Anda di halaman 1dari 10

GLUKOSA

Glukosa sejauh ini merupakan karbohidrat yang paling umum dan dikasifikasikan sebagai
monosakarida, aldosa, heksosa, dan merupakan gula produksi. Ia juga dikenal sebagai
dekstrosa, karena bersifat dekstrorotatori (artinya sebagai isomer optik adalah memutar
bidang cahaya terpolarisasi ke kanan dan juga asal untuk penunjukan D. Glukosa juga disebut
gula darah karena beredar dalam darah pada konsentrasi 65-110 mg/dL darah. Glukosa
awalnya disintesis oleh klorofil pada tanaman menggunakan karbon dioksida dari udara dan
sinar matahari sebagai sumber energi. Glukosa selanjutnya diubah menjadi pati untuk
disimpan.

Glukosa merupakan sumber energi utama pada organisme hidup. Glukosa darah atau kadar
gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam merupakan
prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain didalam tubuh seperti glikogen, ribose,
deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, glikolipid, glikoprotein dan
proteoglikan (Murray et al., 2003).
Dalam darah atau serum terdapat konsentrasi glukosa yang disebut glukosa darah, batas
normal konsentrasi seseorang yang tidak makan dalam waktu 3 atau 4 jam yang lalu sekitar
90 mg/dl. Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat sekalipun,
konsentrasi ini jarang meningkat diatas 140 mg/dl kecuali orang tersebut menderita diabetes
mellitus. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel
tubuh. (suprapti, 2008). Glukosa darah merupakan gula yang terdapat dalam darah yang
terbentuk dari metabolisme karbohidrat. Pemeriksaan glukosa darah merupakan salah satu
pemeriksaan dalam laboratorium klinik (Wulandari, 2016).

Glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula darah yang dilakukan seketika
waktu tanpa harus puasa atau melihat makanan yang ter-akhir diamakan. Nilai rujukan
glukosa darah sewaktu <110 mg/dl (Joyce, 2013). Metabolisme glukosa yang tidak berjalan
dengan baik dapat merusak organ-organ tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dapat
menyebabkan hiperglikemia dan penyakit Diabetes mellitus (Smeltzer et al.,2003).

Diabet es mellitus merupakan penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh
gagalnya pengaturan gula darah atau kelainan metabo- lisme karbohidrat. World Health
Organization (WHO), menyatakan prevalensi glukosa darah sewaktu (GDS) yang normal 2
jam setelah makan berkisar antara 80- 180 mg/dl. Kondisi yang ideal yaitu 80- 144 mg/dl.
Glukosa darah sewaktu (GDS) pada kondisi cukup 145- 179 mg/dl. Glukosa darah sewaktu
(GDS) pada kondisi buruk angka 180 mg/dl (masih dalam kategori aman).

Nilai rujukan untuk glukosa darah sewaktu normalnya <110 mg/dl. Untuk diabetes diatas
200 mg/dl. Namun sebenarnya kadar gklukosa darah normal atau tidak didalam darah, bisa
berubah sepanjang waktu, seperti sebelum makan dan sesudah makan. Nilai normal kadar
gula darah tiap waktu pada saat tidak makan selama 8 jam (puasa) <100 mg/dl, sebelum
makan 70-130 mg/dl, setelah makan (1- 2 jam) < 180mg/dl dan sebelum tidur 100-140 mg/dl
(David, 2016). Metode pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (GDP), Glukosa darah
sewaktu (GDS) dan glukosa 2 jam setelah makan digunakan untuk pemeriksaan gula darah
sewaktu (Darwis, et al, 2005). Kadar glukosa dalam darah perlu dilakukan pemeriksaan kadar
glukosa. Pemeriksaan glukosa darah dapat dilakukan dengan metode enzimatik, kimiawi serta
metode strip (Kristiana, 2015).

Metode glukosa oksidase (GOD-PAP) merupakan metode pemeriksaan yang spesifik untuk
melakukan pengukuran kadar glukosa dalam serum atau plasma melalui reaksi dengan
glukosa oksidasi (Faridah et al., 2011). Metode kimiawi sekarang sudah jarang digunakan
karena sensifitas pemeriksaannya kurang tinggi (Kristiana, 2015). Metode strip merupakan
metode sederhana yang banyak digunakan di laboratorium maupun masyarakat. Metode strip
penggunaan sampel darah kapiler / whole blood. Dalam mengukur glukosa dalam darah
kapiler digunakan strip katalisator spesifik (Suryaatmadja, 2003).

Menurut Penelitian yang dilakukan arini, pada bulan februari - Juni 2014 di Rumah Sakit dr.
Doris Sylvanus Palangkaraya bahwa banyak pasien yang melakukan pemeriksaan glukosa
darah dengan menggunakan nilai rata-rata kadar glukosa darah menggunakan sampel serum
yang langsung diperiksa adalah 162,2 mg/dl dan sampel sampel plasma yang langsung
diperiksa adalah 158,4 mg/dl sedangkan yang ditunda selama 2 jam diperoleh nilai rata-rata
sampe serum yang ditunda 2 jam adalah sebesar 156,4 mg/dl, sampel plasma 147,9 mg/dl,
perbedaan penuru-nan sampel serum adalah 3,5%, sedangkan pada sampel plasma 6,6%.

Gula darah sewaktu (GDS) merupakan parameter pemeriksaan kadar gula darah yang dapat
diukur setiap saat, tanpa memperhatikan waktu pasien terakhir kali makan. Sedangkan gula
darah puasa (GDP) adalah parameter pemeriksaan kadar gula darah yang diukur setelah
pasien berpuasa setidaknya 8 jam. Pemeriksaan GDS telah rutin dilakukan pada pasien stroke
iskemik akut. Namun, baru sedikit penelitian terdahulu yang menggunakan GDS dalam
menganalisis hubungan antara kadar gula darah dengan keluaran stroke iskemik akut.
Sementara itu, meski belum digunakan sebagai pemeriksaan rutin pada pasien stroke iskemik
akut, nilai GDP telah banyak digunakan dalam penelitian terdahulu dalam meneliti hubungan
antara gula darah dengan keluaran stroke.

Tes toleransi glukosa oral (TTGO) dapat dilakukan pada keadaan ditemukannnya gejala
klinis akan tetapi pada pemeriksaan laboratorium glukosa darah puasa (GDP) atau glukosa
darah sewaktu (GDS) tidak melebihi batas normal (cut off) atau sebaliknya. Pemeriksaan
TTGO dengan cara induksi glukosa secara oral mampu menstimulasi sekresi insulin sehingga
bisa mengatur kadar glukosa darah ke dalam rentang yang normal. Penelitian yang dilakukan
Stumvoll et al menunjukkan bahwa TTGO dapat mengevaluasi fungsi sel pankreas dan
sensivitas jaringan terhadap insulin. Selain itu, TTGO juga dapat menilai keadaan glukosa
darah puasa tergantung (GDPT) dengan nilai <140 mg/dL, Toleransi glukosa tergantung
(TGT) dengan kadar glukosa 140- 199 mg/dL. Pasien dinyatakan mengidap penyakit DM
apabila kadar glukosa darah dan pemeriksaan TTGO >200 mg/dL.

Serum adalah bagian darah yang tersisa setelah darah membeku. Pembekuan mengubah
semua fibrinogen menjadi fibrin dengan menghabiskan faktor V, VII dan protombin. Faktor
pembekuan lain dan protein yang tidak ada hubungan dengan hemostatis tetap ada dalam
serum dalam kadar sama seperti plasma. Di dalam serum normal tidak terdapat fibrinogen,
faktor V, VII dan XIII. Yang ada ialah faktor VII, IX, X, XI dan XII. Bila proses pembekuan
tidak normal serum mungkin masih mengandung sisa fibrinogen, produk perombakan
fibrinogen atau protombin yang tidak diubah.

Pemeriksaan glukosa darah metode GOD-PAP lebih banyak dilakukan di laboratorium


karena dianggap ketelitiannya lebih tinggi, sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat. Alat
yang digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah metode ini adalah spektrofotomoter.

Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan aetil-coenzim A. Jika
glukosa dioksidasi total maka akan menghasilkan karbondioksida, air, dan energi yang akan
disimpan didalam hati atau dalam bentuk glikogen. Hati dapat mengubah glukosa yang tidak
terpakai melalui jalur-jalur metabolic lain menjadi asam lemak yang disimpan sebagai
trigliserida atau menjadi asam amino untuk membentuk protein. Hati berperan dalam
menentukan apakah glukosa langsung dipakai untuk menghasilkan energy, disimpan atau
digunakan untuk tujuan structural [3].

LEMAK

Lemak memiliki fungsi sebagai cadangan energi tubuh. namun konsumsi lemak yang
berlebihan dapat meningkatkan resiko penyakit kronis seperti stroke, dan penyakit jantung
[24]. Lemak yang tinggi dalam darah akan meningkatkan kadar kolesterol terutama kolesterol
LDL dan menimbun didalam tubuh. Timbunan lemak lama kelamaan akan membentuk
plaque. Plaque dapat menyumbat aliran darah dan menyebabkan terjadinya aterosklerosis.
Aterosklerosis akan menimbulkan perubahan struktur pembuluh darah, sehingga
meningkatkan tekanan darah yang jika terjadi terus menerus akan menyebabkan hipertensi
[25].

Trigliserida atau yang sering disebut triasilgliserol adalah salah satu jenis lemak yang
terdapat dalam darah dan berbagai organ tubuh. Trigliserda dibentuk dari gliserol dan lemak
yang ada dalam makanan yang dikonsumsi secara berlebihan (Rachmat dkk, 2015).

Fungsi Trigliserida adalah memberikan energi ke otot jantung dan otot rangka sebagai
sekaligus untuk cadangan energi yang bisa dihasilkan banyak ATP. Trigliserida adalah
penyebab utama penyakit arteri dan sering dibandingkan kolestrol melalui lipoprotein uji
elektroforesis. Peningkatan konsentrasi trigliserida akan menyebabkan hiperlipoproteinemia
(Hasanah et al, 2020).
Peningkatan kadar trigliserida dapat disebabkan oleh kelebihan karbohidrat, lemak atau
lainnya. Akibatnya, terjadi penumpukan pada pembuluh darah sehingga menyebabkan
terganggunya metabolisme tubuh. Peningkatan kadar trigliserida akan menambah resiko
terjadinya stroke, diabetes, gangguan tekanan darah, dan penyakit jantung. Kadar trigliserida
didalam tubuh juga dapat membahayakan kesehatan apabila tidak di jaga kenormalan
kadarnya (Khaqiqiyah dkk,2018).

Untuk mendapatkan hasil tes yang akurat maka pemeriksaan laboratorium harus
menggunakan tiga tahap dalam pemeriksaan yaitu pra analitik, analitik dan pasca analitik.
Tahap pra analitik merupakan salah satu fase penting dari pemeriksaan laboratorium. Fase ini
meliputi persiapan pasien, pemberian identitas spesimen, pengambilan spesimen, pengolahan
spesimen, dan pengiriman spesimen ke laboratorium (Purbayanti 2015).

Tahap pra analitik ini dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan
laboratorium, sementara kesalahan analitik 25% dan kesalahan pasca analitik 14%. Tahap
analitik merupakan tahap untuk kalibrasi peralatan laboratorium, sampai dengan menguji
ketelitian-ketepatan dan uji spesimen. Tahap proses analitik merupakan tahap untuk mencatat
hasil pemeriksaan, interpretasi hasil sampai dengan pelaporan (Yaqin dan Arista, 2015).

Pada tahap pra analitik terdapat proses pengolahan spesimen, seperti pemeriksaan
trigliserida menggunakan sampel darah vena yang kemudian dilakukan proses pengolahan
sampel menjadi serum. Kenyataan di lapangan saat dilakukan Trigliserida terdapat perbedaan
dalam memperlakukan sampel darah pada saat pengolahan spesimen yaitu setelah
mendapatkan sampel darah vena langsung disentrifus tanpa dibekukan terlebih dahulu dengan
maksud untuk mempersingkat waktu (Adi dkk,2019). Seharusnya untuk mendapatkan serum
darah yang dibiarkan darah yang dibiarkan membeku terlebih dahulu pada suhu kamar
selama 20-30 menit. Darah tersebut kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama
15 menit (Permenkes, 2013).

Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan ester dengan
asam lemak, serta merupakan komponen utama selaput sel otak dan saraf delapan puluh
persen kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (pembentukan oleh hati) dan 20 persen sisanya
dari luar tubuh (makanan yang dikonsumsi ). Kolesterol adalah produk khas hasil
metabolisme hewan dan produk olahannya seperti kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju,
mentega, dan lainlainnya. Kolesterol yang berasal dari makanan jarang dalam bentuk
kolesterol bebas, biasanya berbentuk kolesterol dengan asam lemak atau sering disebut
esterkolesterol. Kolesterol hanya terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak terdapat
pada sel tumbuh-tumbuhan.

Sel-sel jaringan tubuh memerlukan kolesterol untuk tumbuh dan berkembang secara
semestinya. sel-sel ini menerima kolesterol dari low density lipoprotein (LDL). Meskipun
demikian jumlah kolesterol yang dapat diterima atau diserap oleh sel ada batasnya. Bila kita
makan banyak lemak jenuh atau bahan makanan yang akan kolesterol, maka kadar LDL
dalam darah kita tinggi. Kelebihan LDL akan melayang- layang dalam darah dengan risiko
penumpukan atau pengendapan kolesterol pada dinding pembuluh darah arteri yang diikuti
dengan terjadinya aterosklerosis.

Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat penting untuk
kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai sisi negatif terhadap
kesehatan. Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi, bagian dari
membran sel, mediator aktivitas biologis antar sel, isolator dalam menjaga keseimbangan
suhu tubuh, pelindung organ-organ tubuh serta pelarut vitamin A, D, E, dan K. Penambahan
lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur makanan menjadi lembut serta
gurih. Di dalam tubuh, lemak menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan protein dan karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram lemak yang dikonsumsi.
Komponen dasar lemak adalah asam lemak dan gliserol yang diperoleh dari hasil hidrolisis
lemak, minyak maupun senyawa lipid lainnya. Asam lemak pembentuk lemak dapat
dibedakan berdasarkan jumlah atom C (karbon), ada atau tidaknya ikatan rangkap, jumlah
ikatan rangkap serta letak ikatan rangkap. Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak
dibedakan menjadi asam lemak jenuh (saturated fatty acid/SFA) yaitu asam lemak yang tidak
memiliki ikatan rangkap. Sedangkan asam lemak yang memiliki ikatan rangkap disebut
sebagai asam lemak tidak jenuh (unsaturated fatty Acid (MUFA) memiliki 1 (satu) ikatan
rangkap, dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) dengan 1 atau lebih ikatan rangkap.
Jumlah atom karbon pada asam lemak berkisar antara 4 sampai 24 atom karbon, dengan
pembagian antara lain asam lemak rantai pendek/SCFA (2-4 atom karbon). rantai medium
/MCFA (6-12 atom karbon). dan rantai panjang/LCFA (>12 atom karbon). Semua lemak
bahan pangan hewani dan sebagian besar minyak nabati mengandung asam lemak meningkat
dengan bertambah panjangnya rantai karbon. Umumnya asam lemak yang menyusun lemak
bahan pangan secara alami terdiri atas asam lemak dengan konfigurasi posisi cis minyak
kelapa sawit, kedelai, jagung, canola dan kelapa.

Tidak Semua Asam Lemak Memiliki Sifat yang Sama


Salah satu komponen utama makanan memberikan dampak positif dan negatif terhadap
kesehatan adalah lemak yang mempunyai multifungsi, yaitu sebagai penyumbang energi
terbanyak (30% atau lebih dari energi total yang diperlukan tubuh) serta merupakan sumber
asam lemak esensial linoleat dan linolenat. Selain sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K,
lemak memberikan cita rasa dan aroma spesifik pada makanan yang tidak dapat digantikan
oleh komponen makanan lainnya. Sedangkan dampak negatif dari konsumsi lemak yang
berkaitan dengan aterogenik dapat terjadi bila konsumsi lemak lebih dari 30% dari kebutuhan
energi total.
WHO menganjurkan bahwa konsumsi lemak untuk orang dewasa minimum 20% dari energi
total (sekitar 60gram/hari). Konsumsi lemak pada masyarakat indonesia masih kurang dari
20% (di bawah kebutuhan minimum), dengan asumsi sebagian besar berasal dari pangan
nabati. Walaupun konsumsi lemak yang rendah dan didominasi oleh minyak nabati sekitar
80% dari lemak total, penyakit jantung koroner di Indonesia semakin meningkat dan
termasuk penyakit penyebab kematian urutan teratas. Menurut Marliyati, asupan lemak total
per hari pada masyarakat perkotaan sebesar 21,96% dan masyarakat perdesaan sebesar
19,08% dari energi total.
Asam Lemak Jenuh
Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA) adalah asam lemak yang tidak memiliki
ikatan rangkap pada atom karbon. Ini berarti asam lemak jenuh tidak peka terhadap oksidasi
dan pembentukan radikal bebas seperti halnya asam lemak tidak jenuh. efek dominan dari
asam lemak jenuh adalah peningkatan kadar kolesterol total dan K- LDL (kolesterol LDL).

