Anda di halaman 1dari 25

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KEDOKTERAN BLOK 2.2


(BASIC SCIENCE OF DIGESTIVE AND NEPHRO-URINARY SYSTEM)

Disusun oleh :
Dr. dr. Joko Setyono, M.Sc
dr. Alfi Muntafiah, M.Sc.
Nor Sri Inayati, S.Si, M.Biotech
dr. Yoga Mulia Pratama
ASSCALBIASS

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2020

1
SAMPLING DARAH VENA

Sampel darah yang dapat ditampung dengan atau tanpa antikoagulan. Dengan darah vena
dapat diperoleh bermacam-macam sampel, yaitu :
1. Whole Blood/darah penuh
2. Plasma
3. Serum
4. Defibrinated Blood
5. Clot Blood

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara:


1. Bendung di sebelah proximal vena yang akan diambil agar tampak lebih jelas, penderita
diminta mengepal-ngepal tangannya.
2. Lakukan disinfeksi pada daerah tersebut dengan kapas alcohol 70%
3. Periksa spuit, adakah udara, jarum kencang, bias dihisap dengan mudah.
4. Setelah alkohol kering (tidak ditiup-tiup), kulit ditegangkan, tusuk dengan jarum dengan
sudut 45 derajat, arah jarum sejajar dengan arah vena, jarum menghadap keatas.
5. Setelah vena terasa tertusuk, jarum diputar menghadap ke bawah. Tusukan dilanjutkan
menghadap vena. Darah mengalir dengan sendirinya bila tusukan tepat. Kepalan tangan
dibuka, darah dihisap pelan-pelan. Ambil darah sesuai kebutuhan.
6. Lepaskan tourniquet, jarum ditarik, tekan dengan kapas alcohol. Penderita diminta untuk
tetap menekan dengan kapas alcohol.
7. Lepaskan jarum dari spuit, tuangkan darah kedalam botol penampung, dengan cara
mengalirkan darah lewat dinding botol penampung.
8. Jangan lupa memberi identitas penderita.

Catatan :
1. Daerah pengambilan mengalami kongesti akan menyebabkan hemokonsentrasi.
2. Khusus untuk pemeriksaan koagulasi penusukan harus satu kali/tidak diulang-ulang.
3. Alat penampung harus bersih dan kering.
4. Bila ada penundaan pemeriksaan harus diberi anti koagulan.
5. Pada saat menuang darah spuit kedalam botol, jarum harus dilepas, tidak boleh disemprot
(harus dialirkan lewat dinding tabung) dan tidak boleh dikocok terlalu keras.
PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH
(Metode GOD-PAP)

A. Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar glukosa darah dengan metode GOD-PAP
2. Mahasiswa akan dapat mengetahui proses metabolisme karbohidrat terutama glukosa
3. Mahasiswa akan dapat menganalisis hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
4. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah untuk
keperluan menegakkan diagnosis
5. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah untuk
penelitian kimia darah

B. Dasar Teori
Glukosa adalah senyawa golongan monosakarida dengan 6 rumus molekul C6H12O6
yang bersifat polar karena memiliki 5 gugus hidroksil disertai 1 gugus aldehid. Glukosa
merupakan sumber energi utama setiap sel yang ada di dalam tubuh manusia untuk
menjaga tubuh tetap dalam keadaan homeostasis.
1. Sumber
Glukosa berasal dari tumbuhan dan hewan yang memiliki kandungan karbohidrat,
seperti beras, gandum, kentang, hati, dan daging. Glukosa juga dapat dibentuk secara
endogen dari glikogen melalui proses glikogenolisis dan dari gliserol, asam lemak,
maupun asam amino yang terdapat di dalam tubuh melalui proses yang dinamakan
glukoneogenesis.
2. Absorpsi
Glukosa yang berasal dari makanan diabsorpsi melalui intestinum tenue
menggunakan SGLT-1 untuk masuk ke dalam enterosit dengan cara simport melalui
pompa Na dan K atau GLUT 5 dengan pengangkutan fasilitatif independent-Na+
dengan mengikuti penurunan gradien konsentrasi kedua zat tersebut. Glukosa akan
masuk ke kapiler dari enterosit dengan melalui pengangkutan fasilitatif GLUT 2.
3. Distribusi
Glukosa dapat didistribusikan melalui sirkulasi darah dan limfatik menuju ke
seluruh sel yang ada di dalam tubuh manusia dengan kadar normal 120-140 mg/dL
setelah makan berat dan 80-100 mg/dL saat berpuasa. Proses mempertahankan kadar
glukosa di dalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostasis yang mencakup
berbagai mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta melibatkan beberapa
hormon. Hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon.
Insulin adalah hormon anabolik, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel
dan mengakibatkan penyimpanan glukosa dengan aktivasi GLUT-4. Glukagon adalah
suatu hormon katabolik, membatasi sintesis makromolekuler dan menyebabkan
pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi
mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon,
demikian pula sebaliknya.
4. Metabolisme
Glukosa dimetabolisme secara aerob di dalam mitokondria maupun anaerob di
dalam sitoplasma. Metabolisme anaerob terjadi di dalam sitoplasma tanpa
memerlukan bantuan O2 maupun mitokondria untuk memecah 1 molekul glukosa
menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP. Proses ini merupakan tahap
inisiasi dari metabolisme aerob, namun apabila terjadi penurunan saturasi O2 akan
terjadi perubahan asam piruvat menjadi asam laktat untuk menghasilkan 2 ATP, yang
disebut fermentasi asam laktat. Metabolisme aerob terjadi pada semua sel yang
memiliki mitokondria dan memiliki kadar O2 yang mencukupi untuk memecah 1
molekul glukosa menjadi energi siap pakai berupa 36 ATP melalui rangkaian reaksi
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transport elektron. Proses
metabolisme glukosa menyisakan metabolit berupa CO2 dan H2O.
5. Ekskresi
Metabolit glukosa berupa CO2 dan H2O akan dibuang melalui sistem respirasi dan
sistem urinaria. Pada sistem respirasi CO2 dan H2O diekskresikan dalam bentuk CO2
dan H2O, namun pada sistem urinaria akan dibuang dalam bentuk H+ dan HCO3-.

