Anda di halaman 1dari 5

TOPIK IV

SITOLOGI URIN

Nama : Adinda Ramandhyta Hapsari


NIM : 19010100014
Tanggal : 25 November 2020
Dosen Pengampu : Acivrida Mega Charisma, S.Si., M.Si.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urin atau air seni merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinisasi. Sistem eksresi sangat
berperan penting dalam tubuh dengan cara mengatur konsentrasi bahan terlarut dalam cairan
sel atau cairan tubuh. Dimana ekskresi urin itu sendiri sangat berperan penting dalam
membuang molekul-molekul sisa atau zat hasil metabolisme dalam darah.

Fungsi utama urin itu sendiri adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Selain itu urin tidak hanya merupakan cairan buagan yang
dikeluarkan oleh tubuh tetapi juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya suatu penyakit
atau infeksi yang terjadi didalam tubuh seseorang maka hal tersebut mendasari pemeriksaan
urin.

Pemeriksaan urin adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan menggunakan bahan


atau spesimen dari urin dimana pemeriksaan urin dapat menentukan ataupun mendiagnosa
suatu penyakit yang sedang diderita oleh seseorang. Karena pada urine dapat dilakukan untuk
mendeteksi ataupun mendiagnosa suatau penyakit sehingga dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan pada urin.

1.2 Tujuan Praktikum


a. Mengetahui cara penanganan sampel urin
b. Dapat membuat sediaan sitologi dari urin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh (Ismail, 2012).

Urine adalah hasil pembuagan dari metabolisme tubuh melalui ginjal. Pada keadaan
normal, urine yang keluar antara 900 – 1,500 ml per 24 jam (bervariasi dengan asupan cairan
dan jumlah kehilangan cairan melalui rute lain). Komposisi urin terdiri dari air, amonia, urea
(20-3- g/24 jam), natrium klorida, asam urat (0,6 g/24 jam), kreatinin (1-2 g/24 jam), kalium
sulfat, dan fosfat (Permadi,2006).

Proses pembentukan urine adalah darah dari aorta lalu ke arteri renalis menuju ke
afferent renalis dan masuk ke glomerulus, didalam glomelurus terbentuk filtrat glomerulus
(170 liter/24 jam) komposisi: darah, sel-sel darah dan protein). Sel darah dan protein tidak
dapat melewati membran glomerulus kemudian masuk ke tubulus renalis terjadi proses
sekresi dan reabsorbsi air, elektrolit dll. Tubuh memilih mana yang perlu dibuang dan perlu
diambil kembali. Urea dikeluarkan, protein dan glukosa direabsorbsi kembali sehingga tidak
terdapat protein dan glukosa didalam urin sehingga membentuk urine (1,5 liter/24 jam)
(Setiadi,2007).

Sitologi urin adalah tes untuk mencari sel abnormal dalam urin. Sitologi urin
digunakan bersamaan dengan tes dan prosedur lain untuk mendiagnosis kanker saluran
kemih. Sitologi urin paling sering digunakan untuk mendiagnosa kanker kandung kemih,
meski tes tersebut juga bisa mendeteksi kanker ginjal, kanker prostat, kanker ureter, dan
kanker uretra.

2.2 Uraian Sampel

Urin Sewaktu (Pearce, 2006)


Komposisi : Air (96%), urea (2%), dan natrium klorida (2%)
Warna : Bening, kuning muda dan tanpa endapan
Bau : Khas urin
Reaksi : Sedikit asam terhadap lakmus
pH rata-rata : 6
Berat jenis : 1010-1025
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung centrifuge, mikroskop, cover
glass, objek glass, wadah, bejana, gelas ukur, deck glass, timer.

3.2 Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, alkohol 95%, sampel
urin sewaktu, xylol, eosin, orange G-6, larutan Harris Hematoksilin, larutan eter, etil alkohol
95%, Entellan, tisu.

3.3 Prosedur Kerja

A. Pembuatan sediaan apus

 Tampung sampel urin ke dalam tabung centrifuge


 Lakukan sentrifugasi hingga terpisah antara sedimen dan supernatan
 Membuang supernatan (cairan bening) dan sisihkan sedimen yang terkumpul
 Membuat sediaan apus dengan sedimen hasil sentrifugasi
 Lakukan fiksasi dengan larutan eter dan etil alkohol 95% dengan volume yang
sama
 Biarkan sediaan di dalam larutan fiksasi sampai siap dilakukan pengecatan

