Anda di halaman 1dari 16

Volume 8 No.

1
April 2019
ISSN : 2252 - 7311
e-ISSN : 2549 - 6840
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/konversi
Email : jurnalkonversi@umj.ac.id
U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A

PERUBAHAN KADAR AIR DAN MIKROBIOLOGI BUBUR INSTAN


SELAMA PENYIMPANAN DENGAN VARIASI KONDISI PRE-PACKING

Ferdian1, Liza Visiska Putri2 ,Warsono El Kiyat3*


1
Departemen Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas Ilmu Hayati Universitas Surya
2
Departement Of Quality Control, PT Dellifood Sentosa Corpindo
3
Institute Of Bio Chemical Sciences, College Of Life Science, National Taiwan
University
*warsono.el.kiyat@gmail.com

ABSTRAK. Pertumbuhan rata - rata konsumsi bubur dalam kemasan cukup tinggi,
sekitar 31,47% pada tahun 2011 - 2015. Pada makanan kering seperti bubur instan,
kerusakan biasanya disebabkan oleh kadar air yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis perubahan kadar air, mikrobiologi, serta karakteristik organoleptik
pada bubur instan dengan variasi kondisi pre-packing selama penyimpanan.
Parameter yang diamati pada penelitian ini, yaitu: kadar air, nilai ALT, jumlah kapang
dan khamir, serta sifat organoleptik. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan
empat kondisi pre-packing di antaranya: gudang tanpa AC (air conditioner), gudang
dengan AC, ruangan dengan exhaust fan, dan ruangan dengan kipas angin. Secara
deskriptif, ruangan dengan kipas angin merupakan kondisi pre-packing terbaik dengan
kadar air tertinggi di minggu ke-3, yaitu 4,41%, nilai ALT menurun hingga minggu ke-5,
serta tidak adanya pertumbuhan kapang dan khamir dari minggu ke-1 sampai ke-5.
Nilai keseluruhan dari perlakuan ini adalah 16.

Kata kunci: bubur instan, kadar air, mikrobiologi, penyimpanan, uji segitiga

ABSTRACT. The average growth of packaged porridge consumption is quite high in


2011 – 2015, ie 31.47%. In dried foods such as instant porridge, the deterioration
parameter is the high moisture content in the product usually. This study aimed to
analyze changes in moisture content, microbiology, and organoleptic characteristic in
instant porridge with variations of pre-packing conditions during storage. The observed
parameters were moisture content, TPC, the amount of yeast and mold, and
organoleptic characteristics. This research was carried out by comparing four pre-
packing conditions that consist of the warehouse without air conditioning, with air
conditioning, room with an exhaust fan, and with a fan. However, the room with fan was
the best condition with the highest moisture content in the 3rd week just reached 4.41%,
the ALT decreased until the 5th week, and there was no yeast and mold growth from 1st
week until the 5th week. Overall scoring from this treatment is 16.

Keywords: instant porridge, moisture content, microbiology, storage, triangle test

PENDAHULUAN konsumsi bubur dalam kemasan juga


memiliki pertumbuhan rata - rata yang
Pertumbuhan produksi padi di tinggi, sekitar 31,47% pada tahun 2011
Indonesia pada tahun 2010 - 2014 rata - 2015 (Sekretariat Jendral Pertanian,
- rata mencapai 1,64% dengan jumlah 2015).
tertinggi sebesar 71.281.000 ton pada
tahun 2013. Serupa dengan nilai Bubur dalam kemasan termasuk dalam
pertumbuhan produksinya, beras yang kategori bubur instan. Bubur instan
diolah menjadi makanan juga memiliki merupakan bubur yang telah
pertumbuhan rata - rata, yaitu 1,66% mengalami proses gelatinisasi dalam
pada tahun 2010 - 2014. Selain itu, bentuk flakes dan pellet kering

17
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

sehingga dalam penyajiannya tidak kelembaban relatif (Ansar et al., 2006;


diperlukan proses pemasakan. Muchtar et al., 2011; Dumadi, 2014;
Penyajian bubur instan dapat dilakukan Mamuaja dan Tooy, 2014), serta waktu
hanya dengan menambahkan air panas penyimpanan juga memengaruhi
(Fellows, 2016). Super Bubur kondisi produk (Muchtar et al., 2011).
merupakan salah satu produk instan Penelitian serupa juga telah dilakukan
berupa bubur dan pelengkapnya yang oleh Josua et al. (2017) tentang
dikemas dan diproduksi oleh PT penyimpanan bubur instan dengan
Dellifood Sentosa Corpindo yang konsentrat ikan gabus. Kesimpulan
merupakan anak perusahaan dari yang diperoleh pada penelitiannya,
Mayora Group. yaitu kadar air bubur instan yang
disimpan pada suhu ruang lebih rendah
Makanan yang dikemas dalam waktu daripada kadar air bubur instan yang
yang lama seperti Super Bubur dapat disimpan di suhu dingin dan total
mengalami penurunan mutu seiring kapang pada kedua perlakuan
berjalannya waktu. Menurut Susiwi cenderung fluktuatif. Oleh karena itu,
(2009), ada enam faktor utama yang penelitian ini bertujuan untuk
mengakibatkan terjadinya penurunan menganalisis pengaruh penyimpanan
mutu atau kerusakan pada produk pre-packing bubur instan terhadap
pangan. Penurunan mutu yang perubahan kimia dan mikrobiologi,
dimaksud, yaitu: pertumbuhan dan serta sifat organoleptiknya.
aktivitas mikroorganisme, aktivitas
enzim - enzim di dalam bahan pangan, METODOLOGI PENELITIAN
serangga parasit dan tikus, suhu, kadar
air, udara (oksigen), dan cahaya. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam
Kerusakan makanan kering biasanya penelitian ini adalah rice thickener dan
terjadi karena penyerapan uap air yang rice flake yang dibuat dari campuran
menyebabkan peningkatan kadar air beras putih, tepung tapioka, dan air,
pada produk pada penyimpanan media PCA dan PDA, reagen NaCl,
kelembaban udara relatif (RH, relative akuades, reagen asam tartarat,
humidity) yang tinggi (Ansar et al., kemasan OPP 20/ (Oriented
2006; Dumadi, 2014; Mamuaja dan Polypropylene) dan LLDPE 30 (Linear
Tooy, 2014). Kandungan air dalam Low Density Polyetyhlene) untuk
bahan pangan memengaruhi terjadinya kemasan inner bubur, kemasan OPP
perubahan dan menentukan 20/ dan VMCPP 25 (Vacuum Metalized
kandungan mikroba pada pangan Cast Polypropylene) untuk kemasan
(Kusnandar, 2010) yang memengaruhi outer bubur, PP (Polypropylene) untuk
keamanan produk tersebut untuk kemasan sementara rice thickener dan
dikonsumsi (Arpah, 2001; Kusnandar, rice flake, label putih, plastik seal.
2010). Off flavor pada produk dapat Alat - alat yang digunakan dalam
disebabkan oleh kandungan lemak penelitian ini adalah moisture analyzer,
dalam beras (USDA, 2009) yang loyang alumunium, penjepit loyang,
menghasilkan senyawa - senyawa drum dryer, tangki perendam, mesin
karbonil yang sifatnya tengik (Astawan pengayak beras dan tepung tapioka,
dan Wresdiyati, 2004) dan mesin mixer, tangki aging, neraca
menghasilkan rasa yang tidak enak analitik, mesin pengemas outer
(Fachry et al., 2007). (sekunder) dan inner (primer), vacuum
presser, vacuum chamber, gelas ukur,
Penyimpanan dapat dikategorikan termos, mangkuk dan sendok Super
menjadi dua jenis, yaitu: penyimpanan Bubur, cawan petri, mikropipet, tip,
sebelum dikemas (pre-packing) dan tabung schoot, labu Erlenmeyer,
penyimpanan setelah dikemas (finished Laminar Air Flow (LAF), waterbath,
good). Variasi kondisi penyimpanan bunsen, inkubator suhu 25, 35, dan
seperti kualitas awal bahan baku 50oC.
(Muchtar et al., 2011), sistem
penyimpanan seperti suhu ruangan dan Metode Penelitian
18
Perubahan Kadar Air Dan Mikrobiologi Bubur Instan Selama Penyimpanan
Dengan Variasi Kondisi Pre-Packing
(Ferdian, Warsono El Kiyat, Liza Visiska Putri)

Penelitian ini dibagi menjadi beberapa bersama dengan tepung tapioka dan air
tahap, yaitu pemilihan bahan baku, dan proses pencampuran bertujuan
pembuatan bubur instan, pengemasan untuk mencampurkan 200 - 210 liter air,
bubur instan, dan pengambilan data 10 - 20 kg tepung tapioka, dan 300 -
yang disajikan pada Gambar 1. 400 kg beras (2 batch) hingga
Pemilihan bahan baku bertujuan untuk homogen menjadi adonan. Proses
menyesuaikan standar bahan baku pencampuran memakan waktu 1 jam
yang diberikan oleh PT Dellifood yang dibagi menjadi 2 sub proses, yaitu
Sentosa Corpindo. Pembuatan dan 45 menit agitasi dengan kecepatan 50
pengemasan bubur instan bertujuan rpm dan 15 menit pendinginan.
untuk membuat sampel.
Proses selanjutnya yaitu penyimpanan.
Pemilihan Bahan Baku Proses ini merupakan peralihan dari
Bahan dasar yang digunakan yaitu proses pencampuran sebelum masuk
beras putih dan tepung tapioka yang ke proses pengeringan. Pada proses
dicampur air. Beras putih yang ini, adonan kembali diagitasi selama 60
digunakan berjenis beras broken menit pada suhu 10oC - 20oC.
dengan kadar air maksimum harus Selanjutnya, adonan masuk ke dalam
sesuai dengan spesifikasi PT Dellifood drum dryer untuk dilakukan proses
Sentosa Corpindo dan tidak memiliki pengeringan. Pada proses ini ada 3 roll
aroma apek, serta bebas dari cemaran. dan 3 spray yang digunakan.
Tepung tapioka yang digunakan harus Parameter yang digunakan, yaitu input
memiliki kadar air maksimum sesuai steam yang masuk bertekanan 4 - 4,8
dengan spesifikasi PT Dellifood bar, suhu drum dryer dan suhu produk
Sentosa Corpindo dan juga tidak ada yang menempel di mesin sebesar
cemaran, terutama nitrit. 120oC - 140oC. Adonan yang
dikeringkan berbentuk lembaran. Pada
Pembuatan Bubur Instan drum dryer dilengkapi dengan scraper
Beras dan tepung tapioka dimasukkan untuk mencacah lembaran hingga
ke dalam mesin pengayak yang bentuknya lebih kecil. Cacahan dapat
berbeda untuk dilakukan proses masuk ke dalam grader yang dilengkapi
pengayakan. Untuk beras dan tepung dengan magnet trap untuk dikeluarkan
tapioka, pengayak yang digunakan menjadi bubur instan Super Bubur.
masing - masing memiliki satuan 10
mesh dan 40 mesh yang dilengkapi Super Bubur memiliki dua jenis bahan
dengan magnet trap. Fungsi dari yang dikeluarkan oleh grader, yaitu rice
perlakuan ini adalah menyaring bahan flake yang dihasilkan dari filter 10 mm
untuk menghilangkan benda asing, dengan ukuran sebesar 5 - 8 mm dan
seperti kayu, tali, potongan karung, dan rice thickener yang dihasilkan dari filter
logam. 6 mm dengan ukuran sebesar 3 - 4 mm
Beras yang telah diayak, kemudian dengrn kadar air maksimum sebesar
direndam di dalam tangki perendaman. 4%. Kedua bahan ini dicampur menjadi
Proses perendaman bertujuan untuk 1 produk, yang kemudian dikemas
membersihkan dan melunakkan tekstur bersama bahan pelengkap lain. Rice
dari beras, serta digunakan conveyor thickener dan rice flake diambil masing
belt untuk meniriskan air sisa pada - masing sebanyak 4 kantong dengan
proses perendaman. Air yang berat 0,5 kg sehingga didapat total 8
digunakan sebanyak 100 - 200 liter dan kantong. Kemudian, setiap 2 kantong
proses memakan waktu selama 1 jam. jenis rice yang berbeda diberi kondisi
Selanjutnya, beras yang sudah variasi pre packing yang berbeda.
dibersihkan masuk ke dalam mesin Variasi tersebut disajikan pada Tabel 1.
shear pump. Pada mesin ini terdapat 2
proses, yaitu penggilingan dan
pencampuran. Proses penggilingan
bertujuan untuk menghancurkan beras
hingga siap saat dibuat adonan
19
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

Tabel 1. Variasi kondisi pre packing


pada sampel bubur instan
Kondisi Keterangan RH (%) T (oC)
A Gudang tanpa 66,5 28,7
AC
B Gudang 41,9 24,9
dengan AC
C Ruangan 52,2 31,2
dengan kipas
penyedot
udara (exhaust
fan)
D Ruangan 63,8 29,4
dengan kipas
angin

Beras
broken
Pengayakan

Perendaman

Penggilingan

Pencampuran air dan tepung tapioka yang telah


mengalami pengayakan

Penyimpanan

Pengeringan

Pengelompokkan

Rice Flake Rice Thickener

A B C D A B C D

Pengemasan (primer)

Pengemasan
(sekunder)
Gambar 1. Proses pembuatan,Inkubasi
perlakuan, dan pengemasan sampel

20
Perubahan Kadar Air Dan Mikrobiologi Bubur Instan Selama Penyimpanan
Dengan Variasi Kondisi Pre-Packing
(Ferdian, Warsono El Kiyat, Liza Visiska Putri)

Penyimpanan dilakukan di dalam pengecekan kadar air, ALT, yeast,


plastik PP selama 3 hari. Tujuannya mold, dan pembedaan dengan uji
adalah untuk mendinginkan produk segitiga, serta penerimaannya.
sehingga ketika dikemas, tidak
terbentuk uap air di dalam kemasan. Analisis Kadar Air
Terbentuknya uap air dapat Pada penelitian ini, uji kadar air
menyebabkan produk mudah rusak. dilakukan setiap 1 minggu setelah
masuk inkubator hingga minggu ke-5.
Pengemasan Bubur Instan Pengujian kadar air dilakukan dengan
Setelah 3 hari pre-packing, proses memasukkan ± 5 gram sampel secara
pengemasan dilakukan untuk merata ke atas loyang alumunium
menggabungkan 11,5 gram rice flake dalam moisture analyzer (MA),
dan 11,5 gram rice thickener menjadi kemudian ditutup dan biarkan
23 gram Super Bubur Reguler sesuai penguapan air terjadi selama beberapa
standar yang telah ditetapkan oleh saat. Perhitungan kadar air berakhir
perusahaan. Lalu, proses pengemasan ketika terdapat bunyi dari MA, serta
dilaksanakan menjadi 2 tahap, yaitu tertera tulisan END dan persentase
primer (inner) dan sekunder (outer). kadar air pada layar monitor MA.

