Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KLINIK
PENETAPAN KADAR GULA DARAH

NAMA

:Nur Afriyani

NIM

: 08121006046

Dosen Pembimbing

:1. Dr.Budi Untari,Msi,Apt


2. Dr.rer.nat Mardiyanto,Msi,Apt

Asisten Pendamping

:Eisti Meidia Etika Sari

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

PRAKTIKUM 4
PENETAPAN KADAR GULA DARAH

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu memahami prinsip penetapan kadar gula darah
2. Dapat menentukan kadar gula darah dan protein dengan metode
spektofotometri.

II.

PRINSIP KERJA
Melakukan penetapan kadar gula darah dan protein dengan
menambahkan fehling A dan Fehling B dan ditentukan dengan cara
spektofotometri UV-VIS.

III.

TINJAUAN PUSTAKA

Glukosa, suatu gula monosakarida adalah salah satu karbohidrat terpenting


yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa
merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk
alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan. Glukosa
adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat
dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat
dalam buah-buahan dan madu lebah.
glukosa darah berasal dari absorbsi pencernaan makanan dan pembebasan
glukosa dari persediaan glikogen sel. Tingkat glukosa darah akan turun apabila
laju penyerapan oleh jaringan untuk metabolisme atau disimpan lebih tinggi
daripada laju penambahan. Penyerapan glukosa oleh sel-sel distimulus oleh
insulin, yang disekresikan oleh sel- dari pulau-pulau langerhans. Glukosa
berpindah dari plasma ke sel-sel karena konsentrasi glukosa dalam plasma lebih
tinggi daripada di dalam sel. Diabetes biasanya menunjukkan konsentrasi glukosa
abnormal yang tinggi dalam darah, kondisi ini disebut hiperglikemia. Dalam
keadaan yang sangat parah atau diabetes yang tidak terkontrol, tingkat glukosa
darah mungkin naik sampai sebesar 100 mM atau 25 kali lebih besar dan nilai

normalnya kira-kira 4 mM. Seorang yang normal akan segera mencerna glukosa,
konsentrasinya tidak akan lebih kira-kira 9 atau 10 mM. Sebab bertambahnya
konsentrasi gula darah menyebabkan sekresi insulin oleh pankreas, yang
selanjutnya menyebabkan meningkatnya pengambilan glukosa oleh darah.
Pemeliharaan kadar glukosa darah merupakan faktor amat penting, khususnya
untuk menjaga fungsi sistem saraf. Kadar gula darah bervariasi, tergantung status
nutrisi. Kadar gula normal manusia, beberapa jam setelah makan sekitar 80mg/
100ml darah, tetapi sesaat sehabis makan meningkat sampai 120mg/100 ml.
Glukosa bersama asam lemak adalah molekul-molekul bahan bakar utama pemicu
metabolisme makhluk hidup. Organ pengguna bahan bakar terbanyak adalah hati,
otak, jantung, otot, dan jaringan adiposa. Mekanisme homeostatik berperan untuk
memasukkan glukosa ke dalam sel dan penggunaannya oleh jaringan tubuh. Bila
kadar gula turun, mekanisme pelepasan gula simpanan glikogen dalam sel (atau
dari glukoneogenesis) terbuka, sehingga kadar normal tetap terpelihara.
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan
dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi
hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula
darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum
cairan

yang

mengandung

gula

maupun

karbohidrat

lainnya.

Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif
(bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif
bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang
pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula
darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara
perlahan.
Bila kadar gula dalam darah melebihi atau kurang dari batas normal maka
sistem metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Darah manusia normal
mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg
tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan
makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa
darah akan kembali pada keadaan semula. Salah satu contoh penyakit yang
disebabkan oleh kelainan kadar glukosa yaitu diabetes mellitus. Diabetes mellitus

atau yang lebih dikenal dengan kencing manis merupakan penyakit yang timbul
karena suatu gangguan dari pankreas, yaitu organ tubuh yang biasa menghasilkan
insulin dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel tubuh. Seseorang
yang terkena diabetes mellitus selalu ditandai oleh naiknya kadar gula darah
(hiperglikemia) dan tingginya kadar gula dalam urine . Pada orang yang menderita
diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130
mg per 100 ml darah.

IV.

ALAT DAN BAHAN

ALAT :
Alat :
1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur
3. Rak tabung reaksi
4. Penjepit tabung reaksi
5. Pipet tetes
6. Gelas beker
7. Bunsen
8. Disposible cuvette
9. Spektrofotometer
10. Corong

Bahan:
1. Darah
2. Glukosa
3. Fehling A
4. Fehling B
5. Kertas saring
6. Akuades

V.

PROSEDUR KERJA

Metode Spektrofotometri UV-VIS

0,5 ml darah ditambah dengan 2 ml akuades

Panaskan hingga coklat

Sentrifugasi selama 10 menit

Diambil filtratnya, ditambah fehling A dan fehling B

Panaskan hingga biru kehitaman

Buat serial konsentrasi glukosa 0, 0.15, 0.2, 0.25, 0.5, dan 1


mg/ml untuk kurva kalibrasi

Tambahkan dengan fehling A dan fehling B, lalu dipanaskan

Ukur absorbansi serial konsentrasi glukosa dan sampel darah (3 tetes


campuran biru kehitaman ditambah dengan akuades hingga kuvet)
dengan menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 540
nm suhu ruang.
Sampel diperiksa kadarnya (diketahui dengan menggunakan kurva
kalibrasi yang telah diperoleh)

VI.

DATA HASIL PENGAMATAN

1. Metode Titrasi
PERCOBAAN

HASIL

- Sampel
5 ml ZnSO4 + 1 ml NaOH 0,1 N +

Terbentuk endapan hijau

darah 2 tetes lalu dipanaskan 4 menit

zaitun

Disaring + 20 tetes aquadest, filtrat


diambil + 2 ml K3Fe(CN)6 0,005 N lalu

Larutan bening

dipanaskan 15 menit
- Blanko
5 ml ZnSO4 + 1 ml NaOH 0,1 N lalu
dipanaskan 4 menit

Larutan bening

Disaring + 20 tetes aquadest, filtrat


diambil + 2 ml K3Fe(CN)6 0,005 N lalu
dipanaskan 15 menit

2. Metode Spektrofotometri UV-Vis

PERCOBAAN
- 0,5 ml darah + 2 ml aquadest

HASIL
Larutan berwarna coklatkemerahan

- Disentrifugasi

Terbentuk 2 lapisan, lapisan


atas bening, lapisan bawah
endapan
Larutan berwarna

- Lapisan atas + 1 ml Fehling A dan

birukehitaman

Fehling B
Larutan biru pekat mirip
- Dipanaskan

blanko 0,1 mg/mL


A air = -0,01 ; A darah = 0,65;

- Diambil 3 tetes + 2 ml aquadest, diukur

Rentang = 0,64

Absorbansi darah dan aquadest pada


panjang gelombang 540 nm dengan
spektrofotometer UV-Vis

- Data Pengukuran Absorbansi

Konsentrasi Glukosa (mg/mL)

Absorbansi

0,09

0,5

0,049

0,25

0,02

0,2

0,022

0,15

0,012

Perhitungan Kadar Gula Darah


Y = 0,0909 X + 0,0004
X = 0,65 0,0004 / 0,0909
X = 7,146 g/mL (sampel)

Grafik Hasil Kurva Kalibrasi

Grafik Hasil Absorbansi


0.1
y = 0.0909x + 0.0004
R = 0.993

Absorbansi

0.08
0.06
0.04

Series1

0.02

Linear (Series1)

0
0

0.5

1.5

konsentrasi glukosa (mg/mL)

VII.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan penentuan kadar gula

darah. Adapun prinsip uji ini adalah Melakukan penetapan kadar gula darah
dan protein dengan menambahkan fehling A dan Fehling B dan ditentukan
dengan cara spektofotometri UV-VIS.Uji glukosa darah pada praktikum ini
menggunakan metode spektofotometri. . Spektrofotometri merupakan metode

analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri


dari radiasi gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya
yang berlainan sedangkan campuran cahaya dengan panjang-panjang ini akan
menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400
- 760 mm. Spektrofotometri terjadi bila perpindahan elektron dari tingkat
energi yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron
tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan
tereksitasi singlet. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum
Lambert Beer, bila cahaya monokromatik melalui suatu media, maka
sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian
dipancarkan. Faktor yang mempengaruhi adalah konsentrasi larutan dan
bentuk wadah. Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak
molekul yang beinteraksi dengan sinar. Seperti contoh memiliki zat warna

organik yang kuat/tajam. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka
akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul
yang berinteraksi dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer,
sangat sulit untuk melihat warnanya. Absorbansinya sangat rendah. Jika ingin
membandingkan zat warna tersebut dengan senyawa lain, namun tidak
mengetahui konsentrasinya, maka tidak akan dapat dibuat perbandingan
dengan baik tentang senyawa mana yang menyerap sinar lebih banyak.
Bentuk wadah yang semakin panjang akan mempengaruhi panjang larutan
sehingga sinar akan lebih banyak diserap karena sinar berinteraksi dengan
lebih banyak molekul
Selain itu, spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma

atau kisi

difraksi

dengan detektor

fototube.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu


sampel

sebagai

fungsi

panjang

gelombang.

Sedangkan

pengukuran

menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut


dengan spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan
suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi
energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang
gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum
tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Pada percobaan dengan metode spektrofometri ini, dibuat blanko
dengan menggunakan gula dalam konsentrasi yang berbeda beda, serta
dengan membuat larutan uji yaitu darah yang ditambahkan dengan aquadest.
Penambahan aquadest ini ialah untuk mengencerkan darah sehingga albumin
dalam darah akan larut oleh akuades. Albumin merupakan protein yang dapat
larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam
serum darah. Setelah pemanasan, didapatkan larutan dan endapan. Larutan
yang didapatkan ditambahkan dengan fehling A dan fehling B. Fehling A
adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan

NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan


mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang
berwarna biru tua. Dalam pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion
kompleks. Pereaksi fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO . Dalam
suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro kemudian membentuk
Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Namun dengan pemanasan,
endapan tersebut larut kembali.
Setelah itu diambil 3 tetes larutan tersebut dan ditambahkan dengan
aquadest lalu dicari absorbansi menggunakan spektrofotometri UV-VIS pada
panjang gelombang 540 nm. Dari kurva kalibrasi, didapatkan persamaan Y =
0,0909 X + 0,0004. Kadar glukosa dalam darah didapat dengan memasukkan
nilai absorbansi (0,65) yang diperoleh menggunakan spektrofotometri UVVIS adalah sebesar 7,146 g/mL.

VIII. KESIMPULAN

1. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada


absorpsi radiasi electromagnet.
2. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
3. Spektrofotometri terjadi bila perpindahan elektron dari tingkat energi

yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi.


4. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert Beer, bila

cahaya monokromatik melalui suatu media, maka sebagian cahaya


tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian dipancarkan.
5. Kadar glukosa dalam darah didapat dengan memasukkan nilai absorbansi
(0,65) yang diperoleh menggunakan spektrofotometri UV-VIS adalah
sebesar 7,146 g/mL.
6.

Albumin merupakan protein yang dapat larut dalam air serta dapat
terkoagulasi oleh panas.

DAFTAR PUSTAKA
Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik,
Edisi6. Jakarta : EGC.
Poedjiadi, A.. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press : Jakarta
Wahono,dkk. 2010. Siap Menghadapi Ujian. Jakarta : Gramedia.
Widmann,Frances

K.

1995.

Tinjauan

Laboratorium Edisi 9. Jakarta : EGC.

Klinis

Atas

Hasil

Pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai