PERCOBAAN 4
SISTEM EKSRESI URINARI
Disusun oleh:
Nanda Puspita Ayu (10060322091)
Annisa Fitria (10060322092)
Kintari Nabila (10060322093)
Nashwa Fika N (10060322094)
Hilda Amaniroffi (10060322095)
Shift/Kelompok : D/1
Tanggal Praktikum : 19 Oktober 2022
Tanggal Laporan : 26 Oktober 2022
Nama Asisten : Nazela Constantia H.A, S.Farm
2. Ginjal
Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa
metabolisme yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Ginjal melakukan dua
fungsi utama dalam tubuh, yaitu mengekskresi sebagian terbesar produk
akhir metabolisme tubuh dan mengatur konsentrasi kebanyakan unsur
cairan tubuh. Komponen yang dimiliki urin ini meliputi urea (dari
metabolisme asam amino), kreatinin (dari keratin otot), asam urat (dari
asam urat), produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti biliburin), dan
metabolit berbagai hormon.
Produk-produk sisa metobolisme ini harus dibersihkan dari tubuh
secepat produksinya. Ginjal juga membuang sebagian besar toksin dan zat
asing lainnya yang diproduksi oleh tubuh atau pencernaan, seperti
pestisida, obat-obatan, dan zat adiktif lainny. (Guyton dan Hall. 2008).
Proses yang terjadi di dalam ginjal ada di sel ginjal yang disebut nefron.
Ginjal mengandung kira-kira 2.400.000 nefron, dan tiap nefron dapat
menghasilkan urin. Fungsi dasar nefron adalah untuk membersihkan atau
menjernihkan plasma dari zat-zat yang tidak dikehendaki ketika ia
mengalir melalui ginjal tersebut. Jika terdapat ion yang berlebihan seperti
natrium, kalium, klorida yang cenderung terkumpul di dalam tubulus atau
saluran nefron yang berlebihan, maka nefron berfungsi membersihkan
plasma dan zat yang berlebih ini.
3. Kandung Kemih
Kandung kemih adalah satu kantong berotot yang dapat mengempis,
terletak di belakang simfisis pubis. Kandung kemih memiliki 3 muara
yaitu 2 muara ureter dan 1 muara uretra. Sedangkan besar kandung kemih
tersusun dari otot. Memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan urin
sementara sebelum keluar dari tubuh dan mendorong urin keluar tubuh
dengan bantuan uretra. (Luklukaningsih. 2014)
4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari
kandung kemih sampai keluar tubuh. Muara uretra keluar tubuh disebut
meatus urinarius. (Luklukaningsih. 2014). Uretra pada laki-laki dan wanita
mempunyai perbedaan, diantaranya yaitu:
1) Panjang uretra pada laki-laki 8 inchi sedangkan pada wanita 1,5 inchi.
Hal ini menunjukan ureter pada pria lebih panjang daripada perempuan,
karena uretra laki-laki meluas melalui penis.
2) Satu-satunya fungsi dari uretra wanita adalah untuk mengangkut urin
dari kandung kemih keruang eksternal. Namun pada laki-laki, uretra
terlibat dalam mengangkut urin dari kandung kemih keruang eksternal,
serta ejakulasi cairan sperma melalui uretra. Maka, pada pria termasuk
sebagai bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari uretra prostatia,
uretra membranosa dan uretra kavernosa. (Syaifuddin. 2006)
3) Pembukaan uretra pada wanita lebih dekat ke anus daripada laki-laki
karena uretra pada wanita terdiri dari 3 lapisan yaitu tunina muskularis
(lapisan yang terdapat di sebelah luar), lapisan spongeosa yang
merupakan pleksus dari vena-vena dan lapisan mukosa (lapisan yang
terdapat di sebelah dalam). (Syaifuddin. 2006)
Proses pembentukan urin oleh sistem urinari terjadi di organ ginjal, yaitu
di nefron dengan melalui 3 tahapan, yaitu:
1) Proses filtrasi. Terjadinya di glomelurus, proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi
penyerapan darah. Sedangkan yang tersring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring, tertamtung oleh simpai bowman
yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan
lainnya yang diteruskan ke tubulus ginjal.
2) Proses reabsorpsi. Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian
besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya
terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada
tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Jika diperlukan kembali akan
diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyarapannya terjadi
secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada
papila renalis.
3) Proses sekresi Sisanya penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus
dan diteruskan kepada ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke
viska urinaria. (Syaifuddin. 2006).
Menurut (Schaub M. 2014) komposisi urin terdiri atas urea dan bahan
kimia organik dan anorganik lain yang terlarut dalam air. Urin terdiri atas
95% air dan 5% zat terlarut meskipun konsentrasi zat terlarut tersebut dapat
sangat beragam, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti asupan diet,
aktivitas fisik, metabolisme tubuh, dan fungsi endokrin.. Zat organik terdiri
atas, keratinin dan asam urat. Zat anorganik klorida, natrium dan kalium.
Asupan diet sangat memengaruhi konsentrasi senyawa anorganik. Urin dapat
mengandung elemen bentukan, misalnya sel, silinder, kristal, mukus, dan
bakteri. Peningkatan jumlah elemen bentukan tersebut sering kali
menandakan penyakit. Menurut (Sinaga H, 2011) Komposisi urin seseorang
ditentukan oleh beberapa hal seperti diet, status gizi, kecepatan metabolisme,
keadaan umum dan fungsi ginjalnya. Secara umum, urin terdiri bahan organik
dan bahan anorganik. Bahan organik dapat dibedakan dalam dua jenis yakni
organik-nitrogen dan anorganik-nitrogen yang termasuk substansi organik
nitrogen adalah urea, asam urat, dan kreatinin. Yang termasuk substansi
anorganik-nitrogen adalah vitamin C, asam oksalat, substansi fenolik,
glukosa, allantoin, vitamin lain, hormon, dan enzim. Bahan anorganik yang
terkandung