Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 3 (Pemeriksaan feses secara kimiawi)

1. Darah samar
Macam-macam metode tesdarah samar yang sering dilakukan, yaitu:
a. Metode Rapid Chromatographic Immunoassay
Merupakan rapid test untuk mendeteksi darah samar dalam feses pada kadar
rendah. Rapid test ini menggunakan prinsip double antibody sandwich assay untuk
mendeteksi sampai 50 ng/ ml hemoglobin dalam feses atau 6ul hemoglobin/g feses.
Prinsip: Merupakan pemeriksaan kualitatif menngunakan prinsip Immunoassay untuk
mendeteksi darah di dalam feses. Sampel feses akan bereaksi dengan antibodi anti
hemoglobin dalam membrane kromatografi membentuk garis warna.
Persiapan pasien:
- Sampel feses tidak diambil selama atau dalam 3 selama periode menstruasi, atau
bila pasien menderita perdarahan karena wasir atau ada darah di dalam urinnya.
- Konsumsi alkohol, aspirin, atau obat lainnya secara berlebihan dapat
menyebabkan iritasi pada lambung sehingga menimbulkan perdarahan. Substansi
tersebut di atas harus dihentikan paling tidak 48 jam sebelum dilakukan
pemeriksaan
- Tidak diperlukan pembatasan diet.
Cara kerja:
- Siapkan sampel pemeriksaan
- Buka tutup spesimen collection tube, kemudian ambil sampel feses paling tidak
pada 3 tempat yang berbeda menggunakan ujung stick
- Tutup rapat, kemudian kocok sampel dengan buffer ekstraksi. Sampel
pemeriksaan ini dapat disimpan selama 6 bulan pada suhu -200⁰C bila tidak
dilakukan pemeriksaan dalam 1 jam
- Buka test strip FOB
- Melalui ujung simen collection tube, teteskan 2 tetes sampel (±90µl) ke dalam
sumur sampel (S), kemudian jalankan timer. Hindari terbentuknya gelembung
udara di dalam sumur sampel(S)
- Tunggu sampai muncul garis merah.
- Pembacaan dilakukan pada menit ke 5, dan jangan menginterpretasikan hasil
setelah 10 menit.

Interprestasihasil :

- Positif (+): muncul tanda merah pada kedua garis baik pada garis control (c)
maupun garis test (T). intensitas warna merah yang muncul pada garis T
bervariasi tergantung pada konsentrasi hemoglobin di dalam specimen
- Negative (-): muncul tanda merah pada 1 garis, yaitu pada garis control (C)
- Invalid: tidak muncul garis merah pada garis control (c)
b. Metode benzidine basa
Prinsip: hemoglobin sebagai peroksidase akan menguraikan H 2O2 dan mengoksidasi
benzidin menjadi warna biru.
Alat dan bahan:
- Tabung reaksi dan rak tabung
- Alat pemanas
- Kristal benzidin basa
- Hidrogen peroksida (H2O2) 3%, segar
- Asam cuka glasial
- Tinja yang akan diperiksa
Cara kerja :
- Buat emulsi tinja dengan air atau NaCl 0,9% (± 10 ml). panasi saampai mendidih
- Saring emulsi tinja yang masih panas, biarkan filtratnya sampai dingin
- Kedalam sebuah tabung reaksi lainnya, masukkan Kristal benzidin basa seujung
pisau (± 1 gram). Tambahkan 3 ml asam cuka glasial, kocok sampai Kristal
benzidin larut dengan meninggalkan sedikit Kristal
- Tambahkan 2 ml filtrate tinja, campur
- Tambahkan 1 ml H2O2 3% segar, campur
Interprestasi hasil;
- Negative (-) : tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
- Positif (+) : hijau
- Positif (++) : biru bercampur hijau
- Positif (+++) : biru
- Positif (++++) : biru tua

c. Metode Guaiac
Prinsip: besi organic ditambah guam guaiac membentuk warna biru
Alat dan bahan :
- Kertas saring atau objek glass
- Asam cuka glasial
- Larutan gum guaiac jenuh dalam alcohol 95%
- Hidrogen peroksida (H2O2) 3%
- Tinja yang akan diperiksa
Cara kerja :
- Di atas selembar kertas saring yang bersih (bukan kertas WC= paper towels) atau
sebuah object glass yang bebas darah, hapuskan sejumlah kecil tinja
- Kemudian tambahkan 2 tetes asam cuka glacial dan campur
- Selanjutnya tambahkan 2 tetes larutan gum guaiac jenuh segar dalam alcohol 95%
dan 2 tetes hydrogen peroksida 3%
Interprestasi hasil:
- Negative (-) : terbentuk warna hijau
- Positif (+) : terbentuk warna biru

2. Strekobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus
obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu
disebut akholik.
Cara kerja:
- Taruh beberapa gram tinja dalam sebuah mortar dan campur dengan larutan
mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja.
- Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan
selama 6-24 jam
- Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

3. Sterkobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin Karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak
jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per -24 jam sehingga bermakna dalam keadaan
seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut
sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan
penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilinurin.

4. Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negative pada tinja normal karena bilirubin dalam
usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi
menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang
menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka
panjang dengan antibiotic yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang
menyelenggarakan perubahan tadi. Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan
metode pemeriksaan Fouchet.

Kelompok 4 (Pemeriksaan feses secara mikroskopis)

Pertama-tama anda harus mengumpulkan sekitar 100 gram feses dalam wadah yang bersih dan
kering tanpa bahan pengawet, wadah yang baik adalah wadah yang memiliki tutup. Hal-hal yang
harus diperhatikan pada pemeriksaan feses adalah sebagi berikut.

1. Jangan biarkan spesimen tinja terpapar udara di dalam wadah yang tanpa tutup.
2. Jangan pernah menerima spesimen tinja yang bercampur dengan urin.
3. Jangan pernah memeriksa spesimen feses, tanpa mengenakan sarung tangan terlebih
dahulu
4. selalu periksa spesimen feses dalam waktu 1 sampai 4 jam setelah pengambilan.

Pemeriksaan visual terhadap specimen pemeriksaan mikroskopis, berguna untuk:

1. untuk mendeteksi trofozoit motil


2. untuk mendeteksi sel telur dan kista
3. untuk mendeteksi eritrosit, puing-puing seluler, atau kelebihan lemak

Bahan dan reagen dibutuhkan yaitu:

1. Mikroskop
2. Kaca Objek
3. Kaca dek
4. Lidi
5. Saline normal
6. Iodine

Prosedur Kerja:

1. lakukan pelabelan pada objek glass


2. Tambahkan 1 tetes larutan saline pada sisi kiri objek gelas
3. Tambahkan 1 tetes iodine pada sisi kanan objek gelas
4. Oleskan feses pada kedua sisi objek kaca
5. Campurkan masing-masing sisi secara merata dengan lidi
6. Tutup masing-masing sisi dengan deck glass
7. letakkan objek glass diatas kertas sejenis koran untuk mengecek kualitas preparasi slide
kita
a. jika kita dapat membaca huruf-huruf melalui olesan sampeltetapi tidak mudah,
artinya preparasi slide feses kita baik
b. Jika kita dapat membaca huruf di atas kertas melalui olesan sampel, tanpa gangguan
berarti kita telah mengurangi jumlah spesimen feses
c. Jika kita tidak dapat membaca huruf di atas kertas melalui smear, itu berarti kita
mengambil terlalu banyak spesimen feses, untuk itu kita harus mengulangi persiapan
slide
8. Periksa sediaan di bawah mikroskop, dalam hal ini kita harus memeriksa sediaan larutan
saline terlebih dahulu, dan kedua memeriksa sediaan iodine
9. Periksa mulai dari sudut kiri atas di tepi salah satu kaca deck glass menggunakan sepuluh
tujuan. ketika Anda dapat menemukan telur atau kista kemudian beralih ke tujuan empat
puluh dan verifikasi identifikasi Anda
Kelompok 5 (Pemeriksaan feses secara mikroskopis)

Pemeriksaan mikroskopis feses adalah pemeriksaan feses yang lebih dalam dan lebih
valid dari pemeriksaan makroskopis dengan menggunakan bantuan alat dan metode yang
mendetail dalam pemeriksaannya. Pemeriksaan mikroskopis feses meliputi pemeriksaan
protozoa, tulur cacing, eritrosit, leukosit, sel epitel, makrofag, dan sel ragi.

Cara kerja pemeriksaan feses secara mikroskopis yaitu sebagai berikut:

1. Teteskan sampel ke atas objek glass


2. Tambahkan reagen yang sesuai
a. Eosin untuk member latar belakang warna
b. Lugol untuk identifikasi karbohidrat
c. Sudan untuk identifikasi lemak
3. Tutup dengan menguunakan deck glass
4. Periksa menggunakan mikroskop
a. Objektif 40x: lapang pandang besar
b. Objektif 10x: lapang pandang kecil

Hasil pemeriksaan feses mikroskopis

1. Telur Ascaris Lumbricoides perbesaran 400x

2. Telur Ascaris Lumbricoides perbesaran 100x


3. Leukosit

4. Eritrosit

5. Epitel, sisa makanan

Kelompok 7 (Pemeriksaan feses secara makroskopis dan mikroskopis)

Feses atau tinja adalah produk buangan saaluran pencernaan yang dikeluarkan melalui anus.
Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis suatu penyakit yang mempengaruhi saluran pencernaan

Tujuan

1. Mengetahui cara atau prosedur pemeriksaan feses makroskopik


2. Mengetahui cara atau prosedur kerja pemeriksaan mikroskopik secara langsung
Manfaat pemeriksaan
Untuk membantu mendiagnosis kondisi tertentu yang mempengaruhi saluran pencernaan .
kondisi ini dapat mencakup infeksi (seperti dari parasit, virus, atau bakteri), penyerapan nutrisi
yang buruk, atau kanker.

Prinsip pemeriksaan
1. Makroskopik
Dengan memperhatikan warna, bau konsistensi, jumlah, lendir, parasit makro, dan darah
tampak
2. Mikroskopik
Pemeriksaan sediaan basah dengan pengamatan di bawah mikroskop untuk mengetahui
adanya hal-hal yang tidak bisa dilihat secara kasat mata
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel tinja bisa dilakukan di rumah sakit atau secara mandiri di rumah. Di rumah
akit, petugas laboratorium akan memberikan wadah khusus untuk menampung sampel feses.
Wadah ini biasanya beruopapot plastik berbentuk tabung, dengan ukuran yang bervariasi dan
kedap udara. Pastikan wadah tersebut dalam keadaan bersih
Cara pengumpulan sampel adalah sebagai berikut :
1. Gunakan plastik pembungkus untuk mengambil sampel tinja yang kering atau kertas
koran yang diletakkan di koset saat BAB
2. Gunakan sendok khusus atau spatula yang disediakan bersama wadah, untuk mengambil
sampel feses kira-kira seukuran biji kurma, dan pindahkan ke dalam wadah
3. Cegah sampel tinja bercampur bersama urine
4. Setelah sampel tinja terkumpul di dalam wadah, segera masukkan dan tutup rapat di
dalam kantong plastik
5. Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih. Jangan lupa untuk menyiram sisa
kotoran yang berada di dalam kloset
6. Segera bawa wadah yang berisi sampel feses ke laboratorium, sebaiknya tidak lebih dari
24 jam untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan mengaburkan hasil pemeriksaan
Alat dan Bahan Pemeriksaan
1. Alat
 Cover glass
 Objek glass
 Lidi
 Mikroskop
 Pipet tetes
2. Bahan
 Feses/tinja
 Larutan NaCl
 Larutan Lugol iodin
Cara kerja
1. Cara makroskopik
a. Dengan memperhatian warna (kuning, putih, hijau, hitam)
b. Bau (amis, busuk)
c. Konsistensi (keras, lunak, cair)
d. Jumlah feses
e. Apakah terdapat lendir, nanah, dan darah
2. Cara mikroskopik
a. Siapkan alat dan bahan
b. Oleskan feses pada 2 sisi objek glass
c. Tambahkan masing-masing sisi objek glass dengan 1 tetes NaCl di sisi kanan, dan
1 tetes larutan lugol iodin di sisi kiri objek glass
d. Lalu tutup dengan cover glass
e. Amati dibawah mikroskop
Hal-hal yang dapat memengaruhi pemeriksaan laboratorium

1. Mengalami siklus menstruasi


2. Feses bercammpur urine
3. Menjalani foto rontgen yang menggunakan zat kontras barium
4. Mengonsumsi obat tertentu seperti obat-obat yang sedang digunakan, terrmasuk obat
resep, obat bebas, herba, atau suplemen

Anda mungkin juga menyukai