PERCOBAAN KE-2
Kelompok 6/D
2. Mengenal beberapa karakteristik urin normal sehungga dapat melakukan Analisa secara
sederhana adanya kelainan-kelainan dalam tubuh berdasarkan pemeriksaan sampel urin.
Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan
mengeluarkannya dari tubuh. Sistem urinari merupakan salah satu sistem utama untuk
mempertahankan homeostasis (kekonstanan lingkungan internal). Sistem urinaria adalah
suatu sistem tempat terjadi proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.
Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih). (Pearce,2006).
Komponen sistem urinari terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter
yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih sebagai tempat penampungan
sementara, dan uretra yang mengalirkan urine keluar dari tubuh melalui orifisium uretra
eksterna. (Sloane,2003).
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupazat cair
ataupun zat gas. Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat(kulit), empedu
(hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan daridalam tubuh jika tidak
dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu prosesyang ada di dalam tubuh bahkan
meracuni tubuh. (Waluyo, 2007).
Ginjal merupakan organ tubuh manusia yang sangat vital. Karena ginjal merupakan
salah satu organ perkemihan (ginjal-ureter kandung kemihuretra). Penyakit ginjal dapat
meningkatkan risiko kematian bagipenderita dan dapat juga menjadi pemicu timbulnya
penyakit jantung. Apabila penyakit ginjal bisa dideteksi secara dini, penyakit lain
yang menyebabkan kematian bisa segera dicegah. Karena ketidaknormalan fungsi ginjal
sering kali menggambarkan tahapan awal dari gejala penyakit jantung (Oktaviana.2012 :1-2).
Menurut Ramdhany et al. (2007:87), ginjal adalah organ yang terdapat pada daerah lumbal
dan termasuk ke dalam bagian dari sistem urinari.
Proses pembentukan urin dalam ginjal dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
filtrasi (penyaringan), tahap reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (pengeluaran
zat) (Pearce, 2009).
Penyaringan (Filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler
glomerulus, sel-sel kapiler glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan
permeabilitas yang tinggi pada glomerulus mempermudah proses penyaringan, selain
penyaringan di glomerulus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah , keeping
darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan yang kecil terlarut di dalam
plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan
urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di
glomerulus disebut filtrate glomerulus atau urin primer, mengandung asam amino,
glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya (Pearce, 2009).
Penyerapan kembali reabsorpsi
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urine primer akan di serap kembali di
tubulus kontortus proksimal, sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi
penambahan zat-zat sisa dan urea. Meresapnya zat-zat pada tubulus ini melalui dua
cara yaitu gula dan asam amino yang meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air
melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi pada tubulus proksinal dan tubulus
distal substansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan
lagi ke darah. Zat ammonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan
lain pada filtrate di keluarkan bersama urin, stelah terjadi reabsorpsi maka tubulus
mengasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi,
Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah
misalnya urea (Pearce, 2009).
Augmentasi
Urin sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju tubulus pengumpul.
Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin di bawa ke pelvis
renalis, dari pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria
(kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara urin (Pearce,
2009).
Keseimbangan air bergantung pada regulasi pergerakan zat terlarut antara cairan internal dan
lingkungan eksternal. Sebagian besar pergerakan ini ditangani oleh sistem eksresi. Sistem-sistem ini
penting untuk homeostasis karena membuang zat-zat buangan metabolik dan mengontrol komposisi
cairan tubuh. Berbagai spesies menghasilkan zat buangan cair yang disebut urin. Pada langkah
pertama, cairan tubuh (darah, cairan selom, atau hemolimfe) bersentuhan dengan membran permeable
selektif dari epitelium transport. Pada sebagian kasus, tekanan hidrostatik mendorong suatu proses
filtrasi (filtration). Sel-sel, seperti protein dan molekul-molekul besar yang lain, tidak dapat melintasi
membran epitel dan tetap berada di dalam cairan tubuh. Sebaliknya, air dan zat-zat terlarut yang kecil,
seperti garam, gula, asam amino, dan zat-zat buangan bernitrogen, melintasi membran tersebut,
membentuk suatu cairan yang disebut filtrat (filtrate) (Campbell, 2010:124).
Alat Bahan
Indikator universal Asam asetat glasial
Kaca objek Asam asetat pekat
Kaca penutup Asam nitrat
Lampu spirtus Larutan fehling A dan B
Mikroskop Larutan KOH / NaOH 1N
pH meter Larutan Na-nitroprusida
Piknometer Perak nitrat
Pipet tetes
Tabung reaksi
Tabel 1.Alat dan Bahan
IV. Prosedur Pekerjaan
IV.1 Anatomi
IV.2 Fisiologi
Penetapan Aseton
Urin 3ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian sampel urin
dibasakan dengan cara ditambahkan beberapa tetes larutan KOH / NaOH.
Setelah itu ditambahkan beberapa tetes larutan Na-nitroprusid, lalu dikocok.
Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes asam asetat pekat lalu dikocok
kembali. Sampel yang dikocok diamati terjadinya warna ungu sampai merah
yang menunjukkan adanya aseton. Sedangkan warna merah menunjukkan
adanya alkohol, asam asetat, aldehid, dan asam diasetat (badan keton).
V. Data Pengamatan
a. Uji karakteristik urin
Dik : W1 = 10,82 gram
W2 = 17,36 gram
W3 = 17,37 gram
Dit : Bj?
Jawab :
1. Hasil pemeriksaan jika dibandingkan dengan literatur sama, maka dapat disimpulkan
urin pada sampel bersifat normal
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa percobaan mengenai sistem urinari pada
manusia, praktik yang dilakukan adalah pengamatan mikroskopik urin, uji karakteristik urin,
dan analisa kimia zat-zat yang terlarut dalam urin
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair
ataupun zat gas. Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat (kulit), empedu
(hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari dalam tubuh jika tidak
dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu proses yang ada di dalam tubuh bahkan mer
acuni tubuh (Waluyo, 2007).
Susunan sistem dalam eksreksi urin :
Ginjal : Berfungsi mengeluarkan sekret urin
Ureter : Berfungsi sebagai penyalur urin dari ginjal ke kandung kemih
Kandung Kemih : Befungsi sebagai penampung urin sementara
Uretra : Berfungsi mengeluarkan urin dari kandung kemih
Kandung kemih dikendalikan olch saraf pelvis ,dan serabut simpatis. Mempunyai tiga
muara yaitu dua muara ureter dan satu muara uretra. Kandung kemih mempunyai 2
fungsi,yaitu :
Tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh .
Mendorong urin keluar tubuh dengan bantuan uretra.
(Pearce & Evelyn, 2002)
Proses perubahan yang terjadi di dalam tubulus distal mencakup penyerapan, sekresi,
dan pengasaman (Andry, 1995). Fungsi ginjal selain mengatur volume dan komposisi cairan
ekstra sel dalam batas normal berfungsi juga sebagai :
Penyaringan (Filtrasi): Capsula Bowman dari badan malpigi menyaring darah dalam
glomerulus yang mengandung, air, garam, gula, urea, dan zat bermolekul besar (protein dan
sel darah) sehingga dihasilkan filtrate glomerulus (urin primer). Didalam filtrat ini terlarut zat
seperti glukosa, asam amino, dan garam-garam.
Penyerapan kembali (Reabsorbsi): Dalam tubulus kontortus proksimal zat dalam urin
primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus (urin sekunder)
dengan kadar urea yang tinggi.
Pengeluaran (Sekresi) : Dalam tubulus kontprtus distal, pembuluh darah
menambahkan zat lain yang tidak digunakan dan terjadi reabrosbsi aktif ion Nat dan Cl- dan
sekresi H+ dan K+. Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis urenalis.
(Watson, 1997)
Komposisi Urin
Komposisi urine yang paling utama adalah terdiri dari air, urine pada kondisi normal
umumnya mengandung 90% air. Kandungan lainnya urea, asam urat dan ammonia yang
merupakan zat sisa dari pembongkaran protein, zat warna empedu yang membuat warna
urine kita menjadi kuning, bermacam-macam gram/NaCl, dan terdapat beberapa zat yang
beracun (Andry, 1995).
Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar (:96%) air dan
sebagian kecil zat terlarut (:4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan sementara dalam
kandung kemih dan dibuang melalui proses miknutrisi (Pearce & Evelyn, 2002).
Mikroskopik Urin
1. Normal
Terdapat gugusan sel hyaline atau silinder protein. Silinder ini homogen (tanpa
struktur), tekstur halus, jernih, sisi sisinya paralel dan ujungnya membulat silinder
hyaline tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Dapat dilihat pada orang yang
sehat. Jika jumlah besar, maka dikaitkan dengan proteinuria ginjal (glomerular)
Senyawa asam urat : sedikit memberikan nilai klinis tetapi lebih merupakan zat
sampah metabolisme normal. Jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya
makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin.
2. Tidak normal
Leukosit : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik diatas maupun dibawah.
Dapat dijumpai juga pada febris, dehidrasi, stress dan leukimia tanpa adanya infeksi
atau inflamasi.
Eritrosit : eritrosit dalam urine dapat berasal dari saluran kemih. Harusnya tidak dapat
ditemukan adanya eritrosit.
Pada percobaan kali ini didapat sampel urin berada di pH 6. Merujuk pada literatur pH
urin normal berada direntang ph 5-8.
Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.0 (Grandwohl); 5-
7.8 (Tortora), dengan berat jenisnya berkisar dari 1.001-1.060 (Gradwohl); 1.008-1.030
(Tortora). Jika pH urine basa berarti terdapat infeksi di saluran kemih, dan jika pH urine
basa terdapat adanya penyakit diabetes (Pearce & Evelyn, 2002).
c) Warna Urin
Urin yang normal warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam.
Menurut (Syamsuri, 2004), warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh,
warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat - obatan dan sebagainya. Bau khas air
kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak. Warna urin biasanya
menunjukkan kenormalan sebuah urin. Biasanya juga terdapat beberapa sedimen jika
warna urine berbeda jauh dari warna urine normal.
e) Gula Pereduksi
Pada percoban kali ini urin sampel termasuk urin normal, karena tidak ditemukannya
gula pereduksi sebagai mana pada urin normal
Biasanya pada penyakit diabetes terdapat pengeluaran glukosa dari darah dan diikuti
dengan kenaikan volume urin. Pada urin orang diabetes biasanya terdapat protein dan
glukosa. Bila dalam urin tersebut terdapat protein dan glukosa akan menunjukkan adanya
gangguan dalam ginjal. Seharusnya glukoa diserap seutuhnya oleh tubuh yang digunakan
sebagai bahan bakar dalam proses pembentukan energi. Akan tetapi adanya gangguan
seperti rendahnya kadar hormon insulin dapat mengurangi penyerapan glukosa tersebut
sehingga glukosa akan menjadi tinggi dalam darah dan akhirnya dikeluarkan bersama
urine.
f) Albumin
Pada percobaan kali ini urin sampel termasuk urin normal karena tidak
ditemukannyaa albumim sebagai mana pada urin normal
Indikator adanya albumin dalam urine ditandai dengan terdapatnya cincin putih
diantara asam asetat pekat dan urin. Albumin merupakan salah satu protein utama dalam
plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Kadar albumin
normal dalam urin berkisar 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam urin dengan
jumlah yang melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya gangguan dalam
proses metabolisme tubuh.
g) Penetapan Urea
Pada percobaan kali ini sampel urin termasuk normal karena adanyaa penetapan urea
sebagaimana pada urin normal Normal : Ada
Indikator : Kristal rhombis
Urea merupakan hasil sisa metabolisme protein atau asam amino. Urea terbentuk
merupakan toksik bagi sel-sel tubuh sehingga harus dikeluarkan dari tubuh.
h) Penetapan Aseton
Pada percobaan kali ini sampel urin termasuk normal karena tidak terdapat aseton
sebagai mana pada urin normal Normal : Tidak ada
Fungsi KOH/NaOH, Na-nitroprosuid digunakan pereaksi tersebut untuk mendeteksi
adanya aseton dan asam asetoasetat di dalam urin (Rizki & Riswanto, 2015).
Apabila urine berubah warna menjadi ungu sampai merah ungu artinya urin
mengandung aseton. Biasanya uji keton positif dapat dijumpai pada Asidosis diabetic
(ketoasidosis), kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa, muntah yang
berat, pingsan akibat panas, kematian janin. Atau adanya pengaruh obat seperti asam
askorbat, senyawa levodopa, insulin, isopropil alkohol, paraldehida, piridium, zat warna
yang digunakan untuk berbagai uji (Ganong,2003).
VII. Kesimpulan
1. Pada percobaan 2 sistem eksresi urnari praktikan dapat mengetahui sistem ekskresi
urinari itu sebagai kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan
keseimbangan internal atau homeostasis tubuh, melalui pemeriksaan sampel urin
praktikan dapat mengenal karakteristik urin normal sehingga dapat mengetahui
beberapa kelainan-kelainan dalam tubuh berdasarkan pengamatan mikroskopik pada
sampel urin, dan mengenal histologi organ-organ yang membangun sistem ekskresi
urinari wanita maupun sistem ekskresi urinari laki-laki.
2. Hasil dari pengamatan praktikum sistem ekskresi urinari, menunjukkan bahwa urine
sampel normal. Karena mengandung 95% air, urine berwarna benih, urine memiliki
kejernihan yang jernih, urine tidak berbau amonia, urine memiliki bobot jenis 1,0015
gram, urine mengandung ion klorida, urine terdapat kristal rhombis, urine memiliki pH
6. Sampel urine yang diuji tidak didapatkan aseton, tidak terdapat adanya gula
pereduksi serta tidak mengandung protein/albumin.
VIII. Daftar Pustaka