Konsumsi lemak total maksimal per hari yang dianjurkan adalah 30% dari energi total, yang
meliputi 10% asam lemak jenuh (SFA), 10% asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan 10%
asam lemak tak jenuh jamak (PUFA). Studi epidemiologi menentukan bahwa makanan tinggi
lemak berhubungan erat dengan kanker usus dan kanker payudara. Asupan rendah lemak dan
tinggi serat seperti pada pola makan vegetarian dapat menurunkan jumlah penderita kanker.

Rerata asupan lemak jenuh untuk menurunkan kadar kolesterol LDL adalah <10% dari
energi total. Konsumsi tinggi lemak jenuh mengakibatkan hati memproduksi LDL dalam
jumlah besar yang berhubungan dengan kejadian penyakit jantung dan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah sehingga dapat menyebabkan trombosis. Namun, hal tersebut
tergantung pada jenis bahan makanan. Minyak kelapa dan kelapa sawit banyak mengandung
asam lemak jenuh (palmitat), tetapi jenis minyak ini tidak menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol darah. Hasil penelitian menyebutkan bahwa asupan asam lemak jenuh rantai
panjang (LCFA) menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah yang berbeda daripada
asam lemak jenuh rantai medium (MCFA). Perbedaan tersebut meliputi proses pencernaan
dan metabolisme di dalam tubuh serta menghasilkan produk- produk komponen zat bioaktif
yang berbeda pula. Dengan kata lain, setiap jenis golongan asam lemak mempunyai dampak
fisiologis dan biologis yang berbeda terhadap kesehatan.

Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal


Asam lemak tak jenuh tunggal (Mono Unsaturated Fatty Acid/ MUFA) merupakan jenis
asam lemak yang mempunyai 1 (satu) ikatan rangkap pada rantai atom karbon. Asam lemak
ini tergolong dalam asam lemak rantai panjang (LCFA), yang kebanyakan ditemukan dalam
minyak zaitun, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji kapas, dan kanola. Minyak
zaitun adalah salah satu contoh yang mengandung MUFA 77%. Secara umum, lemak tak
jenuh tunggal berpengaruh menguntungkan
kadar kolesterol dalam darah, terutama bila digunakan sebagai pengganti asam lemak jenuh.
Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) lebih efektif menurunkan kadar kolesterol darah,
daripada asam lemak tak jenuh jamak (PUFA), sehingga asam oleat lebih populer
dimanfaatkan untuk formulasi makanan olahan menjadi populer.

PROTEIN

Protein berasal dari Bahasa Yunani “proteios” yang memiliki arti pertama atau utama.
Seperti yang banyak diketahui, protein adalah zat makanan yang mengandung nitrogen yang
diyakini sebagai faktor penting untuk fungsi tubuh manusia, sehingga bisa dikatakan mustahil
akan muncul kehidupan tanpa adanya protein (Sediaoetama, 1985). Protein menjadi bagian
dari semua sel hidup dan bagian terbesar tubuh manusia setelah aur (Rismayanthi, 2006).
Protein merupakan makromolekul yang menyusun sebagian besar sel dalam tubuh manusia,
hidrogen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Berbeda dengan makronutrien lainnya
seperti karbohidrat dan lemak, protein lebih berperan penting dalam pembentukan
biomolekul daripada sumber energi. Protein juga berperan dalam menentukan ukuran dan
struktur sel, komponen utama dari sistem komunikasi antar sel, serta sebagai katalis berbagai
reaksi biokimia yang terjadi dalam sel (Fatciyaj et al., 2011).

