Anda di halaman 1dari 7

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai penentuan kadar glukosa darah yang
bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa darah pada pasien. Seperti yang telah kita ketahui
glukosa adalah suatu monosakarida aldoheksosa yang terdapat dalam tubuh manusia dan
makhluk hidup lainnya. Dalam sel tubuh, glukosa dapat diubah menjadi glikogen dan sebaliknya
glikogen dapat diubah menjadi glukosa melalui reaksi biokimiawi yang bertahap. Penentuan
kadar glukosa ini dilakukan berdasarkan pada metode GOD-PAP (Martsiningsih & Gabrela,
2016).

Pemeriksaan glukosa darah metode GOD-PAP lebih banyak dilakukan di laboratorium


karena dianggap ketelitiannya lebih tinggi, sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat. Alat yang
digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah metode ini adalah spektrofotomoter. Pemeriksaan
glukosa darah metode GOD-PAP lebih banyak dilakukan di laboratorium karena dianggap
ketelitiannya lebih tinggi, sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat. Alat yang digunakan untuk
pemeriksaan glukosa darah metode ini adalah spektrofotomoter (Martsiningsih & Gabrela,
2016).

Glukosa darah adalah parameter untuk mengetahui penyakit diabetes melitus yang
dahulunya dilakukan terhadap darah lengkap. Karena eritrosit memiliki kadar protein yaitu
hemoglobin yang lebih tinggi sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap serum lebih
banyak glukosa. Glukosa darah di dalam tubuh berfungsi untuk bahan bakar bagi proses
metabolisme dan juga sumber energi utama bagi otak. Glukosa darah adalah gula yang terdapat
dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di
hati dan otot rangka (Martsiningsih & Gabrela, 2016).

Jumlah kadar glukosa dari pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang menunjukkan
jumlah nilai ≥140 mg/dl atau glukosa darah puasa menunjukan nilai >120 mg/dl ditetapkan
sebagai diagnosis diabetes melitus. Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan darah
lengkap seperti serum atau plasma. Serum lebih banyak mengandung air dari pada darah
lengkap, sehingga serum berisi lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap. Kadar glukosa
darah dapat ditentukan dengan berbagai metode berdasarkan sifat glukosa yag dapat mereduksi
ion-ion logam tertentu, atau dengan pengaruh enzim khusus untuk menghasilkan glukosa, yaitu
enzim glukosa oksidase. Enzim glukosa oksidase merupakan senyawa yang mengubah glukosa
menjadi asam glukonat (Martsiningsih & Gabrela, 2016).

Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting yang digunakan sebagai sumber
tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat. Glukosa berperan
sebagai molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh, sebagai sumber energy utama
bagi kerja otak dan sel darah merah (Indah, 2014).

Glukosa dihasilkan dari makanan yang mengandung karbohidrat yang terdiri dari
monosakarida, disakarida dan juga polisakarida. Karbohidrat akan konversikan menjadi glukosa
di dalam hati dan seterusnya berguna untuk pembentukan energy dalam tubuh. Glukosa tersebut
akan diserap oleh usus halus kemudian akan dibawa oleh aliran darah dan didistribusikan ke
seluruh sel tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa glikogen yang disimpan
pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Fungsi glukosa dalam tubuh
adalah sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme dan juga merupakan sember utama bagi
otak. Glukosa darah dikatakan abnormal apabila kurang atau melebihi nilai rujukan. Dalam
tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam
semua sel tubuh melalui aliran darah (Indah, 2014).

Hal yang harus dilakukan yaitu blangko reagen diukur terlebih dahulu panjang
gelombangnya untuk memastikan bahwa panjang gelombang yang dimiliki oleh blangko reagen
sesuai dengan panjang gelombang menurut literatur yaitu 546. Dan untuk melihat apakah reagen
tersebut murni atau tidak. Pengukuran pada panjang gelombang tersebut adalah karena pada
panjang gelombang tersebut hasilnya akan terdeteksi, sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa hasil yang terjadi adalah warna merah violet.

Praktikum ini dimulai dari menyiapkan specimen darah untuk dicentrifugasi yang
bertujuan untuk mendapatkan serumnya. Pertama melakukan pungsi vena dengan tabung merah
lalu dicentrifugasi 3000rpm selama 15 menit. Lalu disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
Setelah itu dilakukan pemipetan 500 µl reagen dan dimasukkan ke dalam tabung serologis yang
telah diberi label. Selanjutnya dipipet 5 µl akuades ; standar ; dan sampel serum kedalam
masing-masing tabung serologi sesuai label. Lakukan inkubasi dalam suhu ruang selama 10
menit. Dan dibaca dengan menggunakan spektrofotometer.
Pemipetan ini dilakukan dengan menggunakan mikro pipet bertujuan agar jumlah larutan
yang dipipet sesuai dengan yang diminta karena pada mikro pipet ini terdapat settingan volume
yang akan digunakan untuk memipet sehingga larutan yang akan kita pipet akan sesuai dengan
apa yang kita inginkan. Kemudian larutan standar tersebut diinkubasikan pada suhu 20°-25° C
(suhu ruangan) selama 10 menit. Alasan dilakukannya inkubasi ini karena pada reagen yang
terdapat dalam larutan standar tersebut mengandung enzim GOD-PAP. Enzim ini memerlukan
waktu tertentu untuk bereaksi secara optimum, sehingga dibutuhkan waktu inkubasi (Indah,
2014).

