasak
pemanasan akan mengakibatkan rusaknya adalah sama dan perbedaannya rata-rata
molekul pati Proses pemanasan dengan kadar glukosa secara deskriptif tidaklah
suhu yang semakin tinggi akan mengubah signifikan. Peneliti berpendapat yang
bentuk pati menjadi pati yang tergelatinasi mempengaruhi kadar glukosa di dalam
sehingga granula pati yang rusak akan nasi adalah jenis beras akan, penggunaan
semakin banyak (Imanningsih, 2012). air dalam proses memasak dalam
Suhu yang semakin tinggi dapat memasak,
mengakibatkan pengembangan granula Permadhi (2016) menjelaskan
pati yang lebih membengkak lagi, terjadi media dalam memasak tidak memiliki
pelarutan fraksi amilosa rendah dan dampak terhadap zat gizi yang
selanjutnya terjadi pemecahan granula terkandung dalam beras. Jika memasak
pati dan kemudian tersebar merata. Dalam menggunakan rice cooker tapi
hal ini polimer akan terhidrolisis dan menggunakan beras yang pera atau
pecah sehingga akan menyebabkan masih keras maka kandungan glukosa
terjadinya kerusakan karbohidrat. tidak terlampau tinggi. Semakin lunak
Karbohidrat yang rusak akan nasi maka semakin tinggi kadar glukosa
mengakibatkan penurunan kadar yang terkandung. Oleh sebab itu karena
karborhidrat (Kurniawan et al., 2015). Hal jenis beras yang digunakan sebagai
ini sejalan dengan penelitian Mukti (2018) sampel dalam penelitian ini adalah
bahwa perlakuan pemanasan pada nasi sama maka tidak terdapat perbedaan
dapat membuat kadar karbohidrat dan kadar glukosa nasi yang signifikan dari
glukosa pada nasi menjadi berkurang. berbagai metode memasak yang
Penelitian oleh Bahado Singh, dilakukan.
Riley, Wheatley & Lowe (2011) dalam Faktor kedua adalah air didalam
Maulana (2012) menyatakan olahan ubi memasak. Mengolah nasi ada berbagai
jalar dalam keadaan dingin dapat metode. Metode pengolahan nasi dapat

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 5 No 1 Tahun 2020 - 29


memiliki dampak yaitu mengubah sifat Dalam penelitian ini peneliti
fisikokimia suatu bahan pangan seperti menggunakan metode spektrofotometri.
kadar lemak dan protein, daya cerna, serta Namun dalam hasil akhirnya bukan pula
ukuran pati maupun zat gizi lainnya (Arif menghasilkan kadar glukosa yang sama
et al., 2013). Ketika memasak terjadi persis di tiap pengujian sampelnya.
proses pemanasan. Pemanasan pati Kandungan pati di dalam beras
dengan air berlebihan mengakibatkan pati dipengaruhi mutu tanak dan mutu rasa
mengalami gelatinisasi dan perubahan dari beras. Pati dari beras yang kita
struktur. Pemanasan kembali dan konsumsi telah mengalami beberapa
pendinginan pati yang telah mengalami proses yang biasanya melibatkan
gelatinisasi juga mengubah struktur pati pemanasan lalu pendinginan. Selama
lebih lanjut yang mengarah pada proses pemanasan granula pati
terbentuknya kristal baru yang tidak larut, mengalami elatinisasi, kehilangan
berupa pati teretrogradasi, sehingga kristalinitas, dan kerusakan organisasi
menyebabkan terjadinya perubahan nilai struktur. Selama pendinginan, molekul
IG (Haliza et al., 2006). Namun dalam pati yang terpisah akan membentuk gel
proses memasak nasi untuk sampel, lalu ter-retrogradasi secara bertahap
peneliti meggunakan SOP yang telah di hingga menjadi kumpulan semi-kristalin
adopsi dari sumber acuan. Sehingga yang bentuknya berbeda dari pati
penggunaan jumlah air di dalam proses awalnya (Copeland et al., 2009).
memasak adalah seimbang, sehingga tidak Faktor-faktor yang telah
menghasilkan nasi yang lebih lunak atau dilaporkan mempengaruhi kecernaan pati
nasi yang keras, tapi menghasilkan nasi beras antara lain adalah kandungan
dengan tekstur yang sama dan hal inilah amilosa, panjang pendeknya rantai
yang mengakibatkan tidak ada perbedaan amilopektin, dan derajat polimerisasi (DP)
kadar glukosa nasi yang signifikan antara amilosa dan amilopektin. Semakin tinggi
nasi yang dimasak dengan rice cooker kandungan amilosa, maka semakin mudah
Teflon, stainless stell dan kukusan Uraian pati teretrogradasi Retrogradasi
diatas sejalan dengan penelitian Widyasari menurunkan kecernaan pati. Selain
et al. (2017) bahwa semakin lama proses kandungan amilosa, terdapat faktor lain
pemanasan dalam rice cooker maka kadar yang mempengaruhi kecernaan pati.
karbohidrat pada nasi putih semakin Beberapa faktor yang juga dapat
menurun, semakin lama nasi disimpan di mempengaruhi kecernaan pati yaitu tipe
rice cooker maka kandungan air akan granula pati, panjang pendeknya rantai
berkurang dan nasi akan menjadi lebih amilosa dan amilopektin (Zhu et al., 2011;
keras dan kering. Syahariza et al., 2013). Sampel pada
Pada hasil uji Post Hoc pada nasi penelitian berasal dari beras dengan jenis
yang diuji dengan berbagai suhu (300 C. yang sama, sehingga dapat dikatakan
420 C. 700 C) didapat kesimpulan bahwa bahwa tidak akan memiliki kadar amilosa
kadar glukosa nasi dengan masing-masing yang berbeda. Hal inilah yang
suhu adalah sama dan perbedaannya rata- memungkinkan menjadi faktor tidak ada
rata kadar glukosa secara deskriptif perbedaan yang signifikan kadar glukosa
tidaklah signifikan. Peneliti berpendapat nasi pada berbagai suhu nasi. Uraian ini
hal ini disebabkan karena dalam proses didukung oleh penelitian Luna et al.
pengujian di dalam persiapan sampel dan (2015) bahwa kandungan amilosa
preparasi sampel. Nasi yang telah dimsak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kemudian dipanaskan kembali sehingga retrogradasi pati. Nasi dengan kandungan
mencapai suhu yang diinginkan untuk amilosa tinggi mudah untuk mengalami
diuji selain itu suhu nasi yang lebih panas retrogradasi, sedangkan amilosa rendah
di dalam prosesnya sulit untuk lambat beretrogradasi
dipertahankan di dalam proses preparasi
sampel. Sehingga pada proses akhirnya
suhu nasi menjadi suhu yang lebih dingin.

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 5 No 1 Tahun 2020 - 30


KESIMPULAN Glycemic Load Values. The
Adanya perbedaan kadar glukosa American Journal of Clinical
yang nyata dengan berbagai metode dan Nutrition. 76(1): 5-56.
suhu yang beragam. Kadar glukosa nasi Haliza, W., Endang Y. P., dan S.Yuliani.
dengan masing-masing metode memasak (2006). Evaluasi kadar pati tahan
adalah sama dan perbedaannya rata-rata cerna tahan cerna dan nilai indeks
kadar glukosa secara deskriptif tidaklah glikemik mie singkong. J.Teknologi
signifikan. Kadar glukosa nasi dengan dan Industri Pangan. 4 (5):15-19
masing-masing suhu adalah sama dan Haryono, Marya., (2011). Kandungan
perbedaannya rata-rata kadar glukosa Nutrisi Nasi Putih Dilihat dari
secara deskriptif tidaklah signifikan. Bagi Proses Pengolahannya. Skripsi.
Peneliti Selanjutnya diharapkan data Bogor : Institut Pertanian Bogor.
dilakukan peneltian lanjutan dengan Imanningsih, N. (2012). Profil
menghindari kelemahan di dalam Gelatinisasi Beberapa Formulasi
penelitian dan selanjutnya dapat diujikan Tepung-Tepungan Untuk
dengan langsung menguji kadar glukosa Pendugaan Sifat Pemasakan.
darah manusia dengan mengkonsumsi Penelitian Gizi Makanan, Vol.35,
nasi yang di masak dengan berbagai No. 1, 13-22
metode dan berbagai suhu. Kurniawan, F., Hartini, S., Hastuti, D.
(2015). Pengaruh Pemanasan
REFERENSI Terhadap Kadar Pati Dan Gula
Reduksi pada Tepung Biji Nangka
Arif, A. B., Budiyanto, A., dan (Artocarpus Heterophyllus Lamk).
Hoerudin. (2013). Nilai Indeks Prosiding Seminar Nasional Sains
Glikemik Produk Pangan Dan dan Pendidikan Sains X. BI/KI/MA,
Faktor-Faktor Yang 1-10.
Memengaruhinya. J. Litbang Pert, Mahardika. (2011). Peningkatan Suhu
Vol. 32, No. 3, 91-99. DOI: Pada Rice Cooker Dihitung Dalam
10.21082/jp3.v32n3.2013.p91-99 48 Jam. Teknologi Listrik, Vol 1,
Budijanto, S., dan Yuliyanti. (2012). Studi 6-8.
Persiapan Tepung Maulana, B. (2012). Pengaruh Berbagai
Sorgum(Sorghum bicolor L. Pengolahan terhadap Indeks
Moench) dan Aplikasinya pada Glikemik Ubi Jalar (Ipomoea
Pembuatan Beras Analog. Jurnal batatas) Cilembu. Skripsi. Institut
Teknologi Pertanian Vol. 13(3): Pertanian Bogor. Bogor.
177-186. Methas, P. T. (2014). Perbedaan Pengaruh
Chung, H.J., H.S. Lim, and S.T. Lim. Pemberian Berbagai Menu
(2006). Effect of partial Makanan Berbahan Dasar Nasi
gelatinization and retrogradation on Terhadap Kadar Gula Darah.
the enzymatic digestion of waxy Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan
rice starch. J. Cereal Sci, Vol 43, Ilmu Kesehatan Universitas Islam
353359. Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Copeland Les, Jaroslav Blazek, ayfa Mukti, K. S. A., Rohmawati N.,
Salman, dan Mary Chiming Tang. Sulistiyani. (2012). Analisis
(2009). Form and Functionality of Kandungan Karbohidrat, Glukosa,
Starch. Food Hydrocolloids 23: Dan Uji Daya Terima Pada Nasi
1527–1534. Bakar, Nasi Panggang, Dan Nasi
Ek, K. L., Brand, M. J., Copeland, L. Biasa. Jurnal Agroteknologi ,Vol.
(2012). Glycemic Effect Potatoes. 12, No.01, 90-99.
Food Chemistry 133: 1230-1240. Nugraheni., (2011). Pengaruh Konsumsi
Foster-Powell, K., S. H. Hol , dan J. C. Karbohidrat Berlebih Pada Tubuh.
Brand-Miller . (2002). International Kimia Pangan. Vol 1. pp: 5-11.
Table Of Glycemic Index and

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 5 No 1 Tahun 2020 - 31


Paulus, H. (2012). Herbal Indonesia Waspadji, S., S. Suyono, K. Sukardji, dan
Berkhasiat Vol 10. Trubus R. Moenarko. (2003). .Indeks
Swadaya. Depok. Glikemik berbagai Makanan
PERKENI. (2011). Konsesus Pengelolaan Indonesia Hasil Penelitian. Balai
dan Pencegahan Dabetes Melitus Penerbit FKUI. Jakarta.
Tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia 2011. Widowati, S., Astawan, M., Muchtadi,
Diunduh dari www.perkeni.org. D.,Wesdiyati, T. (2007).
Permadhi. (2016). Dandang vs Magic Pemanfaatan Ekstrak Teh Hijau
Com (Camellia sinensis O.Kuntze)
http://www.harnas.co/2016/07/30/d dalam Pengembangan Beras
andang-vs-magic-com. DI akses Pratanak Fungsional. Prosiding
tanggal 8 Sept 2019 Seminar Nasional PATPI, 975-987.
Post, R.E., Mainous A.G., King D.E, dan Widhyasari, L. M., Putri, N. N. D. D.,
Simpson, K.N. (2012). Dietary Parwati, P. A. (2017). Penentuan
Fiber for the Treatment of Type 2 Kadar Karbohidrat Pada Nasi Putih
Diabetes Mellitus: A Meta- Dalam Proses Pemanasan Rice
Analysis. J Am Board Fam Med. Cooker Dengan Variasi Waktu.
25(1): 16-23. Bali medika jurnal, Vol. 4, No 2.
Rimbawan dan Siagian, A. (2004). Indeks World Health Organization (WHO).
Glikemik Pangan: Cara Mudah (2012). About Diabetes. Diunduh
Memilih Pangan yang dari
Menyehatkan. Penebar Swadaya: http://www.who.int/diabetes/action
Jakarta _online/basics/en/index3.htm.
Septianingrum,E., Liyanan., Kusbiantoro, Yolanda, V., Antono, L., Kurniati,
B. (2016). Review Indeks Glikemik A.,Wu., M. (2015). Pengaruh Suhu
Beras: Faktor-Faktor yang Penyajian Terhadap Respon Gula
Mempengaruhi dan Keterkaitannya darah 2 Jam dan Indeks Glikemik
terhadap Kesehatan Tubuh. Jurnal Mie Instan. 9th Asia Pacifik
kesehatan. 1(1):1-9. Conference on Clinical Nutrion,
Syahariza, Z.A., Sar, S., Hasjim, J., Kuala Lumpur-Malasya.
Tizzotti, M.J. dan Gilbert, R.G. Zhu, L.J., Liu, Q.Q., Wilson, J.D., Gu,
(2013). The importance of amylose M.M. dan Shi, Y.C. (2011).
and amylopectin fine structures for Digestibility and physicochemical
starch digestibility in cooked rice properties of rice (Oryza sativa L.)
grains. Food Chemistry, Vol. 136, flours and starches differing in
742-749. amylose content. Carbohydrate
Tarwoto. (2012). Keperawatan Medikal Polymers, Vol. 86, 1751- 1759.
Bedah. Gangguan Sitem Endokrin.
TIM. Jakarta.

Journal of Nursing Care & Biomolecular – Vol 5 No 1 Tahun 2020 - 32

Anda mungkin juga menyukai