Sumber protein dari alam untuk Manusia sebagaimana alam telah menyediakan segala
kebutuhan makhluk hidup, begitu juga untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh
makhluk hidup umumnya dan terlebih khusus pada manusia. Kebutuhan protein manusia bisa
terpenuhi dar bahan0bahan yang ada di alam, baik nabati maupun hewani. Sumber protein
dapat digolongkan menjadi 2, yaitu sumber protein konvensional dan juga sumber protein
nonkonvensional. Sumber protein konvensional bisa didapatkan dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein nabati (dari tumbuhan ) dan protein hewani (dari hewan).
Sedangkan sumber proteinkonvensional biasanya berupa sumber protein yang dikembangkan
untuk menutupi kebutuhan akan protein, yang biasanya berasal dari mikroba (bakteri, khamir
atau kapang) yang dikenal sebagai protein sel tunggalatau single cell protein, namun
produknya dalam makanan masih belum berkembang hingga sekarang.

Alur Pemrosesan Protein dalam Tubuh Manusia Melalui Sistem Pencernaan


Sel tubuh manusia hanya dapat menyerap suatu zat dalam bentuk yang sederhana. begitu
juga dengan protein, tubuh hanya bisa menyerapnya ketika protein sudah diuraikan dalam
bentuk yang paling sederhana yaitu asam amino, sehingga akan dapat bekerja dalam sistem
seluler. Penguraian protein dalam sistem pencernaan mengikutsertakan seluruh organ
pencernaan dan juga kerja dari beberapa enzim sesuai dengan serangkaian proses yang
berlangsung dalam sistem pencernaan.

● Pencernaan protein dalam rongga mulut dan kerongkongan


Proses pencernaan protein yang masih berupa makromolekul kompleks yang
berlangsung dalam rongga mulut dan kerongkongan melibatkan organ pemroses
makanan secara mekanik, seperti gigi, dan saliva berfungsi sebagai pelumas rongga
mulut. Keberadaan makanan dalam mulut akan merangsang kelenjar ludah untuk
mengeluarkan saliva. Saliva akan membasahi makromolekul kompleks yang
dihancurkan oleh gigi dan membuatnya menjadi semi padat, sehingga akan
memudahkan proses penelanan makanan. Kemudian lidah akan mendorong bolus
makanan memasuki kerongkongan. Dalam proses ini protein tidak atau belum
diproses, karena dalam saliva tidak mengandung enzim protease yang dapat
merombak protein.

● Pencernaan protein dalam lambung


Bolus- bolus yang sudah ditampung dalam lambung kemudian akan bereaksi dengan
enzim- enzim yang ada dalam lambung. Salah satu enzim yang ada pada lambung
yaitu enzim pepsin yang berasal dari getah labung. Enzim ini hanya akan terbentuk
jika asam lambun (HCL) bertemu dengan protein, HCL akan mengaktivasi
pepsinogen menjadi pepsin. kemudian penguraian rangkaian protein secara biokimia
akan mestimulus pepsin yang semula oasif menjadi aktif. Dalam hal ini, pepsin hanya
melalui proses pencernaan protein (Vahdatpour, et alll., 2016). Pepsin akan memecah
protein menjadi gugus molekul yang lebih sederhana yaitu pepton dan peptosa.
Setelah dipecah keduanya ini masih berupa polipeptida yang belum bisa diabsorbsi
oleh usus halus.

● Pencernaan protein dalam usus halus


Polipeptida yang dihasilkan dari reaksi sebelumnya akan bercampur dengan enzim
protease atau erepsin dalam usus halus. Enzim ini berasal dari pankreas yang
disalurkan melalui dinding membran. Protease mengandung beberapa prekursor
antara lain prokarboksipeptida, kimotripsinogen, tripsinogen, proelastase, dan
collagenase. Masing- masing prekursor protease ini akan menghidrolisis polipeptida
menjadi jens asam amino yang berbeda- beda. Tripsin dan kimotripsi memecah
molekul protein menjadi polipeptida kecil, proelastase dikeonversi menjadi elastase
yang mendigesti serat elastin pada daging (Vahdatpour, e all., 2016). Setelah protein
berhasil diurai menjadi asam amino, selanjutnya jonjot usus yang terdapat pada
dinding usus penyerapan akan menyerap asam amino yang dihasilkan dari proses
pencernaan protein untuk dikirimkan melalui aliran darah ke seluruh sel- sel tubuh.
Penjelasan mengenai keterkaitannya dengan sistem peredaran darah akan diperinci
dalam pembahasan selanjuntya.

