Anda di halaman 1dari 12

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

BIOLOGI SEL BLOK 3.1

Tim Penulis :
dr. Fransisca Pramesshinta H., M.Si.Med
Ferdinandus Krisna Pukan, S.Si., M.Sc
Lobertus Tri Hariyanto, S.Pd
Florentina Anggi Krisnawati Paska, A.Md.A.K

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA


SEMARANG
2020
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan makroskopis analisis sperma
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan mikroskopis analisis sperma
3. Mahasiswa mampu mengintepretasi hasil pemeriksaan analisis sperma

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui pemeriksaan makroskopis analisis sperma (volume, pH,
liquefaction, bau, warna dan viskositas)
2. Untuk mengetahui pemeriksaan miskroskopis analisis sperma (kepadatan,
jumlah sperma, motilitas dan morfologi sperma)
3. Untuk mengetahui intepretasi hasil pemeriksaan analisis sperma

C. DASAR TEORI
1. Pendahuluan
Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam dan organ
reproduksi luar. Organ reproduksi dalam pria meliputi testis, saluran pengeluaran
dan kelenjar asesori lainnya. Untu organ reproduksi luar yaitu penis dan skrotum.
Organ-organ tersebut menyatu menjadi satu bagian organ reproduksi pria. Kegunaan
organ reproduksi pria adalah untuk memproduksi cairan sperma, kadang kala cairan
sperma ini banyak sekali mengalami gangguan baik secara mikrokopis maupun
makroskopis.
Saat ini telah diperkenalkan suatu alat analisis sperma otomatik
menggunakan perlatan computer Computer-Aided Semen Analysis (CASA). Sebelum
adanya analisis sperma dengan metode CASA tersebut World Health Organization
(WHO) telah mempublikasikan petunjuk laboratorium analisis sperma sejak 1980.
Diperkenalkan prosedur laboratorium analisis sperma standar untuk menetapkan
diagnosis pria infertile, pengembangan pelayanan inseminasi buatan, pengembangan
penelitian dan kemungkinan kontrasepsi pria, kemungkinan efek samping dari toksik
maupun polutan lain, serta dokter forensic.
Prosedur WHO ini meliputi dari awal tata cara pengambilan sampel atau bisa
disebut pra analitik, pemeriksaan sampel yang meliputi makroskopis dan mikroskopis
biasa disebut analitik, dan interprestasi hasil dari pemeriksaan sampai pemberian
hasil kepada pasien atau biasa disebut paska analitik. Dari semua pemeriksaan harus
dilaksankan secara teliti dan sesuai prosedur, karena setiap pemeriksaan akan
mempengaruhi hasil.
2. Cara Pengambilan Spesimen
Cara pengambilan spesimen perlu diperhatikan supaya sampel sperma tidak
rusak dan menghasilkan positif palsu atau negative palsu. Cara memperoleh
spesimen analisa sperma dapat dengan beberapa cara dibawah ini, dengan
kekurangan kelebihannya sebagai berikut :
1) Masturbasi/ Onani
Cara ini merupakan metode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma,
biasanya dengan tangan (atau tangan istrinya) atau dengan suatu alat tertentu.
Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma,
menghindari dari pencemaran sperma dengan zat-zat lain.
2) Coitus interuptus (CI)
Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan
sebab :
a. Memungkinkan sperma tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak
mengandung epitel, leukosit, eritrosit, bakteri, parasite, jamur dll
b. Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sebagian sperma masuk ke
vagina. Selain itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan pH dan konsentrasi.
c. Keterlambatan dalam pengiriman
3) Coitus Condomatosus
Pengeluaran sperma dengan cara ini dilarang dan sangat tidak dianjurkan. Karena
sebagian besar karet kondom mengandung spermiacidal, yaitu bahan yang dapat
mematikan sperma.
4) Reflux Poscital
Adalah suatu cara coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk ke vagina,
sperma tersebut dibilas dengan pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul
kekeliruan dalam volume konsentrasi dan viskositas.
5) Massage prostat
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat
rectum. Kekurangan metode ini adalah dapat menimbulkan kekeliruan dalam pH,
konsentrasi dan sebagainya yang keluar adalah cairan prostat.
3. Tempat Penampungan Sperma
Pada dasarnya semua alat boleh digunakan untuk menampung asalkan tempat
tersebut tidak mengandung spermatoksik. Sperma sangat tidak dianjurkan ditampung
pada tempat yang terbuat dari :
a. Logam, sebab logam bisa mengganggu muatan listrik dan sperma, sehingga
pergerakan terganggu.
b. Plastik sebab plastik umumnya mengandung gugus fenol (C6H5OH) sehingga
sperma akan rusak.
Pada umumnya tempat yang digunakan menampung sperma terbuat dari gelas yang
bersih tidak mengandung spermatoksik. Syarat-syarat tempat penampungan antara
lain :
a. Tempat penampungan sperma dianjurkan ditampung pada tempat yang terbuat
dari bahan tidak bereaksi apa-apa
b. Tempat penampungan sperma harus bermulut lebar supaya muat pada penis
c. Tempat diberi penutup agar tidak terkontaminasi.
d. Ukuran tempat penampung sperma 50-60ml

4. Parameter Analisa Sperma


1) Volume sperma
2) Bau sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik.
3) pH sperma
Sperma yang normal mempunyai rentan pH agak basa yaitu 7,2 – 7,8
4) Warna sperma
Warna sperma yang normal sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal
biasanya putih keruh seperti air kanji agar keabu-abuan.
5) Liquefaction sperma
Liquefaction diamati 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat
dilihat dengan jalan melihat koagulumnya. Bila setelah 20 menit belum homogen
berarti kelenjar ada gangguan
6) Viskositas sperma
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma
sempurna
7) Jumlah sperma
Menghitung jumlah sperma dapat dilakukan dengan metode hemocytometer biasa
menggunakan pipet thoma. Larutan yang biasa digunakan untuk pengecer sperma
yaitu 5% natrium bikarbonat dalam aquades ditambah dengan formaldehyde 1 ml.
Larutan pengencer ini juga bertindak sebagai zat spermisida yang mematikan
sperma, serta merupakan garam fisiologis. Dengan demikian spermatozoa yang
terdapat didalam kamar hitung dapat lebih cepat dihitung.
Jumlah spermatozoa dihitung menurut beberapa cara :
a. Jumlah spermatozoa per ml ejakulat
b. Jumlah spermatozoa per volume ejakulat
Yang umum dipakai adalah spermatozoa per ml ejakulat. Bilamana menghendaki
perhitungan untuk seluruh ejakulat, tinggal mengalikan dengan volume ejakulat.
8) Pergerakan spermatozoa (motilitas)
Pemeriksaan motilitas dapat dilakukan satu jam setelah ejakulasi pada sediaan
yang sama. Pada semen normal terdapat 60% sperma motil.
9) Leukosit
10) Fruktosa

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
- Beker Glass 50 ml
- Pipet tetes
- Mikroskop
- Stopwatch
- pH universal
- Hemocitometer (pipet thoma leukosit dan bilik hitung Improve Neubauer)
- Objek glass dan deck glass
- Counter cell
- Batang pengaduk
- Penggaris
2. Bahan
- Pengencer Sperma : NaHCO3, Formalin 5%, Eosin 2% dan Aquades
- Giemsa
- Metanol
- Cairan ejakulat
E. PROSEDUR DAN INTEPRETASI HASIL PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
1. Pemeriksaan : Makroskopis Semen
2. Tujuan : Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas sperma
3. Metode : Makroskopis
4. Prinsip : Memeriksa keadaan fisik dari cairan semen yang segar dengan
catatan waku pemeriksaan secara tepat dari waktu pengambilan semen.
5. Reagen :-
6. Bahan : Cairan ejakulat
7. Alat : Gelas ukur, pipet tetes, stopwatch, kertas pH, batang pengaduk
8. Cara Kerja :
a. Pengarahan pada pasien untuk melaksanakan masa abstinensia 3-4 hari
b. Pengambilan/penampungan disaran dibagian laboratorium dengan penampung
gelas atau botol steril
c. Catatan yang harus dilaporkan :
- Masa anstinensia
- Penampungan semen
- Cara oengeluaran semen
- Waktu pengeluaran semen (sp menit)
- Waktu pemeriksaan semen (sp menit)
 Langsung
 Atau ½ jam ke 1
 Atau ½ jam ke 2
d. Liquefaction : Amati adanya koagulum dan catat waktu pencairan (liquefaksi)
sempurna
e. Volume : Cairan ejakulat yang sudah likuefaksi sempurna dan tidak ada
koagulum dalam gelas ukur lalu dicatat hasilnya
f. pH : Dicelupkan kertas pH kedalam semen lalu hasilnya
dibandingkan dengan standar warna
g. Warna : Dilihat warna semen yang ada lalu dilaporkan hasilnya
h. Bau : Dicium bau yang muncul lalu dilaporkan hasilnya berupa khas
i. Viskositas : Batang pengaduk dicelupkan ke cairan ejakulat, kemudian
batang pengaduk diangkat, lalu diukur berapa panjang benang
yang terbentuk ketika batang pengaduk diangkat dan berapa
lama semen menetes
9. Interpretasi Hasil :
a. Liquefaction : Koagulum (+) dan mencair sempurna dalam waktu 15 – 20 menit
setelah ejakulasi
b. Volume : Volume dilaporkan sesuai dengan skala gelas ukur yang terbaca
 Hipospermia : < 2 ml
 Hiperspermia : > 6 ml
 Aspermia : tidak keluar cairan ejakulat
c. pH : pH normal adalah 7,2 – 7,8
d. Warna : warna semen dilaporkan putih kelabu atau putih keruh seperti
air kanji
e. Bau : Bau urin dilaporkan sebagai bau khas urin/ seperti bunga aksia
f. Viskositas : dilaporkan lamanya waktu semen mencair sempurna, panajng
tetesan semen dan waktu tetesan
10. Nilai rujukan :
a. Waktu liquefaksi : 15 - 20 menit
b. Volume : 2-5 ml (1x ejakulasi)
c. pH : 7,2-7,8
d. Warna : Putih kelabu (kanji)
e. Bau : Bau urin dilaporkan sebagai bau khas urin/seperti bunga akasia
f. Viskositas : panjang tetesan 3-5 cm dan waktu tetesan 1-2 detik

F. PEMERIKSAAN SPERMA (MIKROSKOPIS)


1. Pemeriksaan : Mikroskopis Semen
2. Tujuan : Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas sperma
3. Metode : Mikroskopis
4. Prinsip : Identifikasi jumlah spermatozoa yang bergerak pada tetesan
langsung/ sediaan basah dari cairan semen dengan catatan
waktu secara tepat seperti pada jumlah sperma per lapang
pandang.
5. Reagen :
a. Giemsa
b. Metanol
c. Larutan pengencer sperma
- NaHCO3  5 gram
- Formalin 5%  1 ml
- Larutan eosin 2%  5 ml
- Aquades add  100ml
6. Bahan : Sampel cairan ejakulat
7. Alat : Bilik hitung NI, pipet thoma lekosit, obyek glass, kaca penutup,
counter cell, mikroskop
8. Cara Kerja :
a. Motilitas sperma
1) Semen diteteskan pada kaca obyek dan tutup dengan kaca penutup
2) Diamati dibawah mikroskop pembesaran 40X dalam 100sel sperma
3) Dihitung hasil pengamatan yang di kategorikan menjadi progresif lurus,
progresif lambat, bergerak di tempat dan tidak bergerak.
b. Jumlah sperma
1) Dipipet semen dengan pipet thoma eritrosit sampai tanda 0,5 lalu
dilanjutkan memipet larutan pengencer sperma sampai tanda 11
2) Dihomogenkan selama 3-4 tetes
3) Dibuang 3-4 tetes pertama selanjutnya dimasukkan ke dalam bilik hitung NI
4) Dihitung jumlah sperma yang ada dalam 4 kotak besar diujung kanan atas
bawah dan kiri atas bawah ( tanda “W”)dengan perbesaran 40X
c. Viabilitas Semen
1) Diteteskan cairan semen diatas obyek glass ditambahkan eosin diaduk
hingga homogeny
2) Ditutup dengan kaca penutup lalu diamati dibawah mikroskop denga
perbesaran 40x
3) Diamati jumlah sperma yang hidup daan mati dihitung dalam persen
d. Morfologi Sperma
1) Dibuat sediaan apus dari cairan semen pada obyek glass, dikeringkan
2) Digenangi dengan metanol selama 5 menit, sisa cairan dibuang
3) Digenangi dengan giemsa selama 15-20 menit, dibilas dengan
aquadest
4) Dibiarkan kering, lalu diamati dengan mikroskop pada perbesaran
100x
5) Dicatat morfologi sprema seperti normal, kepala abnormal, leher
abnormal dan ekor abnormal
9. Interpretasi Hasil :
a. Motilitas Sperma
Pergerakan spermatozoa dibagi menjadi 4 kategori yaitu :
1) Progresif lurus : bergerak lurus kedepan dengan cepat
2) Progresif lambat : bergerak lurus kedepan tetapi tidak cepat dan
kadang-kadang berkelok kelok
3) Bergerak di tempat: Bergerak ditempat dan hanya berputar putar
4) Tidak bergerak : tetap di tempat dan tidak bergerak / tidak bergetar
b. Rumus perhitungan konsentrasi spermatozoa menurut Kartasudjana
(2001) yaitu:

Y x 200.000

Keterangan:
Y = Jumlah spermatozoa pengamatan dalam 4 bilik besar
c. Morfologi Sperma :

1) Kepala makro : Ukuran kepala lebih besar dari ukuran normal


2) Kepala mikro : Ukuran kepala lebih kecil dari ukuran normal
3) Kepala lepto : bentuk kepala langsing seperti cerutu
4) Kepala piri : Bentuk kepala seperti tetesan air mata
5) Kepala terato : Bentuk kepala tidak beraturan
6) Kepala double : Jumlah kepala lebih dari 1
7) Leher bagian tengah patah
8) Leher bagian tengah tebal
9) Tidak mempunyai leher
10) Ekor melintang
11) Ekor patah
12) Ekor lebih dari 1
13) Ekor seperti tali terpilin

10. Nilai rujukan


a. Jumlah sperma : 20 juta – 250 juta/ml
b. Motilitas normal : ≥50%
c. Morfologi normal : ≥ 40 %

G. INTEPRETASI HASIL ANALISIS SPERMA


- Normospermia : Jumlah, motilitas dan morfologi normal
- Aspermia : Tidak ada ejakulat
- Hipospermia : Volume ejakulat < 2 ml
- Hiperspermia : Volume ejakulat > 6 ml
- Azoospermia : Ada ejakulat, namun tidak ditemukan spermatozoa
- OLigozoospermia : Jumlah spermatozoa < 20 juta/ml
- Polyzoospermia : Jumlah spermatozoa > 250 juta/ml
- Asthenospermia : Motilitas spermatozoa abnormal < 50 %
- Teratospermia : Morfologi spermatozoa abnormal < 40%
- Pyospermia : Ditemukan leukosit pada ejakulat
- Haematospermia : Ditemukan eritrosit pada ejakulat
- Necrozoospermia : Tidak ditemukan Spermatozoa yang hidup
DAFTAR PUSTAKA
Gandosoebrata R. 2016. Penuntun Laboratorium Klinik. 16th Edition. Jakarta: Dian Rakyat.
171-5.
Guyton CA, Hall JE. 2007. Textbook of medical physiology. 11th Edition. Rachman LY et al.
Editor. Jakarta: ECG. 798-98p.
Lopez, A, et al. 1987. Suitability of solid-phase chemistry for quantification of leukocytes. In:
Cerebrospinal, Seminal and Peritoneal Fluid. 33(8). Clin Chem. 1475–1476p.

Oka TG. 1998. Penuntun Praktikum Patologi Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar

Overstreet JW, Katz DF. 1987. Semen analysis. 14(3). Urol Clin North Am. 441-9p.

Putra CB, Manuaba IB. 2017. Gambaran Analisa Sperma Di Klinik Bayi Tabung Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Tahun 2013. 6(5). E.Jurnal Medika. 1-5p.

Sarhar S. 2011. Andrology laboratory and fertility assessment. In: Henry JB. Editor. Clinical
Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22th Edition. Philadelphia:
Elsevier Saunders.

Sherwood L. 2016. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 8t. Edition. Ong OH, Mahode AA,
Rahmadani D. Editor. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 782-803p.

Strasinger KS, Lorenzo SM. 2014. Urinalysis and Body Fluid. 6 th Edition. Ward MM. Editor.
United State: FA Davis Company. 204-13p

WHO. 2010. WHO Laboratory Manual for The Examination and Processing of Human
Semen. 5thEdition. Switzerland: 7-44p

Anda mungkin juga menyukai