GLUKOSA DARAH
Kelompok 9 :
Ekawisudawati J3L112185
Vidya Maela Rasep J3L112109
Muhammad Mustofa Kamal J3L112035
Tujuan
Percobaan bertujuan mengetahui prinsip biokimia pada penentuan glukosa
darah, dapat melakukan penentuan kadar glukosa darah, dan menghubungkan
konsentrasi glukosa darah dengan kondisi kesehatan tubuh.
Metode
Alat-alat yang digunakan adalah pipet mohr, taung reaksi, rak tabung
reaksi, Erlenmeyer, kertas saring, gelas piala, corong, Bunsen, spektrofotometer,
kuvet, dan pipet tetes.
Bahan-bahan yang digunakan darah ayam segar, aquades, larutan Na-
wolframat, larutan H2SO4, kertas saring, standar glukosa, larutan kupritartat, dan
larutan fosfomolibdat.
Penentuan glukosa darah dilakukan dengan cara ke dalam Erlenmeyer
dipipet 1 ml darah segar, ditambahkan 7 ml aquades, 1 ml Na-wolframat 10%, dan
1 ml H2SO4 0,67 N pertetes. Larutan dicampurkan secara merata dan dibiarkan 10
menitsetelah 10 menit disaring. Disiapkan 3 tabung reaksi. tabung 1 diisi dengan 1
ml filtrat dan 1 ml kupritartat. Tabung 2 diisi dengan 1 ml standar glukosa dan 1
ml kupritartat. Tabung 3 diisi dengan 1 ml aquades dan 1 ml kupritartat. Selama 8
menit tabung dipanaskan kemudian didinginkan dan diencerkan dengan 7 ml
aquades. Ketiga tabung masing-masing ditambahkan 1 ml fosfomolibdat secara
bersamaan. Intensitats warnanya diukur pada panjang gelombang 660 nm. Dan
dihitung kadar glukosa darah dalam mg/dl.
Hasil Pengamatan
Tabel 1 Penentuan kadar glukosa dalam darah
Larutan Absorbansi (A) Kadar glukosa darah (mg/dl)
Blanko 0,000 -
Standar 0,007 -
Sampel 1 0,005 71,43
Contoh perhitungan :
𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
[𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎] = [𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟]
𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
0,005
[𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎] = [1 𝑚𝑔/𝑚𝑙]
0,007
[𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎] = 0,7143 𝑚𝑔/𝑚𝑙
[𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎] = 71,43 𝑚𝑔/𝑑𝑙
Pembahasan
Metode Follin-Wu merupakan salah satu metode analisis kuantitatif gula
dalam darah. Prinsipnya adalah darah bebas protein yang mengandung gula
direaksikan dengan larutan kupritartat dalam suasana basa. Ion kupri akan
direduksi oleh gula dalam darah menjadi kupro dan mengendap menjadi Cu2O.
Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan
menjadi biru tua, karena ada oksida Mo. Banyaknya Cu2O yang terbentuk
berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat yang
berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu2O karena oksida Mo yang
dapat diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 660 nm. Spektrofotometer adalah semacam alat ukur yang
bekerja berdasarkan prinsip spektrofotometri. Prinsipnya adalah berdasarkan
penyerapan panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan
Hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik melewati suatu media, maka
sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian dipancarkan
(Khopkar 1990).
Berdasarkan percobaan darah yang digunakan sebagai sampel adalah
darah ayam segar. Tahap awal yang dilakukan adalah preparasi sampelnya dengan
penambahan pereaksi diantaranya aquades, larutan Na-wolframat, larutan H2SO4,
larutan kupritartat, dan larutan fosfomolibdat. Fungsi penambahan aquades adalah
mengencerkan darah sehingga albumin dalam darah akan larut oleh akuades.
Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh
panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur. Penambahan Na-
wolframat bertujuan mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. Sedangkan
H2SO4 berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan
albumin oleh Na-wolframat. Dengan mengendapnya albumin ini maka filtratnya
akan bebas protein. Larutan kupritartrat ditambahkan untuk membentukan warna
biru ketika ditambahkan pereaksi fosfomolibdat, karena larutan ini mengandung
asam laktat dan ion Cu+. Hal ini sesuai dengan prinsip uji tauber yang
memberikan hasil positif (warna biru) pada larutan yang mengandung
monosakarida (glukosa). Penambahan H2SO4 bertujuan menciptakan suasana
asam karena reaksi dengan fosfomolibdat terjadi pada suasana asam. Fungsi
pemanasan selama 8 menit bertujuan untuk mempercepat reaksi dan untuk
menambah laju reaksi Cu2O, sementara pendinginan dimaksudkan untuk
menghentikan laju reaksi dari Cu2O itu sendiri (Poedjiadji 1994).
Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah mengukur absorbansi dari
sampel, dan standar glukosa sehingga diperoleh absorbansinya. Berdasarkan
percobaan absorbans dari standar glukosa adalah 0,007 A dan absorbans sampel
0,005 A. sehingga diperoleh kadar glukosa darah pada darah ayam segar adalah
71,43 mg/dl.