Pengemasan inner dilakukan dengan Pada penelitian ini, analisis mikrobiologi


mesin packing yang dilengkapi dengan terbagi menjadi perhitungan Angka
metal detector di bagian conveyor belt. Lempeng Total (ALT), khamir, dan
Suhu yang dikeluarkan mesin saat kapang. Analisis mikrobiologi dilakukan
proses di bagian horizontal dan vertikal setiap 1 minggu awal masuk inkubator
kemasan memiliki kisaran angka, yaitu pada minggu ke-1 hingga minggu ke-5.
120oC - 150oC, serta kecepatan Uji ALT dilakukan di media PCA
pemotongan kemasan berkisar 40 - 60 dengan melarutkan 2,35 gram bubuk
cut/menit. Untuk pengemasan outer PCA ke dalam 100 mL akuades panas.
dilakukan dengan mesin packing Setelah itu, larutan media diaduk
dengan suhu yang dikeluarkan pada kemudian disterilisasi di dalam autoklaf
bagian long seal dan end seal 130oC - pada suhu 121°C selama 15 menit.
200oC, serta kecepatan pemotongan Media berisi larutan dimasukkan ke
kemasan berkisar 70 - 80 cut/menit. dalam waterbath pada 50°C.
Kemudian, sampel sebanyak 2,5 gram
Setiap satu proses packaging, dimasukkan ke dalam 45 mL larutan
dilakukan uji kebocoran selama 1 menit NaCl di dalam tabung schoot.
untuk memastikan tidak ada udara Pembuatan larutan NaCl dilakukan
yang masuk ke dalam kemasan dengan memasukkan 9 mL NaCl ke
menggunakan vacuum presser dan 1000 mL akuades panas. Lalu, sampel
vacuum chamber. Sesuai standar PT dipipet sebanyak 1 mL menggunakan
Dellifood Sentosa Corpindo, tekanan mikropipet ke cawan petri. Selanjutnya,
yang diberikan untuk kemasan inner media dimasukkan ke dalam cawan
adalah 0,4 bar, sedangkan untuk petri ± 15 mL dengan metode pour
kemasan outer tekanan yang diberikan plate sebanyak dua kali (duplo).
sebesar 0,3 bar. Penimbangan juga Setelah agar memadat, media PCA
dilakukan meliputi penimbangan yang telah berisi sampel dimasukkan
kemasan inner dan finish good secara terbalik ke dalam inkubator
packaging super bubur supaya sesuai bersuhu 35 - 37°C selama 48 jam.
dengan standar PT Dellifood Sentosa Perhitungan koloni setelah 48 jam
Corpindo. Setelah itu, seluruh sampel dilakukan secara manual.
dimasukkan ke dalam inkubator dengan
suhu 50oC. Pengamatan dilakukan Uji khamir dan kapang dilakukan
setiap seminggu sekali dari minggu ke- menggunakan media PDA dengan
1 hingga minggu ke-5 meliputi melarutkan 3,9 gram bubuk PDA ke
21
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

dalam 100 mL akuades panas. Setelah Uji segitiga dalam penelitian ini
itu, larutan diaduk dan disterilisasi di dilakukan dengan membandingkan 2
dalam autoklaf pada suhu 121°C sampel standar dengan empat jenis
selama 15 menit. Media berisi larutan sampel yang diteliti tanpa dilakukan
dimasukkan ke dalam waterbath pengulangan. Dalam satu uji, tiga
bersuhu 50°C. Setelah dingin, sampel disajikan di atas meja dalam
masukkan 1,4 mL asam tartarat ke 100 mangkuk Super Bubur Cup tanpa
mL media PDA yang sudah dingin topping dan bumbu, serta pelengkap
untuk mengasamkan media. Larutan lainnya dengan diberi kode tiga angka
asam tartarat dibuat dengan acak. Setiap panelis memilih sampel
memasukkan 5 gram bubuk tartarat ke mana yang berbeda secara
ke 45 mL akuades (konsentrasi 10%). keseluruhan secara bergantian. Panelis
Kemudian, sampel sebanyak 2,5 gram dapat menulis apa perbedaan sampel
dimasukkan ke dalam 45 mL larutan yang dipilihnya di kuesioner.
NaCl di dalam tabung schoot.
Pembuatan larutan NaCl dilakukan Metode Analisis
dengan memasukkan 9 mL NaCl ke Untuk data kadar air, ALT, yeast, dan
1000 mL akuades panas. Lalu, 1 mL mold yang diperoleh dari penelitian ini,
sampel dipipet menggunakan dianalisis secara deskriptif. Analisis
mikropipet ke cawan petri. Selanjutnya, deskriptif merupakan analisis dengan
media dimasukkan ke dalam cawan penggambaran yang bersifat apa
petri ± 15 mL dengan metode pour adanya. Kemudian, dari empat
plate. Setelah agar memadat, media perlakuan pre-packing diurutkan
PDA yang telah berisi sampel perlakuan mana yang terbaik dengan
dimasukkan secara terbalik ke dalam sistem skoring. Sistem skoring dilihat
inkubator bersuhu 25oC - 30°C selama berdasarkan kenaikan parameternya.
48 jam. Perhitungan koloni setelah 48 Jika kenaikan begitu terlihat akan dinilai
jam dilakukan secara manual. dengan poin 1, sementara jika kenaikan
tidak begitu terlihat dinilai dengan poin
Uji Segitiga 2, dan bila kenaikan tidak terjadi atau
Uji segitiga dilakukan dengan mengikuti hampir tidak ada kenaikan mendapat
Instruksi Kerja Triangle Test di PT poin 3 atau 4 tergantung dari margin
Dellifood Sentosa Corpindo (DSC). kenaikan. Setelah itu, dari setiap
Jumlah panelis dalam penelitian ini parameter skor dijumlahkan lalu dilihat
berjumlah 10 orang QC (quality control) skor mana yang paling tinggi. Skor
di PT DSC yang sudah biasa menjadi tertinggi mencerminkan perlakuan
panelis dalam mencoba sampel Super terbaik dari seluruh perlakuan yang
Bubur. Penentuan ini didasari pada ada. Hal yang sama juga dilakukan
padatnya kegiatan QC di setiap pada parameter organoleptik.
harinya, bahkan QC juga sering
dipanggil untuk tugas ke luar dengan Untuk data uji segitiga yang diperoleh
waktu yang tidak tentu atau tiba - tiba. dari penelitian ini, direkapitulasi dalam
Selain itu, jumlah minimal panelis yang bentuk tabel. Setelah itu, data dianalisis
ditentukan minimal 7 orang dari bagian secara statistik dengan peluang
QC dan berdasarkan penelitian yang binomial menggunakan aplikasi
dilakukan oleh Giyarto et al. (2015) Microsoft Excel 2010. Distribusi
tentang penentuan masa simpan “beras binomial dipakai dalam uji segitiga
cerdas”, panelis yang digunakan adalah karena uji ini cocok untuk melihat dua
panelis semi terlatih sebanyak 7 orang. hasil, yaitu benar dan salah (Lawless
Jadi ketika seorang panelis misalnya dan Heymann, 2010). Penggunaan
mendapat tugas keluar maka uji peluang binomial dalam analisis data
segitiga masih dapat dilanjutkan karena penelitian ini bertujuan untuk melihat
panelis masih di atas standar yang ada atau tidaknya perbedaan signifikan
ditentukan. dari sampel standar perusahan dengan
sampel - sampel yang sedang diteliti.

22
Perubahan Kadar Air Dan Mikrobiologi Bubur Instan Selama Penyimpanan
Dengan Variasi Kondisi Pre-Packing
(Ferdian, Warsono El Kiyat, Liza Visiska Putri)

Hasil yang didapat dari rumus tersebut Kondisi B merupakan gudang dengan
berupa peluang uji atau p - value AC. Pada kondisi B yang memiliki RH
dibandingkan dengan α yang 41,9% dan suhu 22,9ºC saat
digunakan dalam penelitian, yaitu 5%. penyimpanan pre packing, kadar air
Jika α ≥ p - value maka ada perbedaan dari minggu ke-1 sampai minggu ke-5
yang signifikan. Selain itu, analisis juga di inkubator 50ºC cenderung
dapat dilakukan dengan mengalami penurunan dan fluktuatif
membandingkan minimal jumlah benar bila dilihat pada Gambar 2. Kadar air
yang didapat pada pada uji segitiga tertinggi terdapat pada minggu ke-4
dengan yang ada di tabel uji segitiga dengan nilai 5,19%. Suhu yang
sesuai level signifikansi yang cenderung rendah menyebabkan
digunakan (Kemp et al., 2009). Jika kecepatan respirasi menurun (Hasfita
minimal jumlah benar melebihi jumlah dan Husin, 2013). Kadar air tidak
benar yang ada di tabel maka mengalami pertambahan seperti kadar
perbedaan produk juga signifikan. air di kondisi A karena tidak ada air
Ketika sampel yang diteliti sudah yang dihasilkan melalui respirasi.
berbeda signifikan dibanding dengan Respirasi yang sedikit menyebabkan
sampel standar maka penerimaan tidak terbentuknya air di dalam
panelis terhadap sampel akan dilihat. kemasan saat diinkubasi.
Pada kondisi awal kadar air sudah
HASIL PENELITIAN DAN terlihat tinggi.
PEMBAHASAN
Gambar 2. Perubahan kadar air (%)
Kadar Air
Kondisi A merupakan gudang finished
good tanpa pengatur sirkulasi udara.
Pada kondisi A yang memiliki RH
66,7% dan suhu 28,7ºC saat
penyimpanan pre-packing, kadar air
dari minggu ke-1 sampai minggu ke-5
di inkubator 50ºC cenderung
mengalami peningkatan (Gambar 2).
Kadar air tertinggi terdapat pada
minggu ke-5 dengan nilai 5,55%. Hal ini
disebabkan oleh kondisi pre packing
yang diberikan pada sampel.
sampel pada gudang tanpa AC (A);
Keadaan penyimpanan yang kering dan gudang dengan AC (B); ruangan
tidak ada sirkulasi udara membuat suhu dengan kipas penyedot udara (exhaust
penyimpanan cenderung hangat. fan) (C); ruangan dengan kipas angin
Menurut Hasfita dan Husin (2013), (D).
semakin tinggi suhu, maka kecepatan
reaksi juga semakin tinggi yang Hal ini disebabkan oleh pengembunan
mengakibatkan reaksi respirasi berjalan yang terjadi akibat suhu rendah di
lebih cepat. Pati dalam beras (Winarno, ruangan ber - AC. Gas yang terkonversi
2002) dan tepung tapioka (Imanningsih, menjadi air karena pengembunan
2012) mengalami perombakan dan terbentuk secara mikroskopis di dalam
bereaksi dengan oksigen menjadi plastik PP saat pre-packing. Sifat
karbon dioksida dan uap air yang higroskopis dari bubur instan membuat
tertahan di dalam kemasan. Kemudian, air dapat masuk ke dalam bahan saat
sifat higroskopis yang dimiliki bubur awal penyimpanan (Muthukumarappan
membuat air terserap ke dalam bubur et al., 1992; Rachmat, 2008).
dan meningkatkan kadar air (Fibriyanti, Kondisi C merupakan ruangan dengan
2012) hingga minggu ke-5. exhaust fan yang dapat membuang
udara dari dalam ke luar. Pada kondisi
23
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

C yang memiliki RH 52,2% dan suhu Secara keseluruhan, kadar air dapat
31,2ºC saat penyimpanan pre packing, meningkat karena sifat higroskopis dari
kadar air dari minggu ke-1 sampai beras (Rachmat, 2008) dan tepung
minggu ke-5 di inkubator 50ºC tapioka (Castro et al., 2005) yang
cenderung mengalami penurunan dan menjadi bahan dasar pembuatan bubur
fluktuatif bila dilihat pada Gambar 2. instan. Bahkan, koefisien ekspansi
Kadar air tertinggi terdapat pada higroskopis beras pada saat absorpsi
minggu ke-4 dengan nilai 5,06%. Suhu lebih besar daripada saat beras
pada kondisi C tergolong tinggi, namun mengalami desorpsi. Jika kelembaban
adanya exhaust fan membantu berada pada nilai yang tinggi, maka
membuang udara panas menjadi lebih uap air akan terabsorpsi ke dalam
dingin. Penggunaan AC pada kondisi B bubur, sementara apabila nilai
lebih mengurangi kadar air pada kelembaban turun, maka air dapat
penyimpanan awal dibanding terdesorpsi keluar dari bubur (Rachmat,
penggunaan exhaust fan pada kondisi 2008). Bila RH tinggi, kadar air juga
C. Hal ini disebabkan oleh kapasitas dapat naik karena terjadi penyerapan
pembuangan udara panas AC jauh uap air ke dalam produk dari
lebih besar dibanding exhaust fan. lingkungan (Ansar, et al., 2006;
Sama seperti kondisi B, kadar air yang Dumadi, 2014; Mamuaja dan Tooy,
cukup tinggi di awal disebabkan oleh 2014).
pengembunan yang terbentuk Penggunaan suhu 50oC pada inkubator
penarikan udara panas keluar oleh menyebabkan reaksi - reaksi kimia
exhaust fan. Gas yang terkonversi dapat terjadi. Salah satu reaksi tersebut
menjadi air karena pengembunan adalah reaksi Maillard. Adanya reaksi
terbentuk secara mikroskopis di dalam Maillard juga dapat meningkatkan
plastik PP saat pre packing. Sifat persentase kadar air. Reaksi ini
higroskopis dari bubur instan membuat membentuk senyawa melanoidin yang
air dapat masuk ke dalam bahan saat dibentuk oleh gugus karbonil pada gula
awal penyimpanan (Rachmat, 2008). dan gugus amina primer pada asam
amino (Winarno, 2008). Ketika
Kondisi D adalah ruangan dengan kandungan karbohidrat atau protein
kipas angin. Pada kondisi D yang menurun karena hasil dari reaksi
memiliki RH 63,8% dan suhu 29,4ºC tersebut, persentase kadar air dapat
saat penyimpanan pre packing, kadar meningkat seiring berjalannya waktu.
air dari minggu ke-1 sampai minggu ke- Oleh karena itu, kadar air dapat
5 di inkubator 50ºC cenderung mengalami peningkatan selama
mengalami penurunan dan fluktuatif, penyimpanan.
serta cenderung stabil pada Gambar 2.
Kadar air tertinggi terdapat pada Selama penyimpanan juga terjadi
minggu ke-4 dengan nilai 4,77%. respirasi aerobik, yaitu terjadinya
interaksi antara pati yang telah
Kipas angin diketahui juga memberikan dirombak dengan oksigen. Oksigen
udara yang lebih sejuk, namun tidak dapat masuk ke dalam kemasan
membuang udara panas secara disebabkan saat pengemasan tidak
langsung. Suhu yang agak rendah dilakukan dalam kondisi vakum
seperti kondisi B dan C menyebabkan sehingga udara juga ikut terkemas.
terjadinya pengembunan yang Selain itu, setiap kombinasi kemasan
meningkatkan kadar air di awal. Namun inner maupun outer tidak sepenuhnya
bila suhu agak tinggi, respirasi akan menghalangi oksigen yang keluar
berjalan lebih cepat sehingga air juga maupun masuk karena permeabilitas
dihasilkan dan dapat meningkatkan oksigennya yang berbeda - beda.
kadar air selama penyimpanan. Kondisi Permeabilitas oksigen dari plastik OPP
D merupakan kondisi terbaik di antara sebesar 2,1 ml μ/cm2 hari atm pada
C dan D yang hasilnya cenderung 10ºC (Yam dan Lee, 1995; Piergiovanni
stabil. dan Limbo, 2010). Kemudian,
permeabilitas oksigen LLDPE memiliki

24
Perubahan Kadar Air Dan Mikrobiologi Bubur Instan Selama Penyimpanan
Dengan Variasi Kondisi Pre-Packing
(Ferdian, Warsono El Kiyat, Liza Visiska Putri)

nilai 15,7 ml μ/cm2 hari atm pada 10ºC di inkubator 50ºC cenderung
(Yam dan Lee, 1995). Sementara untuk mengalami penurunan bila dilihat pada
permeabilitas VMCPP nilainya belum Gambar 3.
diketahui, namun memiliki
permeabilitas udara yang rendah Kenaikan ALT terjadi pada minggu ke-3
(Matsumoto, 1999). untuk kondisi A, B, dan D, serta minggu
ke-4 untuk kondisi C. Hal ini
Mikrobiologi disebabkan oleh dua hal. Pertama,
Kondisi A merupakan gudang finished adanya bakteri termofil yang tahan
good tanpa pengatur sirkulasi udara. panas yang dalam kondisi dorman.
Pada kondisi A yang memiliki RH Ketika masuk ke dalam inkubator,
66,7% dan suhu 28,7ºC saat bakteri menemukan kondisi yang
penyimpanan pre packing, ALT dari sesuai sehingga terjadi pertumbuhan.
minggu ke-1 sampai minggu ke-5 di
inkubator 50ºC cenderung mengalami Kedua, adanya bakteri yang masih
penurunan (Gambar 3). Kemudian, bertahan (sub lethal) dari pemanasan
untuk khamir dan kapang, terjadi drum drying dan kemudian beradaptasi
pertumbuhan pada minggu ke-5 di inkubator sehingga dapat terjadi
sebanyak 10 CFU/g dan di minggu pertumbuhan (Bhunia dan Bibek,
sebelumnya tidak ada pertumbuhan 2014). Akumulasi dari kedua
bila dilihat pada Gambar 4. pertumbuhan tersebut meningkatkan

Kondisi B merupakan gudang dengan


AC. Pada kondisi B yang memiliki RH
41,9% dan suhu 22,9ºC saat
penyimpanan pre-packing, ALT dari
minggu ke-1 sampai minggu ke-5 di
inkubator 50ºC cenderung mengalami
penurunan dan fluktuatif bila dilihat
pada Gambar 3. Kemudian, untuk
khamir dan kapang, terjadi
pertumbuhan pada minggu ke-2
sebanyak 10 CFU/g dan di minggu - pertumbuhan. Namun setelah
minggu lainnya tidak ada pertumbuhan kenaikan, ALT selalu turun di setiap
bila dilihat pada Gambar 4. kondisi pada penelitian ini. Hal tersebut
terjadi karena mikroorganisme
Kondisi C merupakan ruangan dengan membutuhkan gizi terus menerus.
exhaust fan yang dapat membuang
udara dari dalam ke luar. Pada kondisi
C yang memiliki RH 52,2% dan suhu Gambar 3. Perubahan ALT (x10
31,2ºC, ALT dari minggu ke-1 sampai CFU/g) sampel pada kondisi gudang
minggu ke-5 di inkubator 50ºC tanpa AC (A); gudang dengan AC (B);
cenderung mengalami kenaikan dan ruangan dengan kipas penyedot udara
fluktuatif bila dilihat pada Gambar 13. (exhaust fan) (C); ruangan dengan
Selama penyimpanan tidak ada kipas angin (D).
pertumbuhan khamir dan kapang di bahan pangan dapat turun karena
kondisi C dan D. Hal ini menandakan berbagai faktor. Salah satu faktor
Aw produk di bawah 0,6 (Bhunia dan tersebut adalah suhu (Bhunia dan
Bibek, 2014). Bibek, 2014).
Kondisi D adalah ruangan dengan Kontaminasi di produk bubur instan
kipas angin. Pada kondisi D yang selama penyimpanan terbilang umum.
memiliki RH 63,8% dan suhu 29,4ºC Produk yang sudah terolah masih dapat
saat penyimpanan pre packing, ALT ditumbuhi oleh mikroba sekitar 100 -
dari minggu ke-1 sampai minggu ke-5
25
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

1.000 koloni/g untuk ALT dan 10 - 100 Bacillus cereus (Erkmen dan Bozoglu,
koloni/g untuk khamir dan kapang. 2016; Fu, et al., 2017), bakteri psikotrof,
Mikroba bisa tumbuh dalam adonan bakteri gram positif dan negatif,
yang telah tercampur atau saat masih beberapa patogen seperti Salmonella,
menjadi raw material, bahkan dari Staphylococcus aureus, serta yeast
udara, pekerja, atau peneliti dapat (Bhunia dan Bibek, 2014; Erkmen dan
mengontaminasi produk (Bhunia dan Bozoglu, 2016), dan Clostridium
Bibek, 2014). perfringens (Bhunia dan Bibek, 2014).
Namun, kemungkinan tumbuh
mikroorganisme akan lebih banyak
pada media Nutrient Agar (NA). Pada
media NA akan lebih banyak jumlah
koloni yang akan tumbuh dibanding
dengan PCA karena kandungan
nutrisinya tidak sebanyak yang terdapat
pada media NA (Chikere dan
Udochukwu, 2014).
Pada seluruh kondisi, sampel masih
dikategorikan aman untuk dikonsumsi
Gambar 4. Perubahan nilai khamir dan karena tidak ada yang melebihi standar
kapang (x10 CFU/g) sampel pada yang ditetapkan pada PKBPOM no. 16
kondisi gudang tanpa AC (A); gudang tahun 2016, yaitu untuk ALT maksimal
dengan AC (B). 104 koloni/g, serta untuk khamir dan
kapang 103 koloni/g (BPOM, 2016).
Selama masa penyimpanan juga dapat
terjadi peningkatan jumlah Hasil Uji Segitiga
mikroorganisme yang tumbuh. Hal ini
disebabkan oleh adanya kenaikan Kondisi A merupakan gudang finished
kadar air. Kandungan air dalam bahan good tanpa pengatur sirkulasi udara.
pangan memengaruhi terjadinya Pada kondisi A yang memiliki RH
perubahan dan menentukan 66,7% dan suhu 28,7ºC saat
kandungan mikroba pada pangan penyimpanan pre-packing, jumlah
(Kusnandar, 2010). panelis yang dapat menjawab benar
setiap minggunya meningkat dan
Kenaikan kadar air pada produk seluruh panelis mampu membedakan
cenderung meningkatkan nilai Aw saat minggu ke-5 yang tersaji pada
produk. Pada nilai Aw yang cocok, Tabel 2.
mikroorganisme dapat bertumbuh dan
berkembang biak (Wijaya, 2007).
Perbedaan 2% saja pada kadar air
dapat membuat perbedaan besar
dalam laju pertumbuhan jamur saat
penyimpanan dan laju kerusakan
serealia (Bala, 2017).

Jika Aw meningkat di atas 0,6,


beberapa jamur yang dapat tumbuh
seperti Aspergillus, Penicillium, dan
Rhizopus yang menyebabkan
pembusukan ketika kadar air sedang
tinggi (Bhunia dan Bibek, 2014),
bahkan mikotoksin seperti aflatoksin
(Erkmen dan Bozoglu, 2016). Jenis -
jenis bakteri yang dapat tumbuh selama
penyimpanan meliputi bakteri berspora
(Bhunia dan Bibek, 2014) seperti
26
Perubahan Kadar Air Dan Mikrobiologi Bubur Instan Selama Penyimpanan
Dengan Variasi Kondisi Pre-Packing
(Ferdian, Warsono El Kiyat, Liza Visiska Putri)

Dari jawaban benar akan dilihat apakah


sampel diterima atau ditolak. Pada
Jumla
minggu ke-5 penolakan sampel secara
h sensoris mencapai 6 orang dari 10
penol orang.Kondisi B merupakan gudang
Kon Min Jumlah benar dari akan Ha dengan AC. Pada kondisi B yang
disi ggu 10 panelis dari sil memiliki RH 41,9% dan suhu 22,9ºC
jawab
an saat penyimpanan pre packing, jumlah
benar panelis yang dapat menjawab benar
1 5 1 T setiap minggunya meningkat dan
seluruh panelis mampu membedakan
2 7 3 S
saat minggu ke-5 yang tersaji pada
A 3 7 3 S Tabel 2. Pada minggu ke-1 produk
4 7 1 S belum dapat dibedakan dengan
5 10 6 S pembanding. Hal ini menandakan
produk masih tergolong baik dari sisi
1 0 0 T
organoleptiknya. Produk mulai berbeda
2 8 2 S secara signifikan pada minggu ke-2.
B 3 9 4 S
Hal ini ditunjukkan dengan p - value
4 10 4 S
minggu ke-2 sampai minggu ke-5 <
5 10 7 S 0,05 dan jumlah panelis yang
1 8 3 S menjawab benar pada minggu ke-2
2 7 2 S sampai minggu ke-5 sama dengan atau
lebih dari 7 panelis. 7 Panelis
C 3 9 2 S
merupakan syarat minimum bagi
4 8 3 S sampel untuk dinyatakan berbeda
5 10 6 S signifikan berdasarkan minimal jumlah
benar dari tabel uji segitiga, jika panelis
1 8 1 S
yang ikut uji berjumlah 10 panelis
2 9 2 S (Kemp et al., 2009). Dari jawaban
D 3 10 1 S benar akan dilihat apakah sampel
4 7 4 S diterima atau ditolak. Pada minggu ke-5
penolakan sampel secara sensoris
5 9 3 S
mencapai 7 orang dari 10 orang.

Tabel 2. Hasil uji segitiga pada kondisi Kondisi C merupakan ruangan dengan
A, B, C, dan D exhaust fan yang dapat membuang
udara dari dalam ke luar. Pada kondisi
Produk mulai berbeda secara signifikan C yang memiliki RH 52,2% dan suhu
pada minggu ke-2. Hal ini ditunjukkan 31,2ºC, jumlah panelis yang dapat
dengan p - value minggu ke-2 sampai menjawab benar setiap minggunya
minggu ke-5 <0,05 dan jumlah panelis cenderung stabil, namun sudah dapat
yang menjawab benar pada minggu ke- dibedakan oleh banyak panelis yang
2 sampai minggu ke-5 sama dengan dapat dilihat pada Tabel 2. Hal ini dapat
atau lebih dari 7 panelis. Syarat dilihat pada minggu ke-1 di mana
minimum bagi sampel untuk dinyatakan jawaban benar mencapai 8 panelis.
berbeda signifikan adalah 7 panelis Seluruh panelis mampu membedakan
berdasarkan minimal jumlah benar dari saat minggu ke-5. Produk mulai
tabel uji segitiga yang terlampir pada berbeda secara signifikan sejak minggu
Lampiran 15., jika panelis yang ikut uji ke-1. Hal ini ditunjukkan dengan p-
berjumlah 10 panelis (Kemp et al., value minggu ke-1 sampai minggu ke-5
2009). <0,05 dan jumlah panelis yang
menjawab benar pada minggu ke-1
sampai minggu ke-5 sama dengan atau
27
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

lebih dari 7 panelis. 7 Panelis bersifat nukleofilik dari asam amino


merupakan syarat minimum bagi menurut reaksi yang dikenal sebagai
sampel untuk dinyatakan berbeda reaksi Maillard yang membuat produk
signifikan berdasarkan minimal jumlah kekuningan hingga kecoklatan
benar dari tabel uji segitiga, jika panelis (Sirisoontaralak dan Noomhorm, 2007).
yang ikut uji berjumlah 10 panelis Glukosa dan protein berasal dari
(Kemp et al., 2009). Dari jawaban tepung tapioka (Soemarno, 2007) dan
benar akan dilihat apakah sampel beras (USDA, 2009). Menurut Hasfita
diterima atau ditolak. Pada minggu ke-5 dan Husin (2013), semakin tinggi suhu,
penolakan sampel secara sensoris maka kecepatan reaksi juga akan
mencapai 6 orang dari 10 orang. semakin tinggi. Inkubator yang
digunakan memiliki suhu 50°C. Maka
Kondisi D adalah ruangan dengan dari itu, reaksi ini lebih cepat terjadi
kipas angin. Pada kondisi D yang karena tingginya suhu.
memiliki RH 63,8% dan suhu 29,4ºC
saat penyimpanan pre packing, jumlah Pada penyimpangan tektsur, tekstur
panelis yang dapat menjawab benar produk lebih encer atau lebih kental.
setiap minggunya cenderung stabil, Encernya bubur dapat disebabkan oleh
namun sudah dapat dibedakan oleh peningkatan kadar air. Pada bubur
banyak panelis. Hal ini dapat dilihat yang kadar airnya tinggi, ketika
pada minggu ke-1 di mana jawaban dilakukan penyeduhan dengan air
benar mencapai 8 panelis yang dapat panas sebanyak 200 mL sesuai
dilihat pada Tabel 2. Seluruh panelis prosedur pembuatan bubur instan,
mampu membedakan saat minggu ke- tekstur akan lebih encer. Namun, encer
3, namun di minggu ke-4 dan minggu atau kental dapat juga disebabkan oleh
ke-5 tidak seluruhnya mampu perbedaan komposisi yang tidak
membedakan. Produk mulai berbeda semestinya terjadi antara rice thickener
secara signifikan sejak minggu ke-1. dan rice flake. Bila rice thickener lebih
Hal ini ditunjukkan dengan p-value banyak maka tekstur akan lebih kental.
minggu ke-1 sampai minggu ke-5 <0,05
dan jumlah panelis yang menjawab Pada penyimpangan flavor, off flavor
benar pada minggu ke-1 sampai pada produk dapat disebabkan oleh
minggu ke-5 sama dengan atau lebih kandungan lemak dalam beras (USDA,
dari 7 panelis. 7 Panelis merupakan 2009) yang menghasilkan senyawa -
syarat minimum bagi sampel untuk senyawa karbonil yang sifatnya tengik
dinyatakan berbeda signifikan (Astawan dan Wresdiyati, 2004) dan
berdasarkan minimal jumlah benar dari membuat flavor tidak enak (Fachry,
tabel uji segitiga, jika panelis yang ikut 2007). Pada Aw yang tinggi, oksidasi
uji berjumlah 10 panelis (Kemp et al., lemak berlangsung lebih cepat
2009). Dari jawaban benar akan dilihat (Winarno, 2002). Petumbuhan
apakah sampel diterima atau ditolak. mikroorganisme juga dapat
Pada kondisi D penolakan terbesar dari menyebabkan off flavor (Bhunia dan
jawaban benar terjadi di minggu ke-4, Bibek, 2014). Mikroorganisme seperti
di mana dari 7 panelis yang mampu mikroba jenis proteolitik dapat mengurai
membedakan, 4 di antaranya menolak protein menjadi senyawa asam dan
sampel. indol yang menyebabkan bau apek
Pada sampel yang ditolak, terdapat (Fardiaz, 1989). Menurut Hasfita dan
beberapa penyimpangan yang terjadi Husin (2013), semakin tinggi suhu,
pada parameter warna, tekstur, dan maka kecepatan reaksi juga akan
flavor (aroma dan rasa). Pada semakin tinggi. Inkubator yang
penyimpangan warna, hal disebabkan digunakan memiliki suhu 50°C. Maka
oleh adanya reaksi Maillard. Dalam dari itu, reaksi di atas akan lebih cepat
penyimpanan pada temperatur 29 - terjadi karena tingginya suhu.
32°C dengan kelembaban 65–95%,
gugus karbonil yang reaktif dari glukosa Untuk parameter kadar air, perlakuan
bereaksi dengan gugus amino yang terbaik didapat pada kondisi C

