Anda di halaman 1dari 5

Inovasi Teknik Kimia. Vol. 5, No.

2, Oktober 2020, Hal 105-109 ISSN 2527-614X, e-ISSN 2541-5891

MODIFIKASI TEPUNG SUKUN (Artocarpus altilis) MENGGUNAKAN METODE HEAT


MOISTURE TREATMENT (HMT) DENGAN VARIABEL SUHU DAN LAMA WAKTU
PERLAKUAN

Agustiani, Indah Riwayati* dan Farikha Maharani


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim
Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang 50326
*
Email: indahriwayati@unwahas.ac.id

Abstrak
Penggunaan tepung terigu di Indonesia semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan akan
tepung terigu melalui import karena Indonesia tidak dapat menghasilkan produk tersebut.
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan tepung terigu adalah melalui pemanfaatan
produk lokal seperti buah sukun. Tepung dari buah sukun memiliki kekurangan yaitu warna
tepung yang cokelat serta daya mengembang yang kurang baik. Oleh karena itu, diperlukan
modifikasi terhadap karakteristik tepung tersebut. Salah satu metode untuk modifikasi yaitu
dengan Heat Moisture Treatment (HMT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
modifikasi HMT terhadap karakteristik sifat swelling power dan solubility tepung sukun.
Tepung sukun modifikasi HMT dibuat dengan variabel suhu 80, 100 dan 120°C serta dengan
lama waktu 1, 2, 3, 4 dan 5 jam. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu pembuatan tepung
sukun dan modifikasi tepung sukun dengan menggunakan HMT. Penelitian ini mengamati
karakteristik tepung sukun yaitu sifat fungsional meliputi swelling power dan solubility.
Penelitian ini menunjukan hasil terbaik yaitu pada sampel 7 dengan nilai swelling power 2,330
(g/g)dan solubility 38%. Kenaikan suhu dan lama pengeringan mempengaruhi swelling power,
solubility dan analisa proksimat. Semakin tinggi suhu dan lama waktu perlakuan
mengakibatkan kenaikan swelling power dan solubility.

Kata Kunci: HMT, Lama Pengeringan dan Suhu, Tepung Sukun

1. PENDAHULUAN dipetik (Saepudin dkk., 2017). Oleh karena itu


Konsumsi tepung terigu secara nasional diperlukan suatu proses pengolahan yang dapat
terus meningkat. Data Asosiasi Produsen memperpanjang umur simpan dengan cara
Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) dibuat menjadi tepung.
menunjukkan, konsumsi terigu pada Januari Tepung merupakan produk setengah jadi
2018 mencapai 6,2 juta ton, naik 5,44% yang dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai
dibandingkan dengan periode yang sama tahun jenis makanan. Berbagai penelitian telah
2012 yang sebesar 376.565 ton (Handoyo, dilakukan sebelumnya untuk membuat
2013). beberapa jenis makanan dengan bahan dari
Upaya untuk mengurangi penggunaan tepung buah sukun diantaranya kue perut punai
tepung terigu, dapat dilakukan dengan (Merdian dan Moulina, 2018), mie kering
mengembangkan tepung dari produk lokal. (Nurcahyo dkk., 2014), egg roll (Hafidha dan
Penggunaan tepung dari produk local telah Ismawati, 2018), chip/makanan ringan untuk
dilakukan (Sukandar dkk., 2014) salah satunya ibu hamil (Yana dkk., 2019), roti manis
menggunakan tepung sukun (Artocarpus (Novitasari, 2017).
communis) sebagai bahan baku pembuatan Sifat kelarutan (solubility) pati buah sukun
cookies bagi anak penderita autis. Tepung cukup baik yaitu sebesar 55,7 gr/100 gr.
sukun dapat dicetak menyerupai beras Sementara itu sifat daya kembang (swelling
menggunakan ekstruder. power ) yang kurang baik yaitu sebesar 1,55
Buah sukun mempunyai kandungan gizi gr/gr, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk
yang cukup tinggi (68% pati, 4% protein, 1% membuat makanan yang membutuhkan daya
lemak pada basis kering). Buah ini juga kembang baik seperti cake dan roti (Adebowale
mengandung fosfor yang cukup tinggi. Fosfor dkk., 2005). Oleh karena itu dibutuhkan suatu
merupakan bahan esensial yang digunakan proses modifikasi untuk meningkatkan nilai
untuk pembentukan komponen sel. Kekurangan sifat karakteristik tersebut. Modifikasi tepung
buah ini adalah tidak dapat disimpan dalam sukun dapat dilakukan dengan berbagai jenis
waktu yang lama karena cepat busuk setelah metode. Beberapa metode yang telah dilakukan
adalah dengan oksidasi menggunakan hydrogen

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 105


MODIFIKASI TEPUNG SUKUN (Artocarpus altilis)… (Riwayati, dkk)

peroksida (Budiyati dkk., 2016), fermentasi dengan oven. Sukun yang telah kering,
dengan Lactobacillus plantarum (Ranu, 2016), dilakukan penggilingan kemudian pengayakan
annealing (Putri dan Zubaidah, 2015), dengan ayakan 80 mesh.
perendaman asam asetat (Mutmainah dkk.,
2013). Modifikasi HMT
Heat Moisture Treatment (HMT) adalah Perlakuan HMT dengan cara penambahan
jenis modifikasi tepung dengan memberikan air pada tepung dengan cara penyemprotan
sejumlah panas pada tepung agar tercapai sampai kadar air mencapai 28%. Kadar air
karakteristik tepung yang diinginkan. dihitung dengan metode kesetimbangan massa
Modifikasi fisik dengan metode heat (Adebowale dkk., 2005). Kemudian tepung
moisture treatment di klasifikasikan sebagai dibungkus dengan alumunium foil dan
proses hidrotermal dengan proses pemanasan disimpan dalam refrigerator pada suhu 4-50C
granula pati di atas temperatur glass transisinya selama 24 jam untuk penyeragaman kadar air.
(Tg) selama waktu tertentu (1 – 24 jam) di Setelah itu, tepung yang masih terbungkus
bawah kondisi kadar air relative rendah (kurang alumunium foil dipanaskan dalam oven dengan
dari 35%) dan menggunakan temperatur proses variabel suhu 80, 100 dan 1200C dan lama
yang tinggi (80-140oC). Perlakuan ini waktu perlakuan 1,2,3,4 dan 5 jam. Tepung
mengubah struktur granula pati pada kondisi yang telah diberi perlakuan pemanasan
yang terkontrol dari temperatur dan kadar air selanjutnya dibuka untuk dikeringkan dalam
sehingga memberikan perubahan pada sifat dan tray dryer pada suhu 50ºC selama 4 jam.
karakteristik fisik dari pati (BeMiller dan Tepung yang telah dikeringkan selanjutnya
Huber, 2015). digiling untuk memperkecil ukuran dan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang memudahkan proses pengayakan sehingga
dilakukan oleh Fetriyuna dkk., (2016) dapat didapatkan tepung dengan ukuran yang
disimpulkan bahwa lama modifikasi HMT seragam 80 mesh. Proses penggilingan
memberikan perubahan yang beragam terhadap dilakukan dengan menggunakan grinder.
sifat fungsional pati Talas Banten termodifikasi Setelah itu tepung di analisa kelarutan dan
HMT. Pati Talas Banten termodifikasi HMT swelling powernya.
mengalami penurunan nilai swelling volume
dan peningkatan kelarutan. Sedangkan pada Analisa swelling power dan solubility
tepung singkong perlakuan ini menghasilkan Sebanyak 0,1 g tepung dicampur 10 ml
kenaikan swelling power dan penurunan akuades dalam tabung sentrifuse 45 ml, diaduk.
kelarutan (Dudu dkk., 2019). Tujuan penelitian Kemudian diletakkan pada waterbath dengan
ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan suhu 85C selama 30 menit, dengan
lama perlakuan panas pada modifikasi HMT pengadukan kontinu selama 10 detik setelah 5,
terhadap karakterstik sifat kelarutan dan 15 dan 25 menit. Kemudian sampel didinginkan
swelling power tepung sukun. pada suhu ruang lalu disentrifugasi dengan
kecepatan 2000 rpm selama 30 menit,
2. METODOLOGI supernatant dan residu dipisahkan. Supernatan
2.1. Bahan dan Alat diletakkan dalam cawan porselen, kemudian di
2.1.1. Bahan Penelitian oven pada suhu 105C sampai berat konstan,
Bahan-bahan yang digunakan dalam lalu ditimbang. Residu di dalam tabung
penelitian ini adalah Sukun, Natrium ditimbang (Senanayake dkk., 2013).
Metabisulfit, Akuades.
2.1.2. Peralatan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi Pisau, Baskom, Ayakan 80 mesh,
Loyang, Alumunium foil, Oven.
2.1.3. Prosedur penelitian
Pembuatan tepung sukun
Sukun dikupas kulitnya dan dilakukan
pencucian. Kemudian diiris menjadi lembaran-
lembaran kecil. Irisan sukun direndam dalam
larutan natrium metabisulfit 2 gr/liter selama 15
menit. Selanjutnya dilakukan pengeringan

106
Inovasi Teknik Kimia. Vol. 5, No.2, Oktober 2020, Hal 105-109 ISSN 2527-614X, e-ISSN 2541-5891

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh suhu dan lama pengeringan


Pengaruh suhu dan lama pengeringan terhadap solubility
terhadap swelling power Berdasarkan Gambar 2 diatas dapat dilihat
bahwa semakin tinggi suhu dan lama
Swelling Power (g/g) 2,5 pengeringan membuat solubility meningkat.
2 Semakin tinggi kelarutan (solubility), maka
1,5 semakin tinggi pula kemampuan tepung larut di
1 dalam air. Semakin mudah larut di dalam air,
80
0,5 maka akan semakin mudah untuk dicerna. Hal
100 tersebut membuat lambung akan lebih cepat
0
1 2 3 4 5 120 kosong dan menyebabkan rasa lapar lebih
cepat. Sehingga konsumsi terhadap bahan
Lama Pengeringan (Jam)
pangan tersebut lebih tinggi (Santosa dkk.,
2018).
Gambar 1. Grafik pengaruh suhu dan lama
perlakuan panas terhadap sifat swelling
power

Gambar 1. Grafik diatas menunjukkan nilai


swelling power tertinggi diperoleh pada suhu
80oC dengan lama pengeringan 5 jam. Hal ini
terjadi karena pemanasan pada tepung sukun
modifikasi HMT akan mengakibatkan
perubahan struktur molekul amilopektin, berupa
penambahan panjang rantai (Setiyoko dan
Slamet, 2018). Seperti yang dijelaskan oleh
Moningka (1996) bahwa swelling power
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
perbandingan amilosa-amilopektin, panjang
rantai dan distribusi berat molekul. Sedangkan
pada hasil terendah didapat pada suhu 80oC
dengan lama pengeringan 1 jam. Gambar 2. Pengaruh suhu dan lama
Hal tersebut disebabkan oleh adanya perlakuan panas terhadap solubility
perubahan dalam susunan kristalit pati serta
adanya interaksi antar komponen tepung pada Perlakuan suhu dan lama pengeringan pada
daerah amorf granula selama modifikasi HMT. proses pengolahan tepung sangat
Selain itu perlakuan modifikasi HMT mempengaruhi kadar air produk yang
menyebabkan molekul granula tepung tersusun dihasilkan (Ambarsari dan Choliq, 2009).
menjadi lebih rapat sehingga kemampuan Jumlah air dalam bahan pangan akan
granula membengkak menjadi terbatas atau mempengaruhi daya tahan pangan terhadap
mengalami penurunan (Fetriyuna dkk., 2017). kerusakan yang disebabkan oleh mikroba,
Semakin besar nilai swelling power maka termasuk mikroba pembusuk maupun serangga.
kemampuan mengembang dan volume semakin Pengeringan pada tepung bertujuan untuk
besar. Bahan pangan dengan volume besar akan mengurangi kadar air sampai batas tertentu
memberikan efek lebih kenyang. Tetapi volume sehingga pertumbuhan mikroba dan aktivitas
besar dengan jumlah massa yang sedikit akan enzim penyebab kerusakan pada tepung dapat
memberikan energi dan asupan gizi yang dihambat. Mengacu pada standar SNI 2009,
sedikit (Santosa dkk., 2018). maka tepung sukun masih memenuhi standar
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan SNI tepung-tepungan (tepung terigu, tepung
bahwa modifikasi HMT berpengaruh terhadap jagung, tepung beras, tepung aren, tepung ketan
sifat tepung sukun dengan adanya kenaikan dan tepung sagu) yaitu maksimum 10-14%
nilai swelling power. Hal ini terjadi karena masih aman untuk penyimpanan.
pemanasan pada tepung sukun modifikasi HMT
dapat mengakibatkan perubahan struktur.

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 107


MODIFIKASI TEPUNG SUKUN (Artocarpus altilis)… (Riwayati, dkk)

