GLUKOSA DARAH
Disusun Oleh :
Ni Putu Ratna Adyatmi Swari (1502405001)
Made Laurentina (1502405002)
Ni Nyoman Ayu Noviyanti (1502405005)
Ida Ayu Kade Rizki Adumiani (1502405006)
Putu Imas Audina (1502405007)
Made Prashanti Pradayani (1502405008)
Teori:
Penetapan kadar gula glukosa darah merupakan salah satu pemeriksaan
kimia darah yang paling sering dilakukan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
terhadap darah, plasma atau serum.
Bermacam macam cara yang digunakan dalam penetapan kadar glukosa
darah, baik secara makro (dengan menggunakan darah vena) maupun secara
mikro (memakai darah kapiler).
Cara yang sering digunakan pada dasarnya dapat dibedakan dalam beberapa
golongan antara lain:
1. Penetapan kolorimetri berdasarkan sifat mereduksi dari glukosa, misalnya
metode Follin-Wu dan Somogy-Nelson.
2. Penetapan dengan cara titrasi berdasarkan sifat mereduksi glukosa
(Iodometri), misalnya metode Hagendorm-Jensen dan Somogyi-Schaffer-
Hartmann.
3. Pembentukan kompleks berwarna oleh glukosa dengan suatu zat, misalnya
metode O-Toluidin.
4. Reaksi enzim dengan menggunakan glukosa oksidase yang merupakan
cara yang paling sering digunakan, H2O2 yang terbentuk akan
mengoksidasi zat kromogen seperti O-dianisidin (CH3.C6H3.(NH2)2).
Tujuan Praktikum:
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah dengan menggunakan metode O-
Toluidin yaitu dengan cara membandingkan larutan standard an larutan sample
pasien.
Teori:
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat dimana-mana dalam
biologi. Hal itu terjadi karena glukosa dibentuk dari formaldehida pada keadaan
abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang
lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa,
dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara
nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi (glikosilasi) mereduksi
atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim.
Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh, dikenal juga
sebagai gula fisiologis. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang
mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah.
Sedangkan dalam tumbuhan Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan selama
fotosintesis adalah precursor dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan, yaitu sukrosa,
pati dan selulosa.
Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami
gluconeogenesis. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan akan glukosa pada saat
karbohidrat tersedia dalam jumlah yang cukup dalam makanan. Pasokan glukosa
yang terus menerus diperlukan sebagai sumber energi, khususnya bagi sistem
saraf dan eritrosit.
Glukosa juga diperlukan di dalam jaringan adiposa sebagai sumber
gliserida-gliserol dan mungkin glukosa juga mempunyai peran di dalam
mempertahankan kadar intermediet pada siklus asam sitrat di seluruh jaringan
tubuh. Selain itu, glukosa merupakan satu-satunya bahan bakar yang memasok
energi bagi otot rangka pada keadaan anaerob.
Kadar glukosa dalam tubuh makhluk hidup dapat digunakan untuk
memprediksi metabolisme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan
gula yang tersedia. Jika
kandungan glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan
mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi.
Namun jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum, maka asam
piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik
secara anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan
memenuhi kadar normal glukosa dalam darah.
Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di
dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energy
untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang
sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah
makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang
makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan
oleh gagalnya pengaturan gula darah.
Meskipun disebut “gula darah”, selain glukosa, kita juga menemukan
jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya
tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin.
Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang
bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah,
fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran.
Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan
tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang
berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf.
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negative untuk
mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh
pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang
menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen
menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam
aliran darah,hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah
meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan,
hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas.
Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak
glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut gliokogenesis, yang mengurangi
level gula darah.
Adapun prinsip dari pengukuran kadar gula dalam darah dengan metote o-
toluidine ini adalah protein darah diendapkan dengan asam trikloroasetat. Glukosa
berkonjugasi dengan O-Toluidin dalam asam asetat panas membentuk senyawa
biru-hijau. Dengan cara ini dapat ditetapkan kadar glukosa yang lebih tepat dalam
suatu larutan. Galaktosa akan memberikan reaksi yang sama dan dapat
mengganggu pemeriksaan.
Pereaksi:
- Asam trikloroasetat (TCA) 10%
- O-Toluidin dalam asetat glasial.
- Standard glukossa 1 mg/ml.
Cara kerja:
1. Sediakan 4 tabung centrifuge (1,2,3,4) masukkan dengan pipet volumetrik
ke dalam tabung
1), 0,1 ml darah serum
2), 0,1 ml darah serum
3), 0,1 ml larutan standard
4), 0,1 ml aquadest
2. Tambahkan pada ke empat tabung 1,0 ml TCA 10%.
3. Pusinglah tabung 1 dan 2 (darah/serum) selama 5 menit.
4. Ambillah dari tabung 1,2,3 dan 4 masing-masing 0,5 ml larutan dan
campur di dalam tabung reaksi dengan 2,0 ml larutan O-Toluidin.
5. Panaskan keempat tabung reaksi tersebut pada penangas air mendidih tepat
selama 8 menit. Dinginkan segera dibawah kran.
Perhitungan:
Kadar glukosa darah (mg%) = RU X 0,1 X 100
RS 1
Keterangan:
Ru = Absorbsi dari sample
Rs = Absorbsi dari standar
Hasil Kerja :
Keterangan:
Ru = Absorbsi dari sample
Rs = Absorbsi dari standar
Diketahui:
RU1 = 0,124 merupakan absorbsi dari sample 1
RU2 = 0,107 merupakan absorbsi dari sample 2
RS = 0,029 merupakan absorbsi dari larutan standar
Jawab:
RU total =
= 0, 1155
=
= 39, 8275862 mg%
Pembahasan:
Pada percobaan di atas untuk aquadest absorbansinya adalah 0 karena
tidak terdapat glukosa atau yang disebut juga blanko. Kadar glukosa darah pada
percobaan tersebut adalah 39,8 mg%, hal ini menunjukkan bahwa pasien yang
diambil darahnya mengalami hipoglikemia karena kadar normal glukosa darah
setelah puasa dengan metode O-Toluidin adalah 60-100 mg%.
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kandungan glukosa dalam darah
dengan menggunakan metode O-Toluidine. Metode ini merupakan metode yang
mudah dilakukan. Metode ini merupakan metode non enzimatis yaitu tidak
menggunakan enzim melainkan dengan hanya menambahkan larutan O-Toluidine
pada sampel darah yang telah dipreparasi sebelumnya dengan menambahkan
larutan TCA (Tri Kloro Asetic Acid) 10% yang bertujuan untuk mengendapkan
dan mendenaturasi protein yang terkandung di dalam darah secara sempurna.
Selain itu juga dilakukan penambahan aquadest untuk mengencerkan konsentrasi
dari sampel sehingga volumenya menjadi meningkat. Larutan di pusingkan
selama 5 menit, hal ini bertujuan untuk memisahkan glukosa dengan komponen
protein dalam serum sehingga komponen protein akan mengendap sedangkan
glukosa akan melarut dalam supernatan. Selanjutnya supernatan diambil dan
ditambahkan dengan pereaksi O-Toluidin. Glukosa yang berada pada supernatan
bereaksi dengan O-Toluidin dalam asam asetat panas dan menghasilkan senyawa
berwarna hijau kebiruan. Penggunaan suhu tinggi bertujuan untukmeningkatkan
energi kinetik reaksi yang terjadi. Setelah itu langsung dimasukkan ke dalam air
dingin yang bertujuan untuk menghentikan reaksi. Setelah larutan dingin,
dilakukan pembacaan absorbasi dengan alat spektrofotometer dan dilakukan
perhitungan.
PRAKTIKUM IV-2
Penentuan kadar Hemoglobin dalam darah dengan Metode
Cyanmet-Hb
Tujuan Praktikum:
Untuk menentukan kadar hemoglobin yang terdapat dalam darah dengan metode
Cyanmet-Hb.
Teori:
Saat ini cara penentuan yang dianggap paling tepat adalah dengan metode
Hemoglobin Sianida (Rekomendasi oleh assosiasi Jerman dan Assosiasi Ropas
untuk ematologi). Penetapan Sahli dengan Hematin dipakai lagi sebab
kemungkinan kesalahan sangat besar.
Prinsip:
Hb dioksidasi menjadi Met-Hb dengan K-ferrisianida (Potassium
Hexasianoferrat III). Hemoglobin kemudian direaksikan dengan K-Sianida
membentuk Hemoglobin Sianide (Cyanmet Hb), dapat diukur secara
Spektofotometrik.
Alat-alat:
Spektrofotometri atau fotometer atau kolorimeter
Pipet otomatis
Pipet volume 5 ml
Reagent:
Larutan pereaksi yang mengandung
Larutan Hexacyanoferat 200 mg
Potassium Cyanide 50 mg
Potassium dihidrogen phospate 140 mg
Detergen Solutions
Larutan standard Hemoglobin Cyanide
Cara kerja:
1. Masukkan dengan pipet ke dalam tabung reaksi:
Larutan pereaksi 5 ml
Darah sebanyak 20 l (menggunakan pipet otomatis).
2. Setelah mengosongkan pipet otomatis cucilah pipet tersebut dengan cara
memasukan dan mengeluarkan larutan pereaksi yang terdapat di dalam
tabung reaksi.
3. Campurkan hingga homogen, dengan cara mengaduk larutan
menggunakan batang pengaduk. Tunggu minimal 3 menit. Kemudian ukur
absorbance sampel tersebut pada panjang gelombang 540 nm.
CHb =
=
dimana:
CHb = Konsentrasi Hb
A = Absorbance
St = Standard
S = Sampel
Hb st = mg Hb/dl larutan standard
251 = Faktor pengenceran
1000 = Faktor konversi dari mg ke gr Hb
KURVA KALIBRASI
Jika pemeriksaan dilakukan dengan fotometer sederhana atau kolorimeter
atau filter foto meter dengan filter lain selain Hg 546 nm tanpa mengukur
standard, sangat penting untuk membuat kurva kalibrasi dan mengadakan
pengecekan kembali kurva ini dengan interval yang cukup sering.
Kurva kalibrasi harus selalu diperiksa jika prosedur pemeriksaan berbagai
macam. Untuk membuat plot dari kurva kalibrasi, tentukan harga absorbance dari
larutan standard hemoglobin dari satu set ampuls dari hemoglobin cyanide
standard menurut DIN Merck dan buatlah plot pada sistem koordinat linier, harga
absorbance yang didapat dengan konsentrasi yang ditunjukkan pada ampuls. Plot
ini seharusnya berupa garis lurus melewati asal dari sistem koordinat. Jika tidak
demikian, maka pemeriksaan selanjutnya hendaknya dilakukan dengan berbagai
konsentrasi, sampel kurva yang dikehendaki dapat terwujud. Untuk maksud ini,
maka standard seperti yang tersusun secara skematis diketahui bahwa harga-harga
angka yang tertera hanya ditunjukkan dengan konsentrasi: 23,9 mg/100 ml, 51,8
mg/100 ml dan 79,7mg/100 ml hemoglobin cyanide, sesuai dengan konsentrasi 6
gr/100 ml dan 20gr/100 ml hemoglobin.
No Konsentrasi Larutan Larutan Konsentrasi Larutan Hb
Hemoglobin standard pereaksi Hemoglobin gr/dl
cyanide cyanide
mg/dl
1 79,7 5,0 0,0 79,7 20
2 79,7 4,0 1,0 63,7 16
3 51,8 5,0 0,0 51,8 13
4 51,8 4,0 1,0 41,9 10,4
5 23,9 5,0 0,0 23,9 6
6 23,9 3,0 2,0 14,35 3,6
7 23,9 1,0 4,0 4,78 1,2
SFESIFIKASI
Hemoglobin, Oxyhemoglobin, Carboxyhemoglobin dan Methemoglobin
semuanya dikonversikan menjadi hemoglobin cyanide, kecuali Verdo-globin dan
Sulfhemoglobin.
Catatan
Karena mengandung cyanide, maka larutan pereaksi beracun. Diingatkan
jangan menggunakan mulut, serta pakailah buret, pipet otomatis atau gelas ukur
untuk mengukur volume dari larutan tersebut.
PENAFSIRAN
Hb menurun dalam keadaan anemia
Hb meningkat pada polyglobulinemia dan polisitemia dan kelainan
endokrin.
Hb meningkat nyata pada dehidrasi.
HASIL PENELITIAN
Pengukuran standard dengan filter Hg 546 nm :
CHb = A x 36,6 gr Hb/dl
= 0,362 A x 36,6 gr Hb/dl
= 13,25 gr Hb/dl
PEMBAHASAN
Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel darah merah yang
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh dan karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru.
Pada Praktikum kali ini, digunakan metode Cyanmet-Hb. Dalam percobaan ini
kami menggunakan darah perempuan, dimana darah yang diperlukan untuk
percobaan sebanyak 20 mikro liter. Terlebih dahulu ambil 5 ml larutan pereaksi
kemudian untuk percobaan sebanyak 20 mikro liter darah lalu dicampurkan
hingga homogen, dengan cara mengaduk larutan menggunakan batang pengaduk.
Tunggu minimal 3 menit, kemudian ukur absorbance sampel tersebut pada
panjang gelombang 540 nm. Didapatkan hasil dari percobaan kelompok kami
mengukur Hb dengan metode Cyanmet-Hb yakni 13,25 gr Hb/dl. Penetapan
kadar hemoglobin adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui jumlah kadar
hemoglobin yang di miliki oleh seseorang agar di ketahui kadar hemoglobin
seseorang dalam keadaan normal atau tidak. Kondisi tubuh seseorang
mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah, selain itu jenis kelamin juga
sangat berpengaruh terhadap kadar hemoglobin seseorang. Kadar hemoglobin
normal untuk perempuan adalah 12-16 gr Hb/dl. Dan dari hasil penelitian
didapatkan hasil yakni 13,25 gr Hb/dl. Jadi dapat disimpulkan bahwa Kadar
Hemoglobin perempuan tersebut dikatagorikan normal.