Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

OLEH :
KELOMPOK 3

Syelvira Febriane (13171087)


Tiur Sinta Susanti S. (13171088)
Vita Rahmawaty (13171089)
Winalde Maria N. (13171090)
Yopy Novela P. (13171091)
Yuliana Syafitri (13171092)

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG


PROGRAM PENDIDIKAN STRATA 1
PROGRAM STUDI FARMASI
2018
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

I. Struktur Organisasi
Manager : Syelvira F.
Perbekalan : Tiur S.
Persiapan : Vita R.
Pelaksana Kerja : Winalde M. N. (Pemipetan)
Pelaksana Kerja : Yopy N. P. (Pengukuran)
Pelaksana Kerja : Yuliana S. H. (Perhitungan)

II. Tujuan Percobaan


Setelah praktikum, mahasiswa diharapkan dapat :
a. Memahami prinsip dasar penentuan glukosa darah
b. Menginterpretasikan hasil laboratorium
c. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan glukosa darah.

III. Prinsip Reaksi


Glukosa dalam sampel dioksidasi katalis GOD (glukosa oksidase) membentuk asam
glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk direaksikan dengan 4-
aminofenazon (aseptor oksigen) dengan indiktor fenol dikatalis dengan POD membentuk
quinonemine dan air. Intensitas warna yang muncul diukur pada lamda 546, absorbansi yang
diperoleh proporsional dnegan konsentrasi glukosa dalam sampel.
Glucose oxidase
D-glucose + H2O + O2 Gluconic acid + H2O2
Peroxidase
H2O2 + 4-AA + Phenol Quinoneimine + 4H2O

IV. Landasan Teori


1. Glukosa Darah
Karbohidrat sebagai sumber energi utama bagi kelangsungan makhluk hidup
merupakan polisakarida yang monomernya adalah monosakarida. Hasil pencernaan
karbohidrat dalam saluran pencernaan hampir semua adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa
dimana glukosa merupakan bagian terbesar. Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering
disebut dekstrosa, karena empunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan.
Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu
antara 70 – 100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan-
makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah makan glukosa dalam darah
akan kembali pada keadaan semula. Pada pemderita diabetes mellitus jumlah glukosa darah
lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah (Podjiadi, 1994).
Tubuh memiliki mekanisme untuk menjaga kadar glukosa darah tetap normal (insulin,
glukagon, epinefrin,dll) dan enzim (glikogensintetase, fosforilase,dll) jika mekanisme ini
terganggu maka akan terjadi kondisi hiperglikemia. Gula darah pada orang sehat
dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Insulin
membantu glukosa dalam darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang
tinggi dapat berarti bahwa pankreas tidak memproduksi cukup insulin, atau jumlah insulin
cukup namun tidak berkerja secara normal, hal ini disebut dengan resistensi insulin (Anonim,
2002).
2. Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes mellitus (DM) juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula darah yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah dalam darah sebagai
akibat dari adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak
mampu memprosukdi insulin sesuai keutuhan tubuh. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa
seseorang menderita DM dapat dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air seni
(urine) yang mengandung glukosa sehingga dilebung atau dikeubungi semut (pada kondisi
yang sudah parah). Macam-macam DM yaitu :
a. Diabetes tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta panksteas
telah dihancurkan oleh proses autoimun.
b. Diabetes tipe II
Terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insuln, yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin.
c. Diabetes gestasional
d. Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat hormon-hormon plasenta. Sesudah
melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita gestasional akan
kembali normal.
3. Metode Pengukuran Kadar Glukosa
Dalam pengukuran kadar glukosa, terdapat beberapa metode yang bisa digunakan
antara lain:
a. Metode kimiawi
1) Cara reduksi
2) Cara kondensasi
Prinsip pemeriksaan ini, yaitu proses kondensasi gluosa dengan akromatik amin dan
asam glasial pada suasana panas, sehingga terbentuknya senyawa berwarna hijau
kemudian diukur dengn fotometri.
Metode orto-toluidin adalam metode kimia yang berdasarkan pada kondensasi
aldosakarida. Warna hijau stabil yang digunakan terbentuk kemudian diukur secara
spektrofotometri. Metode ini digunakan untuk plasma, urine, atau cairan serebrospinal
tanpa pengendapan protein.
Galaktosa dan manosa bereaksi seperti glukosa sedangkan laktosa, maltosa, sukrosa dan
fruktosa bereaksi sedikit. Jadi nilai glukosa pada metode kimiawi sedikit lebih tinggi
dibandingkan pada metode enzimatik.
b. Metode enzimatik
1) Metode Heksokinase (Metode-UV)
2) Metode Glukose-Dehydrogenase(GLUC-DH)
3) Metode Glukose-Oxdase (GOD)
Metode enzimatik untuk penentuan kadar glukosa yang banyak digunakan adalah
metode GOD-PAP. Prinsip pemeriksaan ini adalah enzim glukosa oksidasi mengkatalis
reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida yang terbentuk
bereaksidengan phenol dan 4-amino phenazone merah muda dapat diukur dengan
fotometer pada lamda 546 nm.
Berdasarkan metode GOD-PAP glukosa diukur kadarnya setelah dioksidasi secara
enzimatis menggunakan enzim glukosa oksidase (GOD). Peroksida yang terbentuk
kemudian bereaksi dengan fenol dan 4-aminokuinon dengan katalis enzim peroksidase
(POD) yang membentuk kuinonimin. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
kadar glukosa dalam sampel.
V. Tahap Pre-analitik
a. Identitas sampel
Nama Jenis Kelamin Pemeriksaan
Syelvira Febriane Perempuan (P) Glukosa
Tiur Shinta Perempuan (P) Glukosa
Vita Rahmawati Perempuan (P) Glukosa

b. Jenis sampel : Darah

c. Persyaratan sampel
 Pasien puasa
Alasan pasien diwajibkan berpuasa
Kandungan gizi dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi akan diserap ke
dalam aliran darah dan bisa memberikan dampak langsung pada tingkat glukosa darah,
lemak, dan besi. Puasa minimal 10-12 jam (kecuali glukosa minimal 8 jam) akan
mengurangi variabilitas substansi tersebut dan juga variabilitas substansi dalam darah.
Hal ini untuk memastikan agar hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh konsumsi
makanan terakhir dan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh dokter.
Beberapa pemeriksaan yang mewajibkan puasa antara lain : pemeriksaan glukosa,
kolesterol (profil lipid/lemak), urea, dan asam urat. Puasa dalam konteks laboratorium
adalah tidak mengkonsumsi makanan dan minuman (kecuali air putih) dalam jangka
waktu yang ditentukan. Malahan sebaiknya anda minum air putih tapi dalam jumlah
yang cukup, karena tubuh yang terhidrasi dengan baik akan memberikan gambaran kadar
pemeriksaan yang sebenarnya.
Sebaliknya jika tidak puasa atau puasanya dalam waktu yang lebih singkat dari yang
dianjurkan, pemeriksaan yang kita lakukan akan memberikan hasil yang tidak akurat,
karena pemeriksaan tertentu masih dipengaruhi oleh makanan. Maka dari itu, sebaiknya
pemeriksaannya diulangi agar kita bisa mendapat hasil yang akurat. Jika merasa berpuasa
justru akan menimbulkan masalah bagi kondisi tubuh, anda dapat mengonsultasikannya
kepada dokter atau perawat.
d. Kualitas sampel
Plasma dan serum dalam kondisi normal Nampak jernih dan berwrana kuning pucat.
Perubahan warna dapat menjadi tanda bahwa sampel tidak layak untuk dilakukan
pemeriksaan. Sebagai contoh tampilan yang tidak normal yaitu hemolisis. Hemolisis
adalah warna merah muda hingga merah, menunjukkan adanya destruksi sel darah
merah. Hemolisis terjadi ketika sel darah merah rusak selama pengumpulan sampel yang
mengakibatkan hemoglobin dan komponen lain intraseluler kelur ke dalam serum atau
plasma. Specimen dengan hemolisis juga didapatkan pada pasien dengan anemia
hemolitik, penyakit hepar atau pada reaksi transfuse, tetapi sebagian besar sampel
dengan hemolisis adalah hasil dari kesalahan dalam pengumpulan dan penanganan
specimen. Hemolisis dapat menginterferensi beberapa pemeriksaan laboratorium dengan
peningkatan kadar ammonia, katekolamin, kreatininkinase dan enzim lainnya, besi
magnesium, fosfat, dan natrium.

e. Persiapan subjek untuk proses sampling


1. Subjek :
 Syelvira F.
 Tiur S.
 Vita R.
2. Pasien dianjurkan puasa 8-12 jam sebelum pengambilan darah. Catatan,
diperbolehkan minum air putih.
3. Pasien dalam posisi mendekati keadaan basal, yakni :
 Telah mendapat istrihat tidur yang cukup sebelum pemeriksaan.
 Tidak dalam keadaan/mendapatkan setress yang berlebih.
 Tidak/belum melakukan aktivitas berlebih, seperti berolahraga sebelum
pemeriksaan.
 Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 06.00-09.00 WIB.
4. Menginformasikan kepada petugas, obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien.
5. Menghindari merokok, mengkonsumsi alkohol sebelum pemeriksaan
f. Proses pengambilan sampel
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum.
Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara
vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).
Prosedur Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum, adalah :
 Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, tabung vakum.
 Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.
 Identifikasi pasien sesuai dengan data di lembar permintaan.
 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien
minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
 Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
 Minta pasien mengepalkan tangan.
 Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
 Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke
siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70% dan
biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan
tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada
tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah
berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi,
cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
 Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.
Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
 Lengan pada sisi mastectomy
 Daerah edema
 Hematoma
 Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
 Daerah bekas luka
 Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
 Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah
menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

g. Penanganan Sampel
1. Identifikasi dan registrasi sampel atau spesimen
2. Seluruh sampel harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
3. Patuhi cara pengambilan sampel dan pengisian tabung yang benar
4. Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
5. Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung dan beri label.
6. Segera distribusikan sampel ke ruang pemeriksaan.

VI. Tahap Analitik


a. Prosedur Kerja
Persiapan dan Stabilitas Larutan
1. Buffer
Larutan buffer siap untuk digunakan dan stabil sampai tanggal kadaluwarsa
yang tercantum apabila disimpan pada suhu 2⁰ – 8⁰ C.
2. Reagen GOD-PAP
Lakukan rekonstitusi terhadap reagen 2 dengan sebagian buffer (reagen 1) dan
pindahkan ke dalam reagen 1. Kemudian dilakukan pengambilan terhadap
reagen 2 beberapa kali dengan larutan buffer. Larutan reagen yang dibuat
stabil selama ± 3 bulan apabila disimpan pada suhu 2⁰ – 8⁰ C atau 5 hari pada
suhu 15⁰ – 25⁰ C.
3. Larutan Standar
Larutan standar siap untuk digunakan dan stabil sampai tanggal kadaluwarsa
yang tercantum apabila disimpan pada suhu 2⁰ – 8⁰ C.
Cara Kerja
 Panjang Gelombang : Hg 546 nm
 Diameter kuvet : 1 cm
 Suhu : 15°-25° C atau 37° C
 Pengukuran : terhadap blanko reagen, untuk satu seri
pemeriksaan cukup satu standar dan satu blanko.

Glukosa Tanpa Deproteinisasi (serum, plasma)


a. Dipipet ke dalam tube tes :
Blanko Standar / sampel
Reagen 1000 µl 1000 µl
Dilakukan pada suhu pengukuran, kemudian ditambahkan :
Standar / sampel - 10 µl
b. Campurkan bahan-bahan diatas kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu
37° C atau selama 10 menit pada suhu 25° C.
c. Dibaca absorban standar dan sampel terhadap blanko pada panjang gelombang
490-550 nm. Warnanya akan stabil pada waktu 30 menit.

Glukosa Dengan Deproteinisasi (darah, serum)


I- Deproteinisasi
a. Ditambahkan 50 µl sampel ke dalam 500 µl 5% Trichloroacetic Acid.
b. Dicampurkan bahan-bahan di atas dan disentrifugasi selama 15 menit pada 3000
rpm.
c. Dilakukan hal yang sama terhadap standar.
II- Determinasi Glukosa
a. Dipipet ke dalam tube tes :
Blanko Standar / sampel
Reagen 1000 µl 1000 µl
Dilakukan pada suhu pengukuran, kemudian ditambahkan :
Standar / sampel (yang
- 50 µl
sudah di deproteinisasi)
b. Dicampurkan bahan-bahan diatas kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu
37⁰ C atau selama 10 menit pada suhu 25⁰ C.
c. Dibaca absorban standar dan sampel terhadap blanko pada panjang gelombang
490-550 nm. Warnanya akan stabil pada waktu 30 menit.

Perhitungan
𝐴 (𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
Kadar glukosa = 𝐴 (𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑) x konsentrasi standar

b. Interpretasi Hasil

(Perkeni, 2015)

ADA : American Diabetes Association


ACE : American College of Endocrinology
AACE : American Association of Clinical Endocrinology
(Dipiro et al, 2015)
VII. Perhitungan Alat dan Bahan
 Alat
1. Spektrofotometri UV-Vis : 1 unit
2. Sentrifuge : 1 unit
3. Stopwatch : 1 unit
4. Spuit : 3 buah
5. Pipet piston : 1 buah
6. Pipet gelas 100,200,300 µL : 1 buah
7. Labu ukur 100 mL : 1 buah
8. Beaker glass : 2 buah
9. Tabung Reaksi : 20 buah
10. Batang Pengaduk : 1 buah
11. Rak tabung : 2 buah
12. Kuvet : 2 buah

 Bahan
Serum / plasma darah

 Reagen
1. Dapar phospat pH 7.5 : 150 mmol/l
2. Glukosa Oksidase : >20 kU/l
3. Peroxidase : 1.5 kU/l
4. 4-aminoanipyrine : 0.4 mmol/l
5. Fenol : 5 mmol/l
6. Na EDTA : 2 mmol/l
7. Sodium azide : < 13,9 mmol/l
8. Non-reaktif surfaktan dan stabilizer

 Standar Glukosa
Glukosa Standar : 5,55 mmol/l (100 mg/dl)

Anda mungkin juga menyukai