Disusun Oleh :
Kelompok 5
Rafida Rahmasari (19.P1.0005)
Reista May Anggita (19.P1.0006)
Maria Estevania Anjali Hantoro (19.P1.0014)
Clarissa Sudirman (19.P1.0015)
Teodorus Realino Francsugi (19.P1.0023)
Ezra Clement Lie (19.P1.0031)
Elisabeth Wolda Lusitania Ba (19.P1.0034)
Irine Kurnianingtyas (19.P1.0036)
Angela Fasha Septiani Simamora (19.P1.0037)
Keluhan Utama:
Panas sumer-sumer sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, panasdisertai mata berwarna
kuning sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Panas dialami pasien sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, panas tidak tinggi, panas
bersifat naik turun sampai normal tidak dipengaruhi oleh waktu. Panas tidak disertai
Menggigil, kejang serta perdarahan tidak dialami pasien. Riwayat mata berwarna kuning
sebelumnya tidak ada. Penderita mengeluh nyeri perut terutama di bagian uluh hati,kadang-
kadang nyeri menjalar ke perut kanan atas.
Pasien juga mengeluh mual namun tidak sampai muntah. BAK berwarna seperti teh tua
dialami 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan BAB normal.
Pemeriksaan fisik:
Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva palpebra pucat, sklera ikterik. Pada
pemeriksaan paru: pada palpasi: stem fremitus kiri melemah dibandingkan kanan mulai SIC
IV ke bawah, perkusi : paru kiri pekak mulai SIC IV ke bawah, auskultasi : pada paru kiri suara
dasar bronchial, ronchi basah halus di SIC II – IV, mulai SIC IV ke bawah suara nafas tidak
terdengar. Pada pemeriksaan abdomen tampak cembung, venektasi (+), perkusi redup, pekak
sisi (+), pekak alih (+), liver span 9 cm. Pada palpasi : hepar teraba 2 jari bawah arcus costa,
kenyal, tepi tajam, permukaan rata; lien teraba di Schuffner 2, kenyal, tepi tumpul, permukaan
rata.
III. Hipotesis
1. Ikterus merupakan suatu kondisi klinis dimana terjadi perubahan warna pada
kulit serta mukosa menjadi kekuningan. Sklera mata menjadi kuning
disebabkan adanya suatu peningkatan kadar bilirubin di dalam darah mencapai
> 2 mg/dl. Ikterus berkaitan dengan masalah radang pada hati (hepatitis),
sumbatan pada saluran empedu (batu empedu), dan pemecahan sel darah merah
yang berlebihan (anemia hemolitik).10
2.
Panas naik turun hingga normal disebut juga demam intermiten .Pada demam
tipe ini kenaikan suhu tubuh hanya beberapa jam dalam sehari dan kembali ke
normal dalam beberapa jam Tipe demam seperti ini biasa ditemukan ditemukan
pada penyakit malaria, kala azar, pyemia, sepsis.11
3. Berdasarkan keluhan utama pasien serta hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,
tanda dan gejala yang hampir mirip yaitu mengarah pada hepatitis. Hepatitis
adalah peradangan sel-sel hati, biasanya disebabkan infeksi (virus, bakteri,
parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak
berlebih, dan penyakit autoimun. Secara umum, hepatitis terbagi menjadi A, B,
C, D dan E yang masing-masing disebabkan oleh virus berbeda.
Hiperbilirubinemia yang dialami pasien dapat disebabkan oleh pembentukan
bilirubin yang melebihi kemampuan hati untuk mengekskresikan bilirubin yang
telah diekskresikan dalam jumlah normal. Warna kuning dalam kulit yang
dialami akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut lemak, tak
terkonjugasi, non-polar. Namun untuk mendiagnosis hepatitis lebih spesifiknya
akan dilakukan pemeriksaan fisik, tes fungsi hati, dan serologi melalui sampel
darah.12
4.
Sakit perut sebelah kanan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari
yang ringan hingga serius. Meski demikian, kondisi ini umumnya disebabkan
oleh gangguan pada organ tubuh tertentu, seperti hepar, gallblader, atau ginjal
sebelah kanan. Pada wanita, kondisi ini juga dapat terjadi akibat adanya
gangguan pada sisi kanan tuba falopi. Agar penanganan yang tepat dapat
dilakukan, penting untuk mengetahui penyebab dari sakit perut sebelah kanan
Penyebab nya antara lain : 13, 14, 15
1. Appendicitis
2. Kolesistitis
3. Kolelithiasis
4. Kehamilan Ektopik pada wanita
5. Hepatitis
5. Coklat seperti warna teh : sebagai indikator adanya kerusakan atau gangguan
hati seperti hepatitis atau serosis dan dapat menunjukkan proteinuria.16
7. Posisi Hepar
Hepar terletak di regio hypochondrium dextra dan epigastraium,pada bagian
atas cavum abdominis, dibawah diafragma, dikedua sisi kuadran atas, yang
sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200-1600 gram.
Permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma, permukaan bawah
terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen.
Posisi Lien
Lien terletak di kuadran kiri atas dorsal di abdomen pada permukaan bawah
diafragma, terlindung oleh iga ke IX, X, dan XI. Lien terpancang ditempatnya
oleh lipatan peritoneum yang diperkuat oleh beberapa ligamentum
suspensorium. Panjangnya berkisar antara 6-13 cm dan berat berkisar 75-120
g.19
8. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva palpebra pucat menandakan
anemia dan sklera ikterik menandakan adanya peningkatan bilirubin >3mg/dL
IV. Skema
Ikterik
Pemeriksaan
Fisik dan
Penunjang
Hepatitis B
Etiologi Patofisiologi
Faktor Pencegahaan Tata Laksana Komplikasi Prognosis
Resiko
V. Learning Objectives
1. Mengetahui dan mempelajari fungsi dari hepar
2. Mengetahui dan mempelajari etiologi dari Hepatitis B
3. Mengetahui dan mempelajari patofisiologi dari Hepatitis B
4. Mengetahui dan mempelajari faktor resiko dari Hepatitis B
5. Mengetahui dan mempelajari pencegahaan Hepatitis B
6. Mengetahui dan mempelajari tata laksana dari Hepatitis B
7. Mengetahui dan mempelajari pemeriksaan fisik dan penunjang dari Hepatitis
B
8. Mengetahui dan mempelajari komplikasi dari Hepatitis B
9. Mengetahui dan mempelajari prognosis dari Hepatitis B
VI. Belajar Mandiri
1. Hepar adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh serta dapat
dipandang sebagai pabrik biokimia utama tubuh. Hepar juga melakukan beberapa
fungsi :24
1) Memproses secara metabolik ketiga nutrien utama (karbohidrat, protein,
dan lemak) setelah zat-zat ini diserap dari saluran cerna.
2) Mendetoksifikasi atau menguraikan zat sisa tubuh dan hormon serta obat
dan senyawa asing lain.
3) Membentuk protein plasma, termasuk protein yang dibutuhkan untuk
pembekuan darah dan mengangkut hormon steroid dan tiroid serta
kolesterol dalam darah.
4) Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5) Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan hepar bersama dengan ginjal.
6) Mengekskresikan kolesterol.
7) Membentuk dan mengekskresikan bilirubin yang merupakan produk
penguraian yang berasal dari destruksi sel darah merah
2. Etiologi Hepatitis B
Hepatitis B virus merupakan jenis virus DNA untai ganda, dengan ukuran
sekitar 42 nm yang terdiri dari 7 nm lapisan luar yang tipis dan 27 nm inti di
dalamnya. VHB dapat tetap inaktif ketika disimpan pada suhu 30-32°C
selama paling sedikit 6 bulan dan ketika dibekukan pada suhu -15°C dalam
15 tahun. Virus ini memiliki tiga antigen spesifik yaitu antigen surface,
envelope dan core. Hepatitis B surface antigen (HBsAg) merupakan
kompleks antigen yang ditemukan pada permukaan VHB, dahulu disebut
dengan Australia(Au) antigen atau hepatitis associated antigen (HAA).
Adanya antigen ini menunjukkan infeksi akut atau karier kronis yaitu lebih
dari 6 bulan. Hepatitis B core antigen (HbcAg) merupakan antigen spesifik
yang berhubungan dengan 27 nm inti pada VHB. Antigen ini tidak terdeteksi
secara rutin dalam serum penderita infeksi VHB karena hanya berada di
hepatosit. Hepatitis B envelope antigen (HBeAg) merupakan antigen yang
lebih dekat hubungannya dengan nukleokapsid VHB. Antigen ini bersirkulasi
sebagai protein yang larut di serum. Antigen ini timbul bersamaan atau segera
setelah HBsAg, dan hilang beberapa minggu sebelum HBsAg hilang. Antigen
ini ditemukan pada infeksi akut dan pada beberapa karier kronis.25
6. Tatalaksana Hepatitis B
Evaluasi awal untuk menentukan terapi, meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan lab seperti fungsi hati, dan darah lengkap.
a. Hepatitis B kronik
Dilakukan supresi kadar replikasi virus HBV, dengan indikasi :
• Supresi HBV DNA (< 2,000 IU/mL; lebih baik tidak terdeteksi PCR, < 50
IU/mL)
• ALT (SGOT, SGPT) dalam kadar normal.
• Perbaikkan histologis hati.
• HBsAg Clearance
HBsAg tak terdeteksi atau serokonersi ke anti-HBs.
• HBeAge Clearence
HBeAg tak terdeteksi atau serokonersi ke anti-HBe (gambarankan penurunan
replikasi virus dan perbaikkan histologis hati).
5 jenis obat :
-Interferon, lamivudin, Adefovir dipivoxil, Pegylated interferon, Entecavair
b. Hepatitis B Akut
Hanya terapi suportif dan sitomatik, tidak memerlukan tatalaksana anviral,
karena sebagian besar infeksi hepatitis B akut pada dewasa dapat sembuh
spontan. Terapi anviral hanya pada pasien hepatitis fulminan atau pasien
imunokompromais.32
2. Palpasi : Hepatosplenomegaly
- teraba pembesaran pada hepar sekitar 2-3 cm dibawah arcus costa dengan
konsistensi lembek, tepi tajam, dan nyeri tekan.
3. Perkusi : First percussion positif (bunyi pekak dan nyeri ketuk pada arcus
corstarum dextra)
1. Serologi hepatitis B
• HBsAg: Infeksi akut (kurang dari 6 bulan) atau infeksi kronis (lebih dari
6 bulan).
• Anti-HBs: Pemulihan dari infeksi akut atau kekebalan dari vaksinasi.
• HBeAg: Sebagian besar terkait dengan viral load yang tinggi.
• Anti-HBe: Fase replikasi rendah.
• IgM Anti-HBc: Infeksi akut, satu-satunya penanda yang ada pada
periode jendela, dapat muncul selama eksaserbasi infeksi kronis.
• IgG Anti-HBc: Paparan infeksi, infeksi kronis (jika ada bersama dengan
HBsAg), pemulihan dari infeksi akut (jika ada dengan anti-HBs), jika
kehadiran terisolasi dapat menunjukkan infeksi tersembunyi.
• DNA VHB: Mendeteksi viral load. Genotipe hepatitis B memberikan
masukan tentang perkembangan penyakit dan respons terhadap
interferon.
2. Biokimia hati
Karsinoma hepatoseluler
Hepatokarsinogenesis dapat terjadi dengan adanya ikatan kovalen antara
karsinogen dan DNA. Pada infeksi VHB kronis, diduga terjadi integrasi
genom.VHB dan genom hepatosit atau adanya delesi/translokasi sekuen DNA
tertentu yang dapat mengubah sifat-sifat asli sel hati dan memunculkan
transformasi keganasan. Sel hati yang sudah terintegrasi antarah genom VHB
dan DNA sel hati akan menjadi kebal terhadap respon imun. Kemudian terjadi
proses nekrosis dan kematian sel yang diikuti regenerasi berulang kali dan
diikuti replikasi lebih lanjut oleh sel-sel hati yang telah mengalami
transformasi keganasan.
9. Pada hepatitis B akut, sekitar 95-99% pasien akan sembuh sempurna. Pasien yang
lanjut usia dan disertai dengan kelainan medis lain dapat mengalami penyakit yang
berkelanjutan dan dapat menderita hepatitis berat. Prognosis buruk tampak jika
pada penderita ditemukan asites, edema perifer, dan ensefelopati hepatik.
Tambahan lainnya, Waktu protrombin yang memanjang, kadar albumin serum yang
rendah, hipoglikemia, dan tingginya kadar bilirubin serum mengnandakan penyakit
hepatoseluler yang berat. Pasien dengan tanda klinis dan hasil laboratorium seperti
ini perlu mendapatkan tindakan medis yang segera. Angka kematian pada hepatitis
A dan B sangat rendah ( sekitar 0.1%) tapi meningkat sebanding dengan
peningkatan usia dan penyakit medis lain yang menyertai. Pada pasien dengan
hepatitis B yang dirawat di rumah sakit, angka kematiannya 1%.37
VII. Kesimpulan
Berdasarkan skenario pasien diduga mengalami hepatitis B. Hepatitis B
merupakan peradangan hati yang disebabkan karena infeksi virus hepatitis B. Virus
ini memiliki tiga antigen spesifik yaitu antigen surface, envelope dan core. Faktor
resiko penularan HBV dikelompokkan menjadi nosocomial, paparan keluarga atau
perilaku beresiko tinggi. Penegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis
pemeriksaan fisik berupa inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dan penunjang
yang terdiri dari pemeriksaan serologi,biokimia hati, USG dan biopsi hati.
Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah terapi suportif dan simtomatis.
Komplikasi yang dapat terjadi dari hepatitis B yaitu sirosis hati dan karsinoma
hepatoseluler Pada hepatitis B akut, sekitar 95-99% pasien akan sembuh sempurna.
prognosis lebih buruk bila ditemukan asites,edema perifer, dan ensefelopati
hepatik.
DAFTAR PUSTAKA