Anda di halaman 1dari 18

KIMIA KLINIK DASAR

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE SPEKTROFOTOMETER

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Klinik Dasar
Dosen Pengampu : Ibu Hj. Nurul Qomariyah, S.Pd, M,Pd

Disusun oleh
NAFTYAN YUVINA FEBRIAWARNA
P1337434319041

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SEMARANG
2020/2021
A. Tujuan
Tujuan disusunya makalah ini yaitu, diharapkan penulis dan pembaca bisa
lebih memahami materi tentang glukosa darah metode spektrofotometer. Di antaranya
memahami materi yang berkaitan dengan definisi, etiologi, fisiologi,
symptoms/gejala, cara penegakkan diagnosa, terapi, serta tata laksana yang
berhubungan dengan glukosa darah.

B. Definisi
Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting yang digunakan sebagai
sumber tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat.
Glukosa berperan sebagai molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh,
sebagai sumber energi utama bagi kerja otak dan sel darah merah. Glukosa dihasilkan
dari makanan yang mengandung karbohidrat yang terdiri dari monosakarida,
disakarida dan juga polisakarida. Karbohidrat akan konversikan menjadi glukosa di
dalam hati dan seterusnya berguna untuk pembentukan energi dalam tubuh. Glukosa
tersebut akan diserap oleh usus halus kemudian akan dibawa oleh aliran darah dan
didistribusikan ke seluruh sel tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat
berupa glikogen yang disimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah
(blood glucose). Fungsi glukosa dalam tubuh adalah sebagai bahan bakar bagi proses
metabolisme dan juga merupakan sumber utama bagi otak.
Glukosa darah yaitu gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dihati dan otot rangka
(Umami, 2013). Glukosa darah merupakan gula sederhana dalam makanan yang
biasanya berbentuk disakarida atau terikat molekul lain. Glukosa darah digunakan
sebagai parameter untuk mengetahui penyakit gula darah yang dahulunya dilakukan
dengan darah lengkap, karena eritrosit memiliki kadar protein yaitu hemoglobin yang
lebih tingg, sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap serum mengandung
lebih banyak kandungan glukosa.
Kadar gula darah adalah jumlah kandungan glukosa dalam plasma darah.
Kadar glukosa darah sendiri dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen. Faktor
endogen disebut juga Humoral Factor yang diantaranya adalah hormon insulin,
glukagon, kortisol, sistem reseptor pada otot dan sel hati. Faktor eksogen antara lain
jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, serta aktivitas fisik yang dilakukan
(Subari, 2008). Atau seperti bertambahnya jumlah makanan yang dikonsumsi,
meningkatnya stress dan faktor emosi, pertambahan berat badan dan usia, serta
berolahraga (Harymbawa, 2016).
Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan darah lengkap seperti
serum atau plasma. Serum lebih banyak mengandung air dari pada darah lengkap,
sehingga serum berisi lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap. Kadar glukosa
darah dapat ditentukan dengan berbagai metode berdasarkan sifat glukosa yag dapat
mereduksi ion-ion logam tertentu, atau dengan pengaruh enzim khusus untuk
menghasilkan glukosa, yaitu enzim glukosa oksidase. Enzim glukosa oksidase
merupakan senyawa yang mengubah glukosa menjadi asam glukonat.
Pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu menegakkan
diagnose suatu penyakit dan memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat. Pemeriksaan
kadar glukosa darah dapat membantu perubahan pola dan gaya hidup sehat, untuk
menghindari makanan yang mengandung glukosa tinggi berisiko meningkatkan kadar
glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah metode GOD-PAP lebih banyak dilakukan
di laboratorium karena dianggap ketelitiannya lebih tinggi, sehingga diperoleh hasil
yang lebih akurat. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah metode ini
adalah spektrofotomoter.
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau
kwarsa yang disebut kuvet. Sebagian cahaya akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Penyerapan sinar UV dan sinar tampak ini melalui 3 proses, yaitu
penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan, penyerapan oleh
transisi elektron d dan f dari molekul kompleks, dan penyerapan oleh perpindahan
muatan.
Pada pemeriksaan sampel darah di laboratorium, penentuan kadar glukosa di
dalam darah dilakukan dengan cara kimiawi, yaitu dengan penambahan reagen pada
volume tertentu. Setelah melalui proses fisis maka sampel darah dimasukkan kedalam
spektrofotometer. Alat spektrofotometer ini dapat mengetahui kadar glukosa dalam
darah dengan cara membandingkan nilai absorbansi sampel yang diukur dengan nilai
absorbansi standar. Dengan pengukuran pada laboraturim medis hasil pengukuran
sudah cukup akurat dan presisi, akan tetapi pengukuran pada laboraturim
membutuhkan proses preparasi yang lama dan reaksi kimiawi rawan terhadap
interferensi. Oleh karena itu untuk memudahkan pemeriksaan sampel darah maka
perlu direkayasa suatu alat yang dapat mengukur konsentrasi gula darah yang lebih
praktis dan akurat dengan menggunakan prinsip spektroskopi. Prinsip spektroskopi
didasarkan pada absorbsi sinar oleh molekul sehingga terjadi proses eksitasi dan de-
eksitasi elektron pada molekul sehingga dapat dilakukan pengukuran spektrum
absorbsi dari suatu senyawa.