Metode GOD PAP ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yaitu

Kekurangan :

1. Memiliki ketergantungan pada reagen

2. Membutuhkan sampel yang banyak

3. Pemeliharaan alat dan reagen memerlukan tempat yang khusus dan membutuhkan biaya
yang cukup mahal (Indah, 2014)

Kelebihan :

1. Presisi tinggi

2. Akurasi tinggi

3. Relative bebas dari gangguan ( kadar hematocrit, vitamin C, lipid, volume sampel, suhu)
(Indah, 2014)

Dari praktikum yang telah dilakukan, berdasarkan nilai normal yang ditetapkan yaitu untuk
dewasa 74 - 105 mg/ didapatkan hasil pada sampel pertama probandus atas nama Novi Ary
Pratiwi dengan umur 19 tahun didapatkan hasil gula darah dengan metode GOD-PAP yaitu
absorbansi sebesar 67,60 mg/dL dimana hasil tersebut dibawah nilai normal. Dan sampel kedua
yang didapatkan sampel dari sanglah dengan pasien umur 37 tahun yaitu absorbansi sebesar
65,22 mg/dL nilai tersebut di bawah normal. Sedangkan sampel ketiga yang didapatkan dari
sanglah dengan pasien umur 52 tahun didapatkan hasil absorbansi sebesar 85,41 mg/dL. Dari
ketiga sampel tersebut, hanya sampel ketiga yang masih dalam rentang normal. Terdapat literatur
yang menjelaskan bahwa kadar glukosa dalam darah manusia normal adalah antara 80-100
mg/dL. Setelah makan makanan sumber karbohidrat, konsentrasi glukosa darah dapat naik
hingga 120-130 mg/dL, kemudian turun menjadi normal lagi. Dalam keadaan berpuasa
konsentrasi glukosa darah turun hingga 60-70 mg/dL. Pada orang yang sehat, gula darah ini
dikendalikan oleh hormon insulin. Yaitu hormon yang dibuat oleh pankreas, insulin ini
membantu glukosa dari darah masuk kedalam sel untuk menghasilkan tenaga. Tingkat gula darah
ini diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan didalam tubuh
(Mcmillin, 2010).

Apabila konsentrasi glukosa menurun karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi
tubuh, maka pankreas akan melepaskan glukagon. Yaitu hormon yang terdapat didalam sel-sel
hati. Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis.
Tetapi apabila kadar glukosa tinggi berarti pankreas tidak membuat cukup insulin. Atau, jumlah
insulinnya cukup namun tubuhnya tidak bereaksi secara normal. Biasa disebut dengan resistensi
insulin. Yaitu sel-sel didalam tubuh tidak memperoleh glukosa secukupnya untuk dijadikan
tenaga dan glukosa menumpuk didalah darah. Nilai rujukan glukosa adalah pada rentang 74-105
mg/dl. Kadar gula darah yang terlalu tinggi dinamakan hiperglikemia, sedangkan kadar glukosa
kurang dari normal dinamakan hipoglikomia (Mcmillin, 2010).

Hiperglikemia adalah istilah medis untuk keadaan di mana kadar gula dalam darah lebih
tinggi dari nilai normal. Kadar gula biasanya sedikit meningkat dari nilai normal sesaat sesudah
makan, tapi keadaan ini tidak dianggap hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung lama dan
terus menerus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi pada organ tubuh, misalnya
komplikasi mata, ginjal, jantung, dan lain-lain. Hiperglikemia dapat disebabkan oleh berbagai
hal, tetapi yang paling sering adalah oleh penyakit diabetes mellitus. Pada diabetes mellitus, gula
menumpuk dalam darah karena gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat
hormon yang membantu masuknya gula darah, yaitu hormon insulin, jumlahnya kurang atau
cacat fungsi. Hormon insulin diproduksi oleh pancreas (Mcmillin, 2010).

Selain penyakit diabetes mellitus, gula darah juga dapat meningkat pada keadaan berikut :

 Gangguan pankreas, misalnya peradangan atau kanker pankreas;

 Stres kejiwaan misalnya akibat konflik keluarga, rumah tangga, pekerjaan, dan lain-lain;
 Penyakit berat seperti serangan jantung, stroke, kecelakaan, kanker, dan lain-lain;

 Obat-obatan tertentu seperti prednison, estrogen, penghambat beta, glukagon, pil


kontrasepsi, fenotiazin, dan lain-lain (Mcmillin, 2010).

Hiperglikemia tidak menimbulkan gejala yang signifikan kecuali jika kadarnya sudah diatas 200
mg/dL. Hiperglikemia berat biasanya akan menyebabkan gejala-gejala berupa :

 Sering kencing

 Cepat haus

 Cepat lapar

 Pandangan kabur

 Rasa lelah

 Sakit kepala

 Susah berpikir dan berkonsentrasi.

Jika hiperglikemia berlangsung lama maka akan timbul komplikasi berupa kerusakan saraf,
kerusakan sistem kekebalan tubuh, pandangan kabur, kerusakan pembuluh darah, dan kerusakan
ginjal (Mcmillin, 2010).

Pengobatan yang dapat dilakukan, yaitu Hiperglikemia ringan atau sementara umumnya tidak
membutuhkan pengobatan medis. Untuk penderita seperti ini, pola hidup sehat berupa menu
makanan seimbang, olah raga teratur, berhenti merokok dan minum alkohol, mengelola stres dan
lain-lain, dapat menormalkan kembali kadar gula darah. Lain halnya dengan hiperglikemia berat
seperti pada penyakit diabetes mellitus. Hiperglikemia jenis ini diatasi dengan suntikan insulin
atau konsumsi obat antidiabetes seperti glibenklamid, metformin, dan lain-lain (Anzarkusuma,
Mulyani, Jus’at, & Angkasa, 2014).

Hipoglikemia adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula di dalam darah berada di
bawah kadar normal. Zat gula didapat dari makanan yang kita cerna dan serap. Molekul-molelul
gula tersebut masuk ke dalam aliran darah untuk selanjutnya disalurkan ke seluruh sel-sel yang
ada di jaringan tubuh. Namun sebagian besar sel-sel tubuh tidak bisa menyerap gula tanpa
bantuan hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Jika jumlah insulin terlalu banyak,
otomatis kadar gula darah akan menurun. Itu sebabnya hipoglikemia banyak dialami oleh
penderita diabetes karena mereka sering menggunakan insulin atau obat-obatan pemicu produksi
insulin guna menurunkan kadar gula di darah mereka. Namun bukan hanya insulin saja, terdapat
beberapa faktor lainnya, seperti pola makan yang buruk dan olahraga berlebihan, juga dapat
menyebabkan hipoglikemia (Anzarkusuma et al., 2014).

Gejala hipoglikemia antara lain :

 Lelah

 Pusing

 Pucat

 Bibir kesemutan

 Gemetar

 Berkeringat

 Merasa lapar

 Jantung berdebar-debar

 Sulit berkonsentrasi

 Mudah marah

Pengobatan yang dapat dilakukan jika terjadi hipoglikimia yaitu ketika kadar gula darah
terlalu rendah, maka makan sesuatu yang terbuat dari karbohidrat adalah solusinya. Jika
memiliki kondisi diabetes, cobalah untuk selalu menyediakan makanan ringan tinggi
karbohidrat. The American Diabetes Association merekomendasikan makanan ringan yang
mengandung setidaknya 15 gram karbohidrat seperti granola bar, buah segar atau kering, jus
buah, dan kukis. Namun sangat penting untuk mengetahui berapa gram glukposa dalam
setiap tablet sebelum di minum. Tunggu 15 menit setelah makan atau minum tablet glukosa,
kemudian melakukan tes gula darah lagi. Jika gula darah tidak ada kenaikan, makan lagi 15
gram karbohidrat atau tablet glukosa (Anzarkusuma et al., 2014).

Anzarkusuma, I. S., Mulyani, E. Y., Jus’at, I., & Angkasa, D. (2014). Indonesian Journal of
Human Nutrition. Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan
Rajegt Tangerang, 1(2), 135–148.

Indah, A. D. (2014). Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Vena Menggunakan
Metode Elektroda Dan GOD-PAP Dengan Metode Heksokinase. Journal Healthy Science,
4(2), 100.

Martsiningsih, M. A., & Gabrela, D. (2016). Gambaran Kadar Glukosa Darah Metode GOD-PAP
( Glucose Oxsidase – Peroxidase Aminoantypirin ) Sampel Serum dan Plasma EDTA
( Ethylen Diamin Terta Acetat ), 5(1), 5–8.

Mcmillin, J. M. (1990). Blood Glucose. Clinical Methods: The History, Physical, and
Laboratory Examinations., 662–665. https://doi.org/10.1185/03007995.2011.626760

Anda mungkin juga menyukai