Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

“ UJI KADAR GLUKOSA DALAM DARAH “

Dosen Pengampu :
Nawafila Februyani, M.Si

Disusun oleh :
1. Anis Fitria (1120170054)
2. Ayu Lisniawati (1120170055)
3. Narita Wahyuningtyas (1120170063)
4. Yulianti (1120170067)

Prodi : Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri
Bojonegoro
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas
karohidrat sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan,
pankreas melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk
digunakan sebagai bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila kelebihan. Orang-orang
yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak berolahraga seringkali menderita
resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula darah meningkat di atas normal (Lopulalan,
2008).
Glukagon merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas fisiologis
meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon melakukan hal ini dengan mempercepat
konversi dari glikogen dalam hati dari nutrisi-nutrisi lain, seperti asam amino, gliserol, dan
asam laktat, menjadi glukosa (glukoneogenesis). Kemudian hati mengeluarkan glukosa ke
dalam darah, dan kadar gula darah meningkat. Sekresi dari glukagon secara langsung
dikontrol oleh kadar gula darah melalui sistem feed-back negative (Setyo, 2011).
Kadar gula darah dalam tubuh setiap individu berbeda-beda, tinggi rendahnya kadar gula
darah dipengaruhi sekresi hormon insulin dan glukagon sebagai peranan terpenting dalam
metabolisme. Perbedaan kadar gula darah bagi orang yang berpuasa dengan orang yang sudah
makan, kadar gula darah laki-laki & perempuan, serta perbedaan usia perlu diketahui oleh
karena itu pada praktikum ini akan menghitung jumlah kadar gula dari ketiga sampel darah
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Apa faktor yang mempengaruhi perbedaan kadar gula darah pada setiap orang ?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui faktor yang mempengaruhi erbedaan kadar gula darah pada setiap orang.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Glukosa
Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh, dikenal juga sebagai
gula fisiologis. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Sedangkan dalam tumbuhan Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan
selama fotosintesis adalah precursor dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan, yaitu sukrosa, pati
dan selulosa. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam
tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Meskipun disebut “gula darah”, selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya,
seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui
insulin dan leptin. Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan
eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan, didalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida-
gliserok, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa antara pada
siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh.

Glukosa berasal sebagian besar diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari
berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dibentuk dari
glikogen hati melalui glikogenolisis. Setelah makan tinggi karbohidrat, kadar glukosa darah
akan meningkat dari kadar puasa sekitar 80-100 mg/dl ke kadar sekitar 120-140 mg/dl, dalam
periode 30 menit sampai 1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah kemudian menurun kembali
ke rentang puasa dalam waktu sekitar 2 jam setelah puasa. Proses mempertahankan kadar
glukosa yang stabil di dalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostasis yang diatur
paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta
beberapa hormon. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan
peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya. Nilai
normal kadar glukosa serum atau plasma adalah 75 – 115 mg/dl (Dinika, 2012).

2.2 Hormon Insulin dan Glukagon


Glukosa darah berasal dari absorpsi pencernaan makanan dan pembebasan glukosa
dari persediaan glikogen sel. Tingkat glukosa darah akan turun apabila laju penyerapan oleh
jaringan untuk metabolisme atau disimpan lebih tinggi daripada laju penambahan. Penyerapan
glukosa oleh sel-sel distimulus oleh insulin, yang disekresikan oleh sel beta dari pulau-pulau
Langerhans. Glukosa berpindah dari plasma ke sel-sel karena konsentrasi glukosa dalam
plasma lebih tinggi daripada dalam sel. Di dalam sel, glukosa dikonversi menjadi glukosa 6
fosfat yang ditahan dalam sel sebagai hasil daripada pengurangan permeabilitas membrane
oleh pengaruh kelompok fosfat. Insulin meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel dengan
meningkatkan laju transport terbantu dari glukosa melintasi membran sel. Begitu glukosa
telah masuk sel, segera difosforilasi untuk menjaganya tanpa control (Soewolo, 2000).
Insulin adalah hormon yang mengendalikan gula darah. Tubuh menyerap mayoritas
karohidrat sebagai glukosa (gula darah). Dengan meningkatnya gula darah setelah makan,
pankreas melepaskan insulin yang membantu membawa gula darah ke dalam sel untuk
digunakan sebagai bahan bakar atau disimpan sebagai lemak apabila kelebihan. Orang-orang
yang punya kelebihan berat badan atau mereka yang tidak berolahraga seringkali menderita
resistensi insulin. Konsekuensinya, tingkat gula darah meningkat di atas normal (Setyo,
2011).
Dalam otot rangka insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel otot
yang juga menstimulasi sintesis glikogen. Dengan demikian simpanan glikogen dalam sel otot
meningkat. Penyerapan asam amino ke dalam hati, otot dan jaringan adipose juga meningkat
setelah makan sebagai respon adanya insulin (Soewolo, 2000).
Penolakan insulin adalah kondisi pada jumlah normal insulin yang tidak mencukupi
untuk menanggapi respon insulin normal dari lemak, otot dan sel hati. Penolakan insulin pada
sel lemak merupakan akibat dari hidrolisis. Penolakan insulin pada otot mengurangi
pengambilan glukosa, dan penolakan insulin pada hati mengurangi stok glukosa, dengan
akibat pada penyediaan glukosa darah. Penolakan insulin dapat disebabkan oleh sindrom
metabolisme dan diabetes melitus tipe 2 (Lopulalan, 2008).
Glukagon merupakan hasil dari sel alfa, yang berperan untuk meningkatkan derajad
glukosa darah ketika kadar glukosa darah turun di bawah normal. Target dari glukagon adalah
hati. Glukagon mempercepat perubahan glikogen menjadi glukosa (glikogenesis), mendorong
pembentukan glukosa dari asam laktat dan asam amino tertentu (glukoneogenesis) dan
mempertinggi penglepasan glukosa dalam darah. Sebagai hasilnya derajad glukosa darah naik
(Soewolo, 2005).
Insulin dan glukagon adalah hormon yang bekerja secara antagonis dalam mengatur
konsentrasi glukosa dalam darah. Hal ini merupakan suatu fungsi bioenergetik dan
homeostasis yang sangat penting, karena glukosa merupakan bahan bakar utama untuk
respirasi seluler dan sumber kunci kerangka karbon untuk sintesis senyawa organik lainnya.
Keseimbangan metabolisme bergantung pada pemeliharaan glukosa darah pada konsentrasi
yang dekat dengan titik pasang, yaitu sekitar 90 mg/ 100 mL pada manusia. Ketika glukosa
darah melebihi kadar tersebut, insulin dilepaskan dan bekerja menurunkan konsentrasi
glukosa. Ketika glukosa turun dibawah titik pasang, glukagon meningkatkan konsentrasi
glukosa. Melalui umpan balik negatif, konsentrasi glukosa darah menentukan jumlah relatif
insulin dan glukagon (Campbell, 2004).

2.3 Jenis dan Metode Pengukuran Glukosa Darah


2.3.1 Jenis Pengukuran Glukosa Darah
Dikenal beberapa jenis pemeriksaan yang berhubungan dengan pemeriksaan
glukosa darah yaitu (Dinika, 2012):
a. Glukosa darah puasa Sebelum pemeriksaan ini dilakukan pasien harus puasa
10 – 14 jam.
b. Glukosa darah sewaktu Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien tanpa perlu
memperhatikan waktu terakhir pasien makan.
c. Glukosa darah 2 jam PP Pemeriksaan ini sukar sekali distandarisasikan, karena
makanan yang dimakan baik jenis maupun jumlahnya sukar disamakan dan
juga sukar diawasi dalam tenggang waktu 2 jam untuk tidak makan dan minum
lagi, juga selamamenunggu pasien perlu duduk istirahat tenang dan tidak
melakukan kegiatan jasmani (berat) serta tidak merokok.

2.3.2 Metode Pengukuran Glukosa Darah


Secara umum ada 2 macam metode yang berlainan untuk menentukan kadar
glukosa, yaitu (Dinika, 2012):
1. Metode Kimia
a. Reduksi (Glukc-DH®)
Metode ini adalah sebuah metode rutin enzimatik oleh karena
spesifikasinya yang tinggi, kepraktisan dan keluwesannya. Pengukuran
dilakukan pada daerah UV. Prinsip metode ini adalah glukosa dehidrogenase
mengkatalisis oksidasi dari glukosa. Metode Gluck-DH® dapat digunakan
pada bahan sampel yang dideproteinisasi atau yang tidak dideproteinisasi serta
untuk hemolysate.

b. Metode Kondensasi Gugus Amino (O-Toluidine)


Prinsip metode ini adalah glukosa bereaksi dengan O-toluidin dalam asam
asetat panas dan menghasilkan senyawa berwarna hijau yang dapat ditentukan
secara fotometer. Penentuan glukosa dengan O-toluidin dapat digunakan untuk
bahan sampel yang dideproteinisasi maupun yang tidak di-deproteinisasi.
Beberapa kelemahan / kekurangannya adalah metode kimia ini
memerlukan langkah pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga
kemungkinan terjadi kesalahan lebih besar. Selain itu reagen pada metode
ortho-toluidin bersifat korosif.

2. Metode Enzimatik
a. Metode Glukosa Oksidase (GOD-PAP)
Prinsip: Enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi oksidasi glukosa
menjadi glukonolakton dan hydrogen peroksida.
glukosa oksidase
Glukosa + O2 O-glukono-δ-lakton + H2O2
Penambahan enzim perokidase dan aseptor oksigen kromogenik seperti
Odianisidine.
peroksidase
O-dianisidine (red) +H2O2 O-dianiside (oks) + H2O.
Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama
menyebabkan sifat reaksi pertama spesifik untuk glukosa, khususnya B-D
glukosa, sedangkan reaksi kedua tidak spesifik, karena zat yang bisa
teroksidasi dapat menyebabkan hasil pemeriksaan lebih rendah. Asam urat,
asam askorbat, bilirubin dan glutation menghambat reaksi karena zat-zat ini
akan berkompetisi dengan kromogen bereaksi dengan hidrogen peroksida
sehingga hasil pemeriksaan akan lebih rendah. Keunggulan dari metode
glukosa oksidase adalah karena murahnya reagen dan hasil yang cukup
memadai.

b. Metode Heksokinase
Prinsip: Heksokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan
ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-
fosfat dehidrogenase akan mengkatalis oksidasi glukosa 6-fosfat dengan
nikolinamide adnine dinueleotide phosphate (NAPP+)
peroksidase
Glukosa + ATP Glukosa-6-fosfat + ADP
Glukosa-6-fosfat +NAD (P) G-6-PD 6-fosfoglukonat + NAD(P)H + H+

c. Reagen Kering (Gluco DR)


Adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat
dipergunakan untuk mengukur kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan
untuk screening pemeriksaan kadar glukosa darah. Sampel dapat dipergunakan
darah segar kapiler atau darah vena, tidak dapat menggunakan sampel berupa
plasma atau serum darah.
Prinsip : Tes strip menggunakan enzim glukosa oksidase dan
didasarkan pada teknologi biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa,
tes strip mempunyai bagian yang dapat menarik darah utuh dari lokasi
pengambilan / tetesan darah kedalam zona reaksi. Glukosa oksidase dalam
zona reaksi kemudian akan mengoksidasi glukosa di dalam darah. Intensitas
arus electron terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi glukosa di
dalam sampel darah.

2.4 Kelainan-Kelainan Glukosa

2.4.1 Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau
berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM)
yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya
glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan
ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu.
Kelainan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan penurunan toleransi glukosa
akibat berkurangnya sekresi insulin sebagai respon terhadap pemberian glukosa.
Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan
yang parah dan pandangan yang kabur (Dinika, 2012).

2.4.2 Hipoglikemia
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana
kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidak
seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang
digunakan. Jika hipoglikemia tidak segera diatasi, bisa menyebabkan kejang atau
pingsan. Kadar gula darah yang rendah biasanya menimbulkan ; sakit kepala, gemetar,
kepala pening, lapar, kulit dingin atau lembab, denyut jantung cepat, gelisah (Dinika,
2012).
BAB III
METODE PENGAMATAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 06 Desember 2018 pukul 11.20 - 13.00
WIB di Laboratorium Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama’ Sunan
Giri Bojonegoro.

3.2 Alat dan Bahan


 Alat yang digunakan pada praktikum Uji Kadar Glukosa Dalam Darah antara lain :
- Alat tulis
- Glucometer
- Lancing device
- Testing strip
- Lancet a.k.a jarum
- Alcohol swab
- Kamera digital atau Hp yang dilengkapi dengan kamera digital

 Bahan yang digunakan pada praktikum Uji Kadar Glukosa Dalam Darah antara lain :
- Sampel darah 10 orang mahasiswa dengan faktor yang berbeda

3.3 Cara Kerja


Langkah kerja yang diambil pada praktikum Uji Kadar Glukosa Dalam Darah adalah :
1. Menyediakan Lancet yang bersih dan memasukkan ke dalam Lancet Device (lancet
pen). Jangan menggunakan Lancet yang telah digunakan pada orang lain.
2. Memasukkan testing strip ke dalam Glucometer, memastikan dalam kedudukan yang
betul.
3. Mengambil alcohol swab dan membersihkan ujung jari yang ingin diambil sample
darah. Kemudian mengambil Lancet device dan push button di sisi pen tersebut.
Mengelap darah yang pertama keluar kemudian memencet jari supaya darah baru
keluar.
4. Mengambil glucometer dan menempelkan ujung testing strip pada darah di ujung jari.
Menunggu beberapa saat sehingga muncul hasilnya.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel Pengamatan

Kadar Glukosa
No. Nama Puasa/tidak
(mg/dl)
1. Khadirin (laki-laki) Puasa 80 mg/dl
2. Anis (perempuan 21th) Puasa 80 mg/dl
3. Suci (perempuan 21th) Puasa 85 mg/dl
4. Alfia (perempuan 21th) Puasa 79 mg/dl
5. Novia (perempuan 18th) Puasa 80 mg/dl
6. Yulianti (perempuan 18th) Puasa 79 mg/dl
7. Hestya (perempuan) Tidak puasa 135 mg/dl
8. Nursiyah (perempuan) Tidak puasa 100 mg/dl
9. Adela (perempuan) Tidak puasa 92 mg/dl
10. Narita (perempuan) Tidak puasa 94 mg/dl

4.1.2 Grafik Pengamatan

160

140

120

100

80

60 Kadar gula darah (mg/dl)

40

20

Ket : *tidak puasa


4.2 Pembahasan
Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh, dikenal juga sebagai
gula fisiologis. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Sedangkan dalam tumbuhan Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan
selama fotosintesis adalah precursor dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan, yaitu sukrosa, pati
dan selulosa. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam
tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan
di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi
glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas
melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini
mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan
ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah.

Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena
pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam
pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak
glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi level gula darah
(Akhmad, 2012).

Pada hasil percobaan uji gula darah pada orang yang berbeda-beda, didapatkan hasil
yaitu Khadirin (laki-laki) berpuasa diperoleh 80 mg/dL ; Anis (perempuan 21th) berpuasa
diperoleh 80 mg/dL ; Suci (perempuan 21th) berpuasa diperoeh 85 mg/dL ; Alfia (perempuan
21th) berpuasa diperoleh 79 mg/dL ; Novia (perempuan 18th) berpuasa diperoleh 80 mg/dL ;
Yulianti (perempuan 18th) berpuasa diperoleh 79 mg/dL ; Hestya (perempuan) tidak berpuasa
diperoleh 135 mg/dL ; Nursiyah (perempuan) tidak berpuasa diperoleh 100 mg/dL ; Adela
(perempuan) tidak berpuasa diperoleh 92 mg/dL ; dan Narita (perempuan) tidak berpuasa
diperoleh 94 mg/dL.

Dari hasil tersebut, antara laki-laki dan perempuan mempunyai kadar gula yang
berbeda. Pada perempuan 21th yang berpuasa juga diperoleh hasil yang berbeda. Begitupun
dengan perempuan 18th yang berpuasa dan perempuan yang tidak berpuasa juga diperoleh
hasil yang berbeda. Pada orang yang berpuasa dan tidak berpuasa akan diperoleh perbedaan
kadar glukosa yang signifikan.

Kadar gula darah seseorang itu dapat dipengaruhi oleh berat badan, berat badan lebih
tinggi maka kadar gula darahnya juga tinggi. Bisa juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, kadar
gula darah cowok lebih besar dari kadar gula darah cewek karena kandungan protein serta
karbohidrat yang disimpan lebih banyak dari cowok. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu
dari makanan yang dimakan, jika makanan yang dimakan mengandung banyak gizi serta
karbohidrat dan protein seperti nasi dan telur ceplok maka kadar gulanya akan meningkat
lebih banyak dibandingkan dengan memakan makanan yang mengandung sedikit protein. Hal
lain yang menjadi factor utama adalah dari seseorang yang puasa minimal 8 jam dan juga
seseorang yang sudah makan. Orang yang sedang puasa maka kadar gulanya akan menurun
dibandingkan orang yang sudah makan, hal itu disebabkan karena karbohidrat yang diserap
dalam bentuk glukosa dalam tubuh orang yang sudah makan akan naik sedangkan pada orang
puasa suplai glukosa dalam tubuh rendah (Setyo, 2011).