C. Metode Pemeriksaan
Metode Glucose Oxidase Peroxidase-Phenol 4-Aminoanti-pyrine (GOD-PAP)

D. Prinsip Reaksi
Glukosa kit menggunakan dasar Metode Trinder yang klsik dengan enzim Glukose
Oxidase, Peroxidase, 4-Aminoanti-pyrine dan Phenol (GOD-PAP) dengan reaksi sbb :
GOD
D-Glucose + O2 + H2 D-Gluconate + H2O2

Peroxidase
H2O2 + Aminoantipyrine Hydrobenzoat H2O2 + quinoneimine
(berwarna merah)
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Spuit 3cc
b. Torniquet
c. Vacutainer EDTA
d. Sentrifugator
e. Tabung reaksi 3 ml
f. Rak tabung reaksi
g. Mikropipet (10 μl-100 μl)
h. Mikropipet (100 μl-1000 μl)
i. Yellow tip
j. Spektrofotometer
2. Bahan
a. Sampel (Plasma)
b. Reagen GOD

F. Cara Kerja
1. Persiapan sampel:
a. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit.
b. Darah dimasukkan ke dalam tabung vacutainer dan disentrifugasi dengan
kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian diambil plasmanya untuk sampel.
2. Sampel (plasma) sebanyak 10 μl kemudian dicampur dengan reagen GOD sebanyak
1000 µl.
3. Campuran diinkubasi selama 20 menit dalam suhu ruangan (20-25º C), kemudian
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 546 nm dan nilai faktor
100.
G. Perhitungan

Kadar glukosa (mg/dL) =

H. Nilai Normal
Glukosa serum atau plasma : 75-115 mg/dl.
PEMERIKSAAN KOLESTEROL DARAH
(Metode CHOD-PAP)

A. Tujuan Instrusional Khusus


1. Mahasiswa akan dapat mengetahui proses metabolisme lemak terutama kolesterol
2. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar kolesterol dengan metode CHOD-PAP.
3. Mahasiswa akan dapat menganalisis hasil pemeriksaan kadar kolesterol darah
4. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan kadar kolesterol darah untuk
menegakkan diagnosis
5. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan kadar kolesterol darah untuk
penelitian kimia darah

B. Dasar Teori
Kolesterol adalah komponen membran sel dan prekursor untuk hormon steroid asam
empedu, dan vitamin D. Proses homeostasis dari kolesterol menjadi sangat penting,
terutama berkaitan dengan pembentukan atherosklerosis dan batu empedu.
1. Sumber
Kolesterol bersumber dari makanan yang berasal dari hewan dan tidak ada pada
tumbuh-tumbuhan. Sumber kolesterol eksogen berasal dari asupan makan produk
hewani seperti kuning telur, daging merah, dan mentega yang banyak mengandung
lemak. Selain itu, terdapat pula kolesterol endogen yang disintesis oleh hepar dan
intestinum.
2. Absorpsi
Kolesterol yang berasal dari makanan akan diabsorpsi dari intestinum melalui
transporter membran yang dikenal dengan Nieman-Pick C1 (NPC1L1) protein. Ada
pula transporter lainnya yang berada di sisi apikal enterosit yaitu ATP binding cassette
G5/G8.
3. Distribusi
Kolesterol diangkut ke dalam plasma melalui lipoprotein, yang terdiri dari
kolesterol, fosfolipid, trigliserid, kolesterol ester dan apolipoprotein. Lipoprotein
dibagi menjadi beberapa kelas yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL),
partikel remnant termasuk intermediate density lipoprotein (IDL), low density
lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL).
Triasilgliserol yang berasal dari makanan akan diabsorpsi ke enterosit dalam
bentuk monoasilgliserol, asam lemak, dan gliserol hasil pencernaan enzim lipase
pankreas. Lalu meresintesisnya menjadi triasilgliserol bersama fosfolipid dan
kolesterol untuk masuk ke dalam kilomikron. Kilomikron akan membawanya ke
jaringan perifer dan menghidrolisis kembali triasilgliserol, sehingga asam lemak
masuk ke dalam sel. Ketika itu kilomikron yang telah kehilangan partikel-partikel
yang dibawanya akan berukuran lebih kecil yang disebut dengan kilomikron remnant.
VLDL akan membawa triasilgliserol yang disintesis di hepar ke jaringan perifer,
lalu ketika VLDL kehilangan partikel yang diangkutnya dinamakan IDL. Selanjutnya
IDL ini akan dihidrolisis kembali di hepar dan berubah menjadi LDL, dan lipoprotein
inilah yang mengandung banyak kolesterol. Kolesterol yang berasal dari LDL akan
dimanfaatkan oleh jaringan untuk menyusun membran, menyintesis hormon steroid,
dan apabila berlebihan akan mengakibatkan atherosklerosis.
HDL disintesis oleh hepar dan sebagian kecil di intestinum, HDL merupakan
lipoprotein yang mengangkut kolesterol dari jaringan perifer ke hepar. Lipoprotein ini
memiliki sifat atheroprotektif karena dapat mengaktifkan endotelial nitrit oxide
synthase (eNOS) yang menginisiasi pembentukan nitrit oxide (NO) sebagai anti-
inflamasi.
HDL nascent yang juga berasal dari usus halus, mempunyai bentuk gepeng dan
mengandung apoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk
mengambil kolesterol. Setelah mengambil kolesterol di makrofag, HDL nascent
berubah menjadi HDL remmant dewasa yang berbentuk bulat. Setelah mengambil
kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol tersebut akan diesterifikasi menjadi
kolesterol ester oleh enzim lecithin cholesterol acetyltransferase (LCAT). Selanjutnya
sebagian kolesterol ester yang dibawa HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama
ialah ke hati dan ditagkap oleh scavenger reseptor class B type 1 (SR-B1). Jalur
kedua adalah kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida dan
VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).
4. Metabolisme
Sintesis kolesterol terjadi di sitosol dan mikrosom (retikulum endoplasma) hepar
dan sebagian kecil di intestinum dengan Asetil-KoA sebagai bahan baku. Dua asetil-
KoA yang dikatalisis oleh enzim tiolase (thiolase) menjadi asetoasetil-KoA. Asetil-
KoA ditambahkan lagi menjadi 3-hidroksi-3-metil-glutaril-KoA (HMG-KoA) oleh
enzim HMG-KoA sintase. Lalu enzim HMG-KoA reduktase dan dengan bahan
pereduksinya adalah NADPH akan mereduksi HMG-KoA menjadi mevalonat yang
menyebabkan KoA terlepas. Pada akhir proses ini akan terbentuk squalene, lanosterol
dan kolesterol.
5. Ekskresi dan Sekresi
Sebanyak 1 gram kolesterol akan dieliminasi oleh tubuh setiap hari melalui feses,
rata-rata 50 % akan diekskresikan dalam bentuk asam empedu. Selain itu kolesterol
pun berfungsi untuk menyintesis hormon-hormon steroid seperti progesteron,
aldosteron, kortisol, testosteron dan estradiol. Hormon-hormon steroid ini
diekskresikan melalui urin. Kolesterol pun dibutuhkan untuk menyintesis vitamin D3
(cholecalciferol) yang memiliki peran dalam metabolisme kalsium yang akan
dijelaskan lebih lanjut di blok berikutnya.

C. Metode Pemeriksaan
“CHOD-PAP”: enzymatic photometric test

D. Prinsip
Kolesterol ditentukan setelah hidrolisa enzimatik dan oksidasi. Indikator kolorimetrik
yaitu quinoneimine terbentuk dari 4-aminoantipyrine dan phenol oleh hydrogen peroksida
dengan katalis peroksidase (reaksi trinders).
CHE
Kolesterol ester + H2O Kolesterol as.lemak
(CHE = Cholesterol Esterase)
CHO
Kolesterol + O2 Kolesterol as.lemak
(CHO = Cholesterol Oksidase)
POD
2H2O2 + PAP + Phenol Quinoneimine + 4H2O
(POD = Peroksidase)

E. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Spuit 3 cc
b. Torniquet
c. Sentrifugator
d. Tabung reaksi 3 ml
e. Rak tabung reaksi
f. Mikropipet (10 μl-100 μl)
g. Mikropipet (100 μl-1000 μl)
h. Yellow tip
i. Blue tip
j. Tabung vacutainer
k. Spektrofotometer
2. Bahan
a. Sampel (serum atau plasma)
b. Working reagen
F. Cara Kerja
1. Persiapan sampel:
a. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit.
b. Darah dimasukkan ke dalam tabung vacutainer dan disentrifugasi dengan
kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian diambil serum atau plasmanya
untuk sampel.
2. Sampel (serum/plasma) sebanyak 10 μl kemudian dicampur dengan working reagen
sebanyak 1000 µl.
3. Campuran diinkubasi selama 20 menit dalam suhu ruangan (20-25º C), kemudian
diukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm dan nilai faktor
840.

G. Perhitungan

Kadar kolesterol (mg/dL) =

H. Nilai Normal
1. Dicurigai : diatas 220 mg/dl atau 5.7 mmol/l
2. Meningkat : diatas 260 mg/dl atau 6.7mmol/l
Asosiasi Atherosclerosis Eropa merekomendasikan untuk menurunkan kadar
kolesterol sampai dengan 180 mg/dl untuk orang berusia sampai dengan 30 th dan
200 mg/dl diatas 30 th.
PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA DARAH
(Metode GPO)

A. Tujuan Instrusional Khusus


1. Mahasiswa akan dapat mengetahui proses metabolisme lemak terutama trigliserida
2. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar trigliserida dengan metode GPO
3. Mahasiswa akan dapat menganalisis hasil pemeriksaan kadar trigliserida darah
4. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan kadar trigliserida darah untuk
menegakkan diagnosis
5. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan kadar trigliserida darah untuk
penelitian kimia darah

B. Dasar Teori
Trigliserida (triasilgliserol) adalah ester alkohol gliserol dan asam lemak. Molekul
trigliserida tersusun atas tiga molekul asam lemak (jenuh/tidak jenuh) yang mengikat satu
molekul gliserol. Trigliserida digunakan tubuh terutama untuk menyediakan energi dalam
proses metabolik, sejumlah kecil trigliserida juga digunakan di seluruh tubuh untuk
membentuk membran sel. Trigliserida di dalam darah membentuk kompleks dengan protein
tertentu (apoprotein) sehingga membentuk lipoprotein dan bentuk simpanan lipid di jaringan
adiposa, yang penting untuk menjaga tubuh dalam keadaan homeostasis.

