PENDAHULUAN
Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah,
urin, sputum (ludah dan dahak), cairan otak, ginjal, sekret-sekret yang
dikelurakan. Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia
dapat digunakan darah, urin, atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak
pemeriksaan kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi
hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit
dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu
menegakan diagnosis anemi (Anonim, 2012).
Pemeriksaan lemak darah meliputi kadar kolesterol toral, trigliserida,
HDL, dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan pada
pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien dengan
kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah jantung,
pasien dengan diabetes milletus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan
keluarga yang menunjukan peningkatan kadar lemak darah. Untuk
pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12-14 jam. Bila
pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena
peningkatan kadar trigliserida sebaiknay pemeriksaan diulang setelah
berpuasa > 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk
pemeriksaan kolesterol total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu
berpuasa. Selain itu dikenal pemerikasaan lipoprotein bila meningkat dapat
merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner (Anonim,
2012).
Maksud percobaan adalah untuk mengetahui kelainan pada darah
dengan bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur yang ada di dalam darah
atau komponen-komponen darah.
1
Prinsip percobaan adalah berdasarkan alat strip yang digunakan
kemudian diteteskan darah yang tersedia dan di baca pada alat glukometer.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
D. Komponen Pemeriksaan Dalam Kimia Darah
1. Glukosa Darah
Glukosa adalah bahan bakar karbohidrat utama yang
ditemukan dalam darah, dan bagi banyak organ tubuh, glukosa
merupakan bahan bakar primer. Glukosa diangkut dalam plasma
menuju seluruh bagian tubuh. Pada beberapa daerah di tubuh, glukosa
ditarik menyeberangi bantalan kapiler (capillary beds) dan langsung
digunakan sebagai sumber energi. Pada daerah-daerah lain, glukosa
diambil dan disimpan sebagai glikogen atau dikonversi menjadi
senyawa-senyawa intermedict berenergi tinggi semacam asam lemak
(Geoge H. Fried, 2005).
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar gula darah
dianjurkan dilakukan setiap tahun bagi mereka yang berusia di atas 45
tahun. Lebih awal lagi bagi wanita dengan faktor resiko tinggi,
misalnya yang memiliki riwayat keluarga penderita diabetes dan
pengidap kelebihan berat badan (Lanny Sustrani, 2006).
Setelah makan makanan tinggi karbohidrat, kadar glukosa
darah meningkat dari kadar puasa sekitar 80-100 mg/dL (~5 mM) ke
kadar sekitar 120-140 mg/dL (8mM) dalam periode 30 menit sampai
1 jam. Konsentrasi glukosa dalam darah kemudian mulai menurun,
kembali kerentang puasa dalam waktu sekitar 2 jam setelah makan.
Harus dicurigai adanya diabetes milletus (DM) apabila kadar glukosa
plasma vena yang diambil tanpa memandang kapan saat makan
terakhir (sampel “acak/sewaktu” glikosa darah) “jelas meningkat”
(yaitu ≥ 200 mg/dL), terutama pada penderita yang memperhatikan
tanda dan gejala klasik dari hiperglikemia kronik (polidipsia, poliuria,
penglihatan kabur, nyeri kepala, penurunan berat badan yang cepat,
kadang-kadang disertai mual dan muntah). Untuk memastikan
4
diagnosis tersebut, penderita berpuasa satu malam (10-16 jam), dan
pengukuran gula darah harus diulang. Nilai yang berkurang dari 115
mg/dL dianggap normal. Nilai yang lebih besar daripada 140 mg/dL
mengisyaratkan diabetes milletus (DM). Harus dilakukan pengukuran
hemoglobin terglikosilasi untuk menentukan tingkat hiperglikemia
selama 4-8 minggu terakhir. Nilai glukosa darah antara 115 mg/dL
dan 140 mg/dL adalah perbatasan (borderline), dan harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanut untuk menentukan apakah individu ini
mengidap gangguan toleransi glukosa (GTG) atau diabetes milletus
(Marks Dawn B, 2000).
2. Kolesterol total
Kolesterol merupakan molekul yang amfifilik karena memiliki
gugus hidroksil yang bersifat polar, tetapi memberikan sifat yang
lebih kaku pada membran sel daripada lipid membran yang lainnya,
kolesterol sendiri tidak larut dalam darah, untuk itu perlu berikatan
dengan pengangkutnya yaitu lipoprotein, yaitu low-density
lipoprotein (LDL) atau dikenal dengan lemak “ jahat” dan high-
density lipoprotein (HDL) yang dikenal dengan lemak ” baik” .
