Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS ILMU PENYAKIT DALAM

Hepatitis A
Sebagai Diskusi Kasus Modul 8.2 Kepaniteraan Junior

Disusun Oleh:

Lie Cia Cun

1711201022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

2021
BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Melayu
Agama : Islam
Alamat : Jln. Bumi Putra
No. RM :-
Tanggal Masuk : 22-12-2019
Tanggal Keluar : 28-12-2019

B. ANAMNESIS PASIEN
Keluhan Utama : Nyeri perut kanan atas sejak 3 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
 Nyeri perut kanan atas sejak 3 hari SMRS, nyeri dirasakan tiba-tiba dan hilang timbul,
rasanya seperti ditusuk-tusuk. Nyeri semakin bertambah bila pasien merubah posisi,
nyeri tidak menjalar
 Demam sejak ± 3 hari yang lalu, demam dirasakan naik turun dan demam tidak disertai
mengigil.
 Nafsu makan menurun sejak ± 7 hari SMRS
 Mual (+) muntah (-)
 Batuk (-) sesak nafas (-)
 Sudah tidak BAB selama 3 hari dan BAK berwarna kuning pekat yang disertai nyeri
saat BAK
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak pernah mengeluhkan hal seperti ini. Riwayat Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-)
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Dikeluarga tidak ada yang menderita hal yang sama saat ini.

Riwayat Pengobatan
Sudah berobat ke puskesmas namun tidak berkurang, ketika ditanya nama obatnya keluarga
pasien lupa nama obatnya.
Riwayat Kebiasaan
Minuman beralkohol (-), rutin konsumsi minuman penyegar yang bergas seperti Kuku Bima
Energi, Merokok sejak usia 18 tahun sampai sekarang sebanyak 1-2 bungkus per hari.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalisata
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis kooperatif
Tinggi badan : 162 cm
Berat badan : 48 kg
Status gizi : 18 (Underweight)

2. Pemeriksaan Tanda Vital


Tekanan darah : 110/70 mmHg

Suhu : 36,2o C
Frekuensi denyut nadi : 96 x/menit
Frekuensi napas : 21 x/menit

3. Pemeriksaan Kepala
Ukuran dan bentuk kepala : Normocephali
Simetrisitas muka : Simetris
Rambut : Rambut warna hitam
4. Pemeriksaan Mata
Kelopak : edema -/-, ptosis -/-
Konjungtiva : anemis -/-
Sklera : ikterik +/+
Kornea : jernih
Pupil : isokor
5. Pemeriksaan Leher
Inspeksi : tanda-tanda radang (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), pembengkakan (-)
Pemeriksaan Trakea : deviasi (-)
Pemeriksaan Kelenjar Tiroid : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis : JVP 5-2 cmH2O
6. Pemeriksaan Thorax
Pulmo
Inspeksi : Normochest, Simetris kiri dan kanan, retraksi (-).
Palpasi : Fremitus taktil sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : iktus cordis teraba ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi : batas kanan jantung : ICS V linea parasternal sinistra
batas kiri jantung : ICS V linea parasternal sinistra
Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-)
7. Pemeriksaan Abdomen
Perkusi : tympani
Palpasi : nyeri tekan hipokondrium kanan (+) dan epigastrium (+)
Pemeriksaan Ginjal : Tidak teraba
Pemeriksaan Nyeri CVA : CVA (-)
Pemeriksaan Hepar : Teraba 2 jari dibawah arcus costarum dan 3 jari dibawah
prosessus xipoideus dengan permukaan rata, konsistensi lunak, pinggir tumpul dan nyeri tekan
(+).
Pemeriksaan Lien : S0
Pemeriksaan asites : Shifting dullness (-)
8. Pemeriksaan Ekstremitas
Motorik : 5 5
Akral : hangat, udem tungkai (-) 5 5

RESUME

Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak tiga hari yang lalu.
Nyeri dirasakan tiba-tiba dan hilang timbul, rasanya seperti ditusuk-tusuk dan nyeri semakin
bertambah apabila pasien merubah posisinya, nyeri tidak menjalar. Pasien mengatakan tiga hari
yang lalu mengeluhkan demam dan dirasakan naik turun tetapi tidak sampai menggigil. Pasien
juga mengeluhkan nafsu makannya menurun sejak seminggu yang lalu. Terdapat mual, Pasien
tidak BAB selama 3 hari, BAK berwarna kuning pekat disertai nyeri dan timbul kuning pada
mata. Pasien tidak memiliki riwayat seperti ini juga tidak memiliki riwayat diabetes dan
hipertensi, dikeluarga tidak ada penyakit serupa. Memiliki riwayat merokok sejak usia 18 tahun
sebanyak 1-2 bungkus sampai sekarang. Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman
penyegar yang bergas seperti Kuku Bima Energi. Pada pemeriksaan fisik abdomen hepar
ditemukan teraba 2 jari dibawah arcus costarum dan 3 jari dibawah prosessus xipoideus dengan
permukaan rata, konsistensi lunak, pinggir hepar tumpul dan ditemukan nyeri tekan.

