Disusun Oleh :
M YUSUP
191FF03010
S1 3FA1
FAKULTAS FARMASI
2022
MODUL 1
1. Tujuan
1.1. Kompetensi Yang Dicapai
Mahasiswa mampu Menjelaskan organ sistem Urinari, parameter pemeriksaan, pengolahan
data, dan penarikan kesimpulan
1.2. Tujuan Praktikum
a) Menentukan karakteristik urin
b) Menentukan zat-zat kimia yang terlarut dalam urin
c) Menentukan bagaimana peranan sistem eksresi urinari dalam menjaga homeostasis
tubuh.
2. Prinsip
Berdasarkan mekanisme fisiologis sistem ekskresi urinari
3. Alat dan Bahan
a. Alat : Piknometer, indikator universal atau pH meter, mikroskop, kaca objek + cover,
tabung reaksi, pipet tetes, lampu spirtus.
b. Bahan : Perak nitrat, asam nitrat, larutan Na-nitroprusida, larutan KOH/NaOH 1 N, asam
asetat, asam asetat glasial, larutan Fehling (A & B)
4. Prosedur Kerja
4.1. Anatomi
Anatomi sistem urinari pria dan wanita
4.2. Fisiologi
4.2.1. Pengamatan mikroskopik urin
Tentukan bobot jenis urin dengan menggunakan piknometer, dengan cara sebagai
berikut :
• Timbang piknometer kosong (dalam keadaan bersih dan kering). Diperoleh nilai
W1
• Kemudian isilah piknometer tersebut dengan aquadest bebas gas. Bagian luar
piknometer di lap sampai kering, kemudian di tombang. Diperoleh nilai W2
• Buanglah air dari piknometer tersebut. Piknometer dibilas dengan alkohol dan
keringkan (sebaiknya dalam oven). Setelah kering isilah piknometer dengan
sampel urin, kemudian timbang. Diperoleh nilai W3
• Bobot jenis urin dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
(𝑊3 − 𝑊1)
𝐵𝐽 =
(𝑊2 − 𝑊1)
c. Penetapan aseton
Penetapan Keterangan
Urea +
Ion klorida +
Aseton +
Gula pereduksi +
Albumin +
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengamatan urine secara mikroskopis yang
diamatai dibawah mikroskop, parameter yang diamati yaitu sedimen atau unsur organik yang
terkandung didalam urin.Sebelum dilakukan pengamatan sampel urin yang akan digunakan
disentrifugasi terlebih dahulu dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit hal ini bertujuan
untuk memisahkan endapan sedimen urin, kemudian dilakukan pewarnaan agar dapat mudah
diamati saat pengamatan dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diakukan didapatkan hasil berupa adanya sel epitel,
leukosit,eritrosit, dan kristal kalsium oksalat. Berdasarkan hasil yang pengamatan yang
didapatkan terdapat 2 golongan sedimen yaitu organic dan anorganic. Sel epitel, leukosit, dan
eritrosit dikategorikan termasuk ke dalam golongan organik yang berasal dari suatu organ
sedangkan untuk kristal kalsium oksalat termasuk ke dalam golongan anorganic yang berasal
dari suatu jaringan.
Nilai normal leukosit didalam urin yaitu 4-5/LPB nilai leukosit yang lebih dari 5 mungkin
menunjukkan adanya leukositoria. Peningkatan jumlah leukosit dalam urin berkaitan dengan
proses inflamasi atau infeksi pada traktus urinarius. Leukosit dapat masuk ke dalam traktus
urinarius dari glomerulus sampai uretra. (Gandasoebrata, 2013). Leukosituria dapat terjadi
karena pada pembesaran prostat jinak akan menyebabkan obtruksi pada kandung kemih dan
uretra yang akan menimbulkan retensi urine. Retensi urine sangat berisiko untuk menimbulkan
terjadinya infeksi saluran kemih sehingga akan ditemukannya peningkatan leukosit pada urine
pasien(Hasan dkk , 2021)
Nilai normal eritrosit berada pada rentang 0-1/LPB bentuk eritrosit normal adalah cakram
bikonkaf, diameter ± 7μm, warna hijau pucat dan jernih. Jika terjadi peningkatan kadar eritrosit
dalam urine mungkin menunjukkan adanya peradangan pada ginjal, batu saluran kemih, infeksi
saluran kemih, atau mungkin adanya iritasi pada ujung uretra. (Gandasoebrata, 2013).Epitel
merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal di dapatkan dalam sedimen
urin , nilai epitel juga dapat normal berada dalam urine dengan nilai normal kurang dari 15-20
squamos cell/ LPB.Keadaan patologik jumlah epitel dapat meningkat, seperti pada peradangan,
dan infeksi saluran kemih (Gandasoebrata, 2013).
Kristal kalsium oksalat berupa kristal seperti jarum-jarum tajam yang menanamkan diri
dalam jaringan dan dapat menyebabkan sakit luar biasa. Di dalam tubuh, oksalat akan
bersenyawa dengan kalsium membentuk kristal kalsium oksalat. Kristal tersebut akan
mengendap dan jika terkumpul dan berlebih di dalam urin maka akan membesar membentuk
batu ginjal. Batu ginjal ini terbentuk akibat ginjal yang kekurangan cairan untuk memecahkan
kelebihan mineral seperti oksalat, kalsium atau asam urat dari makanan (Fitriani dkk, 2016)
Anwar, E., Jais, A. (2021). Effect of Delayed Examination of the Morning Urine Sample After
3 Hours at Room Temperature. ANJANI Journal: Health Sciences Study, Vol. 1 No. 1 2021
page: 1–6. DOI: https://doi.org/10.37638/anjani.1.1.1-6
Aziz, H. A. 2016. gambaran reduksi urin dengan metode benedict pada pasien diabetes melitus.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.
Evelyn and Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Edisi ke-35. Jakarta:
Gramedia
Fitriani, H. Nurlailah. Rachmina, D. (2016). Kandungan Asam Oksalat Sayur Bayam. Medical
Laboratory Technology Journal, 2(2), 51–55.
Gandasoebrata, 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta
Hasan, Z. A., & Rafika, R. (2021). Profil Pemeriksaan Pada Sedimen Urin Pasien Infeksi
Saluran Kemih Menggunakan Alat Dirui Fus-100. Jurnal Media Analis Kesehatan, 12(1),
41-46
Heni Puji Wahyuningsih & Yuni Kusmiyati, 2017. Anatomi Fisiologi Bahan Ajar kebidanan.
Jakarta
Luklukaningsih, Z., 2014. Anatomi, Fisiologi, dan Fisioterapi. Ed 1., Yogyakarta : Nuha
Medika
Snell, 2003. Anatomi Klinik . Edisi 6. Jakarta:EGC
Riswanto dan Rizki, M. 2015. Urinalisis: Menerjemahkan Pesan Klinis Urine. Yogyakarta:
Pustaka Rasmedia
Riswanto. 2010. www.keton-urin. Diakses pada tanggal 10 Maret 2022
Syaifudin, 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed 3., Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Swanson, Todd A., Kim, Sandra I,. Glucksman, Marc J. 2007. Biochemistry and. Molecular
Biology. 4th Edition/Asian edition. Baltimore
Tambajong, Ryan Yefta, Glady I. Rambert, and Mayer F. Wowor. "Gambaran kadar natrium
dan klorida pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis." eBiomedik 4.1
(2016)
Verdiansah, 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal. CDK-237, Vol. 43 Vo. 2 : 140- 150
Wirawan R. 2011. Penilian hasil pemeriksaan urin (cermin dunia kedokteran)
Wilson, 2005. Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Wilson, L.M., Price, S.A., penyunting.
Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta:ECG
Wilmar, M. (2000). Praktikum Urin, Penuntun Praktikum Biokimia. Jakarta: Widya Medika
Tugas Pendahuluan
1. Gambarkan dan jelaskan secara lengkap sistem urinari pada perempuan dan laki laki
2. Perhitungan BJ Diketahui W1= 23,65 gram W2= 38,68 gram dan W3= 38,73
Jawaban
1. Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah
bebas dari zat-zat yang tidak dipergunaan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria dalam tubuh terdiri dari ginjal, ureter,
kandung kemih dan uretra (Syaifuddin, 2006).
– Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi tulang
belakang (columna vertebralis) (Wilson, 2005). Ginjal berwarna coklat kemerahan
dibelakang peritoneum, terletak pada dinding posterior abdomen, di depan dua kosta
terakhir dan tiga otot-otot besar, yaitu transversus abdominis, kuadratus, lumborum, dan
psoas mayor. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri.
Hal ini disebabkan karena adanya lobus kanan hati yang besar. Ginjal terlindung dengan
baik dari trauma karena dilindungi oleh kosta disebelah posterior dan oleh bantalan usus
dibagian anterior (Snell, 2003).Fungsi ginjal antara lain ( Syaifudin, 2006) :
a) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
b) Memperthankan suasana keseimbangan cairan.
c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
d) Mempertahanan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
e) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir protein ureum, kreatinin, dan
amoniak
– Ureter terdiri dari dua buah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih (vesika urinaria). Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, menuju distal
& bermuara pada vesica urinaria. Panjangnya 25-30 cm dan diameternya 0,5 cm.
Lapisan ureter terdiri dari 1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa), 2. Lapisan
tengah (otot polos) dan 3. Lapisan sebelah dalam (mukosa). Ureter pada pria terdapat
di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh
leksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding
vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika.
Sedangkan Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika dan berjalan ke bagian
medial dan ke dapan bagian lateral serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai
fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina
sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di
antara lapisan ligamentum latumUreter mempunyai jarak 2 cm dari sisi serviks uteri
(Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017)
– Kandung kemih disebut juga bladder atau vesika urinaria, Organ ini mempunyai fungsi
sebagai reservoir urine (200-400 cc). Dindingnya mempunyai lapisan otot yang kuat.
Letaknya di belakang os pubis, dalam keadaan penuh, bentuknya seperti telur (ovoid)
dan apabila kosong seperti limas. Apex (puncak) vesica urinaria terletak di belakang
symphysis pubis. Fungsi dari kandung kemih atau vesica urinaria yaitu (1) sebagai
tempat penyimpanan urine, dan (2) mendorong urine keluar dari tubuh (Wahyuningsih
dan Kusmiyati, 2017)
– Uretra merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh melalui ginjal,
ureter, dan vesica urinaria. Uretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan
berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa
yang menembus tulang pubis ke bagian penis, panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki-
laki terdiri dari uretra prostaria, uretra membranosa, dan uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam) dan lapisan
submukosa. Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring
sedikit kearah atas, salurannya dangkal, panjangnya ± 3-4 cm dari orifisium uretra
interna sampai ke orifisium uretra eksterna. Uretra ini terdapat di belakang simfisis pada
dinding anterior vagina, menjurus obliq ke bawah dan menghadap ke depan. Lapisan
uretra pada wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam)
(Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017)