Dalam keadaan normal, kadar gula darah berkisar antara 80-140. Setiap kali sehabis
makan, pankreas segera produksi insulin untuk mengolah karbohidrat dan berkisarlah kadar
gula darah antara 80-140. Bagi penderita DM, angka kadar gula darah antara 80-140 sudah
terkategori tinggi. Untuk kembali normal, perlu diatur pola makan, olah raga, jamu, obat dan
suntikan insulin. Upaya tersebut hanya dapat mengatasi atau mengendalikan kadar gula darah,
tetapi tidak menyembuhkan. Kecuali zat karbohidrat, dalam makanan sehari-hari terdapat
protein (10-15%) dan lemak (20-25%). Presentase karbohidrat sekitar 60-70% sekaligus
sebagai sumber utama energi (tenaga). Pada penderita DM, sebagian (besar) karbohidrat tidak
dapat diubah menjadi tenaga. Karenanya penderita DM gampang sekali lelah akibat langsung
dari persediaan energi yang terbatas. Makanan (minuman) yang banyak mengandung
karbohidrat adalah nasi, roti, mi, jagung, tales, singkong, gula dan madu. Agar gula darah
tidak tinggi, karena semua makanan tersebut harus dibatasi (nasi, roti, dan lain-lain), atau
bahkan dipantang (gula) (Setyo, 2011).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan di atas yaitu :

1. Kadar gula darah seseorang itu dapat dipengaruhi oleh berat badan, berat badan lebih
tinggi maka kadar gula darahnya juga tinggi. Bisa juga dipengaruhi oleh jenis kelamin,
kadar gula darah cowok lebih besar dari kadar gula darah cewek karena kandungan
protein serta karbohidrat yang disimpan lebih banyak dari cowok. Faktor lain yang
mempengaruhi yaitu dari makanan yang dimakan, jika makanan yang dimakan
mengandung banyak gizi serta karbohidrat dan protein seperti nasi dan telur ceplok
maka kadar gulanya akan meningkat lebih banyak dibandingkan dengan memakan
makanan yang mengandung sedikit protein. Hal lain yang menjadi factor utama adalah
dari seseorang yang puasa minimal 8 jam dan juga seseorang yang sudah makan.
Orang yang sedang puasa maka kadar gulanya akan menurun dibandingkan orang
yang sudah makan, hal itu disebabkan karena karbohidrat yang diserap dalam bentuk
glukosa dalam tubuh orang yang sudah makan akan naik sedangkan pada orang puasa
suplai glukosa dalam tubuh rendah.

5.2 Saran
Pada praktikum kali ini sudah bagus dan tertib. Akan tetapi sebaiknya ketika ingin
menguji kadar gula darah pada seseorang yang berpuasa dan tidak berpuasa, maka harus
benar berpuasa minimal 8 jam agar hasil yang diperoleh untuk membedakan antara orang
yang berpuasa atau tidak berpuasa akan lebih terlihat.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Yufrohi, Agus. 2012. Laporan Praktikum Glukosa Darah. Diakses pada tanggal 10
Desember 2018. http://agus-pages.blogspot.com/2012/09/laporan-praktikum-glukosa-
darah.html

Campbell, Neil A. dkk. 2004 .Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Dinika, Aulia dkk. 2012. Laporan Praktikum Patologi Klinik Pemeriksaan Kadar Gula
Darah. Diakses pada tanggal 10 Desember 2018.
https://darknessthe.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-patologi-klinik_22.html

Lopulalan, Christine Rosalina. 2008. Sekilas Tentang Diabetes Mellitus. Jakarta: Media
Artikel.

Setyo Rini, Indah. 2011. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Kadar Gula Darah. Diakses
pada tanggal 10 Desember 2018. http://ndahyakuza.blogspot.com/2011/05/laporan-
praktikum.html

Soewolo, dkk. 2000. Fisiologi Hewan. Jakarta: Pengembangan Guru Sekolah Menengah

Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM

Anda mungkin juga menyukai