Diagnosis Banding

 Hepatitis A
 Hepatitis B
 Hepatitis C
Diagnosis kerja

 Hepatitis viral akut


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Hepatitis A adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis A yang dapat
menyebabkan inflamasi pada hepar.1

II. Epidemiologi

Angka kejadian hepatitis A di seluruh dunia adalah 1,5 juta kasus per tahun. Perkiraan
dari Global Burden of Disease (GBD) dari WHO diperkirakan terdapat puluhan juta individu
terinfeksi per tahunnya di seluruh dunia. Infeksi virus hepatitis A yang endemis tinggi terdapat
pada negara dengan sanitasi yang buruk dan kondisi sosial ekonomi yang rendah. Pada negara
berkembang, infeksi terjadi pada usia anak-anak hingga dewasa, sedangkan pada negara maju
dengan endemisitas rendah, infeksi virus hepatitis A pada umumnya terjadi pada usia dewasa
(30 tahun ke atas). Meskipun demikian, case fatality rate pasien dewasa dengan hepatitis A
lebih tinggi bila dibandingkan dengan usia yang lebih muda.1

III. Etiologi

Hepatovirus A adalah virus yang tidak memiliki selubung dari famili Picornaviridae.
Infeksi dengan virus hepatitis a ini dapat menyebabkan hepatitis viral akut, tetapi jarang
menyebabkan hepatitis kronis. Virus ini memiliki ukuran 27-32nm, bentuk icosahedral. Masa
inkubasi dari virus ini sekitar 4 minggu. Virus hepatitis A terdapat di hepar, vesika biliaris,
feses dan darah pada masa inkubasi tetapi virus hepatitis A hanya bereplikasi di hepar. Antibodi
HAV dapat dideteksi pada saat infeksi akut sekitar 2 minggu setelah terpapar dan dapat
bertahan sampai 14 minggu. Pada awal infeksi akut igM dapat dideteksi. Setelah lewat fase
akut anti-HAV IgG dapat terdeteksi.2,3

IV. Patogenesis

Infeksi virus hepatitis a terutama menular melalui jalur fekal-oral, demikian pula dengan air dan
makanan yang terkontaminasi. Kerang-kerangan mempunyai kemampuan untuk mencerna dan
menghasilkan virus hepatitis a yang terkonsentrasi sehingga dapat menjadi sumber penularan
virus. Transmisi terjadi terutama melalui kejadian luar biasa (transmisi melalui makanan dan
minumian), dan kontak dari orang ke orang. Pada cairan tubuh, virus hepatitis a terkonsentrasi
sebagian besar pada feses, serum, dan, dan air liur. Virus hepatitis a sangat jarang
ditransmisikan melalui produk darah atau prosedur medis. Virus hepatitis a terdapat pada feses
selama 3-6 minggu selama masa inkubasi, dapat memanjang pada fase awal kerusakan
hepatoselular pada pasien yang simptomatik maupun yang asimptomatik. Penempelan virus
paling maksimal terjadi pada saat terjadinya kerusakan hepatosetular, selama periode dimana
individu yang terinfeksi berada dalam fase yang paling infeksius.1

Virus hepatitis a sangat stabil pada lingkungan dan bertahan hidup pada suhu 60°C selama 60
menit, tetapi menjadi tidak aktif pada suhu 81°C setelah pemanasan selama 10 menit. Virus
hepatitis a dapat bertahan hidup pada feses, tanah, makanan, dan air yang terkontaminasi. Virus
hepatitis a resisten terhadap detergen dan pH yang rendah selama transisi menuju lambung.
Selama dicerna di saluran pencernaan, virus hepatitis a berpenetrasi ke dalam mukosa lambung
dan mulai bereplikasi di kripti sel epitel intestine dan mencapai hati melalui pembuluh darah
portal. Virus hepatitis a masuk ke hepatosit sebagai kompleks virus-IgA melalui reseptor
asialoglikoprotein hepatoselular. Setelah masuk ke dalam sitoplasma hepatosit, virus tersebut
bereplikasi di hati dan menempel pada feses melalui kanalikuli bilier dan dalam aliran darah
dalam jumlah yang lebih sedikit.1