B. Pengecatan Papanicolaou

1. Lakukan proses rahidrasi sebagai berikut:


 Alkohol 95%, 80%, 75%, 70%, 65%, 60%, 50%, 40%, 30%, aquadest
sebanyak masing masing masing 4 kali celup bolak balik.
2. Pewarnaan dengan larutan Harris Hematoksilin yang sudah diencerkan dengan
aquadest dengan perbandingan yang sama.
3. Masukkan ke dalam bejana dengan air mengalir selama 5-10 menit (proses blueing
dihentikan jika dirasa warna biru pada sediaan dirasa cukup, semakin lama dalam air
mengalir menyebabkan warna biru pada sediaan semakin tua).
4. Lakukan proses rehidrasi cengan sebagai berikut:
 Aquadest, alkohol 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 95% sebanyak
masing masing 4 kali celup bolak balik.
5. Pewarnaan dengan Orange G-6 selama 2-3 menit,
6. Celupkan ke dalam larutan alkohol 95% I dan II masing masing 4 celupan dengan
cepat
7. Pewarnaan dengan Eosin selama 2-3 menit.
8. Celupkan lagi ke dalam alkohol 95% I dan II masing masing 4 celupan dengan cepat.
9. Lakukan proses clearing dengan tahapan:
 Alkohol : xylol (3:1) : 4 kali celup bolak balik
 Alkohol : xylol (1:1) : 4 kali celup bolak balik
 Alkohol : xylol (1:3) : 4 kali celup bolak balik
 Xylol I : 5 menit sambil pembersihan sediaan
 Xylol II : 5 menit sambil pembersihan sediaan
 Xylol III : 5-10 menit
10. Lakukan proses mounting (menutup hasil pewarnaan dengan deck glass dan perekat
entellen) dan biarkan sediaan kering.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sitologi urin adalah tes untuk mencari sel abnormal dalam urin. Sitologi urin digunakan
bersamaan dengan tes dan prosedur lain untuk mendiagnosis kanker saluran kemih. Sitologi
urin paling sering digunakan untuk mendiagnosa kanker kandung kemih, meski tes tersebut
juga bisa mendeteksi kanker ginjal, kanker prostat, kanker ureter, dan kanker uretra.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pengamatan apusan
urin yang sudah dilakukan teknik apusan dan pengecatan Papanicolaou dan diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 10× lensa okuler dan 40× lensa objektif sehingga menjadi
400× perbesaran. Dari pengamatan tersebut didapatkan hasil bahwa dalam urin tersebut
terdapat sel epitel, leukosit. Sel epitel berwarna kuning kecoklatan dengan bentuk tidak
beraturan tergantung pada asal. Kadar normal sel epitel di dalam urin biasanya berkisar 0-4
sel per lapang pandang. Bila sel epitel melebihi dari jumlah tersebut, artinya tubuh sedang
mengalami masalah terutama dalam sistem urologi, seperti ginjal dan saluran kemih.

Selain sel epitel, ada juga sel darah putih (Leukosit). Leukosit berwarna putih atau tidak
berwarna dengan bentuk bulat kecil. Sel darah putih berperan untuk melawan bakteri yang
sedang menginfeksi tubuh, jika leukosit ditemukan pada urin ada kemungkinan sistem
urologi mengalami sejumlah masalah. Kadar normal leukosit dalam urin yaitu 0-5 sel per
lapang pandang. Terjadinya infeksi atau penyumbatan di saluran kemih atau kandung
kemihdapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah leukosit dalam urin.
Sel epitel

Leukosit

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kita
dapat melakukan penanganan terhadap sampel urin dengan baik dan benar serta dapat
membuat sediaan sitologi urin dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur yang telah
disepakati. Urin yang normal dapat diketahui apabila zat yang terkandung atau komponen
yang terkandung di dalamnya tidak melebihi batas ambang yang telah ditentukan artinya
dalam batas yang masih wajar. Apabila zat atau komponen yang terkandung di dalamnya
sudah melebihi batas ambang, perlu adanya tindakan yang lebih lanjut. Karena pada urine
dapat dilakukan untuk mendeteksi ataupun mendiagnosa suatau penyakit sehingga dapat
dilakukan beberapa pemeriksaan pada urin.

DAFTAR PUSTAKA

Irianto, K., 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.CV YRAMA
WIDYA:Bandung.

Ismail, G. 2012.Sehat Tanpa Obat. Grasindo:Jakarta.

Pearce, E. 2006.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Gramedia: Jakarta.

Permadi, adi.2006.Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Penebar swadaya: Jakarta.

Setiadi., 2007.Anatomi dan Fisiologi Manusia. PT. Graha Ilmu:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai