1
CaCl2 . 2H2O 0,04 NaCl 0.6
MgCl2 0,02 KCl 0.03
Dekstrosa qs (ad isotonis) CaCl2.2H20 0.01
Aqua pi ad 500 ml Aqua p.i ad 100.0 mL
*dibuat 1000 mL *dibuat 500.0 mL tiap botol
R/ Na laktat 0.31
Fungsi bahan yang digunakan antara lain :
• Sodium ( Natrium/ Na+)
Natrium berfungsi mempertahankan keseimbangan air, pengatur utama volume cairan
ekstraseluler, mempengaruhi volume cairan intraseluler, sebagai hantaran impuls saraf dan
kontraksi otot.
• Potassium ( Kalium/ K+ )
Kalium berfungsi sebagai pengatur aktivitas enzim sel dan komponen dari cairan sel. Berperan
vital pada proses transmisi dari impuls listrik dan kontraksi syaraf, jantung, otot, intestinal,
dan jaringan paru; metabolisme protein dan karbohidrat.
• Calsium ( Kalsium / Ca 2+)
Berfungsi untuk transmisi impuls syaraf dan pembekuan darah, katalisatos kontraksi otot dan
kekuatan kontraksi otot. Dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12 dan kekuatan tulang dan
gigi.
• Magnesium ( Mg2+)
Berfungsi pada aktivitas enzim, metabolisme karbohidrat dan protein.
• Chlorida (Klorida/ Cl-)
Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik darah.
• Laktat
Berfungsi sebagai sumber energi yang melalui proses glukoneogenesis untuk menjadi glukosa
• Dekstrosa (Glukosa )
Merupakan karbohidrat yang digunakan sebagai sumber energi dan menjadi pengisotonis pada
formula ini
Perhitungan Tonisitas untuk formula
R/ NaCl 0,8
KCl 0,03
CaCl2 . 2H2O 0,04
2
MgCl2 0,02
Dekstrosa qs (ad isotonis)
Aqua pi ad 500 ml
*dibuat 1000 mL
Larutan yang isotonis yaitu NaCl 0,9% (0,9 gram dalam 100 ml)
Larutan dibuat pada 1000 mL, maka isotonisitasnya :
0,9% x 1000mL =9g
Ekuivalensi isotonisitas bahan dengan NaCl
3
Sisa aqua ditambahkan sampai volume yang diinginkan
Larutan dimasukkan kedalam botol infus, ditutup dan disegel, lalu disterilisasi dengan
autoclave pada suhu 121C selama 20 menit
Setelah sterilisasi berakhir, botol dikeluarkan dan diberi etiket
Sediaan dievaluasi pH, kebocoran, adanya partikel
2. Skala Industri
Infus diisi dengan metode blow-fill-seal
Sterilisasi final (autoclaving)
Evaluasi (pH, partikel asing, kebocoran, endotoksin/pirogen)
Diberi label yang sesuai
F. Kombinasi Parenteral dengan Obat/Sediaan Obat
Pemberian infuse jarang diberikan sendiri tetapi biasa sebagai pembawa, tetapi biasa
dikombinasikan dengan sediaan parenteral yang mengandung obat. Penambahan obat lain ke
dalam cairan infuse perlu diperhatikan masalah kestabilan dan tak tercampurkannya. Selain
incompabilitasnya, juga masalah presipitan yang dapat mengiritasi vena.
Incompabilitas Intravena
Incompabilitas Farmakologik, jika 2 atau 3 jenis obat diberikan bersamaan sehingga
menyebabkan antagonis atau memberikan efek sinergis. Antagonis, misalnya
kloramfenikol dan penisilin, penisilin dan kortison. Atau sinergis, seperti ion kalsium
dan digoxin. Hal ini tidak dianjurkan untuk mencampur di infus atau suntik dengan obat
lain: seperti adrenomimetiki, garam natrium ampicillin, Amfoterisin B, Asam askorbat,
Vitamin B, phytomenadione, dipyridamole (kurantil), natrium oksiferriskorbon,
fenotiazina derivatif (chlorpromazine, dan lain-lain.), furosemid, etamsylate, aminofilin
(aminofilin). Zat ini dinyatakan oleh reaktivitas. Interaksi mereka dengan bahan lain
yang mengarah ke inaktivasi.
Incompabilitas Fisis, terjadi perubahan penampakan larutan larutan seperti perubahan
warna, kekeruhan atau endapan, terbentuk gas, dan lain-lain. Misalnya garam kalsium
4
mengendapkan Natrium Bikarbonat, garam asam seperti Dramamin-HCl akan
mengendap dalam pH alkali.
Incompabilitas kimiawi, yaitu terjadi degradasi, hidrolisis, oksidasi-reduksi, atau reaksi
kompleks, seperti perubahan suasana asam-basa larutan/sediaan.
Larutan hipotonik (≤900 mOsm/L) Larutan hipertonik (>900 mOsm/L) dapat menyebabkan
flebitis sehingga harus membatasi osmolalitas larutan TPN
Intravenous Sites :
- PPN diberikan melalui peripheral vena.
5
Intravenous Sites :
- Diberikan melalui central venous,bila konsentrasi > 10% glukosa.
- Subclavian atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu singkat sampai < 4minggu. -
Jika > 4 minggu,diperlukan permanent cateter seperti implanted vascular access device.
Energi dan protein disediakan oleh PPN terbatas karena dekstrosa dan asam amino
berkontribusi signifikan terhadap osmolaritas, Elektrolit juga berkontribusi untuk osmolaritas
Dapat menambah larutan yang lebih tinggi osmoralitasnya ke dalam vena sentral.
TPN ditujukan untuk menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan seperti pada diet
normal. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan pasien secara individual. TPN terdiri
dari air, protein, karbohidrat, lemak, elektrolit, trace elements, dan vitamin.
6
1. Air
Kebutuhan air pada dewasa normal adalah 30-35 ml/kg/hari. Pasien dengan kondisi tertentu
seperti diare, muntah, berkeringat, dan demam memerlukan jumlah air yang lebih besar.
Kebutuhan air juga dipengaruhi oleh beberapa penyakit seperti gangguan jantung, saluran
pernafasan, hati, dan ginjal.
Kebutuhan energi pada pasien sulit ditentukan dan kemungkinan dapat mencapai 12000
kJ/hari. Kebutuhan energi meningkat pada pasien dengan luka bakar, sepsis, pireksia dan
trauma sehingga pasien perawatan intensif membutuhkan energi dalam jumlah besar.
§ Sumber energi
Glukosa adalah sumber karbohidrat yang paling banyak dipilih. Larutan glukosa pekat
diberikan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan diberikan dalam bentuk infus melalui vena
sentral untuk menghindari trombosis. Emulsi lemak menyediakan asam lemak esensial bagi
tubuh dan berguna sebagai pembawa vitamin larut lemak. Intralipid adalah emulsi lipid/water
yang menyediakan sumber energi 4600 kJ/L (10%) atau 8400 kJ/L (20%). Meskipun lipid tidak
lazim digunakan sebagai sumber energi, sebaiknya diberikan setidaknya tiap minggu untuk
mencegah defisiensi asam lemak.
§ Sumber nitrogen
Satu gram nitrogen setara dengan 6,25 gram protein, yang setara dengan 5-6 gram asam
amino. Albumin dibutuhkan jika terjadi hipoalbuminemia yang sering terjadi pada pasien
dalam kondisi sakit kritis.
3. Nutrisi mikro
Elektrolit, vitamin, mineral, dan trace elements penting untuk menyediakan sumber
nutrisi menyeluruh dan mencegah ketidakseimbangan atau defisiensi yang mungkin timbul.
Larutan elektrolit untuk nutrisi parenteral mengandung Na, K, Ca, Mg, Cl, dan asetat
dalam berbagai konsentrasi, atau berupa garam elektrolit tunggal. Larutan asam amino dapat
7
mengandung klorida dan asetat, atau fosfat, dan ada yang mengandung berbagai jenis elektrolit.
Jumlah tiap-tiap elektrolit yang ditambahkan bersifat individual bergantung kebutuhan pasien.
Vitamin dibutuhkan tubuh dalam proses metabolisme. Vitamin-vitamin larut air seperti
asam askorbat, vitamin B6, niasin, riboflavin, dan vitamin B12 biasanya tersedia dalam bentuk
injeksi tunggal. Sedangkan vitamin larut lemak, seperti vitamin A, D, E, K dapat ditambahkan
ke dalam formulasi nutrisi parenteral.
Trace elements esensial dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang kecil, yaitu zink, tembaga,
mangan, besi, krom, molibdenum, dan selenium. Trace elements ini berperan sebagai kofaktor
dalam sistem enzim.
Insulin dibutuhkan bila glukosa hipertonik diberikan terkait insulin endogen yang tidak
memadai atau adanya resistensi insulin.
8
Larutan TPN 3 in 1 ini sering digunakan dengan komposisi :
9
H. Konsep Formulasi LVP
Parameter fisologis
Beberapa komponen penunjang fisologis tubuh dapat diberikan dalam bentuk sediaan
parenteral volume besar seperti kebutuhan tubuh akan air, elektrolit, karbohidrat, asam amino,
vitamin dan mineral.
Faktor fisiologi perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada formulasi. Tekanan
osmosa atau osmolaritas merupakan faktor fisiologi yang dimana tekanan osmosa adalah
perpindahan pelarut dan zat terlarut melalui membran permeabel yang memisahkan 2 komponen,
dinyatakan dalam osmole per kilogram = osmolarita.
Kasus ini dapat dibuktikan dengan cara menaruh RBC di dalam larutan injeksi natrium
klorida 0,9% dan diamati di bawah mikroskop, apakah ada perubahan RBC secara fisika. Dari
pengamatan tidak terlihat adanya perubahan secara fisika sehingga larutan dinamakan isotonis.
Beberapa terminologi yang sering digunakan dalam menilai tonisitas larutan dapat dilihat pada
Tabel:
Osmolaritas (mosmol/liter) Tonisitas
>350 Hipertonis
329-350 Agak hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Agak hipotonis
0-249 Hipotonis
Tonisitas seperti yang dinyatakan dalam bentuk angka, hanyalah salah satu pertimbangan
karena ada pula masalah lain yang dapat berpengaruh. Sebagai contoh, larutan 1,85% urea adalah
isotonis, akan tetapi sangat tidak sesuai (tidak boleh) diberikan pada kecepatan pemberian infus
normal karena dapat menyebabkan hemolisis yang akan merusak kesetimbangan nitrogen dalam
tubuh. Suatu larutan asam amino yang hipertonis pada 850 m osm/liter diperlukan untuk
memperpanjang hidup dan masalah tonisitas dapat diatasi jika larutan infus diberikan secara
perlahan-lahan ke dalam vena besar di mana tersedia cukup volume darah untuk menjamin
pengenceran. Larutan hiper dan hipotonis dapat digunakan jika diberikan secara perlahan-lahan.
10
Kecepatan perpindahan air ke dalam atau ke luar sistem vaskular ditentukan oleh kecepatan
pemberian, kecepatan difusi solut, dan tonisitas dari larutan.
Parameter fisika-kimia
1. Kelarutan
Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk membuat sediaan parenteral volume
besar mudah larut.
2. pH
pH perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat berpengaruh pada darah. pH
darah normal 7.5-7.45.
3. Pembawa
Umumnya digunakan pembawa air, tetapi dapat juga dipakai emulsi lemak intravena yang
diberikan sendiri atau kombinasi dengan asam amino atau dekstrose. Zat pembawa yang
digunakan dalam sediaan infus yaitu zat yang berbentuk larutan (air) atau yang biasa
digunakan dalam pembuatan sediaan steril adalah aqua pro injeksi untuk melarutkan zat
aktif dan zat tambahan.
Semua komponen dilarutkan, dan hasil larutan air yang diperoleh haruslah jernih
dan biasanya tidak berwarna. Larutan emulsi intravena, yang merupakan suatu LVP yang
dapat diberikan dalam bentuk tersendiri ataupun kombinasi dengan asam amino dan
dekstrosa dan diberikan untuk nutrisi total secara parenteral, adalah kekecualian (ada
batasan ukuran partikel emulsi). Asam amino esensial, fosfolipid telur, gliserin, dan air
untuk injeksi dihomogenisasi untuk menghasilkan emulsi yang stabil dengan ukuran
partikel sekitar 0,05 µm dapat pula diberikan dalam bentuk infus.
4. Cahaya dan suhu
Cahaya dan suhu mempengaruhi kestabilan obat. Contohnya yaitu vitamin yang harus
disimpan dalam wadah terlindung cahaya.
5. Faktor kemasan
Bahan wadah berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral volume besar seperti gelas,
plastik dan tutup karet.
Stabilisasi LVP
11
Untuk bahan penambah seperti dapar, antioksidan, komplekson, jarang ditambahkan pada
sediaan parenteral volume besar. Semua aditif yang ditambahkan hanyalah yang diperlukan saja,
untuk menjaga efektivitas produk dan tidak boleh membahayakan pasien. Beberapa logam seperti
besi, tembaga, atau kalsium yang dapat diikat oleh agen pengkhelat membentuk senyawa larut atau
akan membentuk senyawa yang akan mengendap selama tahap pemurnian, kadang-kadang berada
dalam jumlah yang kecil dalam kompenen larutan LVP. Antioksidan seperti natriumbisulfit atau
natriummetabisulfit, adakalanya ditambahkan untuk melindungi bahan aktif dari kerja oksigen dari
dalam larutan atau ruang udara di bagian atas kontener. Keberadaan oksigen walaupun dalam
jumlah kecil dapat mempercepat pembentukan warna atau penguraian 5% dekstrose dalam Infus
Ringer Laktat atau larutan asam amino. Karena itu, ada kalanya sangat diperlukan menghilangkan
oksigen dari dalam air atau pada ruangan bagian atas kemasan dengan cara mengganti atau
mengalirkan udara inert nitrogen selama proses pembuatan.
I. Kondisi Pasien Yang Mempengaruhi Formulasi LVP
a. Gangguan kardiovaskular dan plumonar dari peningkatan dalam volume cairan sistem
sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar .
b. Perkembangan potensial trombophlebitis
c. Kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik
12
Viskositas sangat berpengaruh karena jika sediaan infus terlalu kental maka akan susah
menetes, distribusi obat dalam darah akan lambat, sehingga ketercapaian efek terapi yang
diinginkan akan lambat pula .
2. Kelarutan
Kebanyakan solut yang digunakan dalam larutan LVP sangat larut dibandingkan dengan
konsentrasi terapeutik yang diperlukan. Jadi, masalah kelarutan jarang menimbulkan masalah
dalam formulasi, dan begitu sudah berada dalam larutan, komponen formulasi masih akan tetap
berada dalam bentuk terlarut pada kondisi penyimpanan dan penanganan normal. Akan tetapi, ada
laporan tentang terjadinya kristalisasi dalam larutan yang sangat pekat seperti manitol. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya penurunan kelarutan jika botol infus didinginkan, dan kristal akan
segera terlarut kembali jika botol dihangatkan. Kelarutan manitol adalah 13 gram per 100 mL air
pada suhu 14°C, dan pada leaftlet kemasan untuk larutan perlu diberi catatan/ peringatan bahwa
bila larutan melebihi 15% kemungkinan akan menunjukkan tendensi kristalisasi.
3. Pengontrolan pH
Pengontrolan pH sangat penting ditinjau dari segi: efek pada tubuh jika obat infus
diberikan; efek terhadap stabilitas produk; efek pada sistem kontener-penutup; dan kemungkinan
penguraian pada obat yang ditambahkan (dicampurkan). pH serum darah biasanya adalah 7,35 –
7,45 dan efek langsung larutan infus yang diberikan secara intravena di luar rentang pH ini
tergantung pada kapasitas dapar larutan dan jumlah asam lemah atau basa yang merupakan bagian
dari formulasi.
Larutan diencerkan dengan cepat oleh aliran darah, dan sistem dapar tubuh dapat menjaga
pH yang tepat apabila diberikan larutan LVP dengan pH tinggi atau pH rendah. Hal tersebut tidak
selalu mudah, terutama jika larutan didapar. Masalah yang perlu pula diperhatikan adalah daya
tahan dinding vena terhadap aliran larutan yang belum diencerkan. Hal tersebut dapat
menyebabkan terjadinya iritasi oleh larutan dengan pH tinggi atau pH rendah terhadap dinding
vena. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa adakalanya lokasi infusi perlu dipindah-pindah
selama terapi iv jangka panjang. Larutan dengan nilai pH mendekati atau lebih dari 7,0
mempercepat serangan terhadap gelas (botol infus) dan karena itu harus dikemas dalam botol gelas
tipe 1.
4. Kerapatan
13
Kerapatan berpengaruh terhadap ukuran partikel bahan obat. Dalam sediaan LVP ukuran
partikel harus kecil karena sediaan infus pemberiannya langsung ke dalam vena.
5. Tekanan Uap
Tekanan uap berkaitan dengan suhu dan cahaya. Suhu dan cahaya mempengaruhi
kestabilan obat sehingga dalam hal penyimpanan obat sangat diperhatikan karakteristik dari obat
atau bahan obat yang akan disimpan
14
SMALL VOLUME PARENTERAL (SVP)
1. Definisi
dibuat dalam volume kecil dengan pembarian obat melalui suntikan dibawah atau
melalui satu atau lebih lapisan kulit atau selaput lendir. Volumenya bisa kurang
dari 10 ml.
berikut:
Keuntungan injeksi
1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang
menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma,
shok.
2. Terapi parenteral diperlukan untuk obat-obat yang tidak efektif secara oral atau
yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan
antibiotik.
3. Obat-obat untuk pasien yang tidak bisa di ajak bekerja sama, mual atau tidak
4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena
15
6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral
8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat
11. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika
12. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi
13. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat
menyelamatkan hidupnya.
Kerugian Injeksi
a. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan
pengerjaan secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.
efek fisiologisnya.
16
d. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan
e. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien,
terutama bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian
i.v.
dosis.
1. Rute pemberian,
a. Intradermal
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan
"dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika
17
dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas
terhadap mikroorganisme.
b. Intramuskular
c. Intravena
Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada
d. Subkutan
IM.
f. Rute intra-arterial
g. Intrakardial
h. Intraserebral
18
injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal
neuroligia.
i. Intraspinal
leukemia.
k. Intra-artikular
untuk injeksi.
m. Intrakutan (i.c)
stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-
n. Intratekal
19
Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar
cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml
biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat
anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan
tubuh pasien
Volume
Rute pemberian parenteral memiliki batas volume maksimal yang tidak boleh melebihi
Pembawa
a. Pembawa air
o Minyak nabati : Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak kacang, Minyak wijen
o Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen glikol, Polietilenglikol 300.
Isotonis
Larutan parenteral yang mempunyai konsentrasi dan tekanan osmosisnya sama dengan
Hipertonis
20
Hipotonis
Mengurangi toksisitas
2. Pembawa
Minyak nabati : Minyak jagung, Minyak biji kapas, Minyak kacang, Minyak wijen
Pelarut bercampur air : Gliserin, Etil alcohol, Propilen glikol, Polietilenglikol 300.
3. Zat tambahan
sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu
21
e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.
i. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum man usia.
a. Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah
c. Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.
d. Sterilitas
g. Kestabilan
a. Kosolven
b. Solubilizer
22