Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH IMUNOSEROLOGI

(PRESIPITASI,FLOKULASI)
Disusun oleh kelompok 12
Kanja rufaidah (1713453054)
Rahmi putri amalia (1713453070)
Jeni herawati (1713453067)
Nidira salwakila (1713453083)
Dicky dharma kusuma (1713453081)

Dosen misbahul huda S.SI.MKES


DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
TAHUN 2019/2020
Presitipasi

Presipitasi adalah hasil kombinasi antara antigen


terlarut dengan antibodi terlarut menghasilkan suatu
komplek yang terlihat. Proses presipitasi pertama
kali ditemukan oleh Kraus tahun 1897 saat kultur
bakteri enterik membentuk presipitat bila dicampur
dengan antibodi spesifik. Presipitation adalah salah
satu metode sederhana yang mendeteksi reaksi
antigen-antibodi.kebanyakan antigen multivalent
sehingga mampu membentuk satu aggregat dengan
adanya antibodi yang seuai. Jika antigen terlarut
bergabung dengan antibodinya dalam lingkungan
yang mengandung elektrolit ( NaCl ) pada suhu dan
pH yang cocok, maka gabungan antigen antibodi ini
menjadi presipitat yang tidak dapat larut.
Tujuan uji presipitasi

Penggunaan reaksi presipitasi yaitu:


1. Menentukan jenis kuman
2. Identifikasi unsur antigenik pada kuman di dalam
jaringan binatang yang terinfeksi
3. Pembakuan toksin dan antitoksin
4. Mencari antibodi di dalam serum
5. Uji serologis medikolegal untuk mendeteksi darah,
serum dll.
Faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi presipitasi
 Sifat antigen (Ag)
 Elektrolit dan pH
 Waktu dan suhu
 Ratio antigen-antibody (Ag-Ab)
Reaksi presipitasi
Pada uji presipitin terjadi reaksi antara satu antigen yang dapat
larut dengan antibodi homolognya. Reaksi ini berlangsung dengan
poembentukan presipitat (endapan) kasat mata pada batas
permukaan reaktan-reaktan bersangkutan.
Reaksi semacam itu biasanya dilakukan dengan menggunakan
antibodi (antiserum) dengan jumlah konstan dan antigenj dengan
berbagai pengenceran. Dengan mengingat bahwa konsentrasi
antibodi itu konstan, maka dapat kita lihat bahwa hanya terbentuk
sejumlah kecil presipitat bila antibodinya berlebihan. Dengan
ditambahnya konsentrasi antigen, maka jumlah presipitat
meningkat dan mencapai maksimum bila perbandingan antara
antigen dan antibodinya optimum.
 Pada zone kelebihan antibodi, semua antigen telah bereaksi
dengan antibodi dan telah diendapkan (tidak ada antigen bebas di
dalam supernatan).Sebaliknya di dalam zone kelebihan antigen,
semua antibodi telah bereaksi dengan antigen (tidak ada antibodi di
dalam supernatan), tetapi kompleks yang terbentuk tetap dapat larut
karena banyaknya kelebihan antigen mengikat antibodi menjadi
kompleks yang berukuran kecil yang tidak terikat saling membentuk
agregat besar yang kasat mata.Di dalam zone setara terjadi
presipitasi antigen dan antibodi secara maksimum (tidak terdapat
antigen bebas maupun antibodi bebas di dalam supernatan) karena
keduanya terdapat dalam proporsi optimum sehingga dapat
membentuk kisi-kisi antigen dan antibodi yang menjadi kasat mata
dan tidak dapat larut
 Pemeriksaan/uji presipitasi
 Beberapa macam pemeriksaan berdasarkan prinsip
presipitasi adalah berikut:
 1. Turbidimetri : Mengukur kepadatan atau
kekeruhan satu larutan. Alat deteksi ditempatkan
langsung menghadap sinar langsung.Cahaya yang
terkumpul setelah melewati langsung melalui
larutan.
 2. Nephelometri: mengukur cahaya yang
dipendarkan pada sudat tertentu dari sinar saat
melewati suatu suspensi. Jumlah cahaya yang
dipendarkan sesuai dengan indeks konsentrasi
larutan. Nephelometri memberikan hasil yang akurat
dan presisi pada kuantitatif pada protein serum dan
karena dapat diautomatisasi maka biaya per tes
relatif lebih murah dibanding metode lain.
Teknik lain dari prosedur presipitasi berupa tekhnik imunodifusi pasib
meliputi :
 A. Uji Cincin Uji cincin
adalah uji presipitin yang paling sederhana. Kedalam sebuah
tabung bermulut kecil diletakkan larutan antigen diatas larutan
serum yang mengandung antibodi. Kedua larutan tersebut akan
berdifusi sampai keduanya mencapai konsentrasi optimum untuk
terjadinya presipitasi, pada titik tersebut muncullah suatu zona
rapat atau cincin endapan diantara kedua larutan tersebut.
 B. Metode Difusi Agar
Ketepatan yang lebih tinggi dan pemisahan komponen didalam
campuran antigen dan antibodi dapat diperoleh dengan cara
membiarkan reaktan-reaktan tersebut berdifusi bersama-sama
dalam di dalam suatu gel agar.
 Metode difusi tunggal
 Dalam metode difusi tunggal yang dirancang
Oudin, antigen ditaruh diatas gel agar yang
mengandung antiserum di dalam suatu tabung
reaksi bermulut sempit. Setelah dibiarkan selama
beberapa jam atau beberapa hari, antigen itu
merembes ke dalam gel membentuk pita- pita
endapan pada berbagai taraf, bergantung kepada
jumlah dan macam antigen-antibodi yang ada.
 Metode difusi ganda.
 Oakley dan Fulthorpe memodifikasi teknik Oudin
dalam metode difusi tunggal dengan cara menaruh
antiserum di dalam agar di dasar tabung reaksi dan
melapisinya dengan gel agar lalu diatasnya ditaruh
larutan antigen.
 C. Radioimunoasai
 Radioimunoasai ialah suatu teknik mikro dengan
kepekaan tinggi untuk meentukan jumlah
antigen yang amat sedikit. Teknik ini pada
hakikatnya merupakan proses dua langkah.
Langkah yang pertama menyangkut kompetensi
antara antigen uji (tidak berlabel atau tidak radio
aktif) dengan konsentrasi yang tidak diketahui
(beragam) dan suatu antigen indikator yang
dikenal (berlabel atau radioaktif) dengan
konsentrasi yang sudah diketahui (daoat
dihitung).
 D. Immunoelektroforesis
 Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti
serum, sulit memisahkan pita presipitasi yang timbul
pada setiap reaksi Ab-Ag, bila hanya menggunakan
cara difusi di atas. Komponen serum dipisahkan
dengan elektroforesis dalam agar gel dan antiserum
dibiarkan berdifusi melalui komponen yang
dihasilkan pada pita-pita yang terbentuk
 E. Elektroforesis "roket"
 Merupakan metode kuantitatif, dilakukan
elektroforesis antigen ke dalam gel yang telah
mengandung antibodi.Presipitasi yang terjadi
berbentuk roket, panjang masing-masing roket
menunjukkan konsentrasi antigen.
 Flokulasi
 Flokulasi adalah proses pengadukan lambat
agar campuran koagulan dan air baku yang
telah merata membentuk gumpalan atau flok
dan dapat mengendap dengan cepat.
 Prinsip
 Dengan pengadukan yang lambat maka flok-
flok yang sudah terbentuk dalam proses
koagulasi diperbesar ukurannya, flok-flok
akan ke dalam hubungan sehingga partikel-
partikel tersebut saling bertabrakan
kemudian melekat dan berubah menjadi
ukuran yang siap turun mengendap dan
endapan tersimpan di bak flokulasi.
 Mekanisme Reaksi
 Segera setelah terbentuk inti flok, inti flok
bergabung menjadi flok berukuran lebih besar
yang memungkinkan partikel dapat
mengendap.Penggabungan flok kecil menjadi
flok besar terjadi karena adanya tumbukan antar
flok.Tumbukan ini terjadi akibat adanya
pengadukan lambat.Pada bak pengaduk cepat,
dibubuhkan koagulan.Pada bak pengaduk
lambat, terjadi pembentukan flok yang
berukuran besar hingga mudah diendapkan
pada bak sedimentasi.Koagulan yang banyak
digunakan dalam pengolahan air minum adalah
aluminium sulfat atau garam-garam besi.
Tujuan
 Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel
ke dalam hubungan sehingga partikel-partikel
tersebut saling bertabrakan,kemudian melekat,
dan tumbuh mejadi ukuran yang siap turun
mengendap. Proses flokulasi dalam pengolahan
air bertujuan untuk mempercepat
proses penggabungan flok-flok yang telah
dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel
yang telah distabilkan selanjutnya saling
bertumbukan serta melakukan proses tarik-
menarik dan membentuk flok yang ukurannya
makin lama makin besar serta mudah
mengendap.
Manfaat Proses flokulasi
 bermanfaat untuk menurunkan tingkat
kekeruhan untuk memperoleh air
yang bening, namun memiliki efek
samping yaitu fraksi zat tersuspensi atau
mikroorganisme dalam air yang seringkali
menyebabkan pencemaran dengan
flokulasi zat suspensi atau
mikroorganisme tersebut bisa dihilangkan
dari air.
Gangguan
a) Waktu flokulasi
b) Jumlah energi yang diberikan
c) Jumlah koagulan
d) Jenis dan jumlah koagulan/flokulan pembantu
e) Cara pemakaian koagulan/flokulan pembantu
f) Resirkulasi sebagian lumpur (jika
memungkinkan)
g) Penetapan pH pada proses koagulasi

Anda mungkin juga menyukai