Anda di halaman 1dari 20

PROSES EKSTRUKSI DAN PENGERINGAN PADA PRODUK SEREAL

Disusun oleh

Kelompok 7 :

1. Fajri Dwi Ulfani A1F022006

2. Syakira Nur Annisa Alwi A1F022016

3. Anandia Hafizha Azhikha Nurori A1F022038

4. Tri Nazha Dela Nurul Faoziah A1F022090

5. Haidar Fikri Aqilla Lubna A1F022106

6. Putri Hasna Nabila Faradina A1F022114


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2024

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beras (Oryza sativa), gandum (Triticum aestivum), dan jagung (Zea may

s) adalah kelompok sereal yang ditanam untuk memuaskan rasa lapar dari s

ebagian besar populasi dunia. Memiliki fungsi sebagai sumber karbohidrat d

an protein. Pola konsumsinya berbeda-beda menurut daerah, budaya, iklim

dan gaya hidup (Kaur et al., 2015). Sarapan merupakan kegiatan penting dila

kukan untuk memenuhi energi di pagi hari dengan 270-570 kalori dapat me

ningkatkan konsentrasi (Sukarno et al., 2020)

Sereal sarapan merupakan salah satu alternative makanan utama yang

praktis dan mudah disajikan dengan cita rasa yang enak sehingga mudah dit

erima oleh masyarakat (Sukarno et al., 2020). Sereal sarapan berkontribusi p


ada pemenuhan zat gizi makro dan mikro. Sereal sarapan secara umum dipr

oses dengan komersial menggunakan teknologi ekstruksi panas dan produk

yang dihasilkan mengembang, memiliki kemampuan menyerap dan larut dal

am air, tidak keras dan renyah (Kusnandar, Suryani, & Budjianto, 2020).

Salah satu cara pengolahan sereal yaitu dengan teknologi ekstruksi. Pe

masakan ekstruksi merupakan proses pemasakan yang menggunakan suhu t

inggi dengan waktu yang singkat atau lebih dikenal sebagai proses HTST (Hi

gh Temperature Short Time) dimana bahan pangan dibuat elastis dan dimas

ak dengan kombinasi suhu dan gaya geser dibawah tekanan tertentu (Sukar

no et al., 2022). Keuntungan proses ekstruksi yaitu kerusakan gizi dapat dipe

rkecil, produktivitas tinggi dan bentuk produk yang khas dan bervariasi.

Adapun proses pengeringan merupakan suatu cara untuk menghilangk

an sebagian besar air dari bahan dengan menggunakan energi panas. Prose

s pengeringan dalam proses pembuatan sereal bertujuan untuk mengurangi

kandungan air bahan sampai batas tertentu sehingga aman disimpan sampa

i pemanfaatan yang lebih lanjut. Dengan pengeringan bahan akan menjadi l

ebih tahan lama pada saat disimpan dapat mengurangi kerugian akibat wak

tu.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana proses ekstruksi pada pembuatan sereal?


2. Bagaimana proses pengeringan pada pembuatan sereal?

C. Tujuan

1. Mengetahui proses pengolahan ekstruksi pada pembuatan sereal.

2. Mengetahui proses pengeringan pada pembuatan sereal.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Sereal merupakan makanan siap saji yang banyak dikonsumsi sebag

ai makanan selingan atau pengganti sarapan karena mudah dan praktis. Se

real diproses secara komersial menggunakan teknologi ekstrusi panas. Pro

duk yang dihasilkan mengembang, menyerap dan larut dalam air, tidak ker

as, dan renyah. Sereal dikonsumsi dengan menambahkan susu sapi, air, ata

u yogurt, tetapi kadang-kadang sereal dikonsumsi dalam keadaan kering k

arena cepat, praktis, dan mudah dibuat (Oliveira, Alencar and Steel, 2018). K

arakteristik sereal sendiri berupa lembaran tipis, berbentuk oval dan berwar

na kuning kecoklatan. Sereal sebagai sumber karbohidrat merupakan salah

satu bahan baku yang bermanfaat mengoptimalkan perbaikan gizi masyara

kat. Pada umumnya sereal yang dijual di pasaran terbuat dari tepung terigu

, gandum atau jagung. Saat ini sereal sarapan yang paling digemari masyar
akat adalah jenis ready-to-eat karena praktis dan waktu penyajian yang cep

at.

Sereal biasanya terbuat dari tepung dan biji-bijian yang dibentuk se

perti serpihan, setrip, atau ekstrudat melalui proses ekstrusi. Ekstrusi merup

akan salah satu metode teknologi untuk mengolah bahan makanan. Makan

an yang harus memiliki bentuk yang sama dan diproduksi dengan cepat da

pat dibuat dengan menggunakan teknologi ekstrusi. Tindakan ekstrusi itu s

endiri melibatkan pencampuran beberapa prosedur, termasuk pencampura

n, pemasakan, penggilingan, pengeringan, pendinginan dalam satu rangkai

an proses. Metode ekstrusi dapat digunakan untuk pemrosesan suhu tingg

i dan dalam waktu singkat di mana bahan pangan dibuat elastis dan dimas

ak dengan kombinasi suhu. Metode ektrusi dapat diterapkan dalam pembu

atan makanan ringan atau pemrosesan suhu rendah dalam produksi pasta.

Adapun pengeringan adalah teknik pengawetan yang mengurangi k

adar air dalam bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih lama. H

al ini terjadi karena mikroba dan enzim membutuhkan lebih sedikit air untu

k beraktivitas, sehingga produk memiliki masa simpan yang lebih lama. Tuj

uan pengeringan adalah untuk mempertahankan volume dan berat produk

sekaligus menurunkannya. Dengan menyeimbangkan berat dan volume pr

oduk dengan biaya produksi, pengiriman, dan penyimpanan, biaya operasi


onal dapat dikurangi. Menurut Saidi et al. (2019), pengeringan juga diguna

kan untuk meningkatkan variasi produk. Pembuatan minuman instan dan s

ereal adalah salah satu contohnya. Selama proses pengeringan, jumlah air d

i dalam bahan menguap pada permukaannya, sedangkan jumlah air di bag

ian tengah bahan akan merembes ke dalam dan kemudian menguap. Jadi,

bahan harus dipotong atau diiris agar berukuran lebih kecil. Pemotongan m

embuat permukaannya lebih luas (Mar'atuzzahwa et al., 2023).

Proses pengeringan dalam pembuatan sereal siap makan dapat dila

kukan menggunakan berbagai metode, termasuk pengeringan udara, oven

, atau mesin pengering industri. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengu

rangi kadar air dalam sereal sehingga menjadi renyah dan tahan lama. Sete

lah proses pengeringan selesai, sereal siap makan kemudian diproses lebih

lanjut sesuai dengan kebutuhan, seperti pemanggangan untuk memberika

n rasa tambahan atau penambahan bahan-bahan tambahan sebelum dike

mas. Penting untuk diingat bahwa proses pengeringan harus diatur dengan

hati-hati untuk memastikan kualitas produk akhir yang diinginkan dan men

ghindari over-drying yang dapat mengurangi kualitas sereal.

Komponen yang memengaruhi proses pengeringan salah satunya a

dalah ketebalan atau luas permukaan bahan. Luas permukaan yang lebih b

esar menyebabkan permukaan yang lebih banyak terkontak dengan mediu


m pemanas. Selain itu, luas permukaan yang tinggi membuat air lebih mud

ah berdifusi atau menguap dari bahan. Akibatnya, air menguap lebih cepat

dan bahan kering lebih cepat. Salah satu cara untuk memperluas permukaa

n bahan ketika dikeringkan adalah dengan mengecilkan ukurannya dengan

cara yang berbeda, seperti mengiris, memotong, atau menggiling. Menurut

Saidi et al. (2019), ukuran bahan yang kecil memungkinkan jarak tempuh p

anas yang bergerak menuju inti bahan pangan dan jarak pergerakan air dar

i inti bahan pangan ke permukaannya menjadi lebih pendek.

III. METODE

1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada pembuatan sereal adalah twin screw extr

uder model 2256 Berto Company, husker, disc mill dengan ayakan 80 mesh

, mixer, spektrofotometer, sentrifus, sokhlet, labu Kjeldahl, destilator, oven,

tanur, dan rheoner dengan probe jarum.

Bahan utama yang digunakan adalah beras merah pecah kulit, tepun

g kacang merah, dan wijen.

2. Persiapan Bahan Baku

Pembuatan Tepung Beras Merah dan Tepung Kacang Merah


Beras merah pecah kulit dan kacang merah ditepungkan mengguna

kan disc mill dengan ayakan 80 mesh. Tepung beras merah pecah kulit dan t

epung kacang merah dikemas dengan kemasan kantong aluminium foil dan

disimpan di refrigerator sampai digunakan. Wijen digunakan dalam bentuk u

tuh.

3. Prosedur Pembuatan Sereal

Pembuatan sereal dilakukan dengan metode ekstrusi yang mengacu

pada penelitian terdahulu (Budijanto et al. 2019). Formula (tepung beras m

erah pecah kulit, tepung kacang merah, dan wijen) sesuai dengan rancanga

n percobaan, ditambahkan air dan garam sebanyak 3% dan 1% dari total a

donan. Semua bahan dicampur dengan menggunakan mixer selama 3 men

it, dilanjutkan dengan ekstrusi dengan twin screw extruder pada suhu 130°

C dengan kecepatan putar screw, auger, dan cutter 50 Hz. Kemudian dilanj

utkan dengan pengeringan pada suhu 60°C selama 15 menit dengan meng

gunakan pengering kabinet. Tahap selanjutnya setelah sereal dikeringkan m

enggunakan pengering kabinet adalah pendinginan. Setelah sereal dikerin

gkan, penting untuk memastikan bahwa sereal didinginkan sepenuhnya se

belum disimpan atau dikemas untuk mempertahankan kualitasnya. Metode

pengeringan sereal menggunakan pengering kabinet umumnya melibatkan

penggunaan udara panas yang dikendalikan secara teratur untuk mengura


ngi kadar air dalam sereal. Proses ini membutuhkan pengaturan suhu dan w

aktu tertentu untuk memastikan hasil yang optimal.

IV. PEMBAHASAN

A. Proses Ekstruksi pada Pembuatan Sereal

Ekstrusi merupakan proses pengolahan dengan suhu tinggi yang dil

akukan dalam waktu singkat dengan kombinasi suhu dan gaya geser di ba

wah tekanan tertentu untuk membentuk suatu bahan pangan. (Sukarno et

al., 2022) Ekstrusi merupakan salah satu metode pengolahan yang efisien k

arena dapat menghasilkan bentuk yang bervariasi dalam waktu singkat. Bia

sanya, ekstrusi diterapkan untuk mengolah makanan dalam bentuk bulir, b

ubuk, atau tepung seperti mi, makanan ringan, biscuit, pasta, dan sereal. U

ntuk melakukan ektrusi, dibutuhkan alat bernama ekstruder. Terdapat dua

macam ekstruder yang sering digunakan, yakni ekstruder ulir tunggal (singl

e screw extruder) dan ekstruder ulir ganda (twin screw extruder). Secara um

um, ekstruder terdiri atas beberapa alat dengan fungsinya masing-masing.

Pertama adalah ekstruder sebagai mesin yang menggabungkan, memanas

kan, dan mendorong bahan menuju die (cetakan) untuk membentuk produ

k pangan sesuai keinginan. Alat kedua yakni screw (ulir) yang berfungsi unt

uk mengaduk, mencampur, dan mendorong bahan dalam suatu tabung. Se


lanjutnya, terdapat pengatur suhu untuk mengatur suhu selama proses pen

campuran serta pengatur putar untuk mengatur kecepatan rotasi ulir. Alat k

eempat adalah die (cetakan) yang memiliki lubang dengan bentuk dan uku

ran tertentu sesuai produk yang ingin dihasilkan. Alat ini berfungsi untuk m

encetak bahan pangan menjadi berbagai bentuk sesuai tujuan. Kelima, terd

apat pemotong berupa pisau untuk memotong produk yang keluar dari di

e menjadi ukuran yang diinginkan. Setelah ekstrusi, produk memasuki taha

p pengeringan dan pengontrolan kualitas.

Ekstrusi merupakan suatu metode yang terdiri dari pencampuran, pe

motongan, serta pencetakan bahan pangan hingga dihasilkan produk deng

an pengembangan dan kerenyahan tertentu. Proses ekstrusi dalam pembu

atan sereal terdiri atas beberapa tahapan. Tahap pertama yakni pemilihan b

ahan baku meliputi tepung gandum, tepung jagung, atau tepung beras ses

uai jenis sereal yang ingin diproduksi. Bahan baku tersebut dimasukkan ke

mesin ekstruder untuk proses pencampuran dengan air dan bahan tambah

an lainnya. Tahap selanjutnya yakni pemanasan dimana adonan akan diadu

k secara terus menerus disertai dengan pemanasan dengan suhu kisaran 1

25-130 derajat celcius serta tekanan yang sudah diatur untuk produk sereal

. Proses pemanasan dilanjutkan ke pencetakan dan pemotongan dimana a

donan didorong menuju die untuk dihasilkan bentuk sesuai keinginan lalu

dipotong sesuai ukuran yang telah ditentukan. Sereal yang telah terbentuk
akan dikeringkan dan dikemas setelah kualitasnya sesuai dengan standar y

ang ada.

Dari proses ekstrusi, dihasilkan sereal dengan bentuk, tekstur, serta p

engembangan yang bervariasi. Selain itu, terdapat pula perubahan mutu m

eliputi nutrisi dan gizi pada sereal. Pertama adalah perubahan fisik sereal. S

etelah proses ekstrusi, dihasilkan kerenyahan yang dipengaruhi oleh kandu

ngan amilosa dan amilopektin dari bahan. Semakin tinggi kandungan amilo

sa dan amilopektin, maka kerenyahan akan meningkat. Selanjutnya adalah

pengembangan sereal dimana kandungan lemak tinggi pada bahan akan m

enghambat pengembangan pada sereal karena lemak akan membentuk la

pisan pada granula pati sehingga panas tidak dapat mengembangkan sere

al secara maksimal. (Bayu et al., 2017) Dalam ekstrusi, terdapat pula reaksi

maillard yang menimbulkan warna coklat pada sereal. Selama proses ekstru

si, terdapat penurunan senyawa fenolik dan penurunan senyawa antioksida

n akibat reaksi kimia yang terjadi selama pemanasan. Selain itu, kandungan

nutrisi seperti vitamin, mineral, serta enzim juga dapat terdenaturasi karena

suhu yang terlalu tinggi disertai waktu yang terlalu lama. Hal ini akan berpe

ngaruh terhadap cita rasa dari sereal tersebut. (Budijanto et al., 2020)

B. Proses Pengeringan pada Pembuatan Sereal


Pengeringan mempunyai pengertian yaitu aplikasi pemanasan melal

ui kondisi yang teratur, sehingga dapat menghilangkan sebagian besar air

dalam suatu bahan dengan cara diuapkan. Penghilangan air dalam suatu b

ahan dengan cara pengeringan mempunyai satuan operasi yang berbeda d

engan dehidrasi. Dehidrasi akan menurunkan aktivitas air yang terkandung

dalam suatu bahan pangan. Pengering konveyor atau pita digunakan untuk

berbagai produk, termasuk sereal, buah-buahan, makanan panggang, sayu

ran, dan kacang-kacangan. Dalam bentuknya yang paling sederhana, produ

k ditempatkan pada konveyor yang melewati serangkaian zona udara pana

s. Konveyor dirancang untuk memungkinkan udara dihembuskan ke atas at

au ke bawah melalui konveyor dan produk. Beberapa kali melewati konvey

or/pengering pita yang berbeda adalah hal biasa dan produk dapat ditump

uk ke lapisan yang lebih dalam seiring dengan turunnya kadar air.