Kolesteril merupakan molekul yang penting dalam menentukan
membran. Selain itu, kolesterol juga bermanfaat sebagai prekursor
dari metabolisme hormon steroid, yaitu suatu substansi yang
mengatur berbagai macam fungsi fisiologis, misalnya perkembangan
seksual dan metabolisma karbohidrat. Berdasarkan penjabaran
tersebut diketahui bahwa kolesterol memiliki peran penting bagi
makhluk hidup. Meskipun demikian, kadar kolesterol yang terdapat
pada darah harus dalam jumlah yang tepat. Kolesterol dalam darah
tidak boleh berada dalam jumlah/kadar yang tinggi, karena ini dapat
menyebabkan penyakit hiperkolesterolimia, atau lebih dikenal oleh
5
masyarakat dengan penyakit kolesterol tinggi. Orang yang memiliki
kadar kolesterol terlalu tinggi pada darah memiliki resiko yang tinggi
terkena penyakit jantung koroner maupun stroke. Lipoprotein
merupakan ikatan dari beberapa kolesterol. Kolesterol bersifat tidak
larut dalam air sehingga diperlukan suatu alat transportasi untuk
beredar dalam darah yaitu apoprotein yang merupakan salah sau jenis
protein. Kolesterol akan membentuk kompleks dengan apoprotein
sehingga membentuk suatu ikatan yang disebut lipoprotein.
Lipoprotein ini dibagi menjadi 4 jenis :
a. Kilomikron : komponen utamanya adalah trigliserida (85-90%)
dan kolesterolnya hanya 6%. Fungsinya mentransfer lemak dari
usus dan tidak berpengaruh dalam proses arteriosklirosis.
b. VLDL (Very Low Density Lipoprotein) : Pre Beta Lipoprotein,
terdiri dari protein (8-10%) dan kolesteril (19%) dibentuk di hati
dan sebagian di usus. Fungsinya mengangkut triasil-gliserol.
c. LDL (Low Density Lipoprotein) : Beta Lipoprotein, terdiri dari
protein 20% dan kolesterol 45%. Fungsinya mentransfer
kolesterol dalam darah ke jaringan perifer dan memegang peranan
mentransfer fosfolipid membran sel, dibutuhkan untuk
pembentukan hati dari sisa-sisa VLDL, diambil oleh sel sasaran
melalui endositosis yang diperantarai reseptor.
d. HDL (High Density Lipoprotein) : Alpha Lipoprotein, disebut
juga Alpha-1-Lipoprotein dibentuk oleh sel hati dan usus.
Fungsing mentraspot kolesterol dari perifer ke hati dimana zat
tersebut dimetabolisasi dan diekskresi (Anonim, 2013).
3. Trigleserida
Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang dibawa dalam
aliran darah dan juga merupakan zat yang disimpan di dalam jaringan
6
sebagai hasil dari konversi sebagian besar jenis lemak di dalam tubuh.
Trigliserida yang ada dalam darah manusia tidak hanya berasal dari
makanan dan minuman yang dikonsumsi, melainkan juga dari hasil
produksi yang dilakukan sendiri oleh tubuh sebagai sumber energi.
Trigliserida merupakan hasil konversi kalori tidak terpakai dan
disimpan untuk menyediakan cadangan energi bagi tubuh. Hal
tersebut menyebabkan seseorang yang sering mengonsumsi kalori
melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh tuubuhnya, akan berisiko
memiliki kadar trigliserida tinggi.
Semakin tinggi kadar trigliserida, maka resiko untuk terkena
penyakit jantung dan sindrom metabolik juga berhubungan dengan
stroke. Kadar trigliserida dalam tubuh bisa diketahui melalui tes
darah. Berikut ini parameter kadar trigliserida yang bisa digunakan
sebagai acuan kesehatan.
Jumlah trigliserida dalam satuan Status
miligram per desiliter (mg/dL)
200-499 Tinggi
7
rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler,
kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada
infark jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan
mencapai puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST
akan normal kembali setelah 4-6 hari jika terjadi infark tambahan.
Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim
jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat
dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali
lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spetrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau
spekrofotometer, atau secara otomatis mengguanakan chemistry
analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah laki-laki: 0-50 U/L
Perempuan 0-35 U/L.
5. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Trasaminase)
SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Trasaminase) atau juga
dinamakan ALT (Alanin Aminotrasferase) merupakan enzim yang
banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis
dekstruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil sering
dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya
nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada kerusakan parenkim hati
akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.
SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan
untuk SGPT/ALT pada laki-laki adalah 0-50 U/L sedangkan untuk
perempuan adalah 0-35 U/L.
8
6. Asam Urat
Pada manusia, asam urat adalah produk akhir metabolism
purin. Purin (adenine dan guanin) merupakan konstituen asam
nukleat. Di dalam tubuh, perputaran purin terjadi secara terus
menerus seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA,
sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat
dalam jumlah substansial. Asam urat disintesis terutama dalam hati,
dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh xantin oksidase (Sacher
Ronald A, 2004).
Pemeriksaan laboratorim untuk memonitor kadar asam urat di
dalam darah dan urin. Pemeriksaan darah diperlukan untuk diagnosa
gout, sedangkan pemeriksaan urin untuk pria antara 2,1 sampai 8,5
mg/dL dan wanita 2,0 sampai 6,6 mg/dL. Bagi mereka yang lanjut
usia, kadar tersebut sedikit lebih tinggi. Rata-rata kadar normal asam
urat adalah 3,0 sampai 7,0 mg/dL. Bila lebih dari 7,0 mg/dL dapat
menyebabkan serangan gout dan dianggap berlebihan. Dan, bila lebih
dari 12 mg/dL dapat menyebkan terjadinya batu ginjal (Lanny
Sustrani, 2007).
7. Urea (Blood Ureum Nitrogen. BUN)
Urea adalah produk buangan dari hasil pencernaan protein
makanan yang dimakan. Protein mengandung nitrogen yang tidak
bisa dicerna tubuh dan harus dikeluarkan. Sebelum dikeluarkan,
nitrogen akan diubah bentuknya menjadi urea atau juga yang disebut
sebagai nitrogen urea. Normalnya, urea akan disaring oleh ginjal
untuk kemudian dikeluarkan bersama urin.
Secara umum, kadar BUN yang normal adalah antara 7-20
mg/dL. Namun kadar urea darah tiap orang bisa berbeda-beda,
tergantung usia dan jenis kelamin:
9
Laki-laki dewasa : 8-20 mg/dL
Wanita dewasa : 6-20 mg/dL
Anak-anak : 5-18 mg/dL
Jika lebih atau kurang biasanya dokter akan menambahkan tes
lainnya untuk melihat gambaran kesehatan ginjal secara keseluruhan.
Hasil nilai BUN ini akan diperngaruhi oleh konsumsi protein, kondisi
kehamilan, penuaan, dan juga obat-obatan yang dikonsumsi.
8. Kreatinin
Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin. Kreatin
sebagian besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam
penyimpanan energi sebagai keratin fosfat. Dalam sintesis ATP
(Adenisin Tri Phospat) dari ADP (Adenosin Diphospat), kreatin fosfat
diubah benjadi kreatin dengan kataliasi enzim keratin kinase.
Sejumlah kecil proses kreatinin diubah secara irreversible menjadi
kreatinin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh ginjal. Jumlaj kreatinin
yang dihasilkan oleh seseorang setara dengan masa otot rangka yang
dimiliki (Sacher, 2004).
Kreatinin dalam darah meningkat apabila fungsi renal
berkurang, bila pengurangan fungsi ginjal terjadi lambat dan
disampingnya massa otot juga menyusut secara berangsur-angsur,
maka ada kemungkinan kadar kreatinin dalam darah serum tetap sama
meskipun ekskresi per 24 jam kurang dari normal (Widman, 2009).
Kreatinin punya batasan normal yang sempit. Nilai batasan ini
menunjukkan semakin berkurangnya fungsi ginjal secara pasti.
Terdapat ikatan yang jelas antara bertambahnya nilai kreatinin dengan
derajat kerusakan ginjal, sehingga diketahui pada nilai berapa, perlu
dilakukan tindakan cuci darah.
10
2.2 Tujuan Pemeriksaan
Tujuan umum pengambilan sampel adalah:
a. Mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi.
b. Mendapatkan spesimen darah EDTA yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan morfologi sel darah tepi dan hitung jumlah trombosit.
c. Mendapatkan spesimen darah SITRAT yang memenuhi persyaratan
untuk pemeriksaan laju endap darah metode Weatergreen dan
pemeriksaan tes hemoragik.
d. Mendapatkan spesimen darah kapiler yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan golongan darah dan beberapa pemeriksaan rapid test
imunologi.
(GLUKOSA DARAH)
1. ACCU CHECK
2. ACCU CHECK Strip
3. Kapas alkohol dan kapas kering
4. Autocilik
5. Blood lancet
Spesiment : darah kapiler
Cara kerja :
12
Glukosa puasa: 75-126 mg/dL
(CHOLESTEROL)
13
Speciment : darah kapiler
Cara kerja:
(TRIGLISERIDA)
14
Alat dan Bahan:
Cara kerja:
15
D. SOP Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SOP PEMERIKSAAN KIMIA DARAH
Serum 50 µ
Laki-laki : ≤ 42 U/L
Perempuan :≤ 37 U/L
16
E.SOP Pemeriksaan Asam Urat
SOP PEMERIKSAAN KIMIA DARAH
(ASAM URAT)
Tujuan untuk screening test kadar asam urat darah seorang pasien
untuk membantu dokter dalam menegakan diagnosa
Cara kerja:
17
disediakan, alat akan menampilakn simbol tetesan
darah (insert blood).