28
Perubahan Kadar Air Dan Mikrobiologi Bubur Instan Selama Penyimpanan
Dengan Variasi Kondisi Pre-Packing
(Ferdian, Warsono El Kiyat, Liza Visiska Putri)

(ruangan dengan kipas penyedot udara sampel mana yang berbeda dan
(exhaust fan)) dan D (ruangan dengan terdapat tujuh panelis menolak sampel
kipas angin) dengan poin 4. Di kedua yang berbeda tersebut. Pada kondisi D
kondisi ini kadar air terus turun sampai diberi skor 4, seluruh panelis dapat
minggu ke-3 dan baru naik di minggu membedakan sampel mana yang
ke-4. Namun di minggu ke-5 kadar air berbeda dan hanya satu panelis yang
kembali turun. Pada kadar air sampel di menolak sampel yang berbeda di
kondisi A (gudang tanpa AC), tren minggu ke-3. Kondisi terbaik untuk
kadar airnya mengalami kenaikan parameter organoleptik dapat dilihat
sehingga diberikan skor 2. Meski pada Tabel 3.
trennya fluktuatif, namun pada kadar air
sampel di kondisi B (gudang dengan Tabel 3. Ranking perlakuan terbaik
AC) diberikan skor 2. setiap parameter dan secara
keseluruhan
Untuk parameter ALT, kondisi A, C, dan Parameter A B C D
D mendapat skor 4. Pada kondisi A dan
D tren mengalami penurunan. Pada Organoleptik 3 2 3 4
kondisi C, meski trennya naik namun Kadar air 2 3 4 4
kenaikannya hanya sedikit di minggu Khamir dan 2 3 4 4
ke-4 dan masih di bawah batas kapang
maksimum, serta di minggu ke-2, ke-3, ALT 4 3 4 4
dan ke-5 stabil tidak mengalami Total 11 11 15 16
penurunan dibandingkan dengan ketiga
kondisi lain. Untuk parameter khamir Secara keseluruhan total skor dari
dan kapang, kondisi C dan D yang masing-masing kondisi dapat dilihat di
paling baik sehingga diberi skor 4. Hal Tabel 3. Nilai dijumlahkan dari masing-
ini disebabkan tidak tumbuhnya khamir masing parameter kadar air, ALT,
dan kapang di kedua kondisi ini selama khamir dan kapang, serta organoleptik
penelitian berlangsung. Pada kondisi A melalui uji segitiga. Dari keempat
dan B terjadi kenaikan dengan nilai perlakuan kondisi pre packing yang
yang sama, yaitu 10 CFU/g di mana diuji pada penelitian ini, kondisi D, yaitu
kondisi A terjadi pertumbuhan di ruangan dengan kipas angin
minggu ke-5 dan kondisi B di minggu merupakan kondisi pre packing terbaik
ke-2, namun di minggu - minggu dengan total skor 16, diikuti dengan
berikutnya tidak ada lagi pertumbuhan. pada kondisi C (ruangan dengan kipas
Maka dari itu, skor yang diberikan untuk penyedot udara (exhaust fan)) dengan
kondisi B adalah 3 dan kondisi A total skor 15. Di posisi akhir ditempati
adalah 2. Kondisi terbaik untuk oleh kondisi A (gudang tanpa AC) dan
parameter ALT, serta nilai khamir dan B (gudang dengan AC) dengan skor 11.
kapang dapat dilihat pada Tabel 3. Hal Dengan ini dapat dikatakan, bahwa
ini disebabkan oleh kadar air diawal kondisi D dapat diteliti lebih lanjut
yang sudah tinggi dan semakin tinggi di supaya dapat ditetapkan sebagai
minggu ke-2 dan minggu ke-4. Kondisi standar dalam penyimpanan produk
terbaik untuk parameter kadar air dapat bubur instan.
dilihat pada Tabel 3.
KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk parameter organoleptik melalui
uji segitiga, kondisi A dan C mendapat Kesimpulan
skor 3. Pada kondisi A dan C, seluruh Kesimpulan yang didapat dari hasil
panelis baru dapat membedakan penelitian ini adalah:
sampel mana yang berbeda dan 1. Untuk parameter kadar air,
terdapat enam panelis yang menolak perlakuan terbaik didapat pada
sampel yang berbeda tersebut. Pada kondisi C (ruangan dengan kipas
kondisi B diberi skor 2, di minggu ke-4 penyedot udara (exhaust fan) dan D
seluruh panelis dapat membedakan (ruangan dengan kipas angin)
29
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

dengan poin 4. Hal ini disebabkan Berserat. Tiga Serangkai


oleh fluktuatifnya kadar air pada Pustaka Mandiri, Solo.
kedua kondisi dan lebih ke arah Badan Pengawas Obat dan Makanan.
penurunan. 2016 [BPOM]. Kriteria
2. Untuk parameter ALT, perlakuan Mikrobiologi dalam Pangan
terbaik didapat pada kondisi A Olahan (Nomor 16 Tahun
(gudang finished good), C, dan D 2016). Direktorat Standardisasi
sehingga mendapat skor 4. Untuk Produk Pangan, Jakarta.
parameter khamir dan kapang, Bala, B.K. 2017. Drying and Storage of
kondisi C dan D yang paling baik Cereal grains (2nd ed.). John
karena tidak terjadi pertumbuhan Wiley & Sons, Ltd, West
sama sekali sehingga diberi skor 4. Sussex.
3. Untuk parameter organoleptik, Bhunia, A., dan Bibek, R. 2014.
perlakuan terbaik didapat pada Fundamental Food
th
kondisi D sehingga mendapat skor Microbiology (5 ed.). CRC
4, seluruh panelis dapat Press, Boca Raton.
membedakan sampel mana yang Castro, I.A., Motizuki, M., Murai, H.,
berbeda dan hanya satu panelis Chiu, M. C., dan Silva, R. S. S.
yang menolak sampel yang F. 2006.. 2006. Effect of
berbeda di minggu ke-3. Anticaking Agent Addition and
4. Dari keempat perlakuan kondisi pre Headspace Reduction in The
packing yang diuji pada penelitian Powdered - Drink Mix Sensory
ini, kondisi D, yaitu ruangan dengan Stability. Journal of Food
kipas angin merupakan kondisi pre Quality, 29 : 203 - 215.
packing terbaik dengan total skor Diniyah, N., Giyarto, Subagio, A.,
16. Akhiriani, R. A. 2015.
Pendugaan Umur Simpan
Saran “Beras Cerdas” Berbasis
Sebaiknya penelitian lanjutan dilakukan Mocaf, Tepung Jagung
oleh PT Dellifood Sentosa Corpindo Menggunakan Metode
mengenai ruangan dengan kipas angin Accelerated Shelf-Life Testing
untuk dijadikan standar ruangan pre (ASLT) pendekatan Arrhenius.
packing bubur instan. Penelitian Warta IHP 32 (1), 1 - 8.
lanjutan yang dapat penulis sarankan Dumadi, S.R. 2011. The Moisture
adalah pengujian umur simpan bubur Content Increase of Dried
instan dengan kondisi tersebut dan Cocoa Beans during Storage
perubahan - perubahan yang terjadi at Room Temperature. Badan
pada pelengkap bubur instan seperti Pengkajian dan Penerapan
kerupuk, bumbu, abon, bawang goreng Teknologi, Jakarta.
dll. Erkmen, O., dan Bozoglu, T.F. 2016.
Food Microbiology Principles
into Practice. John & Wiley
DAFTAR PUSTAKA sons, Ltd, West Sussex.
Ansar, A., Rahardjo, B., Noor, Z., dan Fachry, H.A.R., Arta, S., dan Dewi, F.
Rochmadi, R. 2006. Pengaruh 2007. Pengaruh Pemanasan
Temperatur dan Kelembaban dan Derajat Keasaman Emulsi
Udara terhadap Kelarutan pada Pembuatan Minyak
Tablet Effervescent. Majalah Kelapa. Jurnal Teknik Kimia,
Farmasi Indonesia, 17 (2), 63- 11 (1).
68. Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan.
Arpah, M. 2001. Penentuan PAU Pangan dan Gizi, Bogor.
kedaluwarsa produk pangan. Fellows, P.J. 2016. Food processing
Institut Pertanian Bogor, Bogor Technology. Principles and
Astawan, M., dan Wresdiyati, T. 2004. Practice (4th ed.). Woodhead
Diet Sehat Dengan Makanan Publishing Limited and CRC
Press LLC, Cornwall.

30
Perubahan Kadar Air Dan Mikrobiologi Bubur Instan Selama Penyimpanan
Dengan Variasi Kondisi Pre-Packing
(Ferdian, Warsono El Kiyat, Liza Visiska Putri)

Fibriyanti, Y.W. 2012. Kajian Kualitas Sorpsi Isotermis. Universitas


Kimia dan Biologi Beras Merah Sam Ratulangi, Manado.
(Oryza nivara) dalam Matsumoto, K. 1999. Basic Guide to
Beberapa Pewadahan Selama Laminating Technology.
Penyimpanan. Universitas Converting Technical Institute,
Sebelas Maret, Surakarta. Tokyo.
Fu, L., Wang, Y., dan Zhang, W. 2017. Muchtar, H., Kamsina, dan Anova, T. I.
Food Spoilage Microorganisms 2011. Pengaruh Kondisi
Ecology And Control. CRC Penyimpanan terhadap
Press, Boca Raton Pertumbuhan Jamur pada
Harrington, J.P., dan Jenkins, W.A. Gambir. Jurnal Dinamika
1991. Packaging Foods with Penelitian Industri, 22 (1), 36 -
Plastics. Lancaster University, 43.
Lancaster Muthukumarappan, K., Jindal, V.K., dan
Hasfita, F., dan Husin, H. 2013. Gunasekaran, S. 1992.
Pengaruh Temperatur Reaksi Volumetric Changes in Rice
terhadap Aktivitas Katalis Besi Kernels during Desorption and
Molibdenum Oksida Adsorption. Transactions of the
Berpromotor Kromium Oksida. ASABE, 35 (1), 235 - 41.
Malikussaleh Industrial Piergiovanni, L., dan Limbo, S. 2010.
Engineering Journal, 2 (1), 24 - Food Packaging Materials.
28. Elsevier, New York.
Imanningsih, N. 2012. Profil Rachmat, R. 2008. Teknologi
Gelatinisasi Beberapa Penyimpanan Gabah secara
Formulasi Tepung - Tepungan Hermetik untuk Menekan
untuk Pendugaan Sifat Susut Kualitas dan Kuantitas.
Pemasakan. Panel Gizi Rubrik Teknologi Pangan, 51,
Makan, 35 (1), 13 - 22. 17.
Josua, V., Syahrul, dan Sari, I. 2017. Sekretariat Jenderal Pertanian. 2015.
Kajian Mutu Bubur Instan Statistik Konsumsi Pangan
Konsentrat Protein Ikan Gabus 2015: Rata - Rata Konsumsi
yang Difortifikasi Tepung Per Kapita Bahan Makanan
Chlorella sp. Selama Yang Mengandung Beras.
Penyimpanan Suhu Ruang http://epublikasi.setjen.pertania
dan Dingin. Jurnal Online n.go.id/perstatistikan/163 -
Mahasiswa Fakultas Perikanan statistik/statistik -
dan Ilmu Kelautan, 4 (1). dari konsumsi/370 - statistik -
http://jom.unri.ac.id/index.php/J konsumsi(17 Januari 2018
OMFAPERIKA/article/view/142 pangan – 2015).
03 (27 Februari 2018) Sirisoontaralak, P., dan Noomhorm, A.
Kemp, S.E., Hollowood, T., dan Hort. 2007. Changes in
J., 2009. Sensory Evaluation: Physicochemical and Sensory
A Practical Handbook. Wiley - - Properties of Irradiated Rice
Blackwell, Chicester. during Storage. Journal of
Kusnandar, F. 2010. Kimia pangan Stored Products Research. 43,
Komponen Makro. Dian 282–9.
Rakyat, Jakarta Soemarno. 2007. Rancangan Teknologi
Lawless, H.T., 2013. Laboratory Proses Pengolahan Tapioka
Exercises for Sensory dan Produk - Produknya.
Evaluation. Springer, New Universitas Brawijaya, Malang.
York. Susiwi, S. 2009. Kerusakan Pangan.
Mamuaja, C.F., dan Tooy, D. 2014. Universitas Pendidikan
Penentuan Umur Simpan Indonesia: Bandung.
Kripik Pisang Keju Gorontalo United States Department of Agriculture
dengan Pendekatan Kurva (USDA). 2009. White Rice.
31
KONVERSI Vol. 8 No. 1 April 2019 ISSN 2252-7311

http://www.usda.gov. (17
Januari 2018)
Wijaya, C.H. 2007. Pendugaan Umur
Simpan Produk Kopi Instan
Formula Merk - Z dengan
Metode Arrhenius. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan
Gizi. Gramedia, Jakarta
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan
Gizi. M - Brio Press, Bogor.
Yam, K.L., dan Lee, D.S. 1995. Design
Of Modified Atmosphere
Packaging For Fresh Produce.
Active Food Packaging.
Chapman & Hall, North
Carolina.

32

Anda mungkin juga menyukai