Kerusakan pada hepar dapat menyebabkan obstruksi dan gangguan fungsi hati sehingga
bilirubin tidak dapat di ekskresikan secara sempurna yang menyebabkan retensi bilirubin
sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin. Ikterus dapat diamati sebagai menguningnya
sklera, kulit, atau selaput lendir. Ikterus umumnya tidak dapat terlihat pada pemeriksaan fisik
jika serum bilirubin <2,5mg/dl. Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi didalam aliran darah. Hal ini terjadi karena terganggunya kerja hepatosit untuk
mengkonjugasikan bilirubin, tetapi dikarenakan defek pada ekskresi bilirubin kedalam
empedu, aliran bilirubin terkonjugasi keluar dari hepatosit dan masuk ke aliran darah.
Perubahan warna tinja (menjadi lebih cerah) dan warna urin (menjadi lebih gelap) yang terjadi
sebelum muncul ikterus menggambarkan hilangnya metabolisme bilirubin dari tinja akibat dari
aliran empedu yang terganggu. Metabolit bilirubin yang larut dalam air (terkonjugasi)
dieksresikan dalam urin, sedangkan metabolit yang tidak larut air akan terakumulasi dalam
jaringan , sehingga menimbulkan ikterus. Peningkatan kadar bilirbun ini juga menyebabkan
urin berwarna seperti teh dan feses berwarna coklat kekuningan.4
Demam timbul akibat peradangan pada hepar menyebabkan aktivasi neutrophil dan makrofag
yang dapat merangsang sel endotel hipotalamus. Lalu akan dilepaskan asam arakidonat yang
memicu pengeluaran prostaglandin yang dapat mengaktivasi thermostat hipotalamus sehingga
terjadi peningkatan suhu tubuh. Peradangan heapar dapat menyebabkan hepatomegali yang
dapat mendesak organ intraabdominal. Hepatomegali dapat mendesak lambung sehingga Asam
Klorida (HCL) meningkat dan menyebabkan rangsangan mual dan muntah. Terdesaknya organ
intraabdominal karena hepatomegali juga menyebabkan rasa tidak nyaman pada epigastrium
atau kuadran kanan atas yang dapat menimbulkan nyeri akut.4

V. Presentasi Klinis

Gejala dari infeksi HAV tidak spesifik dan bisa menyerupai flu like syndrome.
Umumnya, orang yang terinfeksi menderita gejala malaise, kelelahan, mual, dan muntah
disertai nyeri pada kuadran kanan atas. Diare juga dapat terjadi dan dapat memfasilitasi dari
penyebaran HAV. Pada saat penyakitnya sudah masuk pada fase ikterik dapat ditemukan urin
yang berwarna teh pekat dan kekuningan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan paling
sering sklera yang ikterik kekuningan, pada saat dipalpasi hepar teraba lunak. Seperti gejalanya,
pemeriksaan fisik tidak cukup dan tidak spesifik untuk mendiagnosis HAV.5

VI. Penegakan Diagnosis

Anamnesis
1. Demam
2. Mata dan kulit kuning
3. Penurunan nafsu makan
4. Nyeri pada otot dan sendi
5. Lemah, letih, dan lesu
6. Mual dan muntah
7. Warna urin seperti teh
8. Tinja seperti dempul 6

Pemeriksaan Fisik

1. Febris
2. Sclera ikterik
3. Hepatomegali
4. Warna urin seperti teh 6

Pemeriksaan Penunjang

1. Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)


2. Pemeriksaan darah: peningkatan kadar bilirubin dalam darah, kadar SGOT dan SGPT
≥2x nilai normal tertinggi, dilakukan pada fasilitas primer yang lebih lengkap.
3. IgM anti-HAV (di layanan sekunder).6
Diagnosis Banding
 Hepatitis A
Hepatitis A adalah infeksi akut di hati yang disebabkan oleh hepatitis a virus (HAV),
sebuah virus RNA yang disebarkan melalui fekal oral.6

