Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RINGKASAN KIMIA KLINIK

“GANGGUAN METABOLISME KARBOHIDRAT DAN PEMERIKSAAN


TTGO, HbA1C, GLUKOSA PUASA”

OLEH :

NAMA : NI KADEK DIAH TRI YUNITA DEWI


NIM : P07134018078
KELAS : VB

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
A. Pengertian Kelainan Metabolisme Karbohidrat

Metabolisme adalah pertukaran zat antara suatu sel atau suatu organisme secara
keseluruhan dengan zat antara suatu sel atau organisme secara keseluruhan dengan
lingkungannya. Metabolisme juga merupakan proses penting yang terjadi pada
tubuh manusia, sebagai proses pengolahan baik pembentukan dan penguraian zat -
zat yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan
baik. Kelainan metabolik seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang
mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang suatu
proses metabolisme.
Karbohidrat adalah gula, diantaranya adalah glukosa, sukrosa dan fruktosa.
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Sebagian
karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk
keperluan energi segera; sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati dan
jaringan otot, dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan
sebagai cadangan energi di dalam jaringan lemak. Beberapa gula (misalnya
sukrosa) harus diproses oleh enzim di dalam tubuh sebelum bisa digunakan sebagai
sumber energi. Jika enzim yang diperlukan tidak ada, maka gula akan tertimbun
dan menimbulkan masalah kesehatan. Beberapa kelainan yang disebabkan oleh
gangguan metabolism karbohidrat yaitu diabetes mellitus, glikogenesis, intoleranso
fruktosa herediter, fruktosuria, dan pentosuria.

B. Pemeriksaan Toleransi Glukosa Oral (TTGO)


Pemeriksan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan apabila pada
pemeriksaan glukosa sewaktu kadar gula darah berkisar 140-200 mg/dl untuk
memastikan diabetes atau tidak. Sesuai kesepakatan WHO tahun 2006, tata cara tes
TTGO dengan cara melarutkan 75 gram glukosa pada dewasa, dan 1,25 mg pada
anak-anak kemudian dilarutkan dalam air 250-300 ml dan dihabiskan dalam waktu
5 menit.TTGO dilakukan minimal pasien telah berpuasa selama minimal 8 jam.
Penilaian adalah sebagai berikut;
1) Toleransi glukosa normal apabila ≤ 140 mg/dl;
2) Toleransi glukosa terganggu (TGT) apabila kadar glukosa > 140 mg/dl tetapi <
200 mg/dl; dan
3) Toleransi glukosa ≥ 200 mg/dl disebut diabetes melitus.
TTGO digunakan untuk menegakkan diagnose DM, prediabetes, DM pada
kehamilan, dan diabetes karena sebab lain. Menurut Djokroprawiro (2010)
pelaksanaan TTGO dilakukan dengan cara yaitu:
1. Tiga hari sebelum tes, pasien makan karbohidrat cukup dan melakukan kegiatan
jasmani seperti biasa dilakukan.
2. Kemudian pasien puasa semalam (10-12 jam, minimal 8 jam)
3. Besok paginya glukosa darah puasa diperiksa.
4. Setelah itu pasien diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml,
diminum dalam waktu 5 menit dan berpuasa kembali.
5. Setelah 2 jam dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah.
6. Selama pemeriksaan pasien tetap istirahat, tidak boleh merokok, rerapi boleh
minum air putih.

C. Pemeriksaan HbA1C
Pemeriksaan atau tes HbA1C (A1C) adalah tes darah yang digunakan
untuk mendiagnosis penyakit diabetes tipe 1 dan tipe 2, serta mengevaluasi
efektivitas terapi diabetes. Pemeriksaan HbA1C dilakukan dengan mengukur
persentase hemoglobin (protein di sel darah merah yang membawa oksigen) yang
terlapisi oleh gula. Dari hasil pemeriksaan HbA1C dapat diperkirakan rata-rata
kadar gula darah dalam 2-3 bulan terakhir. Semakin tinggi kadar HbA1C, maka
semakin buruk kontrol gula di dalam darah, yang meningkatkan risiko terhadap
komplikasi dari diabetes. Tujuan Pemeriksaan HbA1C
1. Mengidentifikasi adanya kondisi prediabetes
2. Mendiagnosis diabetes tipe 1 dan tipe 2 bersamaan dengan tes diabetes
lainnya
3. Mengevaluasi terapi diabetes, untuk melihat efektivitas terapi dalam
menurunkan kadar gula darah
Sampel darah yang digunakan untuk pemeriksaan HbA1C berupa darah
vena dengan pengawet EDTA. Pemeriksaan HbA1C dapat dilakukan
menggunakan beberapa metode antara lain : Elektrofoesis dan imunoassay, Ion
exchange cromatograpy, Turbidimetri, dan HPLC (High Performance Liquid
Cromatograpy). Adapun kriteria untuk nilai HbA1C yaitu:
1. Baik : kadar HBa1C <6,5 %
2. Sedang : kadar HBa1C 6,5% - 8%
3. Buruk : >8%

D. Pemeriksaan Glukosa Puasa


Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot
rangka, (Joyce LeeFever, 2007). Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan yang
dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam (Depkes RI, 1999). Sampel
untuk pemeriksaan glukosa darah puasa yaitu serum dan plasma darah. Nilai
rujukan untuk glukosa darah dalam serum / plasma adalah 70-115 mg/dl pada
orang dewasa, sedangkan untuk glukosa darah postprandial adalah <140 mg / dl
pada orang dewasa. (Joyce Lefever, 2007). Metode pemeriksaan yang digunakan
yaitu metode folin, metode Samogy-Nelson, metode Ortho-Tholuidin, dan
metode Glukosa Oksidase/Peroksidase.
Faktor-faktor pra analitik sangat mempengaruhi pemeriksaan glukosa
yaitu makan minum, kopi, merokok, alkohol, obat-obatan, keadaan klinis
demam, puasa, kerja atau latihan jasmani, stres mental dan ketaatan pasien.
Makan sebanyak 700 kalori menyebabkan kenaikan kadar glukosa sebanyak
15%. Kopi mengandung kafein yang meningkatkan kadar glukosa darah karena
glikogenolisis dan glukoneogenesis. Merokok meningkatkan kadar glukosa darah
melalui pengaruh rangsangan nikotin terhadap medula adrenal yang
meningkatkan kadar epinefrin plasma. Alkohol menyebabkan penurunan kadar
glukosa disebabkan hambatan glukoneogenesis hepatik. Demam menyebabkan
hiperglikemia dan merangsang sekresi insulin, peningkatan sekresi growth
hormon dan glukagon. Latihan jasmani berat menyebabkan hipoglikemia dan
toleransi glukosa meningkat. Stres mental meningkatkan sekresi adrenalin dan
meningkatkan kadar glukosa darah.
DAFTAR PUSTAKA

Airin Que, Yasa I Wayan Putu Sutirta , Lestari A.A. Wiradewi. 2013. GAMBARAN
HASIL PEMERIKSAAN KADAR HBA1C PADA PENDERITA
DIABETES MELLITUS DI LABORATORIUM RUMAH SAKIT UMUM
SURYA HUSADHA TAHUN 2013. Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Laboratorium Patologi Klinik
RSUP Sanglah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Lestari, W & Santhi, D. (2017). Diktat Praktikum Kimia Klinik III. Universitas
Udayana : Bagian Patologi Klinik.

Prihandono, D.S & Waluyo, F. (2019). Pengaruh Lama Penyimpanan 5 Jam dan 10
Jam pada Suhu 2-8ᴼC Terhadap Kadar Glycated Hemoglobin (HbA1c).
Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo. Vol 5(2), 125 – 133.

Ridha Wahyuni , Amir Ma’ruf , Edy Mulyono. 2019. HUBUNGAN POLA MAKAN
TERHA DAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES
MELLITUS. Journal homepage :
http://jurnal.stikeswhs.ac.id/index.php/medika

Susianti, Ina Timan dan Wulandari, Dewi. 2013. Pendidikan Berkesinambungan


Klinik 2013: Departemen Patologi Klinik FKUI.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/pramita.gayatri/publication/
pbpk_2019_etiologi_patofisiologi_dispepsia_gerd_pada_anak.pdf. diakses
pada 12 November 2020

Wisudanti, D. D. (2016). Aplikasi Terapeutik Geraniin Dari Ekstrak Kilit Rambutan


Sebagai Antioksidan pada Diabetes Melitus Tipe 2. Nurseline Journal.
Diakses dari https://www.sehatq.com/tindakan-medis/pemeriksaan-hba1c

Anda mungkin juga menyukai