Anda di halaman 1dari 26

ANATOMI DAN FISIOLOGI

SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN WANITA

OLEH:

Nama Kelompok 6 :

1. I Putu Adi Wirambawa ( P07134018 057 )


2. Ni Komang Ayu Widyantari ( P07134018 064 )
3. Ni Luh Putu Devani Putri Gayatri ( P07134018 071 )
4. Ni Kadek Diah Tri Yunita Dewi ( P07134018 078 )
5. Shindy Sausan ( P07134018 085 )
6. Ni Ketut Sastraningsih ( P07134018 092 )
7. Kadek Rina Ari Natasia ( P07134018 099 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                       Denpasar , 4 Oktober 2018

                                                                                               Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN...................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1


1.2 Tujuan..........................................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

A. Anatomi Sistem Reproduksi Pria..................................................................................2


B. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita............................................................................13
C. Penyakit Pada Sistem Reproduksi................................................................................23

BAB III

PENUTUP................................................................................................................................24

Kesimpulan...............................................................................................................................24

Saran.........................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang


baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak
punah. Pada manausia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi manusia dilakukan dengan cara generatif
atau seksual.ntuk dapat mengetahui reproduksi pada manusia, maka harus mengetahui
terlebih dahulu organ-organ kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung didalamnya.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang akan mencapai
kedewasaan (pubertas)

Pada seorang pria testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma)
dan hormon testosteron. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda
kelamin sekunder pada pria, diantaranya suara menjadi lebih besar, tumbuhnya rambut
ditempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada tumbuh menjadi bidang, jakun
membesar. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur
(ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen. Hormon estrogen berfungsi mempengaruhi
timbulnya tanda-tanda kelamin skunder pada wanita, yaitu kulit menjadi semakin halus, suara
menjadi lebih tinggi, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar.

Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembangbiak. Terdiri dari
testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau perkembang biakan
berupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi
kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia
tersebut masih dapat bertahan hidup. Sebagai contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada
organ reproduksinya (testes atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse
tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut
mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-
kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia. Reproduksi juga
merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu
generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya
proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk hidup tidak dapat
bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah,
karena tidak dapat menghasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan
generasi.

         Seksualitas adalah sesuatu kekuatan dan dorongan hidup ada diantara manusia laki –
laki dan perempuan dimana kedua makhluk ini merupakan suatu system yang memungkinkan
terjadinya keturunan yang sambung menyambung sehingga eksistensi manusia itu tidak
punah. Banyak peristiwa bahagia dan hidup gairah oleh adanya seks, tetapi tidak sedikit pula
adanya peristiwa sedih, malapetaka dan kehancuran disebabkan oleh seks pula. Begitu
pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada pendapat ahli yang
ekstrim menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia pada hakekatnya dimotivasi dan di
dorong oleh seks. Maka tidaklah mengherankan ada pendapat peneliti lain mengatakan bahwa
kebanyakan gangguan keperibadian, gangguan tingkah laku terjadi oleh adanya gangguan
pola perkembangan kehidupan psiko seksualnya. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi kita
untuk apa dan bagaimana itu seks dalam sistem reproduksi kita.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mengetahui anatomi sistem reproduksi pria dan wanita .


2. Mahasiswa mengetahui fisiologi organ reproduksi pria dan wanita .
3. Mahasiswa mengetahui hormon-hormon yang bekerja pada sistem reproduksi.
4. Mahasiswa mengetahui perkembangan sperma .
5. Mahasiswa mengetahui siklus menstruasi .
6. Mahasiswa mengetahui gangguan-gangguan pada sistem reproduksi .

1.3 Rumusan Masalah

1 Bagaimana anatomi sistem reproduksi pria dan wanita ?


2. Bagaimana fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita ?
3. Apa saja hormon-hormon yang bekerja pada sistem reproduksi ?
4. Bagaimana perkembangan sperma ?
5. Bagaimana siklus menstruasi ?
6. Apa saja gangguan-gangguan pada sistem reproduksi ?
BAB II

PEMBAHASAN

Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan Wanita

A. Anatomi Sistem Reproduksi Pria

Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum (kantung zakar)
dan testis (buah zakar).
1. Penis
Penis terdiri dari:
1. Akar (menempel pada didnding perut)
2. Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
3. Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).Lubang uretra (saluran
tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis. Dasar glans
penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan
(preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:

2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.
Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut
terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).
2. Skrotum
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis.
Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma
terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan suhu tubuh. Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang
sehingga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau
lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).
3.Testis
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum.
Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis menghasilkan Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) juga hormon testosterone.
Fungsi testis, terdiri dari :
a) Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus.
b) Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial (sel leydig).

2.  Struktur dalamnya terdiri dari : vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula
seminalis. 

Gambar Anatomi Sistem Reproduksi Pria

1. Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis. Saluran ini
berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus
ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama
vas deferens dan membentuk korda spermatika
2. Uretra
       Uretra memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air
kemih dari kandung kemih dan bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
3. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi
bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan
dengan pertambahan usia. Prostat mengeluarkan sekeret cairan yang bercampur secret dari
testis, perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar
prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus
yaitu:
ˉ Lobus posterior
ˉ Lobus lateral
ˉ Lobus anterior
ˉ Lobus medial

Fungsi Prostat: Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk
menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina.
Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm.
Fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat.

4. Vesikula seminalis.
Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan
bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen. Cairan lainnya yang
membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis.
Fungsi Vesika seminalis adalah mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang
membentuk sebagian besar cairan semen.

5. Epididimis
Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang atas tepi dan
belakang dari testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup kutup testis,
badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan ini pada
mediastinum menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli eferentis
merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis panjangnya ± 20 cm,
berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di duktus epididimis tempat
spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens
Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma sebelum di
ejakulasi, dan memproduksi semen.
6. Duktus Deferens
Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini
berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang kandung kemih
akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan selanjtnya membentuk ejakulatorius
dan bermuara di prostate. Panjang duktus deferens 50-60 cm.
Struktur Sperma
Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai memproduksi sperma
saat pubertas (kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian besar pria mempunyai sperma
dewasa sampai usia tua. Sperma diproduksi sebanyak 300 juta per hari, dan mampu bertahan
hidup selama 48 jam setelah ditempatkan di dalam vagina sang wanita. Rata-rata volume air
mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5 sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang
diejakulasikan adalah 40-100 juta per ml.
Spermatozoa masak terdiri dari :

1. Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma, mengandung
inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian membran permukaan di
ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung
enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
2. Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi
untuk pergerakan sperma.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferen dan
ductus ejakulotoris.

B. Fisiologi Sistem Reproduksi Pria

1. Hormon pada Laki-laki


a. FSH : Menstimulir spematogenesis.
b. LH : Menstimulir Sel Interstial Leydig untuk memproduksi Testosteron.
c. Testosteron : Bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama organ seks
sekundernya.
Efek hormon testoteron pada pria:
Sebelum lahir:
a. Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna
b. Mendorong penurunan testis ke skrotum
Efek reproduksi : untuk pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi, penting dalam
spermatogenesis, serta untuk pertumbuhan tanda kelamin sekunder

Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa.
Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi spermatozit primer. Spermatozit
primer menjadi spermatozit sekunder.  Spermatozit sekunder berkembang menjadi spermatid.
Tahap akhir spermatogenesis adalah pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran
spermatozoa adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan ekor.

Gambar Proses Spermatogenesis dalam Tubulus Seminiferus

Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.


Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel
epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk
membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan
epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis.
Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis).
Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia
(spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel
epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak
diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu
untuk membentuk sperma.
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau spermatogonium, sel
Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan spermatozoa sedangkan sel
Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis yaitu:
• LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron.
Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
• FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP
(Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut
spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama
2 hari.

Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :

1.  Spermatositogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi
spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan
reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-
sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid
(2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel
germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis
menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini
akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Spermatosit primer
mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu
spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2.  Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid).
Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buah
spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel
benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler
bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu
fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat
spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki
bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma,
akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein
Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk
memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh
kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama
cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu
ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.

B. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


Genetalia Eksterna (vulva) terdiri dari:
1. Tundun (Mons veneris), bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas.
Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis.
2. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini bertemu
di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutup
rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.

Gambar genetalia eksternal

Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang


mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa
panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nulipara kedua
labia mayora sangat berdekatan.
3. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora),
tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan
berwarna kemerahan.
4. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga
sangat sensitif.
5. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada
vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2
buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar
bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan
seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria
gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen
6. Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi
sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita
berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan
ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat
melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian
posterior
7. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi
oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi
untuk menjaga kerja dari sphincter ani.

2. Genetalia Internal
1) Vagina
Merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus dengan vulva. Vagina terletak
antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap
infeksi.
Fungsi utama vagina:
a. Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
b. Alat hubungan seks (koitus).
c. Jalan lahir pada waktu persalinan (partus).
2) Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih
dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan
bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri
uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
a. Korpus uteri : berbentuk segitiga
b. Serviks uteri : berbentuk silinder
c. Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan
parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3
cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat
menahan beban hingga 5 liter.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan yang
diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan
mencapai dinding abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan
dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini
membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat,
dengan demikian pendarahan dapat terhenti.
Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian
rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum, yang merupakan batas dari
kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi
perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus
uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar endometrium.
Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan
hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan
menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks
berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat
membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang
menyangga uterus adalah:
a) Ligamentum latum ; Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
b) Ligamentum rotundum (teres uteri)
• Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
• Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
c) Ligamentum infundibulopelvikum
• Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
d) Ligamentum kardinale Machenrod
• Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e) Ligamentum sacro-uterinum
• Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju os.sacrum.
f) Ligamentum vesiko-uterinum
• Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat
hamil dan persalinan.
3. Tuba Fallopi
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya
antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di
lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat
terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.

4. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah
tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan
sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari
ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan
ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam
ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesterone
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel
primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone
terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada
wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak,
dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan ovum yang
disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk
menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur
dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi,
sebagai kematangan organ reproduksi wanita.
Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
a) Hormon Reproduksi pada wanita
 Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar
sel ovum.
 Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
 Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan
sel ovum).
 Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH
b) Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi terbagi menjadi 4. Wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan
akan mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1) Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari rahim dan adanya
pendarahan selama 4 hari.
2) Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya endometrium
secara bertahap selama 4 hari
3) Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar tumbuhnya
lebih cepat.
4) Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya penimbunan glikogen
guna mempersiapkan endometrium.
Hormon-Hormon Reproduksi

1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling
penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut
kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk
penetrasi sperma.

2. Progesterone
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus
dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon
HCG.

3. Gonadotropin Releasing Hormone


GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen
tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH
akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.

4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)


Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis
akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel
yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan
dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)


Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi
memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan
terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH
meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan
progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap
fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.

6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta).
Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000
mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali
sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada
masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada
darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli
Mainini, tes Pack, dsb).

7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin


Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi
dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi
pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin
juga

Oogenesis
   Dari kira-kira 2 juta oosit pada dua ovarium hanya 400 buah yang akan menjadi folikel
matang. Folikel matang berupa kantung kecil dengan dinding sel-sel epitel di dalam berisi
satu sel telur. Folikel menghasilkan hormon estrogen. Tiap bulan dilepas satu ovum dari
sebuah folikel mulai dari seorang wanita mengalami puber sampai menopause. Setiap
ovarium menghasilkan sekitar 20.000 folikel matang. Sekitar 400.000 dari dua ovarium dapat
mematangkan sel telur selama wanita melewati masa subur. Folikel lainnya mengalami
degenerasi. Oogenesis dan ovulasi terjadi sekali dalam sebulan, bergiliran antara ovarium kiri
dan ovarium kanan.
Di dalam ovarium terdapat sel-sel induk yang disebut oogonium. Oogonium
berkembang menjadi oosit primer. Oosit primer mengalami pembelahan secara meiosis
menjadi 2 sel baru yang disebut oosit sekunder. Akan tetapi, ukuran kedua sel baru ini tidak
sama, yang berukuran besar tetap oosit sekunder, yang berukuran kecil disebut polosit primer
atau badan kutub I. Selanjutnya oosit sekunder dan polosit I yang sudah haploid mengalami
pembelahan sekali lagi, masing-masing menjadi dua sel baru. Oosit sekunder menjadi ootid
(n) dan polosit II, sedangkan polosit primer menjadi 2 polosit II. Lihatlah pada Gambar 9.5b,
ootid berukuran paling besar. Dari keempat buah sel baru tersebut, hanya ootid yang
berkembang menjadi ovum dan fungsional. Tiga sel kutub atau polosit mengalami
degenerasi. Perlu diketahui bahwa sejak bayi perempuan masih berada di dalam kandungan,
ovariumnya telah aktif memulai oogenesis sampai tahap metafase II. Setelah itu inaktif
sampai perempuan mencapai pertumbuhan yang siap untuk mengalami menstruasi dan
menjadi ibu secara biologis. Pada perempuan yang beranjak remaja, pematangan sel telur
dalam folikel hanya melanjutkan tahap telofase II

C. PENYAKIT PENYAKIT PADA SISTEM REPRODUKSI

Penyakit pada sistem reproduksi pria

a. Hipogonadisme
b. Kriptorkidisme
c. Uretritis
d. Prostatitis
e. Epididimitis
f. Orkitis

Penyakit Pada Sistem Reproduksi Wanita

1. Gangguan menstruasi
2. Kanker genitalia
3. Kanker vagina
4. Kanker serviks
5. Kanker ovarium
6. Endometriosis
7. Infeksi vagina
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
            Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki penis dan
kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma ditandai dengan mimpi
basah. Pada usia pubertas Pada system reproduksi wanitamemiliki vagina dan ovarium untuk
menghasilkan ovum. Kematangan sel telur atuovum ditandai menarche pada usia antara 13-
16 tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum akan terjadi kehamilan
dan akan berkembang menjadi janin.
B. SARAN
            Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua orang.
Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat menjaga
alat reproduksinya untuk tidak digunakan secar bebas tanpa mengatahui
dampaknya, Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami, tepat sasaran dan tidak
menyesatkan. dengan demikian orang tersebut akan tetap menghadapi rangsangan dari luar
dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.

Daftar Pustaka

Anderson, Paul D. 2008. Anatomo & Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : ECG.

Guyton. Tanpa Tahun. Fisologi Tubuh Manusia, Jilid Dua. Edisi 6. Alih Bahasa: Dr. Andri
Hartono Sp. GK dan Dr. Lumdon Saputra. BINARUPA AKSARA Publisher Tanggerang
Selatan.

Pack, Philip E. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Pakar Raya.

Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai