Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

SKENARIO 3 BLOK 3.3

Disusun oleh:

1. Gabriel Meinrad Abhisa Devinto (19.P1.0003)


2. Rafida Rahmasari (19.P1.0005)
3. Altamirano Reza Pahlevi Handoko (19.P1.0019)
4. Fransiska Ingka Pratiwi (19.P1.0025)
5. Daniel Aryo Wibowo (19.P1.0029)
6. Maria Goreti Sara Triwidianingsi (19.P1.0030)
7. Ezra Clement Lie (19.P1.0031)
8. Catharine Fabiola Samirahayu Banoristo (19.P1.0038)
9. La Venice Tarakanita Tuerah (19.P1.0044)

Dosen Pembimbing: dr. Ratna Shintia Defi, M.Biomed (AAM)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2020
Seorang laki-laki berusia 58 th datang ke Klinik Ibu Theresa  dengan keluhan lemas sejak 2
bulan ini.  Pasien merasa banyak makan dan minum, namun mengalami penurunan berat
badan. Selain itu pasien juga menjadi lebih sering BAK dan mudah mengantuk. Pasien
memiliki kebiasaan minum teh manis di pagi hari dan kopi manis di sore hari. Kedua orang
tua pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.  Pada pemeriksaan gula darah sewaktu
didapatkan hasil 330 mg/ dl. 

I. Termino
1. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah sindroma kronik gangguan metabolisme karbohidrat protein
dan lemak akibat insufisiensi sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan yang
dituju.
Dorland, W.A. Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Jakarta: Buku
Kedokteran Pemeriksaan gula darah sewaktu
2. Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
Tes kadar gula darah yang bisa dilakukan kapan saja, tanpa harus memperhatikan
makanan yang telah dikonsumsi sebelumnya dan bisa dikatakan normal jika hasilnya
tidak lebih dari 200 mg/dl.
3. Lemas
Berkurangnya suatu energi
Sumber Dorland, W.A. Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland; edisi 28. Jakarta
4. Sering BAK (Poliuria)
Poliuria didefinisikan sebagai volume urin 24 jam yang melebihi 2,8 L yang diikuti
dengan peningkatan frekuensi berkemih baik siang maupun malam hari.
5. Gula darah
Gula darah adalah kadar gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.
(sumber : Putra, R. Ahmad. Hubungan Kadar Glukosa Darah Dengan Kadar a-
Amilase Pada Penderita Diabetes Mellitus. Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Semarang.2017)

II. Rumusan Masalah


1. Berapa kadar gula darah normal pada manusia?
2. Apa dampak mengonsumi kopi manis dan teh manis di pagi hari?
3. Mengapa pasien mengalami penurunan berat badan, akan tetapi pasien banyak makan
dan banyak minum?
4. Mengapa pasien banyak buang air kecil dan sering mengantuk?
5. Apa hubungan keluhan pasien dengan orang tua yang memiliki riwayat penyakit DM?
6. Mengapa dokter memakai metode pemeriksaan gula darah sewaktu?
7. Mengapa pasien baru merasakan gejala setelah 2 bulan?
8. Apa saja tanda dan gejala DM dan klasifikasinya?

III. Hipotesis
1. kadar gula darah pada kelompok normal adalah 84 mg/dL dengan kadar gula darah
terendah 78 mg/dL dan tertinggi 89 mg/dL. Pada kelompok GDPT (Glukosa Darah
Puasa Terganggu), hasil pengukuran kadar gula darah menunjukkan rerata 95,75
mg/dL dengan kadar gula darah terendah 91 mg/dL dan tertinggi 98 mg/dL.
(Sumbernya: auliya, P. 2016. Gambaran kadar gula darah pada manusia. Fakultas
kedokteran universitas andalas)
Kadar glukosa darah puasa yang baik adalah 80-109 mg/dl, dikategorikan sedang 110-
125 mg/dl dan dikategorikan buruk >126 mg/dl.
Kadar glukosa darah 2 jam dikatakan baik apabila kadar glukosa darah 80-144 mg/dl,
dikatakan sedang 145-179 mg/dl dan dikategorikan buruk apabila glukosa darah >180
mg/dl.
(sumber: N. Laila & A. Merryana. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Gula
Darah Puasa Penderita Diabetes Mellitus. Departemen Gizi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Airlangga. 2017)
2. mengonsumsi teh dan kopi di pagi hari dapat memberikan dampak
a. mengganggu metabolism
b. dehidrasi
c. mengganggu kesehatan mulut
d. efek buruk kafein
e. membuat perut kembung
3. penurunan berat badan pada skenario dikarenakan adanya indikasi diabetes melitus
pada pasien, penurunan berat badan sendiri merupakan gejala umum pada penderita
diabetes. hal tersebut dikarenakan pada penderita DM akan terjadi defek sekresi
insulin (kurangnya produksi insulin) maupun adanya gangguan kerja insulin
(resistensi insulin) yang mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel otot
dan jaringan lemak. Akibatnya untuk memperoleh sumber energi maka tubuh akan
menggunakan pasokan energi pada otot dan jaringan lemak melalui glikogenolisis dan
lipolisis. Proses glikogenolisis dan lipolisis yang berlangsung secara terus menerus
akan menyebabkan berkurangnya massa otot dan jaringan lemak yang mengakibatkan
penurunan berat badan
4. Keadaan ini terjadi akibat beberapa faktor faktor seperti :
a. Kadar gula darah terlalu tinggi
Dalam keadaan normal,gula darah akan disaring oleh ginjal dan diserap kembali
ke dalam darah namun tidak dibuang kedalam urine.Sehingga kadar gula darah
yang berlebihan membuat ginjal tidak dapat menyerap semua gula kembali
kedalam darah, ada juga sebagian gula yang keluar dalam urine.Gula yang keluar
dalam urine memiliki sifat osmotik atau menarik lebih banyak air untuk turut
keluar melalui urine.Akibatnya, penderita diabetes akan mengalami poliuria atau
sering buang air kecil.
b. Keinginan minum yang lebih tinggi .
Sering buang air kecil akibat kadar gula darah tinggi pada penderita DM menuntut
tubuh mereka untuk mengirimkan sinyal haus ke otak berulang kali. Peristiwa
tersebut membuat penderita DM lebih sering minum dan BAK. Untuk gejala
mengantuk yang sering dirasakan penderita penyakit DM dikarenakan diabetes
diakibatkan berat badan berlebih dan kurangnya aktivitas fisik serta gula darah
yang tinggi dalam tubuh.
Sumber : Kharroubi,A.Darwish H. (2015) .Diabetes Melitus : The Epidemic of
The Century. World J Diabetes.6(6),pp.850-867.
5. hubungan keluhan pasien dengan riwayat orang tua yang memiliki DM
Karena salah Salah satu faktor penyebab DM adalah adanya riwayat keturunan DM
dari orangtua. Gen penyebab DM akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita
DM. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya
sangat kecil. Jika didapati salah satu orangtua menderita DM maka resiko untuk
menderita DM adalah sebesar 15%, jika kedua orangtua memiliki DM maka resiko
untuk menderita DM meningkat menjadi 75%. seseorang yang memiliki salah satu
atau lebih anggota keluarga baik orang tua, saudara, atau anak yang menderita
diabetes, memiliki kemungkinan 2 sampai 6 kali lebih besar untuk menderita diabetes
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki anggota keluarga yang
menderita diabetes. Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari
pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan
lebih besar ibu dari pada ayah. Pada jenis kelamin perempuan, komposisi estradiol
akan mengaktivasi ekspresi gen reseptor esterogen β (ERβ). Gen ini akan bertanggung
jawab dalam sensitivitas insulin dan peningkatan ambilan glukosa. Seiring dengan
pertambahan usia, kadar estrogen dalam tubuh perempuan akan semakin menurun.
Penurunan estrogen akan menurunkan aktivasi ekspresi gen ER sehingga sensitivitas
insulin dan ambilan glukosa juga akan menurun.
Sumber: Hubungan Riwayat Garis Keturunan dengan Usia Terdiagnosis Diabetes
Melitus Tipe II, Agus Santosa, Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 2017
6. Menggunakan metode pemeriksaan gula darah sewaktu karena dengan metode cek
gula darah sewaktu dapat menyajikan informasi berupa gula darah pasien yang terjadi
pada saat itu, hasil pemeriksaan cepat diketahui karena menggunakan glukometer yang
dapat memeriksa gula darah hanya dengan tusukan kecil di jari tangan kemudian hasil
langsung keluar di layar monitor, dan bisa menjadi penentu dosis obat minum atau
insulin yang diperlukan pasien.
Amir, S.M.J. et al., 2015. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm). Vol. 3.
No. 1.
7. Untuk waktu orang merasakan gejala diabetes melitus seperti poliphagia, polidipsia,
poliuria dan penurunan berat badan dan gejala lain seperti lemas, kesemutan, gatal,
disfungsi ereksi, pandangan kabur itu bervariasi, tergantung pada naiknya kadar gula
darah melebihi batas tidak normal dan lama waktunya.
8. tanda dan gejala DM serta klasifikasinya
a. Dm tipe 1
Merupakan adanya kerusakan sel beta pankreas di tandai kadar gula darah
meningkat yang di akibatkan oleh ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan
insulin. Diabetes tipe ini dapat ditemui sebelum usia 25-30 th tetapi tidak menutupi
kemungkinan orang dewasa dan pansia dapat mengalami DM tipe 1. DM tipe 1
terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun.
Tanda dan gejala diabetes mellitus tipe 1 adalah - poliuria (kencing terus menerus
dalam jumlah banyak)
1) polidipsia (rasa cepat haus)
2) polipagia (rasa cepat lapar)
3) penurunan berat badan secara drastis, mengalami penurunan penglihatan dan
kelelahan. ( SUMBER: WHO)
b. DM tipe 2
Dm tipe 2 terjadi pada usia lebih dari 40 th. Pada DM tipe 2 ini pankreas mampu
menghasilkan insulin tetapi glukosa sulit masuk ke dalam sel. Pada penderita DM
tipe ini terjadi hiperinsulinrmua tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk
kedalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Gejala DM tipe II hampir sama dengan tipe I, antara lain
1) polyuria (sering berkemih)
2) polydipsia (sering haus)
3) polifagia (sering lapar), dan
4) berat badan turun.

Gejala lain yang biasanya ditemukan pada saat diagnosis antara lain: adanya
riwayat penglihatan kabur, gatal-gatal, neuropati perifer, infeksi vagina berulang,
dan kelelahan.

c. DM gestasional ( diabetes pada kehamilan)


Sering muncul pada kehamilan trimester kedua atau ketiga. Apabila penangannya
kurang baik berakibatkan pada bayi dengan BB lahir mencapau >4kg.
Tanda dan gejala
1) sering merasa lapar
2) Sering merasa haus
3) Sering buang air kecil
4) Berat badan menurun
5) Infeksi vagina
6) Mudah merasa lelah
7) Kesemutan pada tangan dan kali
8) Proses pengembuhan luka lebih lama
d. Dm tipe lainnya
Diakibatkan oleh penyakit pankreas dan sindrom hormonal yang dapat
mengganggu kerja insulin, mengkonsumsi obat” an yang mengganggu penghas
insulin, dan faktor genetik DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik
yang di tandai dengan kenaikan kadar darah glukosa darah akibat faktor genetik
fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, infeksi virus dan penyakit autoimun.
Tanda dan gejala
1) adanya gangguan genetik pada fungsi sel beta.
2) Gangguan genetik pada kerja insulin
3) Penyakit eksokrin pankreas

( sumber: nusantara, ana fitria. Dkk. 2019. Pengawasan anak dengan DM type 1
sebagai pencegahan kejadian ketoaasidosi diabetikum. Sulawesi selatan : yayasan
ahmar cemdekia indonesia)

(Sumber: WHO, 2016)

(Sumber: mufdillah. Dkk. 2019. Mengenal dan Upaya Mengatasi Diabetes Melitus
dalam Kehamilan. Yogyakarta: nuha medika)
IV. Skema

V. Sasaran Belajar
1. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan klasifikasi Diabetes Melitus
(mencakup etiologi, patofisiologi, pathogenesis dan faktor resiko)
2. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tanda dan gejala dari masing2 DM
3. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan penatalaksanaan masing2 DM
4. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan jenis2 pemeriksaan DM
5. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan komplikasi DM

VI. Belajar Mandiri


Daftar Pustaka
1. Cornwell EE. Initial approach to trauma. In: Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS,
Ma OJ, Cline DM, eds. Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. 6th ed.
New York, NY, 2004: chap 251Vagina
2. Tharmapalan, Suthichana. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 29th Ed. Singapore:
Elsevier. 2015
3. Sherwood L. Human Physiology From Cells to Systems. 8th Ed. Department of
Physiology and Pharmacology, School of Medicine West Virginia University. 2013
4. Nur, Yuniarti. Epidemologi Trauma Secara Global. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. 2017
5. Netter,Frank H. Atlas Of Human Anatomy. 25th Edition. Jakarta:EGC. 2014.
6. Mescher A.L,. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas. Edisi Ke-14. EGC. 2016
7. Prathita, Y.A., Syahredi, S. dan Lipoeto, N.I. Hubungan Status Gizi dengan Siklus
Menstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2017
8. Batubara, Jose RL. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2010
9. Proverawati, Misaroh. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta :
Nuha Medika. 2009
10. Harzif, Achmad Kemal. et.al. 2018. Fakta-fakta mengenai Menstruasi pada Remaja.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11. Prawirohardjo, S. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina
Pustaka. 2009
12. Goldman, M.B.; Troisi, R.; Rexrode, K.M. Women and Health. American Press, New
York. 2012
13. Hoffman, BL, et al. Williams Gynecology. 13th Edition. New York: McGraw-Hill
Education. 2016.
14. Hall, JE. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th Edition. Philadelphia:
Elsevier. 2016.
15. Taylor, HS., et al. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. 9th Ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer. 2020.
16. Contanzo, LS. Physiology. 6th Ed. Philadelphia: Elsevier. 2020.
17. Firmansyah, Karangan P. Roby. Tumbuh-Kembang Siswi Kelas 5,6 SD: Sosial
Biologis Usia Menarche, Kekuatan Genggam, Kecepatan Reaksi, Tinggi dan Berat
Badan. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2019
18. Yudita, Nurul Aini, Amel Yanis, and Detty Iryani. "Hubungan antara Stres dengan
Pola Siklus Menstruasi Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas." Jurnal
Kesehatan Andalas 6.2 . 2017

Anda mungkin juga menyukai