C. Etiologi
Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi
yang tetap, yaitu antara 70- 100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat
bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun setelah kira-kira 2
jam setelah makan, jumlah darah akan kembali seperti semula. Pada orang yang
menderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg/100 ml
darah
Agar dapat berfungsi secara optimal, tubuh hendaknya dapat mempertahankan
konsentrasi darah gula (dalam bentuk glukosa) dalam batas-batas tertentu, yaitu 70-
120 mg/ml dalam keadaan puasa. Bila gula darah naik di atas 170 mg/100ml, gula
akan dikeluarkan melalui urine. Sebaliknya bila gula darah turun hingga 40-50 mg/ml,
kita akan merasa gugup, pusing, lemas dan lapar.
Gula darah terlalu tinggi disebut hiperglikemia dan bila terlalu rendah disebut
hipoglikemia. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-
masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes,
termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. Beberapa macam hormon terlibat
dalam pengaturan darah ini, salah satunya hormon insulin.
Glukosa darah dikatakan abnormal apabila kurang atau melebihi nilai rujukan.
Nilai rujukan glukosa adalah pada rentang 60-110 mg/dl. Kadar gula darah yang
terlalu tinggi dinamakan hiperglikemia. Kadar glukosa kurang dari normal dinamakan
hipoglikomia. Dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus
kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah.

a. Hiperglikemia
Hiperglikemia merupakan kondisi berupa terjadinya peningkatan kadar glukosa
darah dalam tubuh melebihi batas normal (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
2015). Hiperglikemia menjadi salah satu gejala awal seseorang mengalami
gangguan metabolik yaitu diabetes mellitus (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Hiperglikemia dapat disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas dalam
menghasilkan insulin maupun ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan insulin
yang dihasilkan dengan baik (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

b. Hipoglikemia
Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa darah di bawah
60 mg/dl disertai adanya gelaja klinis pada penderita. Hipoglikemia dapat terjadi
pada saat pasien berada pada ruang perawatan klinis maupun dapat menyerang
tanpa disadari pada saat pasien menjalani perawatan di rumah (Gibson, 2009; Tsai
et al, 2011). Hipoglikemi pada orang DM dapat disebabkan oleh beberapa hal, di
antaranya: pemberian dosis insulin yang berlebih, perhitungan dosis insulin yang
tidak sesuai dengan intake makanan, penggunaan obat hipoglikemi oral jenis
sulfonilurea sebagai obat untuk menstimulasi produksi insulin tubuh, makan terlalu
sedikit atau terlewatkan waktu makan, dan aktivitas fisik yang berlebih (Phillips,
2009; Smeltzer et al, 2010).

Insulin merupakan hormon berbasis protein yang berfungsi untuk mengatur


kadar glukosa darah dalam tubuh. Peran insulin sangat penting terutama saat terjadi
peningkatan kadar glukosa darah yang berlebih (hiperglikemia) dalam tubuh
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Menurut Wijayakusuma (2004), kadar gula darah yang tinggi dapat
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Pola makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes mellitus. Hal ini disebabkan jumlah
atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas maksimum untuk
disekresikan.
2. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 Kg mempunyai
kecenderungan yang lebih besar untuk terserang diabetes mellitus dibandingkan
dengan orang yang tidak gemuk.
3. Faktor genetik
Seorang anak dapat mewarisi gen penyebab hiperglikemia pada orang tua.
Biasanya, seseorang yang menderita hiperglikemia mempunyai anggota keluarga /
keturunan yang terkena hiperglikemia juga.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyababkan pankreas tidak berfungsi
secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan untuk metabolisme
dalam tubuh, teramasuk hormon insulin.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pancreas sehingga
menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel β pada pankreas tidak
bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.

D. Fisiologi
Penurunan kadar gula darah dapat memicu serangkaian respon yang bertujuan
meningkatkan kadar gula darah. Berikut merupakan respon fisiologis terhadap
penurunan kadar gula darah plasma :

Keterangan tabel: Peningkatan glukosa adalah produksi glukosa yang dilakukan oleh
hati dan ginjal (glukoneogenesis). Penurunan glukosa adalah penggunaan glukosa
oleh jaringan yang sensitif terhadap insulin.

Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan
oleh jaringan prifer tergantung dari keseimbangan fisiologi beberapa hormon antara
lain :
1. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin.
Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan
cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
2. Hormon yang meningkatkan kadar gula darah Antara lain :
a) Glucagon yang disekresi oleh sel alfa pulau Langerhans
b) Epinefrin yang disekresikan oleh mesulla adrenal dan jaringan kromafin.
c) Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.
d) Growt hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterioir.
Glucagon, epinefrin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk suatu
mekanisme counferregulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat
pengaruh insulin.
E. Patofisiologi
Beberapa macam hormon terlibat dalam pengaturan darah ini, salah satunya
hormon insulin. Tingkat gula darah dalam tubuh diatur oleh pankreas dengan cara
memproduksi hormon insulin. Insulin bertanggung jawab untuk mengontrol kadar
gula dalam darah dan juga untuk memproses karbohidrat, lemak, dan protein menjadi
energi yang diperlukan tubuh manusia. Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan
insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel
tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin.
Insulin memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme
karbohidrat, yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel dan digunakan sebagai
bahan bakar. Insulin diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu
masuknya glukosa kedalam sel, yang kemudian di dalam sel tersebut glukosa akan
dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa tidak dapat
masuk ke sel, yang mengakibatkan glukosa teteap berada di dalam pembuluh darah
yang artinya kadar glukosa didalam darah meningkat (Suyono,2004).

a. Hiperglikemia
Diagnosis krisis hiperglikemia dapat cepat dibuat jika sebelumnya pasien sudah
teridentifikasi mengidap diabetes dan muncul gejala-gejala khas. Pemeriksaan gula
darah dan penunjang yang lain memberikan kontribusi penting dalam penegakan
diagnosis krisis hiperglikemia. DKA ditandai dengan: Kadar Gula Darah > 250
mg/dL, ketonuria dan ketonemia yang jelas, pH arteri < 7.3 dan kadar bicarbonate
< 15 mEq/L (Kitabchi dkk, 2009).

Sedangkan, pada HHS ditemukan: Kadar Gula Darah > 600 mg/dL, ketonuria dan
ketonemia minimal atau tidak ada, pH arteri > 7.3 dan kadar bicarbonate > 15
mEq/L. Pada HHS juga ditemukan adanya perubahan status mental (Delirium,
Stupor atau Koma) dan peningkatan osmolalitas serum > 320 mOsm/kg (Kitabchi
dkk, 2009).

Jumlah insulin absolut dalam darah menjelaskan perbedaan signifikan hasil


laboratorium DKA dan HHS. DKA cenderung terjadi karena kadar hormon insulin
yang sangat rendah sehingga terjadi ketogenesis, sedangkan HHS memiliki cukup
banyak insulin untuk mencegah ketogenesis.

Penyerapan glukosa ke dalam sel diawali dengan penangkapan insulin oleh insulin
receptor substrat-1 (IRS-1) yang kemudian memberikan sinyal pada GLUT 4 untuk
memindahkan glukosa dari luar ke dalam sel. Keadaan hiperglikemia kronis
menyebabkan terjadinya glucose toxicity yang berakibat pada penurunan ambilan
glukosa di membrane sel otot oleh karena terjadinya gangguan translokasi pada
GLUT 4, penurunan aktifitas IRS-1 sehingga terjadi resistensi pada insulin. Hal ini
menyebabkan glukosa plasma akan meningkat. Resistensi insulin awalnya dapat
ditoleransi dengan peningkatan sekresi insulin yang apabila terjadi terus menerus
akan menyebabkan kelelahan pada sel beta pankreas yang mengakibatkan
destruksinya sel beta sehingga berdampak pada penurunan sekresi insulin
(Campos, 2012).
b. Hipoglikemia
Respon Normal Tubuh :
Keseimbangan kadar glukosa darah dicapai melalui keseimbangan proses absorpsi
glukosa di saluran cerna, ambilan glukosa oleh jaringan, glikogenesis,
glikogenolisis, dan glukoneogenesis yang semuanya diatur oleh sistem
neuroendokrin. Terdapat tiga sistem utama neuroendokrin yang berperan dalam
mengatasi hipoglikemia, bekerja secara simultan:

1. Sekresi sel alfa pulau Langerhans di pankreas yang berefek menekan


sekeresi insulin (sel beta) serta meningkatkan sekresi glukagon. Mekanisme ini
meningkatkan kadar glukosa darah melalui mekanisme glikogenolisis dan
glukoneogenesis di hati.
2. Sensor glukosa di hipotalamus otak, mengaktivasi sistem saraf
simpatis. Proses ini menghasilkan adrenalin yang berefek di hati sama dengan
glukagon.
3. Hipofisis anterior, mengeluarkan hormon ACTH yang menstimulasi
adrenal melepaskan kortisol dengan efek sama dengan glukagon. Growth
hormone (GH) juga dilepas oleh hopofisis anterior berdampak pada peningkatan
produksi glukosa di hati. Perlu dicatat bahwa khusus untuk kortisol dan GH,
dapat memberi efek sebaliknya yaitu hipoglikemia melalui mekanisme ambilan
dan deposit glukosa di jaringan perifer. Namun efek ini baru timbul beberapa
jam sejak pertama kali kedua hormon dikeluarkan. Dalam kondisi episode
hipoglikemia yang memanjang, perlu dipikirkan adanya pengaruh dari GH dan
kortisol ini.

Koordinasi berbagai sistem neuroendokrin terhadap hipoglikemia. Garis terputus-


putus menerangkan sistem sensor glukosa sedangkan garis hitam menunjukan
reaksi kontraregulasi. CNS, central nervous system; NTS, nucleus of the solitary
tract; DMN, dorsal motor nucleus of the vagus; NE, norepinephrine;
ACh, acetylcholine.

Respon pada Penderita Diabetes :

Adapun pada penderita diabetes, misalkan diabetes tipe I, terjadi gangguan respon
terhadap hipoglikemia. Munculnya reaksi kontraregulasi terjadi pada level glukosa
yang lebih rendah sehingga penderita diabetes terutama diabetes tipe I lebih jauh
lebih rentan mengalami hipoglikemia terutama yang berkaitan dengan terapi.

Respon penderita diabetes tipe I terhadap hipoglikemia dibandingkan subjek


normal.

F. Symptom / Tanda Gejala


a. Hiperglikemia
Hipeglikemia sering kali tidak menunjukkan gejala berarti sampai glukosa darah
benar-benar melonjak melebihi 200 mg/dL, atau 11 mmol/L. Bila semakin lama
kadar gula darah tetap tinggi, gejala akan semakin serius. Gejala hiperglikemia
umumnya dapat membaik perlahan selama beberapa hari atau minggu. Namun,
beberapa orang yang sudah menderita diabetes tipe 2 sejak lama mungkin tidak
menunjukkan gejala apa pun meskipun kadar gula darahnya meningkat.
Berikut ini adalah gejala hiperglikemia :

Sering buang air kecil


Rasa haus meningkat
Penglihatan kabur
Kelelahan
Sakit kepala

b. Hipoglikemia

Gejala dan tanda yang muncul pada keadaan hipoglikemia sebagai berikut :

G. Cara Penegakkan Diagnosa


Cara utama untuk memeriksa kadar gula darah adalah dengan melakukan cek
gula darah secara mandiri ataupun di pusat layanan kesehatan. Dengan begitu kita
dapat mengecek bagaimana kondisi kesehatan kita. Penting untuk mencatat tanggal,
waktu, hasil tes, obat dan dosis, informasi makanan yang dikonsumsi dan olahraga
setiap kali Anda melakukan cek darah. Selain itu, selalu perhatikan gejala penyakit
gula darah yang Anda alami.
Kadar gula gula darah puasa (GDP) normal yaitu di bawah 108 mg/dl dan gula
darah 2 jam setelah makan di bawah 140 mg/dl. Sementara kadar gula dikatakan
rendah apabila menunjukkan angka di bawah 70 mg/dl saat pemeriksaan.
Pada pasien diabetes, rekomendasi target gula darah normal sebelum makan,
antara lain:

 Antara 80-120 mg/dL (4,4 dan 7 mmol/L) untuk orang berusia 59 dan lebih muda
yang tidak memiliki kondisi medis mendasar lainnya.
 Antara 100-140 mg/dL (6 dan 8 mmol/L) untuk orang berusia 60 lebih dan
mereka yang memiliki penyakit jantung, paru-paru, ginjal, atau pernah mengalami
hipoglikemia.
Diagnosis krisis hiperglikemia dapat cepat dibuat jika sebelumnya pasien
sudah teridentifikasi mengidap diabetes dan muncul gejala-gejala khas. Pemeriksaan
gula darah dan penunjang yang lain memberikan kontribusi penting dalam penegakan
diagnosis krisis hiperglikemia. DKA ditandai dengan: Kadar Gula Darah > 250
mg/dL, ketonuria dan ketonemia yang jelas, pH arteri < 7.3 dan kadar bicarbonate <
15 mEq/L (Kitabchi dkk, 2009).
Sedangkan, pada HHS ditemukan: Kadar Gula Darah > 600 mg/dL, ketonuria
dan ketonemia minimal atau tidak ada, pH arteri > 7.3 dan kadar bicarbonate > 15
mEq/L. Pada HHS juga ditemukan adanya perubahan status mental (Delirium, Stupor
atau Koma) dan peningkatan osmolalitas serum > 320 mOsm/kg (Kitabchi dkk,
2009).
Jumlah insulin absolut dalam darah menjelaskan perbedaan signifikan hasil
laboratorium DKA dan HHS. DKA cnderung terjadi karena kadar hormon insulin
yang sangat rendah sehingga terjadi ketogenesis, sedangkan HHS memiliki cukup
banyak insulin untuk mencegah ketogenesis.
Pendekatan diagnosis kejadian hipoglikemia dilakukan dengan bantuan
Whipple’s Triad yang meliputi:
1) keluhan yang berhubungan dengan hipoglikemia,
2) kadar glukosa plasma yang rendah, dan
3) perbaikan kondisi setelah perbaikan kadar gula darah.
Hipoglikemia akut yang dialami oleh pasien dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

H. Terapi
a. Hiperglikemia
Terapi Cairan
Disarankan menggunakan larutan garam fisiologis (normal saline) untuk mengatasi
dehidrasi. Kira-kira jumlah cairan yang hilang adalah 100 mL/kgBB, sehingga
pada satu jam pertama diberikan 1-2 Liter, satu jam kedua diberikan 1 liter, begitu
seterusnya sesuai protokol.
Terapi Insulin
Insulin diberikan sesaat setelah diagnosis DKA ditegakkan. Insulin dosis
rendah, bolus intravena sebagai terapi inisiasi 0,1 U/kgBB diikuti 5-10 U/jam yang
diberikan kontinyu, lebih disukai dibanding insulin bolus yang dibagi dalam
beberapa jam. Insulin pump lebih dipilih bila dibandingkan insulin subkutan atau
bolus intravena, karena lebih jarang menyebabkan hipoglikemia. Terapi insulin
tetap diberikan sampai DKA mengalami resolusi, meskipun kadar gula darah < 200
mg/dL. Untuk mencegah hipoglikemia, laju terapi insulin dapat dikurangi dan
cairan diganti dengan Dekstrose 5% atau 10%.
Terapi Kalium
Pasien DKA sering mengalami hiperkalemia, bahkan terkadang menyebabkan
gambaran gelombang T tinggi (tall T) pada EKG. Namun, pada manajemen pasien
DKA yang lebih ditakutkan adalah kondisi hipokalemia yang diakibatkan
pemberian insulin dan cairan pada pasien DKA. Sehingga pemantauan kadar
elektrolit darah perlu dilakukan. Kalium dapat mulai diberikan setelah produksi
urin cukup adekuat.
Terapi Glukosa
Tujuan terapi DKA adalah meresolusi ketogenesis. Setelah pemberian cairan 2 jam
pertama dan pemberian insulin, kadar gula darah bisa turung 60 mg/dL setiap jam
hingga mencapai < 200 mg/dL. Pada kondisi ini dapat dimulai pemberian infus
mengandung dekstrose 5% untuk mencegah hipoglikemia.

Terapi Bikarbonat
Bikarbonat masih menjadi perdebatan dalam penangan DKA. Sampai sejauh ini
para ahli sepakat memberikan bikarbonat bila pH arteri < 7.1.

Terapi antibiotik diberikan bila ada kecurigaan infeksi yang mendahului. Oksigen
diberikan bila pO2 < 80 mmHg. Heparin dapat diberikan bila diketahui timbul
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).

b. Hipoglikemia
 Berikan Minuman Manis
Kadar gula darah yang merosot drastis bisa mengakibatkan penyandang diabetes
kehilangan kesadaran. Berikan minuman manis 150-200 ml (teh manis atau jus
buah) atau 2-3 sendok teh sirup atau madu untuk membantu meningkatkan
kadar gula darah.
Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori seperti coklat,
kue, donat, ice cream atau cake karena gula yang terkandung di dalam minuman
akan lebih cepat diserap oleh tubuh dibandingkan gula yang terdapat di dalam
makanan.
Angka kadar gula darah yang kembali stabil akan membuat fungsi organ-organ
tubuh berjalan normal kembali.

 Berikan Tablet Glukosa


Penyandang diabetes yang kerap kali mengalami hipoglikemia biasanya selalu
membawa tablet glukosa sebagai bentuk pertolongan darurat pada saat-saat
kritis. Tablet glukosa ini berbentuk seperti permen yang pada umumnya
mengandung sekitar 5 gram karbohidrat per tablet. Jika Anda berada dalam
kondisi sulit dan tidak bisa menemukan minuman manis, maka tablet glukosa
ini bisa digunakan sebagai pertolongan pertama
 Konsumsi Makanan Berkarbohidrat
Setelah kondisi penderita hipoglikemia berangsur membaik, segera berikan
makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, biskuit, ataupun nasi.
Kandungan karbohidrat di dalam jenis-jenis makanan tersebut akan membantu
menyediakan persediaan gula yang diperlukan tubuh secara bertahap. Dengan
demikian, kadar gula darah bisa dipertahankan kestabilannya dalam jangka
waktu relatif lebih lama.
I. Tata Laksana
Pedoman 4 pilar pengendalian kadar gula darah terdiri dari edukasi,
pengaturan makan, olahraga, kepatuhan pengobatan (Perkeni, 2011). Dengan tujuan
agar penderita dapat hidup lebih lama, karena kualitas hidup kebutuhan. Berikut tata
laksana dari penderita hiperglikemia dan hipoglikemia :
a. Hiperglikemia
Stadium Permulaan (sadar)
1. Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen gula murni
(bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/gula diabetes) dan makanan yang
mengandung karbohidrat)

2. Hentikan obat hipoglikemik sementara

3. Pantau glukosa darah sewaktu

4. Pertahankan kadar Gula Darah diatas 100 mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar)

5. Cari penyebab

Stadium Lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga


hipoglikemia)
1. Diberikan larutan Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (= 50 mL) bolus intravena

2. Diberikan cairan Dekstrosa 10% per infus, 8 jam kolf bila tanpa penyulit lain

3. Periksa Gula Darah Sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan glukometer:

 Bila GDs <50 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 50 mL IV

 Bila GDs <100 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV

4. Periksa GDs setiap 15 menit setelah pemberian Dekstrosa 40%:

 Bila GDs <50 mg/dL → + bolus Desktrosa 40% mL IV

 Bila GDs <100 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV

 Bila GDs 100-200 mg/dL → tanpa bolus Dekstrosa 40%


 Bila GDs >200 mg/dL → pertimbangkan menurunkan kecepatan drip
Dekstrosa 10%

5. Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS


dilakukan setiap 2 jam, dengan protokol sesuai di atas. Bila GDs >200 mg/dL
→ pertimbangkan mengganti infus dengan Dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.

6. Bila GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut masing-masing selang 2


jam, pemantauan GDS dilakukan setiap 4 jam, dengan protokol sesuai di atas.
Bila GDs >200 mg/dL → pertimbangkan mengganti infus dengan Dekstrosa 5%
atau NaCI 0,9%.

7. Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut masing-masing selang 4


jam, pemeriksaan GDS dapat diperpanjang sesuai kebutuhan sampai efek obat
penyebab hipoglikemia diperkirakan sudah habis dan pasien sudah dapat makan
seperti biasa.

8. Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis insulin,


seperti: glukagon 0,5-1 mg IV/IM atau kotison, adrenal

9. Bila pasien belum sadar, sementara hipoglikemia sudah teratasi, maka cari
penyebab lain atau pertimbangkan sudah terjadi brain damage akibat
hipoglikemia berkepanjangan.

10. Rujuk pasien ke SpPD untuk mendapatkan tatalaksana komprehensif.

b. Hipoglikemia
Ringan - Sedang pada Orang Dewasa :
Pemberian karbohidrat sebanyak 15 gram dalam bentuk tablet atau larutan glukosa
maupun sukrosa diperlukan sebagai pertolongan pertama hipoglikemia ringan
hingga sedang pada orang dewasa. Terapi awal ini cukup untuk memicu kenaikan
glukosa darah hingga 38 mg/dL dalam 20 menit dan perbaikan gejala pada
sebagian besar individu dengan hipoglikemia ringan-sedang. Pilihan rejimen terapi
awal lainnya seperti susu dan jus jeruk kurang cepat dalam menaikkan  kadar
glukosa darah dan memperbaiki gejala.
Apabila pasien memiliki riwayat DM, pengukuran kadar glukosa dilakukan dalam
15 menit sejak pemberian terapi glukosa awal. Jika kadar glukosa darah masih di
bawah 70 mg/dL, pemberian 15 gram glukosa atau sukrosa dapat diulang. Apabila
tablet glukosa tidak tersedia, sediaan karbohidrat 15 gram oral lainnya yang
ekivalen adalah 15 mL gula pasir yang dilarutkan dalam air, 5 kubus kecil gula,
dan 15 mL madu.
Berat pada Orang Dewasa :
Apabila pasien mengalami hipoglikemia berat namun masih sadar penuh dan
memiliki riwayat diabetes, pemberian karbohidrat oral 20 gram dilakukan dalam
bentuk glukosa tablet dan sediaan lain yang ekivalen.  kadar glukosa darah
kemudian diperiksa dalam kurun waktu 15 menit setelah pemberian terapi glukosa
awal. Pemberian glukosa 15 gram dapat diulang apabila kadar glukosa darah masih
< 70 md/dL.
Jika pasien mengalami hipoglikemia berat dan tidak sadarkan diri, pemberian 10-
25 gram glukosa atau 20-50 mL dekstrosa 50% dalam air (D50W) dapat diberikan
secara intravena selama 1-3 menit apabila pasien memiliki akses intravena. Jika
pasien tidak memiliki akses intravena, 1 mg glukagon dapat diberikan secara
subkutan atau intramuskular. Pedoman klinis di Amerika Serikat dan Kanada
menyarankan agar pasien dengan DM dan keluarga yang merawat memiliki
sediaan glukagon serta mampu memberikan obat tersebut sesuai indikasi. Namun,
sediaan glukagon saat ini belum tersedia di Indonesia dan bahkan di negara maju
harganya masih sangat mahal.
Hipoglikemia telah teratasi :
Apabila hipoglikemia telah teratasi, pasien harus mendapatkan makanan atau
kudapan yang semestinya dia dapatkan sesuai jadwal makan harian guna mencegah
hipoglikemia berulang. Apabila jadwal makan lebih dari 1 jam sejak kejadian
hipoglikemia, kudapan (termasuk karbohidrat 15 gram dan protein) perlu diberikan
bagi pasien.
Hipoglikemia pada Anak-anak :
Apabila sampel untuk pemeriksaan laboratorium kritis guna melacak penyebab
dasar hipoglikemia telah diambil, pemberian bolus kecil dekstrosa 0,2 gram/kgBB
dapat diberikan melalui infus intravena selama 1 menit (dekstrosa 10% 2
mL/kgBB). Kemudian, infus intravena kontinu dekstrosa 10% dengan dosis 8
mg/kg/menit dapat dimulai. Kadar glukosa darah perlu diperiksa 15 menit setelah
dilakukan bolus kecil di awal dan selama pemberian infus dekstrosa rumatan masih
berlangsung.
Apabila hipoglikemia berulang, pemberian bolus intravena dekstrosa dapat
diberikan pada dosis 0,5 gram/kgBB atau sebanyak 5 mL/kgBB dekstrosa 10%
yang dilanjutkan dengan peningkatan jumlah glukosa melalui infus rumatan hingga
25%-50%.
Sebagai alternatif terhadap glukosa intravena, pemberian berulang gula sublingual
0,2 gram/kg merupakan pilihan yang cukup efektif bagi anak-anak dengan
hipoglikemia yang berusia 6 bulan hingga 15 tahun.

Pengobatan rumahan
1. Olahraga

Olahraga menjadi cara paling efektif untuk mengontrol gula darah yang tinggi.
Olahraga dapat membantu menurunkan kadar gula darah Anda. Namun,
pilihlah olahraga yang aman untuk diabetes.

Penting diketahui jika Anda memiliki diabetes tipe 1 dan gula darah Anda tinggi,
Anda perlu melakukan pemeriksaan keton dalam urin Anda. Bila Anda memiliki
keton, jangan berolahraga.

Jika Anda memiliki diabetes tipe 2 dan gula darah tinggi, Anda juga harus
memastikan bahwa tidak ada keton dalam urine Anda dan bahwa Anda terhidrasi
dengan baik.

2. Minum obat sesuai petunjuk

Hiperglikemia dapat terjadi akibat kebiasaan minum obat diabetes tidak teratur atau
penyuntikan terapi insulin yang tidak sesuai. Supaya kondisi ini tidak terjadi, selalu
minum obat secara rutin dan sesuai dengan aturan minum yang ditentukan dokter.

Dokter Anda dapat mengubah jumlah, waktu, atau jenis obat diabetes yang Anda
konsumsi. Jangan melakukan perubahan tanpa berbicara dengan dokter.

3. Menjaga pola makan

Kadar gula darah yang tinggi dapat dipicu oleh kebiasaan makan yang tidak benar.
Oleh karena itu, Anda perlu mengatur kembali pola makan. Ikuti anjuran dokter atau
ahli gizi mengenai rencana diet dan menu makanan sehat untuk diabetes.

4. Rajin cek gula darah

Gula darah yang tidak stabil mengharuskan Anda untuk rajin melakukan cek gula
darah di rumah. Memantau gula darah dapat mencegah hiperglikemia dan
komplikasinya.

J. Simpulan
Pemeriksaan glukosa darah adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui kadar gula yang ada dalam tubuh. Kadar glukosa di atas normal disebut
hiperglikemia, sedangkan kadar glukosa di bawah normal disebut hipoglikemia.
Faktor identik yang mempengaruhi salah satunya yaitu produksi hormon insulin yang
keberadaanya sangat penting untuk mengatur kadar gula darah.
Untuk mencegah keadaan tersebut, kita bisa memulai kebiasaan hidup yang sehat,
seperti memakan makanan yang bergizi dan seimbang, mengontrol konsumsi
gula/manis, melakukan aktifitas contohnya olah raga, tanamkan pola hidup yang
sehat, dan yang lainya.
Selain itu, untuk mengontrol tinggi/rendahnya kadar glukosa darah, dapat dilakukan
pemeriksaan secara rutin. Sehingga dapat meminimalisir komplikasi yang akan
terjadi.
K. Soal (Vignate) + Kunci
SOAL NO.1
Vignette Spektrofotometer merupakan salah satu alat yang dapat menganalisis
kadar glukosa yang ada di dalam tubuh.
Pertanyaa Apa sampel yang dibutuhkan untuk pemeriksaan dengan metode
n spektrofotometer?
Pilihan a. Whole Blood
Jawaban b. Darah Vena
c. Darah arteri
d. LCS
e. Ektraksi DNA
Kunci b.Darah Vena
Jawaban

SOAL NO.2
Vignette Seorang laki – laki berusia 57 tahun datang ke IGD dengan keluhan
sering buang air kecil, sering haus, penglihatan kabur, kelelahan.
Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil kadar glukosa
sebanyak 370 mg/dl.
Pertanyaa Apa indikasi berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut?
n
Pilihan a. Hiperglikemia
Jawaban b. Hipoglikemia
c. Hiponatremia
d. Hipenatremia
e. Hipokalamia
Kunci a. Hiperglikemia
Jawaban

SOAL NO.3
Vignette Seorang pria datang ke laboratorium A untuk melakukan pemeriksaan
glukosa darah. Ternyata setelah dilakukan pemeriksaan diketahui
kadar glukosa dalam darah 45 mg/dl.
Pertanyaa Apa faktor yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah menurun?
n
Pilihan a. Konsumsi gula berlebih
Jawaban b. Tidak pernah olahraga
c. Terapi insulin yang tidak sesuai
d. Obesitas
e. Terlalu banyak asupan kalori
Kunci c. Terapi insulin yang tidak sesuai
Jawaban

SOAL NO.4
Vignette Kadar darah dalam tubuh yang belebih disebut hiperhlikemia,
sedangkan kadar darah yang rendah disebut hipoglikemia. Kedua
kondisi ini tidak baik untuk tubuh dan perlu dilakukan treatment.
Pertanyaa Nilai rujukan glukosa normal adalah pada rentang berapa?
n
Pilihan a. 60-110 mg/dl
Jawaban b. 20-50 mg/dl
c. 120-220 mg/dl
d. ≤ 60 mg/dl
e. ≥150 mg/dl
Kunci a. 60-110 mg/dl
Jawaban

SOAL NO.5
Vignette Hipeglikemia sering kali tidak menunjukkan gejala berarti sampai
glukosa darah benar-benar melonjak melebihi 200 mg/dL, atau 11
mmol/L. Bila semakin lama kadar gula darah tetap tinggi, gejala akan
semakin serius. Gejala hiperglikemia umumnya dapat membaik
perlahan selama beberapa hari atau minggu. Namun, beberapa orang
yang sudah menderita diabetes tipe 2 sejak lama mungkin tidak
menunjukkan gejala apa pun meskipun kadar gula darahnya
meningkat.
Pertanyaa Apa terapi yang dijalankan untuk penderita hiperglikemia?
n
Pilihan a. Berikan minuman manis
Jawaban b. Konsumsi makanan berkarbohidrat
c. Pemberian tablet glukosa
d. Konsumsi makanan tinggi kalori
e. Terapi insulin
Kunci e.Terapi insulin
Jawaban
Daftar Pustaka

https://eprints.sinus.ac.id/447/4/019C2016STI-11.5.00046_BAB_4.pdf
http://repository.unimus.ac.id/111/1/FULLTEXT.pdf
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/12947/132410080.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs/article/download/25045/11711/
http://jkp.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/download/192/107
https://www.teknolabjournal.com/index.php/Jtl/article/download/77/56/
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/6454/5991
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/hipoglikemia/penatalaksanaan
https://hellosehat.com/diabetes/gula-darah-normal/hipoglikemia/
https://hellosehat.com/diabetes/gula-darah-normal/hiperglikemia/
https://caiherang.com/hipoglikemia/#Patogenesis_dan_Patofisiologi
http://eprints.umm.ac.id/46804/3/BAB%202.pdf
https://bethsaidahospitals.com/pertolongan-pertama-pada-hipoglikemia/
http://dokterpost.com/diagnosis-krisis-hiperglikemia/

Anda mungkin juga menyukai