Tabel 1. Hasil Uji Proksimat menyebabkan ketengikan (Ambarsari dan


Tepung Tepung Choliq, 2009).
Jenis Sukun Sukun
Analisa Modifikasi (Non- 4. KESIMPULAN
HMT Modifikasi) Perlakuan Heat Moisture Treatment (HMT)
Air (%) 7.903 15.35 pada tepung sukun mempengaruhi karakteristik
Abu (%) 28.602 3.42 tepung sukun meliputi sifat fungsional yaitu,
Karbohi 14.258 76.05 swelling power (pembekakan) dan solubility
Drat (%) (kelarutan) serta hasil analisa proksimatnya
Lemak (%) 0.060 1.03 yaitu, kadar air, kadar abu, kadar karbohidrat,
Protein (%) 2.196 4.15 kadar lemak, kadar protein, dan kadar serat
Serat Kasar 36.981 2.49 kasar. Modifikasi ini menghasilkan Hasil
(%) terbaik uji swelling power dan solubility
dengan nilai swelling power sebesar 2,330 g/g
Analisa proksimat dan nilai solubility sebesar 38% dengan
Uji proksimat tepung sukun meliputi kadar perlakuan suhu 800C selama 5 jam.
air, abu, karbohidrat, lemak, protein dan serat
kasar. Dari tabel tersebut diperoleh nilai kadar DAFTAR PUSTAKA
air sebesar 7.903%. Nilai ini berbeda jauh Adebowale, K. O., Olu Owolabi, B. I.,
dengan penelitian tepung sukun yang tidak di Olawumia, E. K. & Lawal, O. S. (2005).
modifikasi yaitu 15,35% (Astuti dkk., 2013). Functional Properties of Native,
Hasil analisa proksimat tepung sukun Physically and hemically Modified
modifikasi HMT pada penelitian ini Breadfruit (Artocarpus Artilis) Starch.
dibandingkan dengan tepung sukun tanpa Industrial Crops and Products, 21, 343–
modifikasi dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil 351.
analisis nilai kadar abu tepung sukun Ambarsari, I., dan Choliq, A., 2009.
modifikasi HMT sebesar 28.602%. Nilai ini Rekomendasi dalam Penetapan Standar
berbeda jauh dengan hasil penelitian Astuti Mutu Tepung Ubi jalar. BPTP. Jawa
dkk., (2013) yaitu 3,42% pada tepung sukun Tengah.
yang tidak di modifikasi. Tingginya kadar abu Andarwulan, N., 2008, Nilai Kalori Pangan
pada suatu bahan pangan menunjukkan Sumber Karbohidrat, Food Review
tingginya kandungan mineral bahan tersebut Indonesia, Hal 17-22
(Sudarmadji, 1997). Kadar abu yang tinggi Astuti, T. Y. I., Ekawati, L. M.,
pada bahan tepung kurang disukai karena Purwijantiningsih., dan Pranata, S., 2013,
cenderung memberi warna gelap pada Subsitusi Tepung Sukun Dalam
produknya. Perbedaan kadar abu dapat Pembuatan Non Flaky Crackers Bayam
dikarenakan perbedaan varietas sukun yang Hijau (Amaranthus tricolor)
digunakan. BeMieller, J.N., dan Huber, K.C., 2015,
Kandungan karbohidrat pada tepung sukun Physical Modification of Food Strach
modifikasi HMT adalah 14.258%, dibawah fucctonalities, Annual Review Food
rata-rata dari hasil penelitian sebelumnya yang Science Technology 6:21.1-21.51.
tidak di modifikasi yaitu 76,05% (Astuti dkk., Budiyati, C.S., Kumoro, A.C., Ratnawati,
2013). Faktor yang dapat menyebabkan Retnowati, D.S., 2016, Modifikasi Pati
perbedaan kandungan karbohidratyaitu Sukun (Artocarpus Altilis) dengan
penggunaan suhu yang terlampau tinggi Teknik Oksidasi Menggunakan Hidrogen
padasaat proses pengolahan (Andarwulan, Peroksida Tanpa Katalis, Teknik, 37(1),
2008). pp. 32-40
Kadar lemak tepung sukun modifikasi HMT Dudu, O.E., Oyedeji, A.B., Oyeyinka, S.A.,
diperoleh sebesar 0.060%, lebih rendah dari Ma, Y., 2019. Impact of Steam-Heat-
kadar lemak tepung sukun yang tidak di Moisture Treatment on Structural and
modifikasi menurut hasil penelitian Astuti dkk., Functional Properties of Cassava Flour
(2013) yaitu 1,03%. Kadar lemak yang terlalu and Starch, International Journal of
tinggi juga kurang menguntungkan dalam Biological Macromolecules 126, pp.
proses penyimpanan tepung karena dapat 1056-1064

108
Inovasi Teknik Kimia. Vol. 5, No.2, Oktober 2020, Hal 105-109 ISSN 2527-614X, e-ISSN 2541-5891

Fetriyuna., Marsetio., dan Pratiwi, R.L., 2016, Ranu, J. , 2016, Pengaruh Fermentasi
Pengaruh Lama Modifikasi Heat- Menggunakan Starter Lactobacillus
Moisture Treatment (HMT) Terhadap Plantarum Terhadap Sifat Fisik Kimia
Sifat Fungsional dan Sifat Amilografi Tepung Sukun (Artocarpus Altilis)
Pati Talas Banten (Xanthosoma undipes (Variasi Lama Waktu Fermentasi Dan
K. Koch), Universitas Padjadjaran, Volume Pemberian Starter). Sarjana
Bandung thesis, Universitas Brawijaya.
Hafidha, K. dan Ismawati, R., 2018, Pengaruh Saepudin,L., Setiawan, Y., Sari, P.D., 2017,
Penambahan Tepung Sukun (Atocarpus Pengaruh perbandingan Substitusi
communis), Pisang Hijau (Musa Tepung Sukun dan Tepung Terigu dalam
paradisiacal L.), cokelat (Theobroma Pembuatan Roti Manis, Jurnal
cacao L.) dan kurma (Phoenix Agroscience, Vl. 7 No. 1, pp. 227-243
dactylifera) terhadap Daya Terima dan Santosa, H., Handayani, N.A., Fauzi, A.D., dan
Nilai Karbohidrat Egg Roll, Media Gizi Tristanto A, 2018, Pembuatan Beras
Indonesia, Vol. 13 No. 1, pp. 81-88 Analog Berbahan Dasar tepung Sukun
Handoyo, 2013, Utilisasi pabrik terigu lokal terus Termodifikasi Heat Moisture Treatment,
naik., Universitas Diponegoro, Semarang, Vol.
http://industri.kontan.co.id/news/Utilisasi- 3, No. 1, Hal. 37-45.
Pabrik-Terigu-Lokal-Terus-Naik,diakses21 Senanayake, S., Gunaratne, A., Ranaweera,
November 2018. KKDS., and Bamunuarachchi, A.,
Kementrian Perindustrian, 2018, Impor Tepung 2013, Effect of Heat Moisture Treatment
Terigu Bakal Naik 5%, Conditions on Swelling Power and
http://www.agro.kemenperin.go.id/artikel Water Soluble Index of Different
/5298/Konsumsi-Tepung-Terigu-Bakal- Cultivars of Sweet Potato (Ipomea
Naik, diakses 21 November 2018. batatas (L). Lam) Starch. Sri Lanka.
Merdian, Moulina, M.A., 2018, Substitusi Hal.1-2.
Tepung Sukun pada Pengolahan Kue Setiyoko, A.,dan S. Agus, 2018, Karakterisasi
Perut Punai, Agritepa, Vol. V, No. 1, pp. Heat Moisture Treatment Tepung Terigu
75-87 dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Mie
Moningka, J., 1996, Kajian Viskositas Umbi Basah, Universitas Mercu Buana,
Kimpul (Xanthosoma sagittifolium Yogyakarta
schott.) dan Kemungkinan Pengaruhnya Sudarmadji, S., 1997, Prosedur Analisa untuk
Terhadap Pengembangan Produk Bahan Makanan dan
Olahannya, Eugenia 2 (2) : 212-217. Pertanian,Liberty,Yogyakarta
Mutmainah, F., Rahadian, D., Amanto, B.S., Sukandar, D., Muawanah A., Amelia, E.R., dan
2013, Kajian Karakteristik Fisikokimia Basalamah, W., 2014. Karakteristik
Tepung Sukun (Artocarpus communis) Cookies Berbahan Dasar Tepung
termodifikasi dengan Variasi Lama Sukun(Artocarpus communis) Bagi Anak
Perendaman dan Konsentrasi Asam Penderita Autis, Valensi. 4 (1) :13-19
Asetat, Jurnal Teknosains Pangan Vol. 2 Yana, N. Karimuna, L., Hermanto, 2019,
No. 4, pp. 46-53 Pengaruh Formulasi Chips Berbahan
Novitasari, H., 2017, Pengaruh Substitusi Dasar Tepung Sukun (Artocarpus altilis)
tepung Sukun Terhadap kualitas Roti dan Kacang Hijau (Vigna radiata L)
Manis, SKRIPSI, Universitas Negeri sebagai Makanan selingan Ibu Hamil,
Padang Jurnal Sains dan teknologi Pangan, Vol.
Nurcahyo, E., Amanto, B.S., Nurhartadi, E., 4, No. 1, pp. 1957-1969
2014, Penggunaan Tepung Sukun
(Artocarpus communis) sebagai
Substitusi Tepung Terigu pada
Pembuatan Mie Kering, Jurnal
Teknosains, Vol. 3 No. 2, pp. 57-65
Putri, W.D.R, Zubaidah, E., 2015, Karakteristik
Fungsional Tepung Sukun Hasil
Modifikasi Annealing, Prosiding Seminar
Agroindustri

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 109

Anda mungkin juga menyukai