Anda di halaman 1dari 7

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI SALMONELLA SP

PADA TELUR AYAM

Pendahuluan : pengerat atau binatang lainnya yang


Badan Kesehatan Dunia mengeluarkan Salmonella Sp.
(WHO, 2014) menyatakan bakteri Keamanan pangan merupakan
Salmonella merupakan genus bakteri persyaratan utama yang semakin
penyebab utama dari penyakit bawaan penting di era perdagangan bebas.
pada makanan di seluruh dunia. Pangan yang aman, bermutu, bergizi,
Makanan dan minuman yang di berada dan tersedia cukup merupakan
konsumsi pada dasarnya berfungsi prasyarat utama yang harus dipenuhi.
untuk mempertahankan kehidupan Hal ini agar tercipta suatu sistem
manusia, yaitu sebagai sumber energi jaminan mutu pangan yang
dan pertumbuhan serta mengganti memberikan perlindungan bagi
jaringan atau sel tubuh yang rusak. kepentingan kesehatan serta berperan
Yang merupakan sumber semua zat dalam meningkatkan kemakmuran dan
gizi, mengatur proses di dalam tubuh kesejahteraan rakyat (Khoiriyah et al.,
dan menghasilkan energi untuk 2013).
kepentingan berbagai kegiatan Berdasarkan latar belakang di
(Supardi Imam dkk, 1999 ). atas, maka rumusan masalah dalam
Sampai saat ini studi di penelitian ini adalah adalah “Apakah
laboratorium masih terbatas dan terdapat bakteri Salmonella Sp pada
kurangnya penyelidikan tentang terasi kiloan dan telur?” Adapun
Salmonellosis di negara berkembang tujuan dari penelitian ini adalah untuk
yang membuat resiko penyakit akibat mengidentifikasi ada atau tidaknya
infeksi Salmonella semakin besar. bakteri Salmonella Sp
Salmonella sp adalah salah satu
spesies bakteri yang termasuk dalam Metode Pemeriksaan
anggota family Enterobacteriaceae. *) Pra Analitik :
Habitat utamanya ada di dalam saluran  Mempersiapkan alat : Autoclave,
pencernaan hewan dan manusia Oven, Cawan Petri, Inkubator,
(Portillo, 2000). Bakteri Salmonella sp Erlenmeyer, Ose, Bunsen, Pipet
biasanya ditemukan pada bahan tetes, Indikator pH, Tabung reaksi,
pangan yang mengandung protein Rak tabung, Stomacher, cotton
cukup tinggi sebagai media yang baik swab sucihama.
bagi pertumbuhan mikroorganisme  Sterilisasi alat penelitian yang
tersebut. Contohnya telur ayam. terbuat dari kaca atau logam
Dalam kondisi lemah bakteri dengan skala dan keakuratan
Salmonella Sp dengan mudah masuk rendah dengan menggunakan oven
melalui berbagai cara salah satunya dengan suhu 180°C selama 24 jam.
melalui makanan dan kebersihannya Sedangkan alat-alat yang terbuat
kurang dijaga atau tercemar oleh dari kaca yang memiliki tingkat
konsumen dengan bakteri Salmonella, skala dan keakuratan tinggi atau
maka perbaikan sanitasi harus plastik disterilkan dengan
dilakukan dan untuk pencegahan autoclave dengan suhu 121°C
kontaminasi makanan dengan hewan selama 15 menit.
 Mempersiapkan bahan : Sampel
telur utuh, Media pengayaan
*) Analitik :
(Kerabang telur, Putih telur, dan
Kuning telur), Buffered Peptone a. Tes pada media Brain Heart
Water (BPW) 0,1%, media RV, Infusion Broth (BHIB)
Brain Heart Infusion Broth Pembuatan Media Brain Heart
(BHIB), Salmonella Shigella Agar Infusion Broth (BHIB) (Andrianto,
(SSA), Hectoen enteric agar 2012).
(HEA). Triple Sugar Iron Agar 1) Media BHIB ditimbang
(TSIA), Lysine Iron Agar (LIA) , sebanyak 11,322 gram.
Aquadest. 2) Kemudian dimasukkan ke
 Media pengayaan sampel kerabang dalam erlenmeyer 306 mL dan
telur : dilarutkan dengan aquadest
1) Dilakukan swab pada sampel sebanyak 60 mL, pH diukur
telur menggunakan cotton dengan indikator pH 7,4 ± 0,2.
swab sucihama yang 3) Kemudian dipanaskan sampai
sebelumnya telah dibasahi larut dengan baik dan
dengan 5 mL BPW 0,1%. disterilisasi dengan autoclave
2) Swab dipindahkan ke dalam pada suhu 121°C selama 15
erlenmeyer atau wadah steril menit.
berisi 45 mL BPW 0,1% Penanaman Bakteri Pada Media
3) Kemudian diinkubasi pada BHIB.
suhu 35°C selama 16-20 jam. 1) Sampel telur ayam
 Sampel putih telur, dan kuning dihomogenkan dan diisolasi
telur : pada media BHIB dengan
1) Memisahkan antara putih dan perbandingan 9:1. 9 ml untuk
kuningnya secara aseptis, media BHIB dan 1 ml untuk
masing-masing ditempatkan sampel telur.
dalam kantong plastik steril 2) Media BHIB diinkubasi selama
dan dihomogenkan dengan 1x24 jam pada suhu 37°C di
stomacher selama 1-2 menit. inkubator. Observasi hasil
2) Masing-masing parameter dilakukan dengan melihat
diambil 25 mL dimasukkan ke kekeruhan pada media BHIB
dalam erlenmeyer steril dan dan media selektif yaitu media
ditambahkan 225 mL larutan SSA.
BPW 0.1%
3) Kemudian diinkubasi pada b. Tes pada media Salmonella
suhu 35 °C selama 16-20 jam. Shigella Agar (SSA)
4) Biakan prapengayaan dari tiga Pembuatan SSA :
parameter setelah inkubasi 1) Media SSA ditimbang 10,2
diaduk perlahan gram dan dimasukkan ke
5) Kemudian dilanjutkan tahap dalam erlenmeyer 170 mL
pengayaan dengan 2) Kemudian dilarutkan dengan
memindahkan 0.1 ml ke dalam akuades sebanyak 120 mL, pH
10 mL media RV dalam tabung diukur dengan indikator pH 7,4
reaksi. ± 0,2.
6) Selanjutnya diinkubasi pada 3) Media dipanaskan sampai larut
suhu 42 °C selama 24 jam. dengan baik, dan disterilisasi
dengan autoclave pada suhu
121°C selama 15 menit.
diinokulasikan pada media
Penanaman Bakteri Pada Media TSIA dan LIA.
SSA. 2) Inokulasi dilakukan dengan
1) Bakteri yang terdapat di media menusukkan jarum inokulasi
BHIB diambil dengan ke dasar media agar
menggunakan ose yang sudah 3) Selanjutnya digores pada
difiksasi bagian miring agar.
2) Kemudian diinokulasi pada 4) Kedua media diinkubasi pada
media SSA dengan cara suhu 35 °C selama 24 ± 2 jam.
digoreskan. 5) Setelah inkubasi dilakukan
3) Media SSA diinkubasi selama pengamatan koloni yang
1x24 jam pada suhu 37°C di mengarah Salmonella dengan
inkubator. terjadinya perubahan media
4) Observasi hasil dilakukan yang khas.
dengan melihat pertumbuhan
koloni bakteri Salmonella sp.
yang ditandai dengan adanya *) Post analitik :
pertumbuhan koloni berwarna Membuat laporan berdasarkan
merah dengan titik hitam di hasil praktikum dan jangan lupa untuk
tengah. Jika terdapat membersihkan tempat serta alat yang
pertumbuhan, maka dilanjutkan telah digunakan.
dengan pewarnaan gram.
Hasil
c. Tes pada media Triple Sugar Iron Berdasarkan pemeriksaan
Agar (TSIA) dan Lysine Iron Agar laboratorium yang dilaksanakan,
(LIA) diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Mengambil koloni bakteri dari
media pengayaan dan

