Anda di halaman 1dari 6

J. Akademika Kim.

2(3): 160-165, August 2013


ISSN 2302-6030

PROFIL KINETIKA PERUBAHAN KADAR GLUKOSA PADA NASI


DALAM PEMANAS

Kinetic Profile Glucose Level Changes of Rice in the Rice Cooker

* Ukuwah Islamiyah, Siang Tandi Gonggo, dan Indarini Dwi Pursitasari


Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Received 15 July 2013, Revised 16 August 2013, Accepted 18 August 2013

Abstract
Rice cooker is used to keep rice warm and soft. During the warming process there is a change in
glucose level in rice. The kinetic profile of glucose level change of rice in rice cooker is important to be
done to determine an ideal time needed so that rice is suitable for consumption. The objective of this
study is to determine constant reaction rate, reaction order, reaction speed, and half time of glucose level
changes of rice in rice cooker. Method of this study is phenol-sulfuric acid, where modest sugar react
with phenol in concentrated sulfuric acid produce a stabil orange colour, by using uv-vis that is bsorbed
in 490 nm wavelength. The research’s result shows that there is a decreasing on glucose level in rice of
mbramo type that is 32.2 ppm to 5.8 ppm for 40 hours kept in rice cooker. The changesof glucose level
of rice in rice cooker following equation of one order reaction, with value of constant reaction speed
achieved is 3.8 x 10-2/hour, half time 18.2 hours and reaction speed 0.5 ppm/hour.
Keywords: Kinetics, glucose level, rice, rice cooker.

Pendahuluan
Nasi merupakan jenis makanan yang sedangkan pada pemanasan dengan selang
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat waktu 6 jam kualitas nasi menjadi rusak setelah
Indonesia. Cara membuatnya pun bermacam- 60 jam. Perubahan ini disebabkan oleh adanya
macam, baik secara tradisional maupun modern. aktivitas bakteri pada nasi. Selama proses
Secara tradisional, nasi putih dibuat dengan cara pemanasan juga dapat terjadi penurunan
merebus beras dengan air secukupnya hingga kadar glukosa pada nasi. Hal ini sesuai dengan
matang. Sedangkan secara modern, nasi dibuat penelitian yang dilakukan oleh Sofyan (2008),
dengan cara merebus beras dengan sejumlah air kandungan glukosa pada nasi menurun bila
menggunakan alat penanak sekaligus pemanas disimpan dalam pemanas hingga berhari-hari.
nasi. Hasil yang diperoleh sebelum penyimpanan
Penggunaan pemanas nasi merupakan kadar glukosa nasi dari beras merah adalah
pilihan untuk mempertahankan nasi tetap 23,31 ppm dan nasi dari beras putih 29,54
panas dan menjaga nasi tetap lunak. Akan ppm. Kadar glukosa pada nasi dari beras merah
tetapi, penyimpanan nasi dalam pemanas maupun beras putih selama penyimpanan 0
dapat menurunkan kualitas nasi. Penurunan sampai 84 jam dalam pemanas mengalami
kualitas nasi ditandai dengan warna nasi penurunan mulai dari 23,31 ppm sampai 6,74
menjadi kekuningan, nasi menjadi tengik dan ppm untuk nasi beras merah dan 29,54 ppm
rasa nasi berubah (Sholihin, dkk. 2010). Hasil sampai 5,44 ppm untuk nasi dari beras putih.
penelitian Suprayogi (dalam Sari, dkk., 2012) Glukosa merupakan monosakarida
menunjukkan bahwa pada pemanasan secara yang terpenting sebagai sumber tenaga bagi
terus-menerus dengan selang waktu 12 jam, manusia (Yuniwati, dkk. 2011). Semua jenis
kualitas nasi menjadi rusak setelah 36 jam, karbohidrat baik monosakarida, disakarida
*Correpondence:
maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh
U. Islamiyah manusia akan terkonversi menjadi glukosa
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan dalam hati. Glukosa juga berperan sebagai
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako salah satu molekul utama bagi pembentukan
email: miyah.cliquers@gmail.com energi dalam tubuh. Berdasarkan hal di atas
Published by Universitas Tadulako 2013

160
Ukuwah Islamiyah Profil Kinetika Perubahan Kadar Glukosa Pada Nasi................

ternyata konsumsi glukosa sangat penting Centrifuge), peralatan gelas lainnya, lumpan
bagi tubuh. Namun kandungan glukosa ini dan alu, kertas saring, water bath dan pemanas
dapat mengalami perubahan selama proses nasi (kirin).
penyimpanan (Sofyan, 2008). Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan glukosa nasi Bahan
selama penyimpanan yaitu, waktu penyimpanan Bahan-bahan yang digunakan dalam
yang lama, dan suhu penyimpanan yang tinggi penelitian ini adalah: Beras putih (beras
(Sari, dkk., 2012). mbramo), H2SO4 pekat (17,8 M), fenol,
Penyimpanan nasi dalam pemanas dilakukan glukosa yang diperoleh dari Merck (Darmstadt,
dengan tujuan untuk mengawetkan nasi Germany) dan aquades.
dengan cara pemberian panas. Panas digunakan
untuk menaikkan suhu pangan dan berperan Prosedur Penelitian
dalam merangsang suatu reaksi kimia, misalnya Pembuatan kurva standar dilakukan dengan
pembunuh mikroba dan inaktivasi enzim. cara mengambil 2 mL larutan glukosa standar
Oleh karena itu, pemanasan dikenal sebagai (10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50
salah satu metode pengawetan bahan pangan. ppm) memasukkannya dalam tabung reaksi,
Akan tetapi pemberian panas dalam waktu menambahkan 1 mL larutan fenol 5%, dikocok,
yang lama dapat mengakibatkan menurunnya kemudian ditambahkan 5 mL asam sulfat
mutu bahan pangan seperti kandungan glukosa pekat, didiamkan selama 10 menit, dikocok,
(Anugrahwati, 2005). ditempatkan dalam penangas air selama 15
Pendekatan model kinetika terhadap menit pada suhu 40oC, lalu ditempatkan dalam
bahan pangan yang dipanaskan sangat kuvet yang telah dimatchingkan. Diukur
diperlukan dalam mendesain suatu proses absorbannya pada panjang gelombang 490 nm
guna mendapatkan produk yang aman dengan dan dibuat kurva standarnya.
retensi mutu yang maksimum. Teori kinetika Penetapan kadar glukosa pada nasi dapat
merupakan dasar untuk menjelaskan kecepatan ditentukan melalui metode fenol-asam sulfat
berbagai proses dan perubahan yang terjadi (Kusmiati, dkk. 2007). Sebanyak 1 Liter
selama penyimpanan makanan. Penggunaan beras mbramo dimasak secara langsung dalam
kinetika dalam bidang pangan pada dasarnya pemanas. 10 gram nasi, dimasukkan dalam
merupakan penerapan prinsip kinetika yang gelas kimia 250 mL, ditambahkan 100 mL
digunakan dalam reaksi kimia. Kinetika aquades, diaduk selama 30 menit. Larutan
kimia merupakan suatu telaah mengenai laju yang dihasilkan disaring dan diambil filtratnya.
reaksi kimia dan perubahannya pada berbagai Filtrat disentrifugasi selama 15 menit dengan
kondisi. Kinetika kimia juga berkaitan kecepatan 3000 rpm. Filtrat hasil dekantasi
dengan perubahan suatu sifat kimia dalam dipipet sebanyak 1 mL lalu dimasukkan dalam
suatu waktu, misalnya kecepatan reaksi yang labu ukur 250 mL, ditambahkan aquades
dapat diartikan sebagai kecepatan kerusakan hingga tanda batas, dan dikocok selama 2
komponen pangan karena proses pemanasan menit. Larutan di atas diambil 2 mL kemudian
(Anugrahwati, 2005). Kinetika kimia dimasukkan kedalam tabung, ditambahkan
menjelaskan bagaimana perbedaan kondisi dengan 1 mL larutan fenol 5%, dan dikocok.
eksperimen dapat mempengaruhi kecepatan Campuran tersebut ditambah 5 mL asam sulfat
reaksi dan hasil mekanisme reaksi (Khadom, pekat, didiamkan selama 10 menit, dikocok,
dkk., 2010). ditempatkan dalam penangas air selama 15
Profil kinetika perubahan kadar glukosa menit pada suhu 40oC, lalu ditempatkan dalam
pada nasi dalam pemanas penting dilakukan kuvet yang telah dimatchingkan. Diukur
untuk menentukan waktu ideal yang absorbannya pada panjang gelombang 490 nm.
dibutuhkan sehingga nasi tersebut masih layak Kadar glukosa ditentukan dengan menggunakan
untuk dikonsumsi. Profil kinetika tersebut persamaan regresi linear. Perlakuan ini diulangi
menunjukkan, konstanta laju reaksi, orde dengan variasi lama penyimpanan 4, 8, 12, 16,
reaksi, kecepatan reaksi, dan waktu paruh. 20 24, 28, 32, 36, 40 jam.

