Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK

PRAKTIKUM 6
PROFIL LIPID PEMERIKSAAN KADAR HDL DAN LDL

DisusunOleh:
31117011 Dita Rizki Amelia
31117025 Maulana Yusuf Assyidiq
31117035 Puji Ainul Hapid
31117046 Sophia Dena
31117049 Yana Herdiana

Kelompok 4
Farmasi 3A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2019
PRAKTIKUM 6
PROFIL LIPID PEMERIKSAAN KADAR HDL DAN LDL

Hari, Tanggal Praktikum: Kamis, 10 Oktober 2019


A. Tujuan Praktikum
Menganalisis kadar HDL dan LDL dalam darah dan menginterpretasikan hasil serta
menghubungkan dengan keadaan patologi klinik.

B. DasarTeori
1. Profil Lipid
Lipid adalah setiap kelompok heterogen lemak dan substansi serupa lemak, termasuk
asam lemak, lemak netral, lilin, dan steroid, yang bersifat larut dalam air dan larut dalam
pelarut nonpolar. Lipid, yang mudah disimpan dalam tubuh, berfungsi sebagai sumber
bahan bakar, merupakan bahan yang terpenting dalam struktur sel dan mempunyai fungsi
biologik yang lain. Lipid diangkut di dalam plasma darah sebagai lipoprotein. Hasil
ekstraksi senyawa lipid plasma dengan pelarut lipid yang sesuai akan memperlihatkan
empat kelompok utama lipid yang terdapat di dalam lipoprotein. Keempat senyawa itu
yaitu triasilgliserol, fosfolipid, kolesterol, dan ester kolesteril. Terdapat pula fraksi asam
lemak rantai-panjang yang tidak teresterifikasi yang disebut asam lemak bebas (free fatty
acid), lipid plasma ini secara metabolik yang paling aktif (Dorlan, 2002).
Di sampingasamlemak bebas, ada empat kelompok utama lipoprotein yang telah
diidentifikasi; keempat kelompok lipoprotein ini mempunyai makna yang penting secara
fisiologis dan untuk diagnosis klinis. Keempat kelompok ini adalah (1) kilomikron yang
berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus; (2) lipoprotein dengan densitas yang sangat
rendah atau very low density lipoprotein (VLDL atau pre-β-lipoprotein) yang berasal dari
hati untuk mengeluarkan triasilgliserol; (3) lipoprotein dengan densitas rendah atau low
density lipoprotein (LDL atau β-lipoprotein) yang memperlihatkan tahap akhir di dalam
katabolisme VLDL; dan (4) lipoprotein dengan densitas tinggi atau high density
lipoprotein(HDL atau α-lipoprotein) yang terlibat dalam metabolisme VLDL dan
kilomikron serta pengangkutan kolesterol. Triasilgliserol merupakan unsur lipid yang
dominan pada kilomikron dan VLDL, sedangkan kolesterol dan fosfolipid masing-masing
dominan pada LDL dan HDL (Murrayet al, 2003). Dislipidemia merupakan peningkatan
konsentrasi kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dan kolesterol total serta penurunan
kadar High Density Lipoprotein (HDL), yang merupakan faktor penting dalam risiko
terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Menurut hasil Riskesdas tahun 2013,
terdapat 35,9% penduduk di Indonesia yang memiliki gangguan kolesterol total, 15,9%
memiliki kadar LDL tinggi, 11,9% memiliki kadar TG tinggi, dan 22,9% memiliki kadar
HDL rendah (<40 mg/dL) (Hayudantiet al, 2016).
2. Parameter Pemeriksaan Lipid
a. HDL (High Density Lipoprotein)
HDL merupakan produk sintetis oleh hati dan saluran cerna serta katabolisme
Trigliserida. HDL merupakan lipoprotein yang mengandung trigliserida 5-10% dan
kolesterol 15-25%. HDL mempunyai efek antiaterogenik kuat sehingga disebut juga
kolesterol baik. Kolesterol HDL rendah merupakan faktor risiko yang lebih besar untuk
penyakit jantung pada pasien obesitas dibandingkan merokok, total kolesterol, tekanan
darah, atau jenis kelamin. Rendahnya kadar HDL dapat menyebabkan penyempitan dan
pengerasan pembuluh darah, yang dikenal sebagai aterosklerosis (Syahrullahet al,
2013).
Fungsiutama HDL mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam endotel