Metode Folin-Wu memiliki keuntungan diantaranya hanya dibutuhkan dua
pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, prosesnya yang sederhana, dan proses
filtrasi lebih cepat. Namun, kekurangannya pereaksi yang digunakan adalah
fosfomolibdat yang mudah teroksidasi maka hasil pengukurannya dengan
spektrofotometer dapat mengalami kesalahan karena warna akan berangsur-
angsur memudar dibandingkan dengan larutan standar glukosa dengan perlakuan
yang sama.
Metode lain dalam penentuan kadar glukosa dalam darah Metode
Samogyi-Nelson dan metode Ortho-Tholuidin. Perbedaannya dengan metode
Follin –Wu adalah dari prinsip kerjanya. Metode Samogyi-Nelson prinsipnya
pemeriksaan ini adalah filtrat mereduksi Cu dalam larutan alkali panas dan Cu
direduksi kembali oleh arseno molibdat membentuk warna ungu kompleks.
Sedangkan metode Ortho – tholuidin prinsipnya dimana glukosa akan bereaksi
dengan ortho -tholuidin dalam asam acetat panas membentuk senyawa berwarna
hijau. Warna yang terbentuk diukur serapannya pada panjang gelombang 625 nm.
Kadar glukosa darah normal pada manusia adalah 70-110 mg/dl. Bila gula
darah dalam tubuh memiliki tingkatan yang rendah akan mengakibatkan suatu
peristiwa yang disebut dengan Hipoglikemia, yakni suatu keadaan dimana kadar
gula darah (glukosa) secara sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada
penderita diabetes yang memiliki kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl. Jika
seseorang yang memiliki penyakit diabetes dan mengalami hipoglikemia akan
menunjukkan gejala seperti perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa
mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Begitu pula sebaliknya, jika kadar
gula darah dalam tubuh melambung tinggi diatas batas normal, maka seorang
penderita akan mengalami Hiperglikemia yakni suatu kondisi peningkatan
glukosa darah yang berada diatas normal sekitar 80-90 mg/dl atau bahkan
mencapai hingga 140-160 mg/dl darah. Akibat yang ditimbulkan dari kadara gula
darah yang tinggi menyebabkan suatu faktor resiko dari masalah kesehatan tubuh
lainnya seperti kerusakan pada mata, gangguan fungsi ginjal dan kerusakan syaraf
yang dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Metabolisme yang terjadi ketika gula darah yang melambung tinggi
kadarnya dalam tubuh disebabkan oleh terjadinya percepatan pada proses
metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi pada organ hati.
Tingkat gula darah diatur melalui respon balik negatif untuk tetap
mempertahankan keseimbangan darah di dalam tubuh. Kenaikan glukosa di dalam
darah diawasi oleh pankreas. Bila gula darah yang telah diubah menjadi glukosa
dan kadarnya menurun, maka cadangan glukosa yang masih ada akan diolah
menjadi energi tubuh dengan pankreas yang melepaskan glukagon yakni hormon
tubuh yang menyuplai sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel yang terdapat pada
organ hati ini akan dioleh kembali menjadi glikogen ke glukosa, proses ini disebut
dengan glikogenolisis. Kemudian glukosa akan dialirkan ke dalam aliran darah
hingga mencapai tingkatan tertentu dalam gula darah. Sebaliknya, bila kadar gula
darah meningkat yang mungkin disebabkan oleh perubahan glikogen, proses
pencernaan makanan, hormon lainnya yang dilepaskan melalui butir-butir sel
yang terdapat dalam pankreas, hormon inilah yang disebut dengan hormon insulin
yang menyebabkan organ hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen
yang disebut dengan glikogenosis yang mengurangi tingkatan gula darah.
Menurut Depkes RI (1999) metabolisme yang terjadi pada gula darah
adalah gula darah setelah diserap oleh dinding usus akan masuk dalam aliran
darah masuk ke hati, dan disintesis menghasilkan glikogen kemudian dioksidasi
menjadi CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke dalam
sel tubuh yang memerlukannya. Kadar gula dalam tubuh dikendalikan oleh suatu
hormon yaitu hormon insulin, jika hormon insulin yang tersedia kurang dari
kebutuhan, maka gula darah akan menumpuk dalam sirkulasi darah sehingga
glukosa darah meningkat. Bila kadar gula darah ini meninggi hingga melebihi
ambang ginjal, maka glukosa darah akan keluar bersama urin (glukosuria).
Simpulan
Berdasarkan percobaan bahwa prinsip dasar dari metode Folin-Wu adalah
ion kupri akan direduksi oleh gula dalam darah menjadi kupro dan mengendap
menjadi Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan
warna larutan menjadi biru tua, karena ada oksida Mo yang dapat diukur kadar
glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 660
nm. Kadar glukosa darah dari hasil percobaan pada sampel darah ayam segar
adalah 71,43 mg/dl.
Daftar Pustaka
Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2010. Jakarta
Khopkar S M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah A. Saptohardjo.
Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Terjemahan dari
Basic Concepts of Analytical Chemistry
Mansjoer A, et al. 1999. Kapita Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama. Jakarta.
Media Aesculapius
Murray R K, et al. 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta. Kedokteran EGC
Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta. Penenrbit Universitas Indonesia
(UI-Press).