Tabel 1. Pertumbuhan salmonella pada media BHIP


Gambar 1. Interpretasi hasil pada media BHIP positif keruh
Tabel 2. Pertumbuhan salmonella pada media SSA

Gambar 2. Interpretasi hasil pertumbuhan salmonella pada media SSA tidak ada
pertumbuhan koloni berwarna merah dengan titik hitam di tengah

Tabel 3. Interpretasi hasil positif salmonella pada media TSIA dan LIA

Tabel 4. Hasil positif salmonella


Pembahasan Clorine Compound dan setelah
Jenis penelitian yang dilakukan pencucian telur harus segera
dalam penelitian ini adalah penelitian dikeringkan. Ditemukanya bakteri
yang bersifat observasi laboratorik Salmonella sp dalam telur merupakan
yang bertujuan untuk mengidentifikasi salah satu indikasi bahwa perlakuan
keberadaan Salmonella Sp. Proses telur oleh produsen tidak sesuai
identifikasi terhadap sampel penelitian dengan standar yang ada. Hal ini
diawali dengan pengambilan sampel. berakibat pada penurunan kualitas
Dari hasil inokulasi pada media telur, karena lapisan kutikula pada
Brain Heart Infusion Broth (BHIB), kulit telur sebagai pertahanan terhadap
semua sampel positif keruh. bakteri hilang, sehingga bakteri
Selanjutnya diinokulasi pada media dengan mudah akan langsung masuk
Salmonella Shigella Agar (SSA). ke dalam telur.
Media Salmonella Shigella Agar Pada media TSIA dan LIA
(SSA) merupakan media spesifik yang hasil positif Salmonella pada kerabang
digunakan pada identifikasi bakteri telur berkaitan dengan kemampuan
Salmonella dan Shigella, sehingga transmisi vertikal maupun horizontal.
bakteri lain tidak dapat tumbuh pada Permukaan kerabang telur dapat
media tersebut. Untuk mengetahui terinfeksi Salmonella pada saat
adanya pertumbuhan koloni oviposisi dimana saluran reproduksi
Salmonella sp. pada media SSA bagian bawah ayam telah terinfeksi
ditandai dengan adanya pertumbuhan Salmonella. Infeksi pada kerabang
koloni berwarna merah dengan titik juga dapat berasal dari luar baik
hitam di tengah. kontaminasi dari feses maupun dari
Penanganan yang baik dan lingkungan (Howard et al., 2005).
benar terhadap telur bermanfaat untuk Kontaminasi pada putih telur
mencegah terjadinya kontaminasi berkaitan dengan kemampuan
Salmonella sp. Penyimpanan telur Salmonella dalam melakukan penetrasi
dalam suhu rendah sangat penting dari kerabang ke dalam isi telur dan
untuk mencegah pertumbuhan kemampuanya bertahan dalam putih
kontaminan Salmonella sp dalam telur telur. Kontaminasi dalam kuning telur
(Novitasari, 2008). Sistem dapat diperoleh dari transmisi vertikal
penyimpanan telur yang dilakukan Salmonella yang melakukan kolonisasi
oleh pedagang umumnya diletakkan pada ovarium dan menginfeksi folikel
pada tempat terbuka dan pada suhu preovulasi (Buck et al., 2004).
ruangan karena lebih praktis, hal ini Beberapa studi melaporkan
dapat memicu terjadinya kontaminasi bahwa Salmonella mudah melakukan
Salmonella sp pada telur tersebut. penetrasi melalui kerabang dan
Badan Standarisasi Nasional bereplikasi di dalam telur. Faktor yang
(2008) mengatur tentang standar telur mempengaruhi diantaranya waktu
ayam konsumsi melalui SNI No. 01- yang dibutuhkan untuk penetrasi,
3926-2008 bahwa persyaratan utama kualitas kerabang, putih dan kuning
telur aman dikonsumsi adalah harus telur, umur ayam, bentuk fisik, waktu
dalam keadaan bersih, jika telur dalam penyimpanan, genetik dan periode
keadaan kotor, dapat dibersihkan penyinaran (Raghiante et al., 2010).
dengan berbagai cara, antara lain
dengan menggunakan lap yang bersih Simpulan
dan kering serta pencucian Berdasakan hasil yang
menggunakan air hangat dengan suhu didapatkan, diperoleh hasil bahwa
35°C, atau menggunakan senyawa salmonella sp banyak ditemukan pada
bahan makanan yang memiliki
kandungan protein cukup tinggi seperti
telur. Terjadinya kontaminasi bakteri
pada telur biasanya terjadi karena
pengelolaan yang kurang tepat, seperti
penyimpanan ataupun pengolahan
yang tidak sesuai dengan standar yang
sudah ditetapkan.
Untuk memenuhi persyaratan
telur yang baik kondisi telur yang akan
dimakan harus dalam keadaan bersih.
Jika telur dalam keadaan kotor, dapat
dibersihkan dengan berbagai cara,
antara lain dengan menggunakan lap
yang bersih dan kering serta pencucian
menggunakan air hangat dengan suhu
35°C, atau menggunakan senyawa
Clorine Compound dan setelah
pencucian telur harus segera
dikeringkan. Selain itu, telur sebaiknya
disimpan di dalam tempat dengan suhu
yang rendah.

Daftar Pustaka
Rosanty Anita, Satya Darmayani, dan
Vina Vanduwinata. 2017. Identifikasi
Bakteri Salmonella sp. Pada Telur
yang dijual di Pasar Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal
Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kendari. Diakses dari
http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/biogenesis/art
icle/download/3429/3225 pada 11
November 2020.

Indrawati Agustin, Susanto Nugroho,


dan Trioso Purnawarman. 2015.
Deteksi Salmonella spp. pada Telur
Ayam Konsumsi yang Dilalulintaskan
melalui Pelabuhan Tenau Kupang.
Jurnal Fakultas Kedokteran Hewan
IPB. Diakses dari
https://journal.ipb.ac.id/index.php/acta
vetindones/article/view/11189 pada 11
November 2020.

Anda mungkin juga menyukai