Disusun oleh
Kelompok 7 :
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beras (Oryza sativa), gandum (Triticum aestivum), dan jagung (Zea may
s) adalah kelompok sereal yang ditanam untuk memuaskan rasa lapar dari s
dan gaya hidup (Kaur et al., 2015). Sarapan merupakan kegiatan penting dila
kukan untuk memenuhi energi di pagi hari dengan 270-570 kalori dapat me
praktis dan mudah disajikan dengan cita rasa yang enak sehingga mudah dit
am air, tidak keras dan renyah (Kusnandar, Suryani, & Budjianto, 2020).
inggi dengan waktu yang singkat atau lebih dikenal sebagai proses HTST (Hi
gh Temperature Short Time) dimana bahan pangan dibuat elastis dan dimas
ak dengan kombinasi suhu dan gaya geser dibawah tekanan tertentu (Sukar
no et al., 2022). Keuntungan proses ekstruksi yaitu kerusakan gizi dapat dipe
rkecil, produktivitas tinggi dan bentuk produk yang khas dan bervariasi.
an sebagian besar air dari bahan dengan menggunakan energi panas. Prose
kandungan air bahan sampai batas tertentu sehingga aman disimpan sampa
ebih tahan lama pada saat disimpan dapat mengurangi kerugian akibat wak
tu.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan
duk yang dihasilkan mengembang, menyerap dan larut dalam air, tidak ker
as, dan renyah. Sereal dikonsumsi dengan menambahkan susu sapi, air, ata
arena cepat, praktis, dan mudah dibuat (Oliveira, Alencar and Steel, 2018). K
arakteristik sereal sendiri berupa lembaran tipis, berbentuk oval dan berwar
kat. Pada umumnya sereal yang dijual di pasaran terbuat dari tepung terigu
, gandum atau jagung. Saat ini sereal sarapan yang paling digemari masyar
akat adalah jenis ready-to-eat karena praktis dan waktu penyajian yang cep
at.
perti serpihan, setrip, atau ekstrudat melalui proses ekstrusi. Ekstrusi merup
akan salah satu metode teknologi untuk mengolah bahan makanan. Makan
an yang harus memiliki bentuk yang sama dan diproduksi dengan cepat da
i dan dalam waktu singkat di mana bahan pangan dibuat elastis dan dimas
atan makanan ringan atau pemrosesan suhu rendah dalam produksi pasta.
adar air dalam bahan pangan sehingga daya simpan menjadi lebih lama. H
al ini terjadi karena mikroba dan enzim membutuhkan lebih sedikit air untu
k beraktivitas, sehingga produk memiliki masa simpan yang lebih lama. Tuj
ereal adalah salah satu contohnya. Selama proses pengeringan, jumlah air d
ian tengah bahan akan merembes ke dalam dan kemudian menguap. Jadi,
bahan harus dipotong atau diiris agar berukuran lebih kecil. Pemotongan m
, atau mesin pengering industri. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengu
rangi kadar air dalam sereal sehingga menjadi renyah dan tahan lama. Sete
lah proses pengeringan selesai, sereal siap makan kemudian diproses lebih
mas. Penting untuk diingat bahwa proses pengeringan harus diatur dengan
hati-hati untuk memastikan kualitas produk akhir yang diinginkan dan men
dalah ketebalan atau luas permukaan bahan. Luas permukaan yang lebih b
ah berdifusi atau menguap dari bahan. Akibatnya, air menguap lebih cepat
dan bahan kering lebih cepat. Salah satu cara untuk memperluas permukaa
Saidi et al. (2019), ukuran bahan yang kecil memungkinkan jarak tempuh p
anas yang bergerak menuju inti bahan pangan dan jarak pergerakan air dar
III. METODE
Alat yang digunakan pada pembuatan sereal adalah twin screw extr
uder model 2256 Berto Company, husker, disc mill dengan ayakan 80 mesh
Bahan utama yang digunakan adalah beras merah pecah kulit, tepun
kan disc mill dengan ayakan 80 mesh. Tepung beras merah pecah kulit dan t
epung kacang merah dikemas dengan kemasan kantong aluminium foil dan
tuh.
erah pecah kulit, tepung kacang merah, dan wijen) sesuai dengan rancanga
it, dilanjutkan dengan ekstrusi dengan twin screw extruder pada suhu 130°
C dengan kecepatan putar screw, auger, dan cutter 50 Hz. Kemudian dilanj
utkan dengan pengeringan pada suhu 60°C selama 15 menit dengan meng
IV. PEMBAHASAN
akukan dalam waktu singkat dengan kombinasi suhu dan gaya geser di ba
al., 2022) Ekstrusi merupakan salah satu metode pengolahan yang efisien k
arena dapat menghasilkan bentuk yang bervariasi dalam waktu singkat. Bia
ubuk, atau tepung seperti mi, makanan ringan, biscuit, pasta, dan sereal. U
macam ekstruder yang sering digunakan, yakni ekstruder ulir tunggal (singl
e screw extruder) dan ekstruder ulir ganda (twin screw extruder). Secara um
kan, dan mendorong bahan menuju die (cetakan) untuk membentuk produ
k pangan sesuai keinginan. Alat kedua yakni screw (ulir) yang berfungsi unt
campuran serta pengatur putar untuk mengatur kecepatan rotasi ulir. Alat k
eempat adalah die (cetakan) yang memiliki lubang dengan bentuk dan uku
ran tertentu sesuai produk yang ingin dihasilkan. Alat ini berfungsi untuk m
encetak bahan pangan menjadi berbagai bentuk sesuai tujuan. Kelima, terd
apat pemotong berupa pisau untuk memotong produk yang keluar dari di
atan sereal terdiri atas beberapa tahapan. Tahap pertama yakni pemilihan b
ahan baku meliputi tepung gandum, tepung jagung, atau tepung beras ses
uai jenis sereal yang ingin diproduksi. Bahan baku tersebut dimasukkan ke
mesin ekstruder untuk proses pencampuran dengan air dan bahan tambah
25-130 derajat celcius serta tekanan yang sudah diatur untuk produk sereal
donan didorong menuju die untuk dihasilkan bentuk sesuai keinginan lalu
dipotong sesuai ukuran yang telah ditentukan. Sereal yang telah terbentuk
akan dikeringkan dan dikemas setelah kualitasnya sesuai dengan standar y
ang ada.
eliputi nutrisi dan gizi pada sereal. Pertama adalah perubahan fisik sereal. S
ngan amilosa dan amilopektin dari bahan. Semakin tinggi kandungan amilo
pisan pada granula pati sehingga panas tidak dapat mengembangkan sere
al secara maksimal. (Bayu et al., 2017) Dalam ekstrusi, terdapat pula reaksi
maillard yang menimbulkan warna coklat pada sereal. Selama proses ekstru
n akibat reaksi kimia yang terjadi selama pemanasan. Selain itu, kandungan
nutrisi seperti vitamin, mineral, serta enzim juga dapat terdenaturasi karena
suhu yang terlalu tinggi disertai waktu yang terlalu lama. Hal ini akan berpe
ngaruh terhadap cita rasa dari sereal tersebut. (Budijanto et al., 2020)
dalam suatu bahan dengan cara diuapkan. Penghilangan air dalam suatu b
dalam suatu bahan pangan. Pengering konveyor atau pita digunakan untuk
or/pengering pita yang berbeda adalah hal biasa dan produk dapat ditump
ar karbohidrat dalam sereal, seperti yang terlihat pada penelitian yang men
an pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menja
ih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apab
nya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti
bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan lain, pemanasan dil
Semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin tinggi pula kada
r abu yang dihasilkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Asrawaty (20
11) yang menyatakan bahwa peningkatan kadar abu ini terjadi karena sema
kin lama waktu dan semakin tinggi suhu pengeringan maka akan semakin b
anyak air yang teruapkan dari bahan yang dikeringkan. Ambarsari dkk. (20
09) menyatakan bahwa tingginya kadar abu pada suatu produk menunjukk
mponen anorganik di dalam suatu bahan sangat bervariasi baik jenis maup
ahan diantaranya kalsium, kalium, fosfor, besi, dan magnesium. Proses pen
secara by difference dipengaruhi oleh kadar air, kadar abu, kadar lemak da
n kadar protein. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fatkurahman dkk. (2012)
mponen nutrisi lain yaitu protein, lemak, air, dan abu. Hal tersebut selaras d
6595
Asrawaty. 2011. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Tep
Bayu, B., & Aminah, S. (2017). Karakteristik Fisik dan Organoleptik Sereal Be
ast Cereal Formula Based on Unpolished Black Rice, Red Beans and S
Kaur, G. J., Rehal, J., Singh, B., & Kaur, A. (2015). Development of Multigrain
Breakfast Cereal Using Extrusion Technology. Asian Journal Dairy & Food R
es, 220-224.
Kurniati I. L, Alda S, Gunawan dan Twidjaya. 2012. Pembuatan Mocaf (modi
fied cassava flour) dengan Proses Fermentasi menggunakan Lactoba
csilis plantarum, Saccharomyces cereviseae dan Rhizopuz oryzea. Sk
ripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Lisa, M., Lutfi, M., dan Susilo, B. 2015. Pengaruh suhu dan lama pengeringa
n terhadap mutu tepung jamur tiram putih (Plaerotus ostreatus). Jur
nal Keteknikan Perntanian Tropis dan Biosistem, 3.