3. Letakan sisi strip pada tetesan darah sehingga darah
masuk pada strip
4. Layar akan menampilakan hasil pemeriksaan asam urat
dalam satuan mg/dL
Nilai normal:
(SERUM CREATININ)
18
6. Reagen Creatinin
Cara kerja Pipet ke dalam tabung
Serum 100 µ
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tes kimia adalah tes darah yang mengukur tingkat beberapa zat dalam
darah (seperti elektrolit). Tes kimia akan menunjukkan kesehatan umum
seseorang, membantu melihat masalah-masalah tertentu, dan mencari tahu
apakah pengobatan ntuk masalah spesifik yang sedang seseorang alami
bekerja dengan baik. Yang termasuk ke dalam tes kimia darah adalah glukosa
darah, kolesterol, trigliserida, SGOT, SGPT, Asam urat, BUN, dan Kreatinin.
3.2 Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa kimia
dapat memahami serta menambah wawasan tentang pemeriksaan kimia
darah. Dan diharapkan agar meningkatkan pengetahuan serta keterampilan
dalam pelaksanaan pemeriksaan kimia darah.
20
LAMPIRAN
1. Berdasarkan penjabaran tersebut diketahui bahwa kolesterol memiliki peran
penting bagi makhluk hidup. Apakah mungkin jika kadar kolestrol dalam
darah tidak tepat?
Jawab :
Bukan tidak tepat tapi sudah di tentukan kadar kolestrol dalam darah jika
melebihi kadar tersebut maka akan mnyebabkn penyakit hiperkolesterolimia
2. Apakah cek darah yang dinyatakan normal, gula darah pun juga normal?
Jawab :
Jika pemeriksaan darah yang anda lakukan termasuk melihat kadar gula darah
dan dikatankan normal maka secara umum dapat dikatakan bahwa hasil
pemeriksaan darah anda dalam batas normal. Namun jika pemeriksaan yang
anda lakukan tidak termasuk pemeriksaan kadar gula darah makan tidak dapat
ditentukan apakah kadar gula darah anda berada dalam batas normal atau
tidak. Oleh karena itu untuk memastikan hal tersebut sebaiknya anda
konsultasi secara lansung pada dokter yang menyaran kan pemeriksaan darah
pada anda.
3. Kenapa dalam pemeriksaan kimia darah pada orang kolestrol itu disuru
berpuasa selama 12-14 jam?
Jawab :
Kita diharuskan berpuasa sebelum melakukan cek kolesterol, setidaknya
9– 12 jam. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai basal kolesterol dalam
tubuh, tanpa adanya intervensi. Di samping itu, cek kolesterol sebaiknya
dilakukan di pagi hari, setelah berpuasa pada malam sebelumnya. Nah,
kesimpulannya, cek kolesterol sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum
muncul berbagai gejalanya. Sebab dengan mengetahui kadar kolesterol dalam
tubuh, kita bisa menjaga kondisi kesehatan dan terhindar dari berbagai
penyakit yang disebabkan oleh kolesterol tinggi.
21
4. Jelaskan apa itu golongan darah, dan bagaiaman cara mengenalinya.
Jawab : Golongan darah ditentukan oleh tipe antigen dalam sel darah merah.
Antigen merupakan zat yang membantu tubuh dalam mengidentifikasi zat
asing yang berpotensi membahayakan tubuh. Saat tubuh mendeteksinya, zat
asing tersebut akan dihancurkan.
Golongan darah terbagi menjadi 4 macam, yaitu:
Golongan darah A (memiliki antigen A)
Golongan darah B (memiliki antigen B)
Golongan darah AB (memiliki antigen A dan B)
Golongan darah O (tidak memiliki antigen A maupun B)
Golongan darah juga ditentukan oleh faktor Rh. Penjelasan lengkapnya
adalah sebagai berikut:
1. Rhesus positif (Rh+)
Orang dengan Rh+ memiliki antigen Rh di dalam sel darah merah. Rh+ dapat
menerima Rh+ maupun Rh-.
2. Rhesus negatif (Rh-)
Orang dengan Rh- tidak memiliki Rh antigen. Mereka hanya menerima darah
dari orang dengan golongan darah Rh-.
Tipe darah A, B, AB,
O, dan Rh inilah yang menjadi komponen penyusun golongan darah Anda.
Secara keseluruhan terdapat 8 macam golongan darah, yakni; A+, A-, B+, B-,
AB+, AB-, O+, dan O-.
DAFTAR PUSTAKA
http://biomedika.co.id/v2/services/laboratoriym/33/pemeriksaan-kimia-klinik.html
23
Fried, George H dan Hademenos George J. 2005. Biologi. Jakarta: Erlangga
https://hellosehat.com/kesehatan/tes-kesehatan/kimia-darah/
https://www.alodokter.com/trigliserida.html
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/kadar-urea-darah-kerusakan-ginjal/
24