1. Sumber
Sumber trigliserida dalam tubuh didapat secara endogen (disintesis dalam hati
maupun jaringan lainnya) maupun eksogen (dari makanan). Lemak yang berasal dari
buah-buahan seperti kelapa, durian, dan alpokat mengandung kadar trigliserida relatif
tinggi.
2. Sintesis
Sintesa trigliserida di dalam tubuh terutama terjadi di hati tetapi ada juga yang
disintesa dalam jaringan adiposa. Trigliserid atau triasilgliserol mulanya dibentuk dari
gliserol 3- fosfat yang berikatan dengan asil Ko-A membentuk fosfatidat (1,2-
diasilgliserol fosfat). Fosfatidat dibantu fosfatidat fosfohidrolase menjadi 1,2
diasilgliserol. Dengan bantuan diasilgliserol asiltransferase (DGAT) akan diubah
menjadi triasilgliserol.
3. Absorpsi
Lipid pada makanan terutama berupa triasilgliserol, yang mengalami hidrolisis
menjadi monoasilgliserol dan asam lemak di usus. Senyawa-senyawa ini kemudian
mengalami re-esterifikasi menjadi trigliserol di mukosa usus. Lipid ini kemudian
dikemas bersama protein dan disekresikan ke dalam sistem limfe lalu ke aliran darah
sebagai lipoprotein yang disebut kilomikron.
4. Distribusi
Semua produk pencernaan yang bersifat hidrofobik dan larut lemak akan
membentuk lipoprotein, yang akan memudahkan pengangkutannya di dalam plasma
darah. Kilomikron mengangkut lipid dari usus ke sebagian besar jaringan untuk
dioksidasi dan ke jaringan adiposa untuk disimpan. Lipid dimobilisasi dari jaringan
adiposa sebagai asam lemak bebas (free fatty acids, FFA) yang melekat pada albumin
serum. Sedangkan pengangkutan lipid dari hepar dilakukan oleh lipoprotein
berdensitas sangat rendah (very low density lipoproteins, VLDL).
5. Metabolisme
Kilomikron trigliserida tidak diserap langsung oleh hati. Senyawa ini akan
dimetabolisme oleh jaringan ekstrahepatik yang mempunyai enzim lipoprotein lipase.
Enzim tersebut akan menghidrolisis triasilgliserol dengan melepaskan asam lemak
yang kemudian disatukan ke dalam lipid jaringan atau dioksidasi sebagai bahan bakar.
Trigliserida yang sudah mengalami hidrolisis akan melepaskan asam-asam lemak
masuk ke dalam darah sebagai asam lemak bebas. Asam lemak diangkut dalam
keadaan terikat pada albumin serum. Asam lemak ini akan diserap oleh sebagian
besar jaringan (kecuali otak dan eritrosit) yang digunakan untuk sintesis trigliserida
atau dioksidasi sebagai bahan bakar utama. Gliserol tetap berada di dalam darah dan
diserap oleh hepar. Gliserol digunakan untuk glukoneogenesis dan sintesis glikogen
atau lipogenesis.
6. Ekskresi dan Sekresi
Pembersihan kilomikron dari darah berlangsung cepat, dengan waktu paruh
eliminasi kurang dari 1 jam. Partikel yang lebih besar dikatabolisme lebih cepat
daripada partikel yang lebih kecil. Asam-asam lemak yang berasal dari triasilgliserol
kilomikron terutama disalurkan ke jaringan adiposa, jantung, dan otot (80%),
sementara sekitar 20% menuju hati. Namun, hati tidak memetabolisme kilomikron
atau VLDL yang signifikan, oleh karena itu asam lemak di hati berasal dari
metabolisrnenya di jaringan ekstrahepatik.
C. Metode Pemeriksaan
Metode Gliserol-3 Phosphat-Oksidase (GPO)

D. Prinsip Reaksi
Determinasi trigliserida sesudah pemecahan enzimatik dengan lipoprotein lipase.
Indikatornya adalah quenomin yang berasal dari 4-aminotriptin dan 4-klorofenol yang
bereaksi dengan hidrogen peroksida dan dikatalisir oleh enzim peroksidase.
LPL

Trigliserida → Gliserol + asam lemak

GK

Gliserol + ATP → Gliserol 3-fosfat + ADP

GPO

Gliserol-3-fosfat + O2 → dihidroksiaseton fosfat + H2O2

2 H2O2 + aminotriptin + 4 klorofenol → quinonemin + HCl + 4 H2O

Catatan:
LPL : lipoprotein lipase; GK : gliserokinase; GPO : gliserol-3-fosfat-oksidase
POD : peroksidase

E. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Spuit 3 cc
b. Torniquet
c. Sentrifugator
d. Tabung reaksi 3 ml
e. Rak tabung reaksi
f. Mikropipet (10 μl-100 μl)
g. Mikropipet (100 μl-1000 μl)
h. Yellow tip
i. Blue tip
j. Tabung vacutainer
k. Spektrofotometer
2. Bahan
a. Sampel (serum atau plasma)
b. Working reagen

F. Cara Kerja
Blanko Standard Sampel
Sampel - - 10 µl
Standard - 10 µl -
Reagen GPO 1000 µl 1000 µl 1000 µl

Inkubasi 20 menit pada suhu kamar (20-25oC). Baca Absorbans Test (Abs Test) dan
Absorbans Standar (Abs Std) terhadap blanko reagen pada spektrofotometer λ 546 nm.

G. Perhitugan
Trigliserida (mg/dl) =

H. Nilai normal : <200 mg/dl


PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN
Metode Biuret

A. Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa akan dapat melakukan pemeriksaan total protein dalam darah dengan
metode Biuret.
2. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan total protein pada saat
praktikum setelah membandingkannya dengan nilai normal.
3. Mahasiswa akan dapat mengetahui kondisi/penyakit apa saja yang berkaitan dengan
kadar total protein abnormal dalam darah.

B. Dasar Teori
Protein total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat dalam serum/plasma,
terdiri dari albumin, globulin dan fraksi protein lain yang kadarnya sangat rendah.
Pemeriksaan protein total berguna untuk memonitor perubahan kadar protein yang
disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Biasanya diperiksa dengan pemeriksaan lain,
misal kadar albumin, faal hati atau pemeriksaan elektroforesis protein. Rasio
albumin/globulin diperoleh dengan perhitungan dan dapat memberikan keterangan
tambahan. Kadar protein total meningkat pada keadaan dehidrasi, multiple myeloma dan
penyakit hati menahun. Kadarnya rendah pada penyakit ginjal dan stadium akhir gagal
hati.
Protein tersusun dari asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Suatu asam amino- α terdiri dari gugus amino, gugus karboksil, atom H dan
gugus R tertentu yang semuanya terikat pada atom karbon α . Pada protein, gugus
karboksil- α asam amino terikat pada gugus amino-α asam amino lain dengan ikatan
peptida (disebut juga ikatan amida).
Tiga perempat zat padat dari tubuh adalah protein dengan fungsi yang berbeda-beda.
Sebagian besar adalah protein jaringan/struktural, protein kontraktil dan nukleoprotein.
Protein yang diperiksa dalam laboratorium terdapat dalam darah, urin, saliva, cairan
pleural, peritoneal, dan feses. Pada praktikum ini yang dibahas terutama protein plasma.
Protein plasma yang beredar terdiri atas:
1. Albumin
2. Globulin
3. Fibrinogen
4. Terdapat sejumlah kecil dalam: enzim, protein struktural dan metabolik (hormon dan
protein transfer).
Fungsi Protein Plasma:
1. Keseimbangan osmotik
Hipoalbumin menyebabkan tekanan osmotik plasma menurun sehingga kapiler tidak
mampu melawan tekanan hidrostatik sehingga timbul oedem (cairan darah menuju ke
jaringan interstitial).
2. Pembentukan dan nutrisi jaringan
Enzim, hormon, pembekuan darah (fibrinogen, AT III) dan jaringan tubuh.
3. Beberapa protein mengatur kontraksi otot, contohnya protein otot
4. Transportasi
a. Umum yaitu albumin
b. Khusus :
Hormon → Prealbumin
Vitamin → Prealbumin
Lipid → Lipoprotein
Co → Ceruloplasmin
Hb → Haptoglobin
Heme → Hemopexin
Fe → Transferin
5. Daya tahan tubuh
Antibodi dan komplemen.
Perubahan Protein Plasma:
a. Hiperalbumin : peningkatan kadar albumin.
Dijumpai pada dehidrasi terjadi hemokonsentrasi protein plasma.
b. Hipoalbumin
Dijumpai pada malnutrisi, malabsorbsi, hepatitis akut, penyakit hati menahun, dll.

Prinsip Pemeriksaan

Alkali
Protein + Cu2+ kompleks warna
Protein dalam serum bereaksi dengan ion kupri (Cu2+) dalam suasana alkalisis dan
memberikan warna ungu. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan jumlah
protein dalam sampel.
Spesimen terbaik yang dapat digunakan dalam pemeriksaan adalah serum karena
protein dalam serum dapat stabil selama 1 minggu pada suhu kamar (18-30 0C) atau 1
bulan pada suhu 2-8 0C.

C. Metode Pemeriksaan
Metode Biuret

D. Alat dan Bahan


Alat
1. Spuit 3 cc
2. Torniquet
3. Sentrifugator
4. Vacutainer NonEDTA
5. Tabung reaksi
6. Rak tabung reaksi
7. Mikropipet (10 μl-100 μl)
8. Makropipet (100 μl-1000 μl)
9. Yellow tip
10. Blue tip
11. Spektrofotometer
Bahan
1. Serum
2. Reagen biuret
E. Cara Kerja
1. Persiapan sampel
a. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit.
b. Darah dimasukkan ke dalam Vacutainer NonEDTA dan disentrifugasi dengan
kecepatan 4000 rpm selama 10 menit kemudian diambil serumnya untuk sampel.
2. Sampel (serum) sebanyak 20 μl kemudian dicampur dengan reagen Biuret sebanyak
1000 μl.
3. Campuran diinkubasi selama 5 menit dalam suhu ruangan, kemudian diukur dengan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm dan nilai faktor 19.0.

Masukkan kedalam Blanko Standar Test


tabung reaksi
Regensia 1000 μl 1000 μl 1000 μl
Serum - - 20 μl
Standar - 20 μl -
Lakukan homogen dan diamkan pada suhu kamar (20-25 0C) selama 5 menit. Baca
absorbance test (Abs.test) dan Absorbance standar (Abs.std) terhadap blanko reagensia
pada panjang gelombang 546 nm

F. Nilai Normal
Bayi : 4,6-7,0 gr/dl
3 th s.d. dewasa : 6,2-8,5 gr/dl
PENENTUAN AKTIVITAS ENZIM AMYLASE DARAH

A. Tujuan
1. Mengukur kadar enzim amylase dalam darah
2. Menjelaskan nilai normal enzim amylase dalam darah serta nilai patologis dari
hasil praktikum.
3. Melakukan diagnosa dini penyakit apa saja yang ditandai oleh hasil aktivitas
abnormal (patologis) melalui bantuan hasil praktikum yang dilakukan.

B. Dasar Teori
Enzim sebagai biokatalisator menyebabkan organisme hidup dapat memperoleh
dan menggunakan energi dengan cepat. Enzim mengubah kecepatan reaksi, tetapi tidak
mempengaruhi keseimbangan akhir. Enzim bekerja khusus pada reaksi-reaksi tertentu dan
hanya bekerja di bawah syarat-syarat tertentu, yaitu pH, suhu, kadar substrat, kofaktor,
kokenzim, dan lain-lain. pH optimum untuk enzim yang bekerja di lambung adalah 1-2,
di usus halus 7-8, di dalam sel 7,4. Untuk suhu optimum misalnya enzim-enzim yang
bekerja di dalam tubuh manusia 37 0C dan untuk enzim pada tumbuh-tumbuhan ada yang
sampai 60 0C. Sebagian enzim mudah dijadikan inaktif dengan pemanasan 100 0C selama
kira-kira 5 menit. Enzim kadang sulit ditentukan karena kadarnya rendah, sehingga dapat
ditentukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan mengikuti perubahan koenzim dan
dengan enzim tidak aktif.
Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai
bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam sistem
pencernaan manusia adalah enzim amylase. Amylase adalah enzim hidrolitik yang
memecah amilum menjadi maltosa. Amylase menghidrolisis unit-unit D-glukosa yang
terangkai dengan ikatan rantai C-1,4. Hidrolisis berlangsung dengan cara acak dan
menghasilkan disakarida maltosa sebagai hasil akhirnya.
Amylase pancreatic dihasilkan oleh pankreas dan dilepaskan ke saluran
pencernaan. Sementara itu, amylase saliva disintesis oleh glandula saliva dan disekresikan
melalui saliva yang terdapar amylase dalam darah dieliminasi melalui ginjal dan
dieksresikan ke dalam urin. Oleh karena itu, peningkatan aktivitas amylase serum
menunjukan peningkatan amylase urin.
Pengukuran α-amylase pada serum dan urin, utamanya digunakan untuk
mendiagnosis gangguan pada pankreas dan juga untuk mendeteksi perkembangan
komplikasi penyakit. Hiperamylasemia dapat terjadi karena penyakit pankreas lainnya,
seperti obstruksi pankreas dan kanker pankreas. Kadar amylase yang tinggi kadar juga
dapat terjadi sebagai akibat dari beberapa kondisi ganas, seperti sebagai kanker payudara,
usus besar, paru-paru, dan ovarium. Pada pankreatitis akut, aktivitas amylase darah
meningkat dalam beberapa jam setelah timbulnya nyeri abdominal kuadran kiri atas yang
meradiasi ke belakang dengan rasa mual dan muntah. Puncaknya setelah 12 jam dan
kembali normal setelah 5 hari.
Spesifisitas α-amylase pada kelainan pankreas tidak setinggi pada kelainan
penyakit non-pancreatis, seperti parotitis dan insufisiensi ginjal. Oleh karena itu, untuk
memastikan diagnosis pankreatitis akut secara tepat perlu juga dilengkapi dengan
pengukuran lipase. Lipase diproduksi oleh sebagian besar sel acinal pancreas dan
meningkat pada pakreatitis akut dalam waktu 3-6 jam onset gejala, puncak pada 24 jam,
dan persisten selama 2 minggu. Spesifisitas tes lipase belum sempurna karena beberapa
kasus non pankreas dengan terjadinya penigkatan serum lipase sedangkan serum amilase
normal dan tanpa ketidaknyamanan abdomen. Menurut The American College of
Gastroenterology menyarankan melakukan pengukuran serum amilase dan lipase dapat
digunakan sebagai diagnosis pankreatitis akut.

C. Metode dan Prinsip Kerja


Tes fotometri enzimatik, dimana substrat 4,6-ethylidene-(G7)-p-nitrophenyl-(G1)-α-
D-maltoheptaoside (EPS-G7) dipecah oleh enzim α-amylase menjadi berbagai fragmen.
Lebih lanjut, terjadi hidrolisis pada tahap kedua oleh α-glukosidase sehingga
menghasilkan glukosa dan p-nitrophenol. Peningkatan dalam absorbansi menunjukkan
aktivitas amylase total (Amylase saliva & pankreatik) di sampel.

α-Amylase
5 EPS-G7 + 5 H2O 2 Ethylidene-G5 + 2 G2PNP + 2
Ethylidene-G4 + 2 G3PNP + Ethylidene-
G3 + G4PNP

α-Glucosidase
2 G2PNP + 2 G3PNP + G4PNP + 14 H2O 5 PNP + 14 G
(PNP = p-nitrophenol, G = Glucose)
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Spuit 3 cc
b. Torniquet
c. Rak tabung reaksi
d. Mikropipet 10-100 l
e. Makropipet 100-1000 l
f. Blue tip
g. Yellow tip
h. Tabung vacutainer NonEDTA
i. Spektrofotometer
j. Sentrifugator

2. Bahan
a. Working reagen
b. Serum darah
c. Alkohol 70%

E. Cara Kerja
1. Persiapan sampel:
a. Darah diambil menggunakan spuit kira-kira sebanyak 3 cc.
b. Darah dimasukkan ke dalam tabung vacutainer nonEDTA dan disentrifugasi
dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian diambil serumnya
sebagai sampel.
2. 1 cc working reagen dimasukkan ke dalam tabung reaksi
3. Masukkan 20 µl serum ke dalam tabung reaksi lalu homogenkan. Inkubasi selama
2 menit.
4. Kadar enzim amylase dibaca dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang
405 nm.

F. Nilai Normal
Nilai normal amylase darah = <100 U/L untuk pria dan wanita
PENENTUAN AKTIVITAS ENZIM AMYLASE SALIVA

A. Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa akan dapat melakukan pemeriksaan untuk mengetahui aktivitas enzim
amylase pada saliva.
2. Mahasiswa akan dapat mengetahui aktivitas enzim amylase saliva dengan bantuan
praktikum yang dilakukan.

B. Dasar Teori
Pada tubuh manusia amylase dihasilkan dari beberapa organ yakni sebagian besar
disintesis oleh sel asinar pankreas dan kelenjar saliva, dan sebagian kecil terdapat di
jaringan adiposa, gonad, tuba fallopi, traktus intestinal dan otot skelet. Saliva merupakan
cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi kelenjar saliva mayor dan minor di
dalam rongga mulut. Kontribusi volume terbesar saliva secara kuantitatif dihasilkan oleh
kelenjar parotis (60-65%), submandibularis (20-30%), dan sublingualis (2-5%). Saliva yang
disekresikan oleh kelenjar liur selain mengandung enzim amylase juga mengandung
99,5% air, glikoprotein, dan musin yang bekerja sebagai pelumas pada waktu
mengunyah dan menelan makanan.
Amylase yang terdapat dalam saliva adalah α-amylase yang mampu membuat
polisakarida (pati) dan glikogen dihidrolisis menjadi maltosa dan oligosakarida lain
dengan menyerang ikatan glikosidat. Amylase bekerja optimum pada pH 6-7 dan akan
segera terinaktivasi pada pH 4,0 atau kurang sehingga kerja pencernaan makanan dalam
mulut akan terhenti apabila lingkungan lambung yang asam menembus partikel
makanan.
Amylase bekerja pada bermacam-macam polisakarida dan oligosakarida tetapi
pengaruhnya paling mudah ditunjukkan dengan menggunakan amilum sebagai substrat.
Amylase mengkatalisis hidrolisis amilum menjadi maltosa dengan pembentukan hasil
antara berupa bermacam-macam dekstrin. Amilum dan dekstrin yang molekulnya masih
besar dengan iodium memberi warna biru, dekstrin-dekstrin antaranya (eritrodekstrin)
memberi warna coklat kemerah-merahan. Dekstrin yang molekul-molekulnya sudah kecil
lagi (akhrodekstrin) dan maltosa tidak memberi reaksi dengan iodium. Jadi amylase
pengaruhnya dapat diikuti dengan mengamati waktu yang diperlukan untuk mencapai
titik saat campuran reaksi tidak memberikan warna lagi dengan larutan iodium. Titik ini
disebut titik akromik.

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Gelas kimia 50 ml 2 buah
2. Cawan petri
3. Pipet tetes
4. Penjepit tabung reaksi
5. Bunsen
6. Kertas saring
Bahan
1. Saliva
2. Larutan NaCl 0,2 %
3. Larutan amilum 1 %
4. Larutan iod 0,01 N

D. Cara Kerja
1. Probandus berkumur dengan NaCl selama 2-3 menit
2. Sampel ditempatkan pada gelas kimia yang terdapat kertas saringnya
3. Sampel dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing sebanyak 2,5 cc.
4. Salah satu tabung kemudian dipanaskan, sedangkan tabung yang lain didiamkan.
5. Masing-masing cawan petri diteteskan 3 tetes iodium dan 3 tetes amylum
6. Sampel baik dari tabung yang telah dipanaskan maupun yang tidak, diteteskan pada
cawan petri.
7. Untuk cawan petri yang ditetesi sampel yang dipanaskan, diteteskan sampel kembali
setiap 5 menit, amati perubahan warna.

Anda mungkin juga menyukai