Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi dan Promosi Kesehatan yang dibina
oleh Ibu Adita Puspitasari Swastya Putri, S.KM., M.Epid
Kelompok 1
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan dan karunia-Nya yang telah banyak
memberikan kita rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dengan judul “Konsep Dasar Komunikasi” sebagai tugas mata kuliah Komunikasi
dan Promosi Kesehatan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Akhir kata, penulis berdoa semoga Allah SWT selalu memberikan limpahan rahmat
dan hidayah Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam tersususnya dalam
makalah ini, dan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….II
Daftar Isi……………………………………………………………………………………III
Bab 1 Pendahuluan………………………………………………………………………….4
Bab II Pembahasan………………………………………………………………………….6
2.2 Tujuan………………………………………………………………………….....6
2.3 Jenis-jenis…………………………………………………………………………7
3.1 Simpulan………………………………………………………………………….17
3.2 Saran……………………………………………………………………………...17
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………....18
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari komunikasi itu sendiri?
2. Apa saja tujuan dari komunikasi?
3. Apa saja jenis-jenis dari komunikasi itu?
4. Apa saja unsur-unsur dari komunikasi itu?
5. Apa saja model dari komunikasi itu sendiri?
6. Apa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.3 Jenis-jenis Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan
aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok Jenis komunikasi terdiri dari
komunikasi verbal dengan kata-kata dan komunikasi non verbal disebut dengan
bahasa tubuh.
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa :
a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila
pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah
kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila
kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu
lambat.
c. Intonasi suara akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga
pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang
berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam
berkomunikasi.
d. Humor dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989),
memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu
menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan
psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya
selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat
dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah
dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi,
artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan
apa yang disampaikan.
2. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata
dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang
termasuk komunikasi non verbal :
7
a. Ekspresi wajah. Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi,
karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b. Kontak mata merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan
mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti
orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan
untuk memperhatikan bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata
juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang
lainnya.
c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih
bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti
perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau
simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan
bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan
merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e. Sound (suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi.
Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya
sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
f. Gerak isyarat adalah yang dapat mempertegas pembicaraan. Menggunakan
isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan
kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara menunjukkan seseorang
dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan
stress.
2.4 Unsur Komunikasi
Dalam berkomunikasi harus ada komunikator, pesan / informasi, saluran
komunikasi, komunikan, umpan balik, dan effect.
1. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan
dalam proses komunikasi. Dengan kata lain, komunikator merupakan
seseorang atau sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber
dalam sebuah hubungan. Komunikator tidak hanya berperan sebagai pengirim
pesan saja, namun juga memberikan respons dan menjawab pertanyaan yang
disampaikan sebagai dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik
8
secara langsung maupun tidak langsung. Komunikator bisa individu, keluarga
ataupun kelompok yang mengambil inisiatif penyelenggaraan komunikasi
dengan individu atau kelompok lain.
2. Pesan / informasi
Pesan merupakan keseluruhan apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan dapat berupa kata-kata, tulisan, gambaran atau perantara
lain. Pesan ini memiliki inti, yakni mengarah pada usaha untuk mengubah
sikap dan tingkah laku komunikan. Inti pesan akan selalu mengarah pada
tujuan akhir komunikasi itu.
Kedua sarana, yaitu komunikator dan pesan, lazim digunakan bersama
dalam komunikasi. Artinya, komunikasi akan berlansung jika ada komunikator
dan pesan. Sedangkan unsur lain seperti saluran komunikasi, metode
komunikasi, lingkungan, dan umpan baik yang merupakan faktor pendukung.
Pesan adalah berita yang disampaikan oleh komunikator melalui lambang atau
gerakan.
3. Saluran / media komunikasi
Media komunikasi / channel biasa disebut dengan media yang
digunakan sebagai penyalur pesan dalam proses komunikasi. Pemilihan sarana
/ media dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan
disampaikan. Saluran komunikasi itu meliputi pendengaran (lambang berupa
suara), penglihatan (lambang berupa sinar, pantulan sinar atau gambar),
penciuman (lambang yang berupa bau-bauan), dan rabaan (lambang berupa
rangsangan perabaan).
Dalam wujudnya media dan sarana komunikasi dapat berwujud media cetak,
seperti sirkuler, pamphlet, dan lain – lain. Media auditif seperti tape recorder,
piring hitam, dll. Media visual seperti papan reklame, carton, dll.dan
kombinasi dari cetak, visual dan auditif, seperti TV, Film dll.