● Pencernaan protein dalam usus besar dan anus


Absorbsi asam amino yaitu dengan difusi melintasi lapisan mucus sebelum absorbs
melintasi epitel. Kemudian asam amino akan memasuki kapiler sistem vena portal
atau lateal limfatik (Vahdatpour, et akk., 2016). Apabila asam amino yang dihasilkan
dari proses pencernaan protein sebelumnya menghasilkan asam amino dengan jumlah
yang berlebih, maka sisa yang tidak terserap oleh jonjot usus akan dirombah menjadi
senyawa- senyawa seperti amoniak (NH3) dan Amonim (NH4OH). selain itu, residu
makanan yang tidak bisa dicerna oleh tubuh seperti selulosa, sisa empedu dan sisa
cairan, akan masuk ke usus besar, epitel usus aktif akan menyerap kembali cairan
sehingga hasil residu berbentuk padat. Dan residu dari empedu memberikan warna
khas terhadap residu dari sistem pencernaan. Dan residu akan dikeluarkan dari dalam
tubuh manusia melalui reflek defekasi.

Derajat Cerna Tubuh Manusia Terhadap Protein


Presentase jumlah protein yang dapat dicerna, diserap dan atau dimetabolisme oleh tubuh
disebut dengan derajat cerna suatu protein. Derajat cerna protein nabati berbeda dengan
protein hewani, Hal ini dapat terjadi karena protein nabati terletak didalam sel yang
terlindungi oleh selulosa, sedangkan enzim yang bekerja dalam sistem pencernaan tidak dapat
menghidrolisiskan selulosa, sehingga akan sedikit sekali protein yang dapat diserap oleh
tubuh manusia.
Berbeda dengan protein hewani, protein ini mudah diserap dan juga dicerna oleh
enzim-enzim yang berada dalam sistem pencernaan. Protein hewani juga mengandung asam
amino dalam tubuh manusia dalam jumlah yang lengkap dan seimbang, selain itu juga
memiliki nilai gizi yang tinggi. sehingga protein hewani memiliki derajat cerna yang lebih
tinggi dibnadingkan dengan derajat cerna protein nabati.

Keterkaitan Fungsi Protein dari Pencernaan dengan Peredaran Darah Setelah Menjadi
Asam Amino
Sistem peredaran darah manusia terdiri atas beberapa organ penting yang menyusunnya
seperti darah, pembuluh darah dan jantung. Darah merupakan salah satu komponen penting
dalam sistem peredaran darah, karena ia berperan dalam mengantarkan substansi- substansi
yang diperlukan oleh setiap sel dalam jaringan dan organ tubuh manusia. darah sendiri
tersusun dari beberapa bagian, seperti plasma darah, eritrosit, leukosit dan juga trombosit.
Sebagian besar dari komposisi darah adalah terdiri dari plasma darah, yang mana plasma
darah tersusun atas manusia, seperti hormon, antbodi, nutrisi (vitamin, glukosa, asam amino,
lemak), berbagai garam (kalsium, natrium, kalium daan magnesium), gas (oksigen dan
karbon dioksida ), serta zat sisa metabolisme.
Setelah melalui proses pencernaan, asam- asam amino diserap ke dalam jaringan dinding
usus, kemudian dialirkan ke dalam kapiler darah dan melalui vena protae ke dalam hati.
Postprandial kadar asam amino di dalam darah teretrial meningkat lebih tinggi daripada d
dalam darah vena. Kenaikan kadar asam amino didalam plasma darah ini tidak menyolok,
karena asam- asam amino sangat cepat ditangkap oleh sel-sel tubuh, sehingga kadarnya di
dalam aliran darah tidak sampai memuncak tinggi (Diana, 2010).

Peran Besar Protein dalam Tubuh Manusia


Protein berperan penting secara struktural dan fungsional dalam semua sel makhluk hidup
dan juga virus, sebagian besar dari protein ini berbentuk enzim dan atau sub unit enzim.
Dalam kehidupan protein memegang peran penting, karena dalam setiap proses kimia dalam
tubuh akan berlangsung dengan baik atas partisipasi enzim biokatalisis. Protein berfungsi
dalam mentranspor dam menyimpan molekul lain seperti oksigen (Berg, et all., 2002), seperti
hemoglobin yang berada dalam eritrosit, yang berperan sebagai pengikat oksigen dalam
aliran darah juga merupakan protein. Begitu pula zat yang memiliki peran melawan bakteri
atau penyakit dan atau sebagai imun atau antigen adalah protein juga.
selain beberapa peran tersebut protein juga dibutuhkan untuk menunjang proses
pertumbuhan, perkembangan, pembentukan otot, pembentukan sel darah merah, pertahanan
terhadap penyakit, enzim, hormon, dan juga sintesis jaringan- jaringan lain dalam tubuh
manusia. Sebelum menjadi zat penyusun seperti hal tersebut sebagaimana telah tersebut
dalam penjelasan sebelumnya, protein terlebih dahulu di proses dalam sistem pencernaan
menjadi asam amino, setelah didistribusikan ke seluruh organ ataupun sel yang
membutuhkan, dan kemudian akan kembali dibemtuk menjadi protein tubuh dalam otot dan
jaringan lain. Selain mejadi zat penyusun dan seagaimana tersebut di atas, protein juga bisa
menjadi sumber energi jika kebutuhan karbohidrat dalam tubuh tidak terpenuhi.

Protein sebagai Zat Penyusun dalam Tubuh Manusia


Protein merupakan biomolekul raksasa yang fungsinya adalah sebagai penyusun
biomolekul seperti nukleoprotein (terkandung dalam inti sel,lebih tepatnya kromosom)
,enzim,hormon,antibodi,dan kontraksi otot. pembentuk sel-sel baru , pengganti sel-sel pada
jaringan yang rusak serta sebagai sumber energi ( sumantri ,2013). protein merupakan suatu
bentuk transisi dari asam amino yang sederhana menjadi suatu bentuk molekul tiga dimensi
yang mampu menghasilkan beragam aktifitas (Berg, et all.,2002). protein merupakan
penyusun tubuh manusia karena biomolekul merupakan senyawa-senyawa yang mengandung
karbon yang menyusun beberapa bagian sel hidup dan melakukan reaksi- reaksi kimia yang
memungkinkan sel tersebut tumbuh, mempertahankan diri, bereproduksi, dan menggunakan
cadangan energi. Biomolekul yang paling penting adalah asam nukleat, protein, karbohidrat,
dan lipid. Protein berperan aktif sebagai enzim, alat transpor, antibodi, hormon dan
pembentuk membran.
Pada biomolekul protein peran pertamanya secara umum adalah sebagai enzim, dimana
enzim ini berfungsi sebagai katalis dalam setiap reaksi kimia, berikut beberapa peran enzim
dalam tubuh:

● Dalam sistem pencernaan, enzim membantu organ untuk memecah molekul kompleks
menjadi molekul yang lebih simpel, seperti glukosa yang dengan dipecahnya menjadi
molekul yang lebih kecil glukosa dapat digunakan sebagai bahan bakar atau sumber
energi dalam tubuh manusia.

● Replikasi DNA, setiap bagian sel dalam tubuh manusia mengandung DNA. Di mana
setiap kali sel membelah DNA akan disalin dan replika sesuai dengan induk selnya.
Dalam hal ini enzim membantu membukakan untaian DNA dan juga menyalin
informasi yang ada dalam DNA tersebut.

● Enzim hati, hati berfungsi sebagai filter dari setiap makanan yang dimakan oleh
manusia, dan tak jarang juga tanpa sadar manusia memakan makanan yang
mengandung sesuatu yang berbahaya dan atau bersifat racun bagi tubuh, disinilah hati
akan memecah racun dalam tubuh dan untuk melakukannya hati memerlukan
berbagai macam enzim.

Anda mungkin juga menyukai