Anda di halaman 1dari 14

Review literatur jurnal 1

Penulis jurnal Dedeh, Dewi Marhaeni Diah Herawati, Lulu Eva Rakhmilla
Judul jurnal Analisis Sensorik dengan Model Rasch dan Standarisasi Nilai Gizi Makanan
Selingan Berbasis Pangan Lokal
Volume & halaman Vol 2, Hal. 130-137
Tahun 2017
Teori Makanan selingan merupakan bagian dari pemberian makanan selama
dirawat. Makanan berfungsi untuk menunjang perbaikan kondisi kesehatan
pasien sehingga dibutuhkan variasi supaya tidak membosankan, dapat
mengurangi terjadinya sisa makanan dan dapat meningkatkan asupan.
Metode Pendekatan cross sectional dengan subyek penelitian adalah 17 orang ahli
gizi dan 16 orang pasien gagal ginjal kronik yang diambil secara consecutive
addmission.
Hasil penelitian Hasil uji organoleptik/sensorik dianalisis dengan Rasch Model dan
standarisasi nilai gizi menggunakan software nutrisurvey. Hasil analisis Multi
Facet Rasch Measurement menunjukkan dari 12 macam makanan selingan
berbasis pangan lokal diperoleh 8 makanan selingan berbasis pangan lokal
yang dapat diterima oleh ahli gizi maupun oleh pasien gagal ginjal kronik dari
seluruh aspek yang dinilai yaitu rasa,warna/ penampilan, aroma,tekstur dan
besar porsi. Hasil analisis uji t-independent menunjukkan terdapat
perbedaan bermakna uji sensorik makanan selingan berbasis pangan lokal
oleh ahli gizi dan oleh pasien gagal ginjal kronik (p=0,003). Nilai kalori
makanan selingan ada pada kisaran 95 kkal sampai 125 kkal sehingga dapat
digunakan untuk penyediaan snack di rumah sakit.

Review literatur jurnal 2

Penulis jurnal Elviana Yaputraa , C. Hanny Wijayab, Jeremia M. Halima


Judul jurnal Modifikasi Manggulu dengan Subtitusi Kacang Tunggak dan Santan Kelapa
sebagai Produk Pangan Darurat
Volume & halaman Vol 24, Hal. 183-194
Tahun 2015
Teori Manggulu merupakan produk pangan tradisional yang terbuat dari pisang
dan kacang tanah yang berpotensi sebagai produk pangan darurat
(Emergency Food Product, EFP) karena kandungan karbohidratnya yang
tinggi dengan nilai aktivitas air dan kadar air yang rendah. Akan tetapi
manggulu masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya kandungan
protein dan lemak yang belum memenuhi persyaratan serta kandungan
kacang tanah di dalamnya yang dapat menimbulkan reaksi alergi.
Metode Mixture experimental design digunakan dalam penelitian ini untuk
mendapatkan proporsi pisang, kacang tunggak, dan santan kelapa yang
tepat.
Hasil penelitian Jumlah kalori dari 150 gram produk manggulu termodifikasi adalah 731,04
kkal, dengan kadar air 12,32 persen dan aktivitas air 0,566. Produk manggulu
termodifikasi yang dihasilkan memiliki potensi yang bagus untuk
dikembangkan lebih lanjut menjadi Produk Pangan Darurat atau Emergency
Food Product (EFP) di Indonesia.

Review literatur jurnal 3

Penulis jurnal Riyanti Ekafitria dan R. H. Fitri Faradillab


Judul jurnal Pemanfaatan Komoditas Lokal Sebagai Bahan Baku Pangan Darurat
Volume & halaman Vol 20, Hal. 153-161
Tahun 2011
Teori Indonesia yang terletak dalam Lingkaran Api Pasifik (Ring of Fire) dan
memiliki puluhan patahan aktif membuat negeri ini rawan terkena bencana
seperti gempa tektonik maupun vulkanik. Ketika bencana terjadi bahan
makanan menjadi langka. Padahal pada kondisi tersebut tubuh
membutuhkan banyak energi. Penyediaan pangan darurat yang mudah
dikonsumsi dan mengandung kalori yang tinggi menjadi penting untuk
dilakukan. Untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan ketahanan
pangan bangsa, pengembangan pangan darurat berbasis produk lokal telah
banyak dieksplorasi.
Metode Camping Pouch Product, sama seperti MRE namun dibuat dengan metode
freeze drying. Di Indonesia sendiri produk pangan darurat yang telah
dikembangkan berbentuk olahan IMF, Cookies, food bars dengan bahan baku
sumber daya lokal Indonesia.
Hasil penelitian Penelitian ini menghasilkan produk terbaik dengan formulasi yang terdiri dari
tepung beras ketan, tepung kacang hijau, susu full cream, gula merah, gula
pasir, minyak goreng, margarin, dan isolat protein. Produk terpilih ini
memiliki komposisi sumbangan kalori yang diberikan oleh lemak sebesar
48,16 persen, protein sebesar 11,28 persen, dan karbohidrat sebesar 40,56
persen, sehingga produk ini mampu menyuplai kalori sebesar 700 kkal jika
dikonsumsi sebanyak 171,87 g produk.
Review literatur jurnal 4

Penulis jurnal Made Darawati, Hadi Riyadi, Evy Damayanthi, Lilik Kustiyah
Judul jurnal PENGEMBANGAN PANGAN FUNGSIONAL BERBASIS PANGAN LOKAL SEBAGAI
PRODUK SARAPAN UNTUK REMAJA GEMUK
Volume & halaman Vol 11, Hal. 43-50
Tahun 2016
Teori Pemenuhan gizi yang tepat pada usia remaja sangat penting mengingat
remaja sedang mengalami tumbuh kembang yang pesat. Tumbuh kembang
yang optimal akan menjadi landasan yang kuat agar menjadi orang dewasa
yang produktif. Di sisi lain, masih banyak masalah gizi yang dijumpai pada
remaja diantaranya adalah kegemukan, kurang gizi kronis, anemia gizi, dan
kekurangan zat gizi mikro lainnya selain zat besi. Kegemukan merupakan
masalah yang sangat kompleks, yang antara lain berkaitan dengan kualitas
makanan yang dikonsumsi, pola makan yang kurang baik, kurangnya aktivitas
fisik, faktor genetik, hormonal, dan lingkungan (Berkey et al. 2003; Maffeis et
al. 2012). Pola makan yang kurang baik diantaranya adalah sering
melewatkan sarapan. Alasan melewatkan sarapan diantaranya adalah tidak
sempat, buruburu, belum lapar, dan tidak suka makanan yang disediakan.
Hasil penelitian Arora et al. (2012), menunjukkan bahwa sarapan merupakan
suatu kegiatan yang sangat penting sebelum melakukan aktivitas pada pagi
hari. Sarapan yang teratur berhubungan dengan berkurangnya kegemukan.
Metode Pengujian sifat organoleptik pangan fungsional sebagai produk sarapan
dilakukan dengan metode hedonic scale scoring oleh panelis semi terlatih
sebanyak 25 orang Analisis kadar air (metode gravimetri), kadar abu (metode
pengabuan kering), kadar lemak (metode Soxhlet), dilakukan sesuai dengan
SNI 01-2891-1992 (SNI 1992), kadar protein (metode mikro Kjedahl)
dilakukan sesuai dengan AOAC 960.52-1961 (AOAC 2010), dan karbohidrat
(by different), kadar serat pangan (metode enzimatis) dilakukan sesuai
dengan AOAC 985.29. 2005 (AOAC 2005), analisis total mikroba dilakukan
dengan metode angka lempeng total 30ºC 72 jam (SNI 2008), kadar β-
karoten dilakukan dengan metode HPLC (Duvivier et al. 2010), dan total
aktivitas antioksidan dengan metode DPPH scavenging activity dan
dinyatakan dalam AEAC (ascorbic acid equivalent antioxidant capacity) (Kubo
et al. 2002; Damayanthi et al. 2010).
Hasil penelitian Produk yang dihasilkan ini mempunyai potensi sebagai pangan fungsional
karena kandungan β-karoten dan memiliki aktivitas antioksidan, serta dapat
dipertimbangkan sebagai produk sarapan untuk remaja gemuk.

Review literatur jurnal 5

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori Mewujudkan ketahanan pangan nasional yang bertumpu pada kemandirian
pangan telah menjadi komitmen pemerintah dalam rangka pembangunan
ekonomi dan pertanian domestik. Ketahanan pangan dibangun berdasarkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal yang bertujuan untuk
meningkatkan keanekaragaman produksi dan konsumsi pangan lokal yang
bergizi dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam Rencana
Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 disebutkan bahwa terdapat 11
permasalahan mendasar di sektor pertanian.
Metode Versifikasi pangan lokal menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Dengan analisis SWOT diharapkan dapat membantu
mengatasi kelemahan dan ancaman, serta memaksimalkan kekuatan yang
ada. Kekuatan yang dimiliki akan mampu memanfaatkan peluang pasar
(Bradford, Duncan, dan Tarcy, 2004). Untuk mengembangkan strategi
berdasarkan hasil analisis SWOT digunakan Matriks SWOT.
Hasil penelitian Telah terjadi penurunan konsumsi pangan lokal seperti umbi-umbian dan
sagu, termasuk pada wilayah yang sebelumnya mempunyai pola pangan
pokok berbasis pangan lokal. Selama tahun 1996-2011 konsumsi ubikayu,
ubijalar, dan sagu menurun dengan laju masing-masing sebesar 12,5 persen,
2,4 persen, dan 8,6 persen. Di sisi lain, pada kurun waktu yang sama terjadi
peningkatan konsumsi terigu dan turunannya (yang bahan bakunya harus
diimpor) sebesar 10,5 persen. Akibatnya, capaian diversifikasi konsumsi
pangan (dengan menggunakan indikator Pola Pangan Harapan) juga masih
rendah yaitu 75,4, padahal target pada tahun 2012 mencapai 89,9.

Review literatur jurnal 6

Penulis jurnal
Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori
Metode
Hasil penelitian Telah terjadi penurunan konsumsi pangan lokal

Review literatur jurnal 7

Penulis jurnal
Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori Mewujudkan ketahanan pangan nasional yang bertumpu pada kemandirian
pangan telah
Metode rsifikasi
Hasil penelitian Telah

Review literatur jurnal 8

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori Mewujudkan k
Metode rsifikasi pangan lokal menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Dengan analisis SWOT diharapkan dapat membantu
mengatasi kelemahan dan ancaman, serta memaksimalkan kekuatan yang
ada. Kekuatan yang dimiliki akan mampu memanfaatkan peluang pasar
(Bradford, Duncan, dan Tarcy, 2004). Untuk mengembangkan strategi
berdasarkan hasil analisis SWOT digunakan Matriks SWOT.
Hasil penelitian

Review literatur jurnal 9


Penulis jurnal Gatoet S. Hardono
Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori
Metode
Hasil penelitian

Review literatur jurnal 10

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori
Metode
Hasil penelitian

Review literatur jurnal 11

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori
Metode
Hasil penelitian

Review literatur jurnal 12

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori
Metode
Hasil penelitian

Review literatur jurnal 13

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori Mewujudkan ketahanan pangan nasional yang bertumpu pada kemandirian
pangan telah menjadi komitmen pemerintah dalam rangka pembangunan
ekonomi dan pertanian domestik. Ketahanan pangan dibangun berdasarkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal yang bertujuan untuk
meningkatkan keanekaragaman produksi dan konsumsi pangan lokal yang
bergizi dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam Rencana
Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 disebutkan bahwa terdapat 11
permasalahan mendasar di sektor pertanian.
Metode rsifikasi pangan lokal menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Dengan analisis SWOT diharapkan dapat membantu
mengatasi kelemahan dan ancaman, serta memaksimalkan kekuatan yang
ada. Kekuatan yang dimiliki akan mampu memanfaatkan peluang pasar
(Bradford, Duncan, dan Tarcy, 2004). Untuk mengembangkan strategi
berdasarkan hasil analisis SWOT digunakan Matriks SWOT.
Hasil penelitian Telah terjadi penurunan konsumsi pangan lokal seperti umbi-umbian dan
sagu, termasuk pada wilayah yang sebelumnya mempunyai pola pangan
pokok berbasis pangan lokal. Selama tahun 1996-2011 konsumsi ubikayu,
ubijalar, dan sagu menurun dengan laju masing-masing sebesar 12,5 persen,
2,4 persen, dan 8,6 persen. Di sisi lain, pada kurun waktu yang sama terjadi
peningkatan konsumsi terigu dan turunannya (yang bahan bakunya harus
diimpor) sebesar 10,5 persen. Akibatnya, capaian diversifikasi konsumsi
pangan (dengan menggunakan indikator Pola Pangan Harapan) juga masih
rendah yaitu 75,4, padahal target pada tahun 2012 mencapai 89,9.

Review literatur jurnal 14

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori Mewujudkan ketahanan pangan nasional yang bertumpu pada kemandirian
pangan telah menjadi komitmen pemerintah dalam rangka pembangunan
ekonomi dan pertanian domestik. Ketahanan pangan dibangun berdasarkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal yang bertujuan untuk
meningkatkan keanekaragaman produksi dan konsumsi pangan lokal yang
bergizi dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam Rencana
Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 disebutkan bahwa terdapat 11
permasalahan mendasar di sektor pertanian.
Metode rsifikasi pangan lokal menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Dengan analisis SWOT diharapkan dapat membantu
mengatasi kelemahan dan ancaman, serta memaksimalkan kekuatan yang
ada. Kekuatan yang dimiliki akan mampu memanfaatkan peluang pasar
(Bradford, Duncan, dan Tarcy, 2004). Untuk mengembangkan strategi
berdasarkan hasil analisis SWOT digunakan Matriks SWOT.
Hasil penelitian Telah terjadi penurunan konsumsi pangan lokal seperti umbi-umbian dan
sagu, termasuk pada wilayah yang sebelumnya mempunyai pola pangan
pokok berbasis pangan lokal. Selama tahun 1996-2011 konsumsi ubikayu,
ubijalar, dan sagu menurun dengan laju masing-masing sebesar 12,5 persen,
2,4 persen, dan 8,6 persen. Di sisi lain, pada kurun waktu yang sama terjadi
peningkatan konsumsi terigu dan turunannya (yang bahan bakunya harus
diimpor) sebesar 10,5 persen. Akibatnya, capaian diversifikasi konsumsi
pangan (dengan menggunakan indikator Pola Pangan Harapan) juga masih
rendah yaitu 75,4, padahal target pada tahun 2012 mencapai 89,9.

Review literatur jurnal 15

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori Mewujudkan ketahanan pangan nasional yang bertumpu pada kemandirian
pangan telah menjadi komitmen pemerintah dalam rangka pembangunan
ekonomi dan pertanian domestik. Ketahanan pangan dibangun berdasarkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal yang bertujuan untuk
meningkatkan keanekaragaman produksi dan konsumsi pangan lokal yang
bergizi dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam Rencana
Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 disebutkan bahwa terdapat 11
permasalahan mendasar di sektor pertanian.
Metode rsifikasi pangan lokal menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Dengan analisis SWOT diharapkan dapat membantu
mengatasi kelemahan dan ancaman, serta memaksimalkan kekuatan yang
ada. Kekuatan yang dimiliki akan mampu memanfaatkan peluang pasar
(Bradford, Duncan, dan Tarcy, 2004). Untuk mengembangkan strategi
berdasarkan hasil analisis SWOT digunakan Matriks SWOT.
Hasil penelitian Telah terjadi penurunan konsumsi pangan lokal seperti umbi-umbian dan
sagu, termasuk pada wilayah yang sebelumnya mempunyai pola pangan
pokok berbasis pangan lokal. Selama tahun 1996-2011 konsumsi ubikayu,
ubijalar, dan sagu menurun dengan laju masing-masing sebesar 12,5 persen,
2,4 persen, dan 8,6 persen. Di sisi lain, pada kurun waktu yang sama terjadi
peningkatan konsumsi terigu dan turunannya (yang bahan bakunya harus
diimpor) sebesar 10,5 persen. Akibatnya, capaian diversifikasi konsumsi
pangan (dengan menggunakan indikator Pola Pangan Harapan) juga masih
rendah yaitu 75,4, padahal target pada tahun 2012 mencapai 89,9.

Review literatur jurnal 16

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori Mewujudkan ketahanan pangan nasional yang bertumpu pada kemandirian
pangan telah menjadi komitmen pemerintah dalam rangka pembangunan
ekonomi dan pertanian domestik. Ketahanan pangan dibangun berdasarkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal yang bertujuan untuk
meningkatkan keanekaragaman produksi dan konsumsi pangan lokal yang
bergizi dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam Rencana
Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 disebutkan bahwa terdapat 11
permasalahan mendasar di sektor pertanian.
Metode rsifikasi pangan lokal menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Dengan analisis SWOT diharapkan dapat membantu
mengatasi kelemahan dan ancaman, serta memaksimalkan kekuatan yang
ada. Kekuatan yang dimiliki akan mampu memanfaatkan peluang pasar
(Bradford, Duncan, dan Tarcy, 2004). Untuk mengembangkan strategi
berdasarkan hasil analisis SWOT digunakan Matriks SWOT.
Hasil penelitian Telah terjadi penurunan konsumsi pangan lokal seperti umbi-umbian dan
sagu, termasuk pada wilayah yang sebelumnya mempunyai pola pangan
pokok berbasis pangan lokal. Selama tahun 1996-2011 konsumsi ubikayu,
ubijalar, dan sagu menurun dengan laju masing-masing sebesar 12,5 persen,
2,4 persen, dan 8,6 persen. Di sisi lain, pada kurun waktu yang sama terjadi
peningkatan konsumsi terigu dan turunannya (yang bahan bakunya harus
diimpor) sebesar 10,5 persen. Akibatnya, capaian diversifikasi konsumsi
pangan (dengan menggunakan indikator Pola Pangan Harapan) juga masih
rendah yaitu 75,4, padahal target pada tahun 2012 mencapai 89,9.

Review literatur jurnal 17

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal STRATEGI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN LOKAL
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori Mewujudkan ketahanan pangan nasional yang bertumpu pada kemandirian
pangan telah menjadi komitmen pemerintah dalam rangka pembangunan
ekonomi dan pertanian domestik. Ketahanan pangan dibangun berdasarkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal yang bertujuan untuk
meningkatkan keanekaragaman produksi dan konsumsi pangan lokal yang
bergizi dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam Rencana
Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014 disebutkan bahwa terdapat 11
permasalahan mendasar di sektor pertanian.
Metode rsifikasi pangan lokal menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Dengan analisis SWOT diharapkan dapat membantu
mengatasi kelemahan dan ancaman, serta memaksimalkan kekuatan yang
ada. Kekuatan yang dimiliki akan mampu memanfaatkan peluang pasar
(Bradford, Duncan, dan Tarcy, 2004). Untuk mengembangkan strategi
berdasarkan hasil analisis SWOT digunakan Matriks SWOT.
Hasil penelitian Tela

Review literatur jurnal 18


Penulis jurnal
Judul jurnal
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori
Metode
Hasil penelitian

Review literatur jurnal 19

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal S
Volume & halaman Vol 12, Hal. 1-17
Tahun 2014
Teori
Metode
Hasil penelitian

Review literatur jurnal 20

Penulis jurnal Gatoet S. Hardono


Judul jurnal
Volume & halaman
Tahun
Teori
Metode
Hasil penelitian

No. Penelitian Judul penelitian Sample Desain/seleksi Hasil/kesimpulan Komentar review


(peneliti dan responden
waktu)
1. Dedeh¹ , Dewi Analisis Sensorik 17 orang Subjek Kesimpulan : Peneliti
Marhaeni Diah dengan Model ahli gizi dan 16 penelitian yang makanan selingan memaparkan
Herawati², Rasch dan orang pasien memenuhi berbasis pangan metode, hasil,
Lulu Eva Standarisasi Nilai gagal ginjal kriteria inklusi lokal yang dapat pembahasan sudah
Rakhmilla² Gizi Makanan kronik yang adalah ahli gizi diterima menurut jelas namun
(Maret 2017) Selingan Berbasis diambil secara yang sehat dan panelis dari aspek kesimpulannya
Pangan Lokal consecutive tidak mengalami yang dinilai terdapat pada
addmission di gangguan indera sebanyak 8 jenis bagian pembahasan
instalasi gizi pengecap dan makanan selingan sehingga tidak
dan di ruang pasien gagal yaitu cassava cake, terlihat jelas bagi si
rawat RSUP dr ginjal lapis pembaca
Hasan Sadikin kronik pelangi, lumur ubi,
pada bulan hemodialisis marubi, ubi pelangi,
Januari 2016 bingka jagung,
bingka singkong dan
bingka ubi. Semua
makanan selingan
berbasis pangan
lokal memiliki
kandungan kalori
dan komposisi zat
gizi yang
sesuai dengan
standar dan aman
dikonsumsi
2. Elviana Modifikasi Analisis data Setiap respon Kontribusi kalori dari Kandungan
Yaputraa , C. Manggulu secara statistik dari 16 formula karbohidrat, protein, karbohidrat pada
Hanny dengan Subtitusi dilakukan produk dianalisis dan lemak pada produk dapat
Wijayab, Kacang Tunggak dengan untuk produk manggulu ditingkatkan dengan
Jeremia M. dan Santan pengujian mendapatkan termodifikasi secara menambahkan pati
Halima Kelapa sebagai independent model yang berturutturut 34,71 atau sumber
(Desember Produk Pangan sample t-test sesuai dengan persen, 10,48 karbohidrat lain ke
2015) Darurat menggunakan program Design persen, dan 54,81 dalam formulasi.
program Expert 7.0®. persen, hampir Kadar lemak dapat
Statistical Model yang dapat memenuhi dikurangi dengan
Program for sesuai dari setiap persyaratan gizi EFP. menyesuaikan
Social Science parameter Jumlah kalori dari kandungan lemak
(SPSS) versi penilaian dan 150 gram produk pada santan kelapa
16,0. respon hedonik manggulu atau mencari
dapat diketahui termodifikasi adalah sumber lemak
dari hasil analisis 731,04 kkal, dengan lainnya.
varian (ANOVA) kadar air 12,32 Penyesuaian ukuran
yang persen dan aktivitas produk manggulu
menunjukkan air 0,566. Produk termodifikasi sesuai
model yang manggulu dengan keinginan
signifikan dan termodifikasi yang konsumen/panelis
insignificant lack dihasilkan memiliki perlu
of fit. potensi yang bagus dipertimbangkan.
untuk Pengujian lebih
dikembangkan lebih lanjut mengenai
lanjut menjadi daya simpan juga
Produk Pangan perlu dilakukan
Darurat atau untuk menentukan
Emergency Food masa simpan produk
Product (EFP) di manggulu
Indonesia. termodifikasi.
3. Riyanti Pemanfaatan Kebiasaan Produk EFP Pangan darurat yang Penggunaan bahan
Ekafitria dan Komoditas Lokal mengonsumsi terdiri dari dua dapat langsung lokal diharapkan
R. H. Fitri Sebagai Bahan nasi menjadikan jenis. Jenis dikonsumsi dengan dapat menekan
Faradillab Baku Pangan Indonesia pertama nilai gizi yang harga produksi
(Juni 2011) Darurat sebagai dengan merupakan mencukupi produk pangan
tingkat pangan darurat kebutuhan tubuh darurat. Edukasi
konsumsi nasi yang dirancang akan sangat terhadap
terbesar di Asia untuk kondisi di membantu para masyarakat tentang
(Firdaus, 2010). mana para korban pasca sumber karbohidrat
Menteri korban bencana bencana alam yang yang tidak hanya
Pertanian dalam dapat memasak saat ini sering berasal dari nasi
Musyawarah atau melanda Indonesia. perlu dilakukan
Nasional di mempersiapkan Pengembangan sehingga pada saat
Bogor 28 Maret makanan. Jenis pangan darurat bencana terjadi
2010 kedua adalah berbahan baku pangan darurat
menyatakan pangan darurat tanaman pangan dapat diterima oleh
bahwa menurut yang didesain lokal merupakan para korban.
data Badan untuk kondisi di salah satu alternatif
Pusat Statistik, mana akses usaha memperkuat
masyarakat terhadap air dan ketahanan pangan.
mengonsumsi api terbatas
nasi sebanyak sehingga para
113 kg per korban bencana
kapita per tahun tidak dapat
(Firdaus, 2010). memasak
makanan. Pangan
darurat untuk
korban bencana,
terutama yang
bersifat siap
santap, sampai
saat ini belum
dikembangkan di
Indonesia tetapi
sudah banyak
berkembang
untuk
kepentingan
tentara di
lapangan
4. Made PENGEMBANGAN Uji hedonik Desain penelitian Penelitian Secara organoleptik
Darawati, Hadi PANGAN untuk ini adalah menunjukkan bahwa produk F5 terpilih
Riyadi, Evy FUNGSIONAL menentukan rancangan acak rata-rata kesukaan sebagai produk yang
Damayanthi, BERBASIS kesukaan lengkap (Mattjik panelis terhadap paling disukai. F5
Lilik Kustiyah PANGAN LOKAL terhadap rasa & Sumertajaya, warna, rasa, dan memiliki komposisi
(Maret 2016) SEBAGAI dan tekstur 2006) dengan keseluruhan produk ubi jalar oranye
PRODUK produk, panelis perlakuan yaitu berbeda secara 30,36%, kacang
SARAPAN UNTUK diminta jenis formula. signifikan (p0,05). merah 28,57%,
REMAJA GEMUK mencicipi Formula produk Hal ini menunjukkan tempe kedelai
sampel produk terdiri atas lima terdapat pengaruh 8,93%, wortel
dan diantara taraf, masing- yang signifikan dari 14,29%, labu kuning
masing-masing masing dua kali taraf perlakuan F1, 12,50%, gula putih
pencicipan pengulangan. F2, F3, F4, dan F5 3,57%, dan tepung
sampel, terhadap warna, maizena 1,79%.
diharuskan rasa, dan Setiap porsi produk
mengonsumsi keseluruhan produk. F5 dapat memberi
air penetral kontribusi 20% dari
(Setyaningsih et angka kecukupan
al. 2010). gizi energi dan
Persentase protein yang
penerimaan dianjurkan untuk
panelis usia remaja,
terhadap mengandung β-
produk dihitung karoten 4,02 mg,
berdasarkan dan memiliki
jumlah panelis aktivitas antioksidan
yang 38,54 mg/100g
memberikan (AEAC). Kandungan
penilaian skala total mikroba
(4) biasa, (5) produk masih
agak suka, (6) dibawah ambang
suka, dan (7) batas sehingga
sangat suka produk ini aman
terhadap total dikonsumsi.
panelis.
Selanjutnya
dipilih satu
formula sebagai
produk terbaik
berdasarkan uji
organoleptik ini.
5. Gatoet S. STRATEGI ada empat Data yang Hasil analisis Pengembangan
Hardono (Juni PENGEMBANGAN kemungkinan digunakan adalah menunjukkan, telah diversifikasi pangan
2014) DIVERSIFIKASI strategi yang data sekunder terjadi penurunan lokal sebagai bagian
PANGAN LOKAL dipilih, yaitu: (1) berupa data konsumsi pangan untuk mewujudkan
Strategi S-O: Survei Sosial lokal, termasuk di kedaulatan pangan
menentukan Ekonomi Nasional wilayah yang perlu dilakukan oleh
kesempatan (Susenas) tahun sebelumnya semua kalangan.
yang sesuai 1996–2012 dari mempunyai pola Upaya ini dilakukan
dengan Badan Pusat pangan pokok dengan menyusun
kekuatan Statistik (BPS) berbasis pangan dan implementasi
perusahaan, dan Direktori lokal seperti Maluku rumusan alternatif
industri, atau Pengembangan dan Papua. strategi kebijakan
organisasi; (2) Konsumsi dari Sebaliknya, telah operasional
Strategi W-O: Badan Ketahanan terjadi peningkatan program dan
mengatasi Pangan (BKP). konsumsi terigu dan kegiatan sebagai
kelemahan Analisis diperkaya turunannya. berikut: Kemenko
untuk dengan informasi Pengembangan Perekonomian
mendapatkan terkait yang diversifikasi pangan menyusun kebijakan
kesempatan; (3) diperoleh melalui sebagai bagian diversifikasi
Strategi S-T: telusur literatur untuk mewujudkan konsumsi pangan
mengidentifikasi untuk kedaulatan pangan diiringi/sejalan
kekuatan untuk mendapatkan hendaknya dengan kebijakan
mengatasi variabel yang dilakukan oleh produksi dan
ancaman dari menjadi semua kalangan. industri pengolahan
luar; dan (4) kekuatan, Upaya tersebut dan menyusun road
Strategi WT: kelemahan, dapat dilakukan map produksi dan
membuat peluang, dan dengan menyusun agroindustri untuk
perencanaan ancaman dalam dan implementasi pengembangan
guna mengatasi pengembangan strategi kebijakan pangan lokal,
kelemahan diversifikasi terkait optimalisasi sehingga akan
untuk pangan lokal. pemanfaatan diperoleh
menghindari Dari variabel yang potensi lahan dan diversifikasi
ancaman yang terkumpul kebiasaan produksi dan
lebih besar. dilakukan seleksi mengkonsumsi diversifikasi
variabel pangan lokal, serta konsumsi pangan.
berdasarkan pengembangan
expert produksi, industri,
judgement. dan konsumsi
pangan lokal. Selain
itu, juga dilakukan
dengan
pengembangan
teknologi
pengolahan pangan,
menyelaraskan
kebijakan produksi
dan industri pangan
dengan kebijakan
konsumsi pangan;
promosi pangan
lokal yang sehat,
komprehensif, dan
terus menerus;
penciptaan pasar
pangan lokal di
tingkat nasional dan
wilayah; serta diikuti
penyediaan produk
pangan lokal yang
mampu bersaing
dengan produk
asing.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Anda mungkin juga menyukai