Umumnya, pengering konveyor/band hanya menurunkan kadar air h

ingga 10%-15% dan pengeringan diselesaikan menggunakan pengering bi

n. Pengering konveyor/band bisa sangat efisien dan merupakan salah satu

teknologi pengering yang paling umum di industri makanan. Kisaran intens

itas energi yang besar mencerminkan beragamnya aplikasi yang mengguna

kan pengering konveyor/pita. Instalasi tipikal akan memiliki lebar 10 kaki d

an panjang 60 kaki dengan tiga zona terpisah untuk pengeringan


Perubahan mutu sereal sebelum dan sesudah pengeringan tergantu

ng pada proses pengeringan yang digunakan. Pengeringan menggunakan

pengering kabinet dapat mengatur waktu dan suhu pengeringan, sehingga

mutu produk akhir dapat terkontrol. Pengeringan dapat meningkatkan kad

ar karbohidrat dalam sereal, seperti yang terlihat pada penelitian yang men

ggunakan pengeringan kabinet. Pada flake beras merah, pengeringan tidak

menyebabkan perubahan bentuk, tetapi meningkatkan daya rehidrasi dan

menurunkan kekerasan. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa pengeringa

n mengubah kadar nutrisi beberapa kacang, seperti kacang tunggak, dan m

empengaruhi kadar air ekstrudat sebelum dan sesudah pengeringan

Menurut Lisa dkk. (2015) kemampuan bahan dalam melepaskan air d

ari permukaannya akan semakin besar seiring dengan bertambahnya waktu

pengeringan. Menurut Muntikah dkk. (2017) menyatakan bahwa keuntung

an pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menja

di lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkut

an dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memu

dahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi leb

ih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apab

ila telah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, teh, dan biji-bijian.Pada um

umnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam


oven pada suhu 105-1100C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang k

onstan. Selisih berat sebelumnya dan sesudah pengeringan adalah banyak

nya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti

bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan lain, pemanasan dil

akukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah.

Semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin tinggi pula kada

r abu yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Asrawaty (20

11) yang menyatakan bahwa peningkatan kadar abu ini terjadi karena sema

kin lama waktu dan semakin tinggi suhu pengeringan maka akan semakin b

anyak air yang teruapkan dari bahan yang dikeringkan. Ambarsari dkk. (20

09) menyatakan bahwa tingginya kadar abu pada suatu produk menunjukk

an tingginya kandungan mineral. Kadar abu merupakan parameter untuk m

enunjukan nilai kandungan bahan anorganik (mineral) yang ada di dalam s

uatu bahan atau produk. Menurut Sudarmaji (2003) menyatakan bahwa ko

mponen anorganik di dalam suatu bahan sangat bervariasi baik jenis maup

un jumlahnya. Kandungan bahan anorganik yang terdapat di dalam suatu b

ahan diantaranya kalsium, kalium, fosfor, besi, dan magnesium. Proses pen

geringan mengakibatkan terjadinya penguraian komponen ikatan molekul

air (H2O) dan juga memberikan peningkatan terhadap kandungan gula, le

mak, mineral, sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar abu.


Beberapa faktor hasil kadar karbohidrat menggunakan perhitungan

secara by difference dipengaruhi oleh kadar air, kadar abu, kadar lemak da

n kadar protein. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fatkurahman dkk. (2012)

bahwa kadar karbohidrat dihitung secara by difference dipengaruhi oleh ko

mponen nutrisi lain yaitu protein, lemak, air, dan abu. Hal tersebut selaras d

engan pernyataan Sulistiyono (2014) bahwa proses pemanasan bahan pan

gan dapat meningkatkan ketersediaan karbohidrat. Menurut Sundari (2015

) bahwa pemanasan yang terlalu lama akan menyebabkan penurunan seny

awa antinutrisi dan proses pemanasan dapat meningkatkan ketersediaan z

at gizi yang terkandung didalamnya, salah satunya yaitu karbohidrat.


DAFTAR PUSTAKA
Aisah., Harini, N., Damat.2021.Pengaruh Waktu dan Suhu Pengeringan Men

ggunakan Pengering Kabinet dalam Pembuatan MOCAF (Modified C

assava Flour) dengan Fermentasi Ragi Tape.DOI. 10.22219/fths.v4i2.1

6595

Asrawaty. 2011. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Tep

ung Pandan. Jurnal KIAT edisi Juni. Universitas Alkhairaat. Palu

Bayu, B., & Aminah, S. (2017). Karakteristik Fisik dan Organoleptik Sereal Be

rbasis Kecambah Jagung-Kedelai. Jurnal Pangan dan Gizi, 7(1), 28-37

Budijanto, S. (2020). Pengembangan Formula Sereal Sarapan Berbasis Beras

Hitam Pecah Kulit, Kacang Merah dan Wijen (Development of Breakf

ast Cereal Formula Based on Unpolished Black Rice, Red Beans and S

esame). JURNAL PANGAN, 29(3), 181-190.

Budijanto S, Sitanggang AB, Wiaranti H, Koesbiantoro B. (2019). Pengemba

ngan teknologi sereal sarapan bekatul dengan menggunakan twin screw e

xtruder. Jurnal Pascapanen. 9(2): 63-69.

Kaur, G. J., Rehal, J., Singh, B., & Kaur, A. (2015). Development of Multigrain

Breakfast Cereal Using Extrusion Technology. Asian Journal Dairy & Food R

es, 220-224.
Kurniati I. L, Alda S, Gunawan dan Twidjaya. 2012. Pembuatan Mocaf (modi
fied cassava flour) dengan Proses Fermentasi menggunakan Lactoba
csilis plantarum, Saccharomyces cereviseae dan Rhizopuz oryzea. Sk
ripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

Kusnandar, F., Suryani, & Budjianto, S. (2020). Karakterisitik Fungsional, Fisik


dan Sensori Sereal Sarapan Jagung yang Disubstitusi Bekatul Ferme
ntasi. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 109-117.

Leufven, A., Sedaghat, N. dan Habibi, M. B. 2007. Influence of different pack


aging systems on stability of raw dried pistachio nuts at various con
ditions. Iranian Food Science and Technology Research Journal. Dep
artmen of Food Science and Technology. Ferdowsi University. Iran.

Lisa, M., Lutfi, M., dan Susilo, B. 2015. Pengaruh suhu dan lama pengeringa
n terhadap mutu tepung jamur tiram putih (Plaerotus ostreatus). Jur
nal Keteknikan Perntanian Tropis dan Biosistem, 3.

Oliveira, L. C., Alencar, N. M. M. and Steel, C. J. (2018). Improvement of Sens


orial and Technological Characteristics of Extruded Breakfast Cereals
Enriched with Whole Grain Wheat Flour and Jabuticaba (Myrciaria ca
uliflora) Peel, LWT. Food Science and Technology, 90, pp. 207–214.

Maratuzzahwa, D., Utama, I. M. S., Wirawan, I. P. S. (2023). Pengaruh Keteba


lan dan Suhu Pengeringan Terhadap Karakter Fisik dan Sensoris Bua
h Naga Merah Kering. Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Uda
yana, Badung, Bali.

Saidi, I.A., Wulandari, F.E. (2019). Pengeringan Sayuran dan Buah-Buahan. U


MSIDA Press. Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Muhammadi
yah Sidoarjo.
Sukarno, Augusta, D. I., Sitanggang, A. B., Munawarroh, A. N., & Budijanto, S
. (2022). Pengembangan Sereal Sarapan Terdistribusi Bekatul dan Te
pung Pisang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Vol. 27 (1) :76-84.

Sukarno, Istiqomah Sugiarti, C. W., & Budjianto, S. (2020). Pengembangan F


ormula Sereal Sarapan Berbasis Beras Hitam Pecah Kulit, Kacang Me
rah, dan Wijen. Journal Pangan, 181-190.

Sukarno, Kushandika, N., & Budijanto, S. (2020). Karakteristik Sifat Fisikokim


ia Sereal Berbasis Tepung Beras Merah Pecah Kulit . Jurnal Ilmu Pert
anian Indonesia, Vol. 25(1) : 81-86.

Anda mungkin juga menyukai