Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Hari/Tanggal: Selasa, 15 November 2022

Biokimia Umum Waktu : 11.30 - 14.00


PJP : Dra.Inda Setyawati, S.TP,M.Si.
Asisten : Qisthina Hanifati
Salvinra F Meirilia
Alifa Rahmania

GLUKOSA DARAH

Kelompok 7
Nama NIM
Aulia Devi Azizah B0401211031
Rhenassa Shan B0401211032
Anetonia Felicia I B0401211035
Ghyna Zahratul H B0401211039

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2022
PENDAHULUAN
Glukosa merupakan karbohidrat penting dimana kebanyakan karbohidrat dalam
makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa. Glukosa adalah prekursor
untuk sintesis semua karbohidrat lain yang ada di dalam tubuh, serta merupakan
monosakarida terpenting karena digunakan sebagai sumber energi utama dalam tubuh
(Murray 2009). Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam tubuh
untuk berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel itu sendiri.
Darah terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen selular diantaranya eritrosit,
leukosit, dan trombosit (Fitryadi dan Sutikno 2016). Glukosa darah adalah jumlah
kandungan glukosa dalam darah. Konsentrasi glukosa dalam darah diatur ketat oleh
tubuh. Tingkat gula darah bertahan pada batas 70-150 mg/dl sepanjang hari. Kadar
glukosa darah berada pada level terendah pada pagi hari sebelum orang makan, dan
akan meningkat setelah makan (Murray 2009).
Penentuan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Metode yang dapat digunakan untuk penentuan kadar glukosa darah adalah metode
Folin-Wu. Prinsip kerja metode ini adalah memanfaatkan sifat glukosa sebagai sebuah
aldosa (bergugus aldehid atau rantai rangkap karbon yang berikatan dengan oksigen
berada di ujung rantai karbon). Metode ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain
hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi
lebih cepat (Suharso 2008). Prinsip penentuan kadar glukosa darah dengan metode
Folin Wu adalah reaksi reduksi ion kupri di dalam larutan kupritartrat oleh gula
pereduksi menjadi ion kupro. Senyawa Cu2O yang terbentuk selanjutnya bereaksi
dengan asam fosfomolibdat membentuk senyawa fosfomolibdenum oksida yang
berwarna biru tua. Intensitas warna biru yang terbentuk sebanding dengan kadar
glukosa didalam darah sampel sehingga dapat diukur serapannya secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 420 nm (Maresha 2019).
Selain metode Folin-Wu, terdapat beberapa metode lain dalam menentukan
kadar glukosa darah, yaitu heksokinase, metode Asatoor dan King, metode Nelson
Somogyi, Ferisianida spektrofotometri, metode glukosa oksidase, metode titrimetri,
metode Hagedon dan Jansen, dan metode o-toluidine (Kardi 2017). Metode heksokinase
memanfaatkan peran enzimatik yang mana enzim ini hanya dapat bereaksi terhadap
glukosa saja (Roza 2020). Heksokinase akan mengkatalisis reaksi fosforilasi glukosa
dengan ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP yang nantinya akan NADPH,
NADPH ini akan diukur secara fotometri dengan panjang gelombang 340 nm (Laisouw
2017). Pengujian aktivitas penurunan kadar glukosa dapat dilakukan secara in-vitro
dengan metode enzimatis maupun non-enzimatis dengan Nelson Somogyi. Prinsip
metode Nelson Somogyi. mengoksidasi glukosa dengan reagen Nelson, kemudian
membentuk kompleks molybdenum berwarna biru kehijauan setelah penambahan
reagen arsenomolibdat, sehingga dapat diukur absorbansinya dengan spektrofotometri
UV-Vis sebagai indikator penurunan kadar glukosa (Razak et al. 2012).
Metode o-toluidine memanfaatkan o-toluidine untuk bereaksi dengan glukosa
dalam asam asetat panas dan akan menghasilkan senyawa berwarna hijau yang dapat
ditentukan melalui pengamatan fotometris (Firgiansyah 2016). Praktikum ini bertujuan
agar mahasiswa dapat menghubungkan kadar glukosa darah dengan proses absorpsi,
menentukan kadar gula pereduksi (glukosa) dalam darah dengan metode
spektrofotometri, melakukan pemisahan/isolasi suatu makromolekul polisakarida dalam
jaringan hewan serta mengamati perbedaan hidrolisis glikogen oleh enzim dan oleh
asam mineral.
METODE
Bahan dan Alat

Pada praktikum ini, alat yang digunakan adalah pipet, tabung reaksi, tabung
erlenmeyer, kertas saring, penangas air, dan spektrofotometer. Serta bahan yang
digunakan yaitu akuades, darah, Na-wolframat 10%, H2SO4 0.67 N, standar glukosa,
larutan kupritartrat, dan larutan fosfomolibdat.

Prosedur Percobaan

Darah sebanyak 1 mL diteteskan ke dalam erlenmeyer kecil, lalu sebanyak 7 mL


akuades, 1 mL Na-wolframat 10%, dan 1 mL H2SO4 0.67 N diteteskan sedikit demi
sedikit ke dalamnya, lalu dihomogenkan dan dibiarkan selama 10 menit. Setelah 10
menit, lalu disaring menggunakan kertas saring. Tabung Folin Wu disiapkan sebanyak 3
buah, dengan tabung 1 sebagai sampel, tabung 2 sebagai standar, dan tabung 3 sebagai
blanko. Kemudian, tabung 1 diisi 1 mL filtrat dan 1 mL larutan kupritartrat, tabung 2
diisi dengan standar glukosa dan larutan kupritartrat sebanyak 1 mL, dan tabung 3 diisi
dengan 1 mL aquades dan 1 mL larutan kupritartrat. Lalu ketiga tabung dipanaskan
dalam air mendidih selama 8 menit dengan suhu 100 C. Setelah 8 menit, ketiga tabung
di dinginkan. Setelah dingin, lalu ditambahkan akuades sebanyak 7 mL dan 1 mL
fosfomolibdat pada setiap tabung supaya encer.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil

Tabel 1 Kadar Glukosa Darah


Sampel Absorbansi Absorbansi Kadar Glukosa
Terkoreksi Darah (mg/dL)

( C ) Blanko 0,072 - -

(B) Standar 1,165 1,093 -

(A) Sampel 0,229 0,157 143,641


Perhitungan:
A Terkoreksi = A terukur - A Blanko
- Standar
A terkoreksi = 1,165 - 0,072 = 1,093
- Sampel
A terkoreksi = 0,229 - 0,072 = 0,157
𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Kadar gula darah = 𝐴𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
x Cstandar x Faktor Pengenceran
- Sampel
0,157
Kadar gula darah = 1,093
× 100 × 10
Kadar gula darah = 143,641 mg/dL

Pada blanko yang ditujukan absorbansi sebanyak 0,072. Pada sampel standar,
absorbansi sebanyak 1,165 dan absorbansi terkoreksi sebanyak 1,093. Pada sampel,
absorbansi berjumlah 0,229 mL, absorbansi terkoreksi sebanyak 0,157 mL, dan kadar
glukosa darah 143, 641 mg/dL.

Pembahasan

Kadar glukosa darah dapat ditentukan melalui berbagai metode. Metode yang
digunakan untuk penentuan kadar glukosa darah pada praktikum ini adalah metode
Folin-Wu. Prinsip penentuan kadar glukosa darah dengan metode FolinWu adalah
reaksi reduksi ion kupri di dalam larutan kupritartrat oleh gula pereduksi menjadi ion
kupro. Senyawa Cu2O yang terbentuk selanjutnya bereaksi dengan asam fosfomolibdat
membentuk senyawa fosfomolibdenum oksida yang berwarna biru tua. Intensitas warna
biru yang terbentuk sebanding dengan kadar glukosa didalam darah sampel sehingga
dapat diukur serapannya secara spektrofotometri pada panjang gelombang 420 nm
(Anggreni et al. 2022).
𝑘𝑢𝑝𝑟𝑖𝑡𝑎𝑟𝑡𝑟𝑎𝑡 + 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 → 𝐶𝑢₂𝑂
𝐶𝑢₂𝑂 (𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛) + 𝑓𝑜𝑠𝑓𝑜𝑚𝑜𝑙𝑖𝑏𝑑𝑎𝑡 → 𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 𝑀𝑜 (𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎)
Pada metode ini digunakan beberapa pereaksi, yaitu Na-Wolframat 10 % untuk
mengendapkan albumin yang terlarut dalam air serta menyempurnakan kerja dari H₂SO₄
0,6% yang berperan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan glukosa
(Zusfahair et al. 2018). Selain itu, juga digunakan larutan kupritartrat yang berfungsi
untuk membentuk warna biru ketika direaksikan dengan larutan fosfomolibdat karena
adanya asam laktat dan ion Cu2+, sedangkan fungsi dari larutan fosfomolibdat sendiri
adalah melarutkan Cu₂O dan menghasilkan warna biru ketika bereaksi dengan larutan
kupritartrat karena adanya oksida. Warna biru ini kemudian akan dibaca sebagai kadar
glukosa dalam darah menggunakan spektrofotometer.

Berdasarkan tabel dapat diketahui blanko yang ditujukan absorbansi sebanyak


0,072. Pada sampel standar, absorbansi sebanyak 1,165 dan absorbansi terkoreksi
sebanyak 1,093. Pada sampel, absorbansi berjumlah 0,229 mL, absorbansi terkoreksi
sebanyak 0,157 mL, dan kadar glukosa darah 143, 641 mg/dL. Berdasarkan hasil
percobaan pada sampel yang terdapat pada tabel 1, kadar glukosa darah yaitu sebesar
143,641 mg/dL. Charisma (2017) mengatakan bahwa kadar normal glukosa dalam
darah (plasma darah) yaitu 65–110 mg/dL (3,6–6,1 mmol/L). Berdasarkan pernyataan
tersebut, hasil percobaan tersebut menunjukkan bahwa kadar glukosa diatas normal.
Kondisi dimana kadar glukosa diatas normal adalah hiperglikemia dan sering
merupakan gejala awal dari penyakit diabetes mellitus (Charisma 2017).

Penyakit yang terkait dengan kondisi glukosa darah seseorang adalah penyakit
diabetes. Terdapat tiga jenis diabetes yaitu diabetes tipe 1 atau disebut juga Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Diabetes tipe 1 disebabkan karena tubuh
kekurangan atau tidak dapat menghasilkan hormon insulin. Selanjutnya, jenis diabetes
tipe 2 atau disebut juga Non insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes
tipe 2 disebabkan karena gaya hidup yang tidak baik dan menyebabkan resistensi
insulin, dan jenis yang terakhir adalah diabetes tipe 3. Diabetes tipe 3 disebabkan karena
kurangnya suplai insulin ke dalam otak dan dapat menyebabkan alzheimer. Kondisi
diabetes tipe 2 lebih sering ditemukan, resistensi insulin terjadi karena jumlah reseptor
insulin yang ada pada permukaan sel berkurang, menyebabkan glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel insulin (Nababan et al. 2018). Penyakit diabetes mellitus
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari luar tubuh maupun faktor dari dalam
tubuh. Faktor dari luar tubuh misalnya adalah gaya hidup seperti pola makan yang
terlalu sering mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat atau glukosa
dengan kadar yang tinggi, merokok, ataupun konsumsi alkohol. Selain gaya hidup,
faktor dari luar tubuh adalah obesitas dan aktivitas fisik. Sementara itu, contoh faktor
dari dalam tubuh adalah terjadinya resistensi hormon insulin, dimana terjadi penurunan
dalam translokasi transporter glukosa darah ke membran plasma sehingga metabolisme
glukosa tidak efektif (Betteng et al. 2014). Penanganan/pengobatan dapat diberikan
untuk menghilangkan gejala dan tanda diabetes mellitus serta mengendalikan kadar
glukosa dalam darah. Dapat diberikan pengobatan insulin dan obat hipoglikemik oral
(OHO). Obat yang digolongkan sebagai obat hipoglikemik oral antara lain sulfonilurea
untuk merangsang produksi insulin, seperti glibenklamid, gliklazid, glipizide, dan
glimepiride.

SIMPULAN

Kadar gula darah pada tubuh makhluk hidup dapat diukur dengan beberapa
metode, salah satunya metode folin-wu dengan cara mendapatkan absorbansi filtrat
darah. Berdasarkan hasil percobaan pada sampel yang terdapat pada tabel 1, kadar
glukosa darah yaitu sebesar 143,641 mg/dL. Kondisi dimana kadar glukosa diatas
normal adalah hiperglikemia dan sering merupakan gejala awal dari penyakit diabetes
mellitus.Diabetes mellitus dapat disebabkan berbagai faktor, terutama obesitas, gaya
hidup, aktivitas fisik, usia dan makanan yang dikonsumsi. Diabetes mellitus dapat
ditangani dengan konsumsi obat oral, terapi insulin dan beraktivitas lebih untuk
mengubah glukosa agar berubah menjadi energi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggreni, N. P. M. (2022). Gambaran Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Perokok


Aktif Di Banjar Badung Lukluk Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis 2022).
Betteng R, Pangemanan D, Mayulu N. 2014. Analisis faktor risiko penyebab terjadinya
diabetes melitus tipe 2 pada wanita usia produktif di Puskesmas Wawonasa.
Jurnal e-Biomedik. 2(2): 404-412.
Charisma AM. 2017. Korelasi kadar rata-rata glukosa darah puasa dan 2 jam post
prondial tiga bulan terakhir dengan nilai HbA1C pada pasien diabetes mellitus
prolanis BPJS Kabupaten Kediri periode Mei-Agustus 2017. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Indonesia. 12(2): 1-11.
Firgiansyah A. 2016. Perbandingan Kadar Glukosa Darah Menggunakan
Spektrofotometer dan Glukometer [Skripsi]. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Fitryadi K dan Sutikno. 2016. Pengenalan jenis golongan darah menggunakan jaringan
syaraf tiruan perceptron. Jurnal Masyarakat Informatika. 7(1) : 1-10.
Kardi RI. 2017. Perbedaan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah dengan ukometer
(metode poct) menggunakan sampel darah vena dan darah kapiler [Skripsi].
Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Laisouw AJ. 2017. Perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan tetesan darah kapiler
tanpa dan dengan hapusan kapas kering metode POCT (Point-OfCare-Testing)
[Skripsi]. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang.
Maresha PK. 2016. Pengaruh rokok terhadap kesehatan dan pembentukan karakter
manusia. Prosiding Seminar Nasional. 1(1): 78-84.
Murray RK. 2009. Glikogenesis dan Kontrol Gula Darah Dalam Biokimia Harper.
Jakarta: EGC.
Nababan BB, Saraswati LD, Muniroh M. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud
Krmt Wongsonegoro Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro. 6(1): 200-206.
Roza M. 2020. Membandingkan hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu dengan
metoda autoanalyzer dan point of care testing di RSUD M. Natsir [Skripsi].
Padang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.
Zusfahair, Ningsih D, Fatoni A, Pertiwi DS. 2018. Pemurnian parsial dan karakterisasi
urease dari biji kacang panjang (Vigna unguiculata subsp sesquipedalis L.).
ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia. 14(1): 72-83.

Anda mungkin juga menyukai