jaringan perifer termasuk pembuluh darah, kereseptor HDL di hati untuk dijadikan
empedu dan dikeluarkan ke usus kecil untuk mencerna lemak dan dibuang berupa tinja.
Dengan demikian penimbunan kolesterol perifer akan berkurang.
Nilai normal : Wanita <40mg/dL (HDL rendah, risiko tinggi)
Pria <50 mg/dL (HDL rendah, risiko tinggi)
Baik : 40 – 59 mg/dL
Tinggi : >60 mg/dL (risikorendah)
Implikasi klinik :
a) Terdapat hubungan antara HDL-kolesterol dan penyakit arteri coroner.
b) Peningkatan HDL dapat terjadi pada alkoholisme, sirosis bilier primer, tercemar
racun industri atau poliklorin hidrokarbon. Peningkatan kadar HDL juga dapat terjadi
pada pasien yang menggunakan klofibrat, estrogen, asam nikotinat, kontrasepsi oral
dan fenitoin.
c) Penurunan HDL terjadi dapat terjadi pada kasus fibrosis sistik, sirosishati, DM,
sindrom nefrotik, malaria dan beberapa infeksi akut. Penurunan HDL juga dapat
terjadi pada pasien yang menggunakan probucol, hidroklortiazid, progestin dan infus
nutrisi parenteral (Kemenkes, 2011).
b. LDL (Low Density Lipoprotein)
LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manuisa (70%).
Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%. Jalur utama
katabolisme LDL berlangsung lewat receptor-mediated endocytosis di hati. Ester
kolesterol dari inti LDL dihidrolisis menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis sel
membrane dan hormone steroid melalui enzim HMG-CoA reductase.
Sekitar separuh kolesterol tubuh dibuat oleh tubuh sendiri (sekitar 700 mg/hari) dan
sisanya diperoleh dari makanan yang kita makan sehari-hari. Hepar dan usus masing-
masing menghasilkan sekitar 10% dari sintesis total pada manusia. Sebagian besar
kolesterol di dalam darah terikat pada kolesterol LDL dan kolesterol ini dapat dipakai
berbagai jaringan tubuh. Kolesterol LDL mengandung paling banyak kolesterol yaitu
sekitar 45% dari semua jenis lipoprotein sehingga dapat ikatakan bahwa kolesterol LDL
adalah pengangkut kolesterol utama dalam darah. Sel-sel jaringan tubuh memerlukan
kolesterol untuk tumbuh kembang.Sel-sel ini menerima kolesterol dari kolesterol LDL,
namun jumlah kolesterol yang dapat diterima atau diserap sel ada batasnya.
Mengkonsumsi lemak jenuh atau bahan makanan yang kaya akan kolesterol dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL dalam darah. Kadar kolesterol LDL
yang berlebihan dalam darah akan meningkatkan risiko penumpukan atau pengendapan
kolesterol pada dinding pembuluh darah arteri yang diikuti dengan terjadinya
aterosklerosis, oleh karena itu kolesterol LDL biasa disebut kolesterol jahat dan menjadi
sasaran terapi pencegahan penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke (Kemenkes,
2011).
Nilai normal : <70 mg/dL(target optimal untuk risiko tinggi Serangan jantung)
<100 mg/dL (optimal untuk penyakit jantung atau diabetes)
Diatas optimal : 100 – 129 mg/dL
Garis batas tinggi : 130 – 159 mg/dL
Tinggi : 160 – 189 mg/dL
Sangat tinggi : >190 mg/dL
Implikasi klinik :
a) Nilai LDL tinggidapat terjadi pada penyakit pembuluh darah koroner atau
hyperlipidemia bawaan. Peninggian kadar dapat terjadi pada sampel yang diambil
segera. Hal serupa terjadi pula pada hiperlipoproteinemia tipe Ha dan Hb, DM,
hipotiroidism, sakit kuning yang parah, sindrom nefrotik, hiperlipidemia bawaan
dan idiopatik serta penggunaan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen.
b) Penurunan LDL dapat terjadi pada pasien dengan hipoproteinemia atau alfa- beta-
lipoproteinemia (Kemenkes, 2011).
C. Metodologi Penelitian
- Alat
1. Spektrofotometer
2. Fotometer
3. Micro pipet ( ukuran 10μl dan 1000 μl)
4. Tabung reaksi
5. Tip kuning dan biru
6. Ependorf
7. kuvet
8. Sentrifugator
9. Timer
10. Kapas alkohol
11. Tissue
12. Spuit (3 ml )

- Bahan
1. Sampel serum/Plasma (antikoagulan EDTA)
2. Reagen HDL (phosphotungstic acid dan ion magnesium)
3. Reagan CHOD-PAP
4. Aquadest
- Prosedur Kerja

Memasukkan serum Di tambahkan dengan Di homogenisasi


sebanyak 200 µl ke 500 µl reagen HDL menggunakan
dalam tabung efendrof (Diasys). vortex

Supernatan sebanyak Di sentrifugasi selama Di inkubasi


kurang lebih 700 µl (jangan 20 menit dengan selama 15 menit
sampai endapan terambil) kecepatan 2.500 rpm pada suhu
dipindahkan ke tabung ruangan
eppendorf yang siap untuk
digunakan pada pengujian
kadar HDL dalam darah
- Pengujian Selanjutnya :

Ependorf/kuvet Blanko Standar Sampel hasil


pengendapan di atas
Serum hasil - - 100 µL
pengendapan di atas
Standar - 100 µL -
Reagen 1000 µL 1000 µL 1000 µL

Larutan standar dan Campur dan inkubasi


Siapkan larutan
sampel dipakai sesuai selama 10 menit pada suhu
blanko, standar
dengan reagen kit yang 25⁰C atau 5 menit dalam
dan sampel
digunakan suhu 37⁰C

Baca terhadap reagen blanko Ukur absorban


Hitung konsentrasi
dalam waktu kurang dari 45 sampel sampel
HDL dalam sampel
menit pada panjang dan standar
gelombang 546 nm

kadar LDL (rumus Friedewald) :


HDL (mg/dL)= ( A sampel /
LDL-c = (Total-c) – (HDL-c) – (TG/5)
A standar) x konsentrasi
standar (mg/dL) Keterangan: TG/5 = VLDL
D. Hasil Pengamatan
1. HDL
Pengulangan Absorbansi Konsentrasi HDL
(mg/dL)
Standar 1 1,546 200 mg/Dl
Rata-rata 1,546 200 mg/dL
Sampel 1 1 0,163 21,09 mg/dL
Rata-rata 0,163 21,09 mg/dL
Non LDL : Non LDL :
1
Sampel 2 0,179 23,1 mg/dL
Rata-rata 0,179 23,1 mg/dL

- Perhitungan :
A sampel1 0,163 200mg
Konsentrasi HDL = × konsentrasi standar = × = 21,09mg/dL
A standar 1,546 dL

0,179
Konsentrasi non LDL : 1,546 x 200 mg/dL= 23,1 mg/dL

Konsentrasi LDL : C kolesterol total – C non LDL = 166,67-23,1= 143,57 mg/dL

E. Pembahasan
Pada pengujian HDL dan LDL ini Sampel yang digunakan adalah darah yang
telah di sentrifugasi dan diambil dalam bentuk serum. Serum ini kemudian akan
direaksikan dengan reagen. Serum merupakan darah yang telah dipisahkan dari sel-sel
darah merah dan zat-zat koagulan serta biasanya berwarna kuning pucat. Larutan reagen
merupakan campuran dari beberapa enzim yang dapat mengubah HDL menjadi suatu
senyawa berwarna sehingga dapat dideteksi oleh spektrofotometri UV-Visible. Dalam
pelaksanaannya harus dilakukan dengan teliti dan berhati-hati agar sampel tidak
terkontaminasi oleh zat lain yang akan mempengaruhi hasil. Namun pada prinsipnya
serum yang didapat mengandung sejumlah kolesterol total sehingga perlu diendapkan
kolesterol selain HDL dengan penambahan reagen HDL yang terdiri dari phosphotungstic
acid dan ion magnesium sehingga kolesterol yang mengandung berat molekul tinggi akan
membentuk endapan dan mengendap dari serum sedangkan HDL yang berat molekulnya
rendah akan berada pada supernatan karena tidak membentuk komplek dengan reagen
HDL tersebut.

Kolesterol bebas + phosphotungstic acid + Mg2+ senyawa komplek + HDL

Setelah didapat serum yang mengandung HDL saja dilakukan pengukuran kadar
kolesterol dalam beberapa tahap, dimana kadar HDL ini ditetapkan langsung dalam
serum dengan satu sisi reaksi dimana ester kolesterol dihidrolisis, kolesterol dan
O2 dioksidasi, kemudian hidrogen peroksida yang merupakan salah satu hasil reaksi
ditetapkan secara enzimatik.

Jumlah quinoneimine yang terbentuk dari reaksi tersebut sebanding dengan


jumlah HDL yang terdapat dalam serum sehingga dapat ditentukan kadar HDL pasien
dengan pengukuran absorbansi dengan bantuan spektrofotometer UV-Vis.
Pertama blanko reagen diukur terlebih dahulu panjang gelombangnya untuk memastikan
bahwa panjang gelombang yang dimiliki oleh blangko reagen sesuai dengan panjang
gelombang menurut literatur yaitu 546 nm. Pengukuran pada panjang gelombang tersebut
adalah karena pada panjang gelombang tersebut hasilnya akan terdeteksi. Kemudian
setelah diukur panjang gelombang dari blangko reagen dilanjutkan dengan mengukur
absorbansi larutan standar pada panjang gelombang yang sama yaitu 546 nm.
Pengukuran pada sample dilakukan sama seperti pada blanko, sampel akan
memberikan hasil yang baik jika terdapat warna dalam sampel yang telah diinkubasi
dengan reagen kolesterol. Semakin pekat warna dapat diketahui semakin besar kadar
HDL tersebut karena jumlah quinoneimine yang terbentuk juga semakin besar sehingga
warnanya pun semakin pekat. Kuvet harus dipegang pada bagian yang buram, karena jika
dipegang pada bagian bening kuvet maka dikhawatirkan akan mengganggu absorbansi,
disebabkan oleh adanya protein dari tangan pemegang yang mungkin tertinggal pada
kuvet. Pada saat penyimpanan kuvet didalam spektro pun harus diperhatikan. Setelah itu
lalu di ukur nilai absorban nya terhadap sampel tersebut pada panjang gelombang 546nm.
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, didapat
hasil nilai absorbansi untuk larutan standar adalah sebesar 1,546. Lalu dari larutan sampel
didapat hasil nilai absorbansi yang pertama untuk pengukuran HDL sebesar 0,163.
Selanjutnya dilakukan perhitungan dan didapat hasil nilai kadar HDL dari sampel yaitu
sebesar 21,09 mg/dL dari konsentrasi standar 200 mg/dL. Hasil ini menunjukan bahwa
sampel yang diuji memiliki kadar HDL yang rendah . Pada literatur dijelaskan bahwa
kadar HDL yang tinggi adalah ≥ 60 mg/dL. Apabila kadar HDL didalam darah diatas
normal maka semakin bagus melindungi kita dari penyakit jantung. Kadar HDL normal
berada pada rentang 40-60 mg/dL, kadar HDL tinggi berada pada ≥ 60 mg/dL, dan kadar
HDL rendah yaitu sebesar < 40 mg/dL.
Setelah didapat kadar HDL untuk mendapatkan kadar LDL dilakukan secara tidak
langsung dengan mengggunakan rumus tertentu dari Friedewald yakni:
LDL = (kolesterol total ) – (HDL) – (VLDL) ( Danan jaya, B.,P. Dkk. 2017) ,
akan tetapi dilakukan pengukuran kadar LDL dengan persamaan yang berbeda yakni
LDL = (kolesterol total ) – kolesterol Non LDL dimana pada serum di tembahkan reagen
LDL sehingga LDL mengendap dan kadar kolesterol yang terbaca merupakan kolesterol
total kecuali LDL dengan kadar kolesterol total didapat dari praktikum sebelumnya.
Absorbansi yang terbaca pada serum non LDL ini adalah 0,179 dengan kadar 23,1 mg/dL
sehingga untuk kadar LDL dihitung dengan mengurangi kadar kolesterol total sebesar
166,67 mg/dL dikurangi kadar non LDL sebesar 23,1 mg/dL yakni kadar LDL dapat di
tentukan sebesar 143,57 mg/dL. Kadar tersebut dapat dikatakan tidak normal karena
batas normal LDL adalah kurang dari 100 mg/dL sehingga penting bagi pasien untuk
terus menjaga kesehatan dengan mengatur gaya hidup dengan rutin olahraga tiap hari
untuk meningkatkan kekuatan jantung sehingga terhindar dari penyakit seperti hipertensi
dan stroke atau penyakit mematikan lainnya. Selain olahraga pola makan juga harus
dijaga dengan menghindari makanan kaya akan lemak dan kolesterol seperti telur, yogurt,
organ hati hewan, sarden, keju atau makanan yang dimasak dengan digoreng juga harus
dihindari, tingkatkan asupan serat dengan mengonsumsi buah dan sayuran juga hindari
kebiasaan merokok. jumlahnya juga harus dibatasi untuk dapat terhindar dari kelebihan
berat badan yang dapat memicu penyakit lainnya. Suplemen yang bisa digunakan untuk
menurunkan kadar LDL diantaranya minyak ikan ,niacin, dan extrak teh hijau yang
digunakan sebagai alternatif menurunkan kadar LDL.
F. Kesimpulan

Dapat disimpulkan, dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pasien
memiliki kadar HDL sebesar 21,09 mg/dL, yang artinya kadar HDL tersebut rendah karena
≥ 60 mg/dL dan kadar LDL sebesar 143,57 mg/dL yang berarti kadar tersebut berada diatas
normal karena kadar normal LDL kurang dari 100 mg/dL.
DAFTAR PUSTAKA

Dorland WAN. 2002. KamusKedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.

Danan Jaya, B.P,. Widiastuti, E.L,.Nurcahyani, E,. Susanti,M. 2017. Perbandingan pengukuran
kadar LDL kolesterol menggunakan formula Friedewaald dan Anandaraja dengan metode
Direct. Universitas lampung. Bandar lampung dan Laboratorium RS Handayani . Kota
Bumi

Hayudanti, D., Kusumastuty.,Permaningtyas K., &Tritisari, K.P. 2016. Pengaruh Pemberian Jus
Jambu Biji merah (Psidiumguajava) dan jeruk Siam (Citrus nobilis) terhadap Kadar High
Density Lipoprotein (HDL) pada Pasien Dislipidemia. Indonesian Journal of Human
Nutrition. 3(1), 41-48.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2011. Pedoman Interpretasi data Klinik. Jakarta.

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper. 25 ed. Jakarta:
EGC.

Syahrullah, R. R., Assa, Y., &Tiho, M. 2013. Gambaran Kadar High Density Lipoprotein Darah
pada Laki-Laki Berusia 40-59 Tahun dengan Indeks Massa Tubuh>23 kg/m2. Jurnal e-
Biomedik. 1(1), 50-52.
LAMPIRAN

Tabung berisi serum Kuvet berisi Tip biru


sampel dan reagen sampel

Pengambilan Tip kuning spektrofotometer Memasukan


reagen HDL sampel kedalam
kuvet

Pengambilan Pengambilan serum Alat untuk


hasil di vortex vortex
Hasil di vortex mikropipet Sampel ditambah Nilai absorbansi
reagen CHOD- yang dihasilkan
PAP

Anda mungkin juga menyukai