 Hepatitis B
Hepatitis B adalah virus yang menyerang hati, masuk melalui darah ataupun cairan
tubuh dari seseorang yang terinfeksi. Infeksi hepatitis B dapat berupa keadaan yang akut dengan
gejala yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Apabila perjalanan penyakit berlangsung lebih dari
6 bulan maka kita sebut sebagai hepatitis kronik. Hepatitis B dapat berkembang menjadi sirosis
hepatis.6
 Hepatitis C
Hepatitis C adalah virus RNA yang digolongkan dalam flavivirus. Umumnya virus ini
masuk kedalam darah melalui transfusi atau kegiatan yang memungkinkan virus ini masuk
kedalam sirkulasi darah. Target utamanya adalah sel-sel hati.1

VII. Prognosis
Sebagian besar pasien dengan HAV memiliki prognosis yang sangat baik. Setelah
infeksi akan terdapat imunitas jangka panjang sehingga jarang timbul kekambuhan. Kematian
jarang terjadi namun dapat timbul pada individu usia tua atau yang memiliki penyakit hepar.1
BAB III
PEMBAHASAN

Anamnesis
Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan nyeri perut bagian kanan atas sejak tiga
hari yang lalu. Nyeri tiba-tiba, hilang timbul dan seperti ditusuk-tusuk. Dari keluhan utama
pasien mengarah ke diagnosis banding dari penyakit pasien seperti kolelitiasis, koledokolitiasis,
kolesistitis, hepatitis. Lalu dokter menanyakan riwayat riwayat penyakit sekarang dari pasien
yaitu demam tapi tidak terlalu tinggi dan tidak menggigil, penurunan nafsu makan, mual. Pasien
sudah tidak BAB 3 hari dan BAK berwarna kuning pekat disertai nyeri saat BAK. Riwayat
penyakit dahulu disangkal, pada riwayat penyakit keluarga juga disangkal. Pasien pernah berobat
ke puskesmas namun tidak berkurang, ketika ditanya nama obatnya keluarga pasien lupa nama
obatnya. Dari riwayat pekerjaan, social, ekonomi dan kebiasaan pasien rutin mengkonsumsi
minuman penyegar yang bergas seperti Kuku Bima Energi, dan pasien merokok sejak usia 18
tahun hingga sekarang sebanyak 1-2 bungkus per harinya.

Berdasarkan riwayat tersebut diagnosis kolelitiasis, koledokolitiasis, kolesistitis dapat


dihilangkan dan gejala tersebut lebih mengarah ke gejala hepatitis yang mana juga ditemukan
kekuningan pada sklera mata pasien, nyeri perut bagian kanan atas, disertai mual dan BAK yang
berwarna kuning pekat.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan hepar teraba 2 jari dibawah arcus costarum dan 3 jari
dibawah prosessus xipoideus dengan permukaan yang rata dan konsistensi lunak, pinggir hepar
tumbul dan nyeri tekan positif. Hal tersebut sesuai dengan presentasi klinis hepatitis berupa
hepatomegali atau pembesaran hepar. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut dapat
menguatkan diagnosis yaitu hepatitis, tetapi anamnesis dan pemeriksaan fisik saja tidak cukup
untuk menentukan diagnosis pasti dan perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lanjut untuk
mendiagnosis penyakit pasien ini.

Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus ini tidak didapatkan data dari pemeriksaan penunjang pasien sehingga harus
dilakukan pemeriksaan penunjang terhadap pasien.
Diagnosis

Berdasarkan data dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diagnosis banding
dari keluhan pasien ini adalah:

1. Hepatitis A

Hepatitis A adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis A yang dapat
menyebabkan inflamasi pada hepar. Masa inkubasi hepatitis A sekitar 4 minggu dan hanya
bereplikasi dihepar. Hepatitis A dapat ditularkan melalui fekal-oral perlu ditanyakan lagi
riwayat kebiasaan pasien yaitu apakah suka membeli jajanan dipinggir jalan ?, apakah suka
menkonsumsi minuman yang belum matang/tidak higienis ?, apakah sering makan diluar
setelah pulang kerja ataupun apakah ada penderita hepatitis disekitar pasien yaitu
dilingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal dan rumah. Pada presentasi klinis dari hepatitis
A adalah malaise, lemas, mual, demam, urin berwarna kuning-teh pekat. Beberapa keluhan
dari pasien tersebut sesuai dengan presentasi klinis dari hepatitis A. Pada hepatitis A hepar
mengalami pembesaran dengan konsistensi lunak hal ini dikaitkan dengan nyeri tekan pada
perut kanan bagian atas. Pada pemeriksaan palpasi abdomen yang ditemukan pada pasien
yaitu hepar teraba 2 jari dibawah arcus costarum dan 3 jari dibawah prosessus xipoideus
dengan konsistensi lunak. Ikterus pada pasien hepatitis biasanya terlihat ketika serum
bilirubin lebih dari 2,5 mg/dl maka harus dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menilai
total bilirubin, bilirubin indirek, ataupun direk, juga dilakukan pemeriksaan serologis anti-
HAV

2. Hepatitis B

Hepatitis B adalah virus yang menyerang hati, masuk melalui darah ataupun cairan tubuh
dari seseorang yang terinfeksi. Infeksi hepatitis B dapat berupa keadaan yang akut dengan
gejala yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Apabila perjalanan penyakit berlangsung lebih
dari 6 bulan maka kita sebut sebagai hepatitis kronik. Hepatitis B dapat berkembang menjadi
sirosis hepatis. Pada hepatitis b dapat menimbulkan gejala seperti: malaise, anoreksia, mual,
dan muntah, juga ditemukan urin berwarna kuning-gelap seperti teh dan juga hepatomegali
dan nyeri tekan pada hepar

Pada pasien perlu ditanyakan lagi terkait riwayat hubungan kelamin yang tidak aman
dengan penderita hepatitis b, pernah memakai jarum suntik bergantian ?, kontak erat dengan
penderita hepatitis b, pernah mendapatkan transfusi darah sebelum dilakukan pemilahan
terhadap donor, serta perlu dilakukan pemeriksaan serologis lanjutan berupa HbsAg, Anti-
HBc, Anti-HBs.

3. Hepatitis C

Hepatitis C adalah virus RNA yang digolongkan dalam flavivirus. Umumnya virus ini
masuk kedalam darah melalui transfusi atau kegiatan yang memungkinkan virus ini masuk
kedalam sirkulasi darah. Target utamanya adalah sel-sel hati. Kerusakan sel hati akibat virus
hepatitis c masih belum jelas. Namun beberapa bukti menunjukkan adanya mekanisme
imunologis yang menyebabkan kerusakkan sel-sel hati.

Terapi

Untuk kasus ini tidak ada terapi medikamentosa spesifik untuk hepatitisnya. Pasien disuruh
untuk menjaga sanitasi dan higienitas untuk mencegah penularan penyakit berlanjut. Berikan
asupan kalori dan cairan yang adekuat, pasien dianjurkan tirah baring dan untuk terapi
simptomatik dapat diberikan ibuprofen 2x400mg/hari pada demam. Antiemetik seperti
metoklopramid 3x10mg/hari atau domperidon 3x10mg/hari. Untuk perut perih dan kembung
diberikan H2 blocker seperti simetidin 3x200mg/hari atau ranitidine 2x150mg/hari atau PPI
seperti omeprazole 1x20mg/hari serta pasien untuk kontrol berkala untuk menilai hasil
pengobatan.

Kesimpulan

1. Hepatitis A adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis A yang dapat
menyebabkan inflamasi pada hepar. Penularan hepatitis a melalui fekal-oral dengan
Manifestasi klinis dari hepatitis A yaitu nyeri bagian kanan atas, demam, mata dan kulit
kuning, penurunan nafsu makan, nyeri otot dan sendi, lemah, letih, lesu, mual, muntah,
warna urin seperti teh, tinja seperti tanah liat, sklera ikterik dan hepatomegali.

2. Untuk kasus ini ditemukan tanda tanda serta gejala dari hepatitis a seperti demam, mata
kuning, penurunan nafsu, nyeri bagian kanan atas, mual, urin berwarna kuning dan
hepatomegali.
3. Penatalaksanaan pada kasus ini bersifat simptomatik yaitu menggunakan ibuprofen
untuk demam, antiemetik untuk mual, dan H2 bloker atau PPI untuk nyeri ulu hati.
Daftar Pustaka

1. Sanityoso A, Christine G. Hepatitis Viral Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed VI. Jakarta: InternaPublishing. 2014
2. Mohsen, W. and Levy, M.T. (2017), Hepatitis A to E: what's new?. Intern Med J, 47: 380-389.
https://doi.org/10.1111/imj.13386
3. Mann D, Chakinala M. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 19th Ed. Mc Graw Hill Education. 2015
4. McPhee S.J, Hammer G.D. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical Medicine. 7th Ed. New York:
McGraw-Hill Education. 2014.
5. Runge, M. S., Greganti, M. A., & Netter, F. H. (2009). Netter's internal medicine
6. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Ed II. Jakarta:
Ikatan Dokter Indonesia. 2017

Anda mungkin juga menyukai