4. Komunikan
Komunikan merupakan penerima pesan atau berita yang disampaikan
oleh komunikator. Komunikan bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam
bentuk kelompok. Dalam proses komunikasi, komunikan adalah elemen
penting karena dialah yang menjadi sasaran komunikasi dan bertanggung
jawab untuk dapat mengerti pesan yang disampaikan dengan baik.
5. Umpan balik / feedback
9
Komunikasi dinyatakan berhasil apabila komunikasi mampu
memberikan umpan balik yang berbentuk tanggapan atau respons. Umpan
balik adalah harus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya
komunikasi. Umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik guna
bagi rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau merupakan
tanggapan langsung dari pengamatan sebagai hasil kelakuan individu terhadap
individu lain. Jenis umpan balik berdasarkan sikap komunikan terdiri atas
empat macam jenis umpan balik, antara lain zero umpan balik, umpan balik
positif, umpan balik netral, dan umpan balik negatif.
a. Zero feedback
Feedback yang diterima oleh komunikator dari komunikan, oleh
komunikator tidak dimengerti tentang apa yang dimaksud oleh komunikan.
b. Positive feedback
Pesan yang dikembalikan oleh komunikan kepada komunikatordapat
dimengerti dan mencapai persetujuan komunikan bersedian berpartisipasi
memenuhi ajakan seprti yang termuat dalam pesan yang diterimanya.
c. Neutral feedback
Feedback yang tidak memihak, artinya pesan yang dikembalikan oleh
komunikan kepada komunikator tidaklah relevan atau tidak ada hubungan
nya dengan masalah yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan.
d. Negative feedback
Pesan yang dikembalikan kembali oleh komunikan kepada
komunikator tidaklah mendukung atau menentang, yang terjadi kritikan
atau kemarahan.
6. Dampak / effect
Dampak merupakan efek perbedaan yang dialami oleh komunikan
sebelum dan sesudah menerima pesan. Bila sikap dan tingkah laku komunikan
berubah sesuai dengan isi pesan maka komunikasi telah berjalan dengan baik.
Dampak / efek sesungguhnya dapat dilihat dari personal opinion, public
opinion maupun majority opinion. Namun semuanya mengarah kepada
perubahan yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan.
10
2.5 Model Komunikasi
Pelaksanaan kegiatan komunikasi pada prinsipnya disesuaikan dengan
kebutuhan sasaran yang akan membuat jalinan komunikasi. Jaringan komunikasi yang
disesuiakan dengan kebutuhan akan mewujudkan bentuk komunikasi yang
menggambarkan proses dan pelaksaan komunikasi tersebut.
Model komunikasi yang terjadi berdasarkan kebutuhan terdiri atas komunikasi
intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi
massa.
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dalam diri
individu. Komunikasi tersebut akan membantu seseorang atau individu agar
tetap sadar akan kejadian disekitarnya. Misalnya, bila kita sedang melamun,
berarti kita sedang melakukan komunikasi.
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi antara dua orang dan
terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Bentuk komunikasi tersebut
juga disebut dialog komunikasi. Pelaksanaan komunikasi interpersonal dapat
berlangsung dengan cara berhadapan muka atau melalui media komunikasi,
antara lain dengan menggunakan pesawat telepon atau radio komunikasi. Sifat
komunikasi itu dua arah atau timbal balik, disebut juga komunikasi dua arah
karena komunikator dan komunikan saling bertukar fungsi.
Komukasi interpersonal disebut efektif bila akhirnya menghasilkan
perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Keadaan
komunikator dan komunikan dalam posisi seimbang dan mempunyai
kebersamaan. Dalam proses komunikasi intrapersonal, kemampuan
komunikator diperlukan untuk mengeksperikan diri pada peranan orang lain
yang disebut empati. Untuk mencapai keberhasilan dalam komunikasi dengan
tatap muka, maka didukung dengan penggunaan komunikasi kebahasaan,
bahasa kial, dan bahasa sikap. Ketiga peran bahasa tersebut dilaksankan secara
gabungan, kadang disertai dengan berpelukan sehingga muncul keserasian
dalam komunikasi antar pribadi. Misalnya : Penggunaan komunikasi
kebahasaan (komunikator menggunakan kata-kata menunjukan kesediaan
untuk berkomunikasi, “saya senang dapat berjumpa dengan Anda”),
penggunaan bahasa kial (komunikator menggunakan bahsa kial dengan
11
gerakan tangan atau gerakan tubuh, “komukator mengajak berjabat tangan,
atau membungkukkan tubuh”), ataupun menggunakan bahasa sikap
(komunikator mengekspresikan perasaan senang dengan memandang penuh
penuh perhatian dan senyum dikulum).
3. Komunikasi Antar Kelompok
Komunikasi antar kelompok adalah komunikasi antara seseorang
(komunikator) dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama dalam
kelompok. Dalam komunikasi antarkelompok, ada dua tahap aktivitas untuk
melaksanakan pendekatan. Tahap pertama adalah tahap gagasan dan tahap
kedua adalah tahap emosional sosial. Tahap gagasan adalah tahapan ketika
individu dalam kelompok saling menggungkapkan gagasannya,
berkomunikasi untuk membahas dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Modal utama dalam komunikasi ini adalah keinginan bersama. Pada tahap
emosional sosial, anggota kelompok saling menegangrasa untuk membina
persatuan dan keutuhan antarpribadi dalam kelompok. Pada tahapan ini
kelompok menyadari tanggung jawab serta perjuangan bersama,
mengorbankan tujuan dan kepentingan pribadi. Sifat komunikasi tersebut
seperti pada komunikasi antarpribadi, tapi dalam skala yang lebih besar.
Ada dua bentuk kelompok yang ada dalam komunikasi antar
kelompok, yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. Kelompok kecil adalah
kelompok dengan anggota yang jumlahnya terbatas, bersifat normal,
terorganisasi, dan biasanya terlembagakan, sedangkan pada kelompok besar,
jumlah anggota banyak.
4. Komunikasi masa
Komunikasi masa adalah komunikasi umum bukan komunikasi pribadi
pesan yanf disampaikan tidak ditujukan pada satu orang saja, tetapi bagi
semua orang atau anggota khalayak. Komunikasi massa menyampaikan
informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah
banyak dengan menggunakan media yang meliputi surat kabar, radio, tv, film
dan lain-lain. Sifat komunikasi massa adalah umum, heterogen, nonpribadi,
dan menimbulkan keserampakan dengan paham yang sama. Misalnya yaitu
poemberian informasi tentang penggunaan garam iodium dalam makanan
yang merupakan salah satu upaya pencegahan gondok endemik dan
kretinisme.
12
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Menurut Potte dan Perry (1993) proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu
1. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, seorang tenaga
kesehatan harus mengerti pengaruh perkembangan usia, baik dari sisi bahasa
maupun proses berpikir seseorang tersebut. Cara berkomunikasi anak usia
remaja berbeda dengan anak usia balita. Kepada remaja, Anda mungkin perlu
belajar bahasa “gaul” mereka sehingga remaja yang kita ajak bicara akan
mersa kita mengerti mereka dan komunikasi akan lancar.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian
atau peristiwa. Persepsi ini dibentuk oleh pengharapan atau pengalaman.
Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi. Misalnya,
kata “beton” akan menimbulkan perbedaan persepsi antara ahli bangunan
dengan orang awam.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi prilaku sehingga penting bagi
tenaga kesehatan untuk menyadari nilai seseorang. Seorang tenga kesehatan
perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat
membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam hubungan
professional, seorang nakes diharapkan tidak terpengaruh oleh nilai pribadi.
Perbedaan nilai tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut, misalnya,
klien memandang abortus tidak sebagai perbuatan dosa, sementara bidan
memandang abortus sebagai tindakan dosa. Hal ini dapat menyebabkan
konflik antara bidan dengan klien.
4. Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh factor
budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
Seorang remaja putri yang berasal dari daerah lain ingin membeli ingin
membeli makanan khas disuatu daerah. Pada saat membeli makanan tersebut,
remaja ini tiba-tiba menjadi pucat ketakutkan karena penjual menanyakan
padanya berapa banyak cabai merah yang dibutuhkan untuk campuran
makanan yang akan dibeli. Apa yang terjadi? Remaja tersebut merasa
13
dimarahi oleh penjual karena menanyakannya cabai itu secara membentak,
padahal penjual tidak merasa memarahi remaja terserbut. Hal ini dikarenakan
budaya dan logat cara penjual yang memang keras dan tegas sehingga terkesan
seperti marah bagi orang yang katar budaya yang barbeda.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi
seperti marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi seorang tenaga
kesehtan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Seorang tenaga kesehatan
perlu mengkaji emosi klien dan keluarganya sehingga mampu memberi
pertolongan dengan tepat. Selain itu, seorang tenaga kesehatan juga perlu
mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan pertologan
tidak terpengaruhi oleh emosi bawah sadarnya.
6. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi gaya berbeda.
Tanned (1990) menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai
perbedaan gaya komunikasi. Dari usia tiga tahun, wanita bermain dengan
teman baiknya atau dalam grup kecil, menggunakan bahasa untuk mencari
kejelasan dan meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung
keintiman. Laki-laki dilain pihak, menggunakan bahasa untuk mendapatkan
kemandirian aktifitas dalam grup yang lebi besar, dan jika ingin berteman,
mereka melakukan dengan bermain.
7. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan mempengaruhi komunikasi. Seseorang yang
tingkat pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang
mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
Seorang tenaga kesehatan perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien
sehingga dapat berinteraksi dengan baik dan dapat memberi pertolongan yang
tepat pada klien.
8. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan anatar orang
yang berkomunikasi. Cara komunikasi seorang bidan dengan koleganya,
dengan cara komunikasi seorang tenaga kesehatan pada klien akan berbeda,
tergantung peran. Demikian juga antara orang tua dan anak.
14
9. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif.
Suasana yang bising, tidak ada privasi yang tepat, akan menimbulkan
kerancuan, ketegangan, dan ketidak nyamanan. Misalnya, berdiskusi di tempat
yang ramai tentu tidak nyaman. Untuk itu sebagai tenaga kesehatan perlu
menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi
dengan klien. Begitu juga dengan lingkungan fisik. Tingkah laku manusia
berbeda dari satu tempat ketempat lain. Misalnya, saat seseorang
berkomunikasi dengan sahabatnya akan berbeda apabila berbicara dengan
pimpinannya. Tingkah laku dan cara berkomunikasi tergantung pada suasana
lingkungan sosialnya. Misalnya, seseorang berpenampilan lembut tetapi
sering menggunakan kata-kata yang kasar dalam pembicaraan. Kata-kata
kasar tersebut diperoleh dari lingkungan pergaulannya.
10. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tentunya akan member
rasa aman dan control. Misalnya, individu yang merasa terancam ketika
seseorang tidak dikenal tiba-tiba berada pada jarak yang sangat dekat dengan
dirinya. Hal itu juga yang dialami oleh klien pada saat pertama kali
berinteraksi dengan seorang tenaga kesehatan. Untuk itu sebagai tenaga
kesehatan kita perlu memperhitungkan jarak yang tepat pada saat melakukan
hubungan dengan klien.
11. Citra diri
Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status
sosial, kelebihan dan kekurangannya. Citra diri terungkap dalan komunikasi.
Misalnya, pembicaraan orangtua bersama anaknya dengan menentukan
ekspresi dan persepsi orang. Misalnya, “kamu mesti jadi seorang dokter
karena akan dihormati masyarakat dan mudah mendapatkan uang.” Pihak lain
yakni orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas pada
dirinya. Pada saat berkomunikasi akan dirasakan campur tangan citra diri dan
citra pihak lain.
12. Kondisi fisik
Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhadap komunikasi. Artinya
indera pembicaraan mempunyai andil terhadap kelancaraan dalam
15
komunikasi. Misalnya, seorang tuna wicara akan kesulitan apabila berbicara
dengan orang yang normal.
Studi Kasus
Keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal anak dan sangat berperan
bagi perkembangan anak. Melalui keluarga, anak belajar menanggapi orang lain,
mengenal dirinya, dan sekaligus belajar mengelola emosinya. Pengelolaan emosi ini
sangat tergantung dari pola komunikasi yang diterapkan dalam keluarga, terutama
sikap orang tua dalam mendidik dan mengasuh anaknya. Perlakuan setiap anggota
keluarga, terutama orang tua, akan “direkam” oleh anak dan mempengaruhi
perkembangan emosi dan lambat laun akan membentuk kepribadiannya.
16
anak untuk menghadapi naik turunnya kehidupan, yaitu pelibatan semua
emosi, baik emosi-emosi negatif maupun positif.
2. Menerapkan nilai yang berhubungan dengan kualitas-kualitas emosi anak,
antara lain nilai-nilai tentang sikap hormat, tata krama atau sopan-santun, dan
kesabaran dalam menyelesaikan masalah masalah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Setyowati, Yuni. 2005. Pola komunikasi keluarga dan perkembangan anak (Studi kasus
penerapan pola komunikasi keluarga dan perkembangan emosi anak pada keluarga
jawa ).Yogyakarta. APMD (diakses dari 253-672-1-PB.pdf pada 04 agustus 2021
18