BIOKIMIA KARBOHIDRAT
DISUSUN OLEH :
PENGAMPU :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Biokimia Karbohidrat tepat pada waktunya.
Laporan praktikum ini dapat disusun berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami hendak
mengucapkan terima kasih, khususnya kepada:
1. dr. Ika Rahmawati Sutejo, M.Biotech selaku dosen pengampu kami dalam
kelompok praktikum C Fakultas Kedokteran Universitas Jember
2. Segenap keluarga yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada
kami.
3. Pihak-pihak lain yang turut membantu terselesaikannya laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Kami mohon kritik dan saran yang membangun
sebagai pedoman kami dalam melangkah ke arah yang lebih baik. Semoga
laporan praktikum ini dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pada keadaan puasa, terjadi pengeluaran alanin yang cukup banyak dari otot
rangka, jauh melebihi konsentrasinya di protein otot yang sedang dikatabolisme.
Alanin dibentuk melalui transaminasi piruvat yang dihasilkan oleh glikolisis
glikogen otot, dan diekspor ke hati tempat zat ini menjadi substrat bagi
glukoneogenesis setelah transaminasi kembali menjadi piruvat. Siklus glukosa-
alanin ini merupakan cara tidak-langsung pemanfaatan glikogen otot untuk
mempertahankan glukosa darah dalam keadaan puasa. ATP yang dibutuhkan
untuk sintesis glukosa dari piruvat di hati berasal dari oksidasi asam lemak.
Glukosa juga dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolisis
Antara waktu makan atau selama puasa, ketika tidak ada nutrien baru yang
diserap ke dalam darah untuk digunakan dan disimpan, glikogen (glukosa
simpanan) di hati cenderung berkurang karena diuraikan untuk membebaskan
glukosa ke dalam darah. Kadar glukosa normal berkisar antara 50-150 mg/dl.
Kadar glukosa darah ini dipertahankan agar tetap normal dengan melibatkan
berbagai hormon. Meskipun tubuh dapat memperoleh energi melalui oksidasi
bahan selain glukosa, tetapi kadar glukosa tidak boleh kurang dari harga normal.
Salah satu alasannya adalah karena sel saraf dan eritrosit hanya bisa menggunakan
glukosa sebagai sumber energi.
Hormon yang penting dalam mengatur kadar glukosa darah adalah insulin.
Insulin merupakan suatu polipeptida (hormon protein) yang mengandung dua
rantai asam amino yang dihubungkan oleh jembatan disulfida. Insulin dibentuk di
ribosom sel beta pankreas yang akan membentuk proinsulin. Setelah diproduksi,
insulin akan mengalami proses pematangan, kemudian dikemas dan disimpan
dalam ganula-ganula di aparatus golgi. Insulin dikeluarkan dari ganula-ganula
dengan cara eksositosis. Ganula-ganula tersebut bergerak ke dinding sel melalui
suatu proses yang melibatkan mikrotubulus, kemudian membran ganula berfusi
dengan membran sel dan terjadilah sekresi insulin
Insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yaitu rantai A dan rantai B. Pada
rantai A terdapat ikatan disulfida yang menghubungkan sistein. Pada manusia
rantai A terdiri dari 21 asam amino, rantai B terdiri 30 asam amino. Dalam bentuk
kristal, insulin akan mengikat Zn ditengah polimer. Antara rantai A dan rantai B
terdapat dua ikatan disulfida, yang menghubungkan sistein. Alkali ataupun
senyawa pereduksi akan memutuskan ikatan disulfida dengan akibat anaktivasi
insulin. Enzim-enzim proteolitik akan mencernakkan insulin yang diberikan
secara per oral.
Sekresi insulin sebanding dengan kadar glukosa darah (KGD). Pada saat
KGD tinggi, sekresinya akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Insulin dapat
menurunkan kadar glukosa darah dengan cara mempercepat transportasi glukosa
dari darah ke dalam sel dengan bantuan reseptor insulin yang terdapat di
permukaan sel target. Insulin juga mempercepat penurunan KGD dengan cara: (1)
merangsang perubahan glukosa menjadi glikogen (glikogenesis) dan asam lemak
(lipogenesis); (2) menghambat pembentukan glukosa dari glikogen
(glikogenolisis) dan senyawa-senyawa nonkarbohidrat (glukoneogenesis). Jadi,
sekresi insulin dipengaruhi KGD dan berperan penting pada pengendalian KGD.
Stimulasi reseptor insulin akan mengaktifkan tyrosine kinase yang ada pada
sub unit B dari reseptor insulin, sehingga terjadi proses fosforilase pada tirosin.
Tirosin terfosforilasi akan merangsang aktivitas beberapa protein intraseluler
dalam jalur signaling insulin. Sebagai hasil rangkaian aktivasi, glukosa transporter
akan bergerak ke arah membran untuk memasukkan glukosa yang ada dalam
darah, akibatnya terjadi penurunan KGD. Glukosa darah yang masuk ke dalam sel
selanjutnya akan mengalami proses glikolisis atau disimpan terutama di otot dan
di hati, melalui proses glikogenesis.
b. Ultra lente insulin merupakan slow acting insulin. Kristal besar dengan
adanya konsentrasi yang tinggi dari asetat dan Zn. Onset dan duration pelan.
METODOLOGI
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Kuvet
4. Spektofotometer
5. Penjepit tabung reaksi
6. Vortex
7. Buffer phospate
8. Phenol
9. 4-aminoantipyrine
10. Glucose oxidase
11. Peroxidase
12. Serum
13. GOD-PAP
Metode :
Prinsip :
Reagen :
1. buffer phospate
2. phenol
3. 4-aminoantipyrine
4. glucose oxidase
5. peroxidase
Spesimen :
Serum atau plasma. serum dapat digunakan paling lambat dalam waktu 1 jam
setelah pengambilan sampel. Jaga serum tetap bersih, serum terkontaminasi
harus dibuang
Cara Kerja
3. Tabung STD diberi 10 uL reagen standar glukosa dan ditambah dengan 3000
uL reagen GOD-PAP , dicampur hingga homogen.
7. Absorbansi (DA) standar dan Abs sampel di ukur terhadap reagen blanko
(RB) dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 546 nm.
1. Reagen benedict
2. Larutan glukosa
3. Larutan vitamin C
3. Tambahkan pada:
Tabung U : 1 ml urine
5. Amati hasilnya.
BAB IV
0,785 − 0,255
= x 100
0,517−0,255
0,530
= 0,262 x 100
= 2.022 x 100
= 202.2 mg/dL
0,342
= 0,262 x 100
= 1.305 x 100
= 130.5 mg/dL
0,357
= 0,262 x 100
= 1.362 x 100
= 136.2 mg/dL
Nilai referensi
Anak-anak (puasa)
Umur 1 – 6 tahun 74 – 127
Umur 7 – 19 tahun 70 – 106
Dewasa (puasa)
Glukosa darah vena 70 – 115
Jika nilai absorbansi sampel darah tinggi, maka hal tersebut akan
menunjukkan kadar glukosa dalam darah yang tinggi pula. Hal tersebut bisa
disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah aktivitas fisik yang dilakukan
oleh responden. Aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang akan
mempengaruhi kadar gula darahnya. Peningkatan penggunaan glukosa oleh otot
akan meningkat saat seseorang melakukan aktiitas yang tinggi. Hal tersebut
disebabkan glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar gula di
dalam darah tetap seimbang. Pada keadaan normal, keseimbangan kadar gula
darah tersebut dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem saraf, regulasi
glukosa, dan keadaan hormonal. Teori lain menyebutkan bahwa aktifitas fisik
secara langsung berhubungan dengan kecepata pemulihan gula darah otot. Saat
aktifitas fisik dilakukan, otot-otot dalam tubuh akan bereaksi menggunakan
glukosa yang disimpannya sehingga glukosa yang tersimpan akan berkurang.
Dalam keadaan tersebut akan terdapat reaksi otot yang mana otot akan mengambil
glukosa di dalam darah sehingga glukosa di dalam darah menurun dan hal tersebut
dapat meningkatkan kontrol gula darah.
Secara keseluruhan, hasil yang didapatkan pada percobaan ini berada di atas
kadar GDP (Gula Darah Puasa) normal. Kadar gula darah tinggi atau
hiperglikemia jika terus berlangsung akan menyebabkan penyakit diabetes melitus
atau kencing manis. Jika hiperglikemia menetap selama beberapa jam dan
menyebabkan dehidrasi, gejala lain mungkin terjadi, seperti sulit bernapas, pusing
saat berdiri, berat badan turun dengan cepat, sering mengantuk dan kebingungan,
serta tidak sadar atau koma.
4.2 UJI GLUKOSA URIN
Pada kondisi urine normal jika ditambah dengan larutan benedict, tanpa
penambahan glukosa atau vitamin C, akan tetap mempertahankan warna
benedict yaitu biru atau biru kehijauan. Apabila tetap menyebabkan perubahan
warna pada urine (hijau, kuning, jingga, sampai merah), berarti urine tersebut
mengandung glukosa.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum uji glukosa darah didapatkan kadar glukosa pada
sample plasma dengan reagen GOD-PAP sebesar 202.2 mg/dL, 130.5 mg/dL, dan
136.2 mg/dL dengan nilai absorbansi masing – masing sample sebesar 0.785 A,
0.597 A, dan 0.612 A.
Sedangkan dari hasil praktikum uji glukosa urin, dapat disimpulkan bahwa urin
yang mengandung glukosa mempunyai endapan serta berwarna jingga dan hijau kebiruan
(keruh). Pada tabung pertama yang berisi urin 1 ml tanpa larutan tambahan menghasilkan
warna biru, tabung kedua yang berisi urin 1 ml dengan larutan tambahan 1 tetes glukosa
menghasilkan warna hijau kekuningan, tabung ketiga yang berisi urin 1 ml dengan larutan
tambahan 5 tetes glukosa menghasilkan warna jingga, tabung ke empat yang berisi urin 1
ml dengan larutan tambahan 1 tetes vitamin C menghasilkan warna hijau kekuningan dan
pada tabung ke lima yang berisi urin 1 ml dengan larutan tambahan 5 tetes vitamin C
menghasilkan warna jingga.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum diharapkan para peneliti melaksanakan
praktikum sesuai prosedur serta berhati hati dalam menggunakan serum darah
agar endapan dan cairan di atasnya tidak tercampur kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Nurayati, L., dan M. Adriyani. 2017. Hubungan aktifitas fisik dengan kadar gula
darah puasa penderita diabetes melitus tipe 2. Amerta Nutrition. 1: 80-87.