Metode Hasil dan Pembahasan


Alat Kadar Glukosa Pada Nasi
Peralatan yang digunakan pada penelitian Pengukuran kadar glukosa nasi pada
ini adalah: spektrofotometri UV-VIS (Spectro penelitian ini menggunakan metode phenol-
uv-vis RS spectrophotometer), neraca digital sulphuric acid (Kusmiati, dkk. 2007). Prinnsip
(ARC 120), alat sentrifugasi (HC-16 D Digital dari metode ini adalah gula sederhana,

161
Volume 2, No. 3, 2013: 160-165 Jurnal Akademika Kimia

oligosakarida, polisakarida dan turunannya Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa


dapat bereaksi dengan fenol dalam asam sulfat pada Nasi Selama Pemanasan
pekat menghasilkan warna oranye yang stabil. Lama pemanasan Kadar glukosa (ppm)
Berdasarkan penggunaan metode di atas, (jam)
pertama-tama 10 gram nasi dihaluskan dan
dilakukan hidrolisis untuk mengubah selulosa 0 32,265
menjadi glukosa (Gusmarwani, dkk. 2010). 4 28,840
Hidrolisis adalah suatu proses antara reaktan 8 24,831
dengan air agar suatu senyawa pecah atau 12 20,893
terurai (Dewati, dkk. 2009). Semakin efektif 16 18,967
hidrolisis, maka akan semakin banyak glukosa 20 14,791
yang dihasilkan (Arianie dan Idiawati, 2010). 24 12,023
Berikut ini reaksi hidrolisis pati membentuk 28 10,116
glukosa (Mastuti dan Setyawardhani, 2010) 32 8,414
36 6,998
(C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6) 40 5,821
Sampel yang diperoleh disaring dan menjadi karbondioksida dan air. Selain itu suhu
didekantasi untuk mendapatkan filtrat yang pada pemanas yang cukup tinggi yaitu 71,50C
bening. Filtrat kemudian ditambahkan dengan menyebabkan rusaknya senyawa-senyawa yang
fenol dan asam sulfat pekat. Penambahan terdapat pada nasi (Sholihin, 2010).
fenol dan asam sulfat pekat bertujuan Nasi dari beras mbramo yang mengalami
untuk membentuk kompleks warna pada penurunan kadar glukosa 5,821 ppm pada
sampel sehingga dapat dideteksi dengan 40 jam masih dapat dikonsumsi, karena bila
spektrofotometri UV-VIS. Penambahan asam glukosa yang berasal dari karbohidrat (nasi)
sulfat pekat akan menghasilkan senyawa kurang atau tidak ada, maka asam amino
hidroksi metal furfural berwarna oranye yang dan gliserol dari lemak dapat diubah menjadi
menyerap pada panjang gelombang 490 nm. glukosa untuk keperluan energi otak dan
Berikut ini mekanisme reaksi pembentukan sistem saraf pusat. Belum adanya ketentuan
hidroksi metal furfural. pasti tentang kebutuhan glukosa perhari untuk
Reaksi dehidrasi glukosa menjadi hidroksi manusia, sehingga WHO (1990) menganjurkan
metil furfural (Andaka, 2010) adalah: agar 55-57% konsumsi energi total berasal dari
karbohidrat kompleks dan hanya 10% berasal
dari gula sederhana untuk menjaga kesehatan
[H2SO4] (Almatsier, 2005).

Penentuan Profil Kinetika


Kinetika adalah ilmu yang mempelajari laju
reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Dedy, dkk., 2011). Laju berlangsungnya proses
Glukosa Hidroksi Metil furfural kimia dan energi-energi yang bertalian dengan
proses ini secara mekanisme reaksi kimia
Kadar glukosa pada nasi dalam pemanas dipelajari dalam kinetika reaksi (Edahwati,
ditntukan berdasarkan persamaan regresi linear 2007). Kinetika reaksi menjelaskan bagaimana
y= a+ bx, dan diperoleh data yang disajikan reaksi itu terjadi dan kecepatan terjadinya
pada Tabel 1. reaksi. Kinetika reaksi kimia ditentukan
Tabel 1 menunjukkan kadar glukosa berdasarkan reaksi yang terjadi pada tingkat
nasi mengalami penurunan seiring lamanya atau orde tertentu sehingga diperoleh suatu
waktu penyimpanan dalam pemanas. Glukosa harga konstanta kecepatan reaksi (Dewati,
merupakan salah satu karbohidrat terpenting 2010).
dalam nasi yang digunakan sebagai sumber Hasil pengujian kinetika merupakan suatu
tenaga bagi tubuh manusia. Penurunan kadar fungsi kenaikan atau penurunan jumlah
glukosa nasi dari beras mbramo pada 0 jam kuantitas hasil pengujian pada kondisi dan
hingga 40 jam adalah 32,265 ppm menjadi waktu tertentu (Anandito, dkk. 2010). Untuk
5,821 ppm. Hal ini terjadi karena selama menentukan profil kinetika perubahan kadar
penyimpanan nasi, terjadi proses oksidasi glukosa pada nasi dalam pemanas dapat
glukosa. Selama proses oksidasi, glukosa diubah dilakukan dengan menggunakan metode

162
Ukuwah Islamiyah Profil Kinetika Perubahan Kadar Glukosa Pada Nasi................

integral. Metode integral merupakan suatu cara Berdasarkan Gambar 1, Gambar 2, dan
untuk memperkirakan persamaan reaksi dengan Gambar 3, grafik yang terbentuk dari masing-
menggunakan integral dan membandingkan masing pengujian orde, dapat ditentukan
perkiraan grafik dengan data yang diperoleh bahwa grafik orde satu, mendekati bentuk grafik
dari percobaan (Indra dan Retno, 2010) sesuai dengan literature. Selain itu nilai regresi
Penentuan Orde Reaksi Secara Grafik (r) untuk orde nol sebesar -0,983 (Gambar
Untuk mencari orde reaksi secara grafik 1), nilai r untuk orde satu sebesar -0,998
maka dibuat sebuah grafik dengan masing- (Gambar 2), nilai r untuk orde dua sebesar
masing orde diplotkan terhadap waktu yaitu : 0,970 (Gambar 3). Berdasarkan nilai refresi
1. Untuk reaksi orde nol (n = 0) dibuat grafik (r), orde nol memberikan hubungan yang lebih
hubungan konsentrasi terhadap waktu linier (r = -0,998 mendekat -1). Sehingga dapat
diplotkan [A] terhadap waktu (t) maka disimpulkan bahwa orde reaksi perubahan
diperoleh garis lurus dengan k sebagai slope. kadar glukosa pada nasi dalam pemanas
mengikuti persamaan orde satu. Nilai regresi
ini menyatakan terjadi hubungan terbalik
antara kedua variabel. Artinya kenaikan suatu
variabel dalam hal ini waktu, akan dibarengi
dengan penurunan variabel lainnya yaitu kadar
glukosa.
Pengujian kinetika bahan pangan juga
mengikuti persamaan orde satu, seperti:
perubaha karateristik mutu dan analisis kinetika
selama penyimpanan puree mangga (Mangiera
indica L.) (Anugrahwati, 2005), hidrolisis pati
Gambar 1. Grafik Hubungan [A] ppm terhadap pisang tanduk dengan katalisator asam klorida
waktu (jam) (Yuniwati, dkk., 2011), kinetika reaksi oksidasi
asam miristat, stearat, dan oleat dalam medium
2. Untuk reaksi orde satu (n = 1) diplotkan ln minyak kelapa, minyak kelapa sawit, serta
[A] terhadap waktu (t), diperoleh garis lurus tanpa medium (Desnelli & Fanani, 2009).
dengan k sebagai slope.
Penentuan nilai k berdasarkan persamaan
reaksi orde satu
Tabel 2. Harga konstanta laju penurunan kadar
glukosa pada nasi dalam pemanas berdasarkan
persamaan reaksi orde satu
Waktu (jam) k ( /jam )
4 2,806 x 10-2
8 3,274 x 10-2
12 3,607 x 10-2
16 3,347 x 10-2
Gambar 2. Grafik hubungan ln [A] ppm 20 3,899 x 10-2
terhadap waktu (jam) 24 4,146 x 10-2
3. Untuk reaksi orde dua (n = 2) 1/[A] terhadap 28 4,176 x 10-2
waktu ,diperoleh garis lurus dengan k sebagai 32 4,167 x 10-2
slope. 36 4,279 x 10-2
40 4,281 x 10-2

Nilai k rata-rata = 3.8 x 10-2/jam


Tabel 2. menyatakan lama pemanasan
menyebabkan penurunan kadar glukosa
pada nasi dari beras mbaro berlangsung lebih
cepat, hal ini dapat dilihat dari besarnya harga
konstanta laju reaksi yang meningkat mengikuti
lamanya pemanasan. Nilai k rata-rata yang
Gambar 3. Grafik hubungan 1/[A] ppm diperoleh tidak berbeda jauh dengan nilai k
terhadap waktu (jam) berdasarkan grafik pada Gambar 2. Yaitu slope

163
Volume 2, No. 3, 2013: 160-165 Jurnal Akademika Kimia

= -k, diperoleh nilai k grafik adalah 4,5 x 10-2/ Ucapan Terima Kasih
jam . Jika suatu reaksi terjadi pada orde satu, Penulis menggucapkan terimakasih kepada
artinya hanya satu reaktan yang terlibat dalam Irwan, Sitti Nadira, Sirhan, Agustiawan Amad
reaksi yaitu glukosa. Salim, Kasmir, dan Zaenal Abidin, yang telah
mendampinggi penulis selama melaksanakan
Penentuan Waktu Paruh ( t1/2 ) Berdasarkan penelitian ini.
Persamaan Orde Satu
Persamaan waktu paruh orde satu t1/2
= , berdasarkan perhitungan, diperoleh Referensi
nilai t1/2 adalah 18,2 jam. Artinya glukosa dalam
nasi telah mengalami perubahan menjadi Almatsier, S. (2005). Prinsip dasar ilmu gizi.
karbondioksida dan air hingga setengahnya Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
ketika disimpan dalam pemanas selama 18,2
jam. Anandito, R. B. K., Basito, & Handayani,
Penentuan Kecepatan Reaksi H. T. (2010). Kinetika penurunan kadar
Kecepatan reaksi dinyatakan sebagai vanilin selama penyimpanan polong panili
perubahan konsentrasi zat pereaksi atau pering pada berbagai kemasan plastik.
produk reaksi setiap satuan waktu. Persamaan AGROINTEK, 4(2), 146-150.
kecepatan reaksi orde satu v = k [A], disajikan
pada Tabel 3. Andaka, G. (2010). Hidrolisis ampas tebu
menjadi furfural dengan katalisator asam
Tabel 3. Penentuan nilai kecepatan reaksi (v) sulfat. Jurnal Teknologi, 4(2), 180-188.
terhadap lama pemanasan
Lama pemanasan (jam) v (ppm/jam) Anugrahwati, Y. (2005). Perubahan karakteristik
4 0,809 mutu dan analisis kinetika selama
8 0,813 penyimpanan puree mangga (Mangifera
14 0,754 Indika L). (Tesis tidak diterbitkan). Program
16 0,635 Studi ilmu pangan institut pertanian bogor,
20 0,577 Bogor.
24 0,498
28 0,422 Arianie, L., & Idiawati, N. (2010). Penentuan
32 0,351 lignin dan Kadar Glukosa dalam Hidrolisis
36 0,299 Organosolv dan Hidrolisis Asam. Jurnal
40 0,249 Sains Dan Terapan Kimia, 5(2), 140-150.

Dedy, S., Gunawan, R. E., & Basri, M. (2011).


Nilai v rata-rata = 0,5 ppm/jam Enzyme–catalysed synthesis of palm-based
Sehingga dapat dikatakan bahwa kecepatan waxn esters-a kinetic study. Jurnal Natur
reaksi penurunan kadar glukosa pada nasi Indonesia, 14(1), 37-41.
dalam pemanas adalah 0,5 ppm/jam. Artinya
setiap satu jam, kadar glukosa pada nasi dalam Desnelli., & Fanani, Z. (2009). Kinetika reaksi
pemanas mengalami penurunan sebesar 0,5 oksidasi asam miristat, stearat, dan oleat
ppm. Pada reaksi yang berorde satu berlaku dalam medium minyak kelapa, minyak
ketentuan kenaikan nilai konsentrasi sebanding kelapa sawit, serta Tanpa medium. Jurnal
dengan kenaikan harga kecepatan (Prayitno, Penelitian Sains, 12(1), 1-6.
2007).
Dewati, R. (2010). Kinetika reaksi pembuatan
asam oksalat dari sabut siwalan dengan
Kesimpulan oksidator H2O2. Jurnal Penelitian Ilmu
Berdasarkan hasil analisis data yang telah Teknik, 10(1), 29-37.
dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
profil kinetika perubahan kadar glukosa pada Edahwati, L. (2007). Kinetika reaksi pembuatan
nasi dalam pemanas mengikuti persamaan NaOH dari soda ASH dan Ca(OH)2. Jurnal
reaksi orde satu, dengan harga konstanta laju Penelitian Ilmu Teknik, 7(2), 55-63.
reaksi diperoleh 3,8 x 10-2/jam, waktu paruh
18,2 jam, dan kecepatan reaksi 0,5 ppm/jam. Gusmarwani, R., Budi, M. S. P., Sediawan,

164
Ukuwah Islamiyah Profil Kinetika Perubahan Kadar Glukosa Pada Nasi................

B., & Hidayat, M. (2010). Pengaruh 27.


perbandingan berat padatan dan waktu
reaksi terhadap gula pereduksi terbentuk Prayitno. (2007). Kajian kinetika kimia model
pada hidrolisis bonggol pisang. Jurnal matematik reduksi kadmium melalui laju
Teknik Kimia Indonesia, 9(3), 77-82. reaksi, konstanta dan orde reaksi dalam
proses elektrokimia. GANENDRA, 10(1),
Indra , B. K., & Retno, D. (2010). Kinetika 27-34.
reaksi hidrolisa pati dari kulit nangka dengan
katalisator asam klorida menggunakan tangki Sari, D., Sirajuddin, S., & Hendrayati. (2012).
berpengaduk. Makalah Seminar Nasional Pengaruh lama pemanasan dalam rice cooker
Teknik Kimia Soebardjo Brotohardjono, 1-9. terhadap kandungan zat besi (Fe) dan total
mikroba nasi putih. Artikel Penelitian Media
Khadom, A. A., Wael, R. K., & Yaro, A. S. Gizi Masyarakat Indonesia, 2(1), 22-26.
(2010). Reaction kinetics of corrotion
of mild steel in phosphoric acid. Jurnal Sholihin, H., Permanasari, A., & Haq, I. G.
of University of Chemical Technology And (2010). Efektivitas penggunaan sari buah
Metallurgy, 45(4), 443-448. jeruk nipis terhadap ketahanan nasi. Jurnal
Sains dan Teknologi Kimia, 1(1), 44-58.
Kusmiati, Nuswantara, S., Tamat, S. R.
& Isnaini, N. (2007). Produksi dan Sofyan, (2008). Perubahan kadar glukosa pada
penetapan kadar b-Glukan dari tiga nasi beras merah dan nasi beras putih selama
galur saccharomyces cerevisiae dalam penyimpanan dalam pemanas. (Skripsi tidak
media mengandung molase. Jurnal Ilmu diterbitkan). Fakultas Keguruan dan Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 5(1), 7-16. Pendidikan Universitas Tadulako, Palu.

Mastuti, E., & Setyawardhani, E. M. (2010). Yuniwati, M., Ismiyati, D., & Kurniasih, R.
Pengaruh variasi temperatur dan konsentrasi (2011). Kinetika reaksi hidrolisis pati pisang
katalis pada kinetika reaksi hidrolisis tepung tanduk dengan katalisator asam chlorida.
kulit ketela pohon. Equilibrium, 9(1), 23- Jurnal Teknologi, 4(2), 107-112.

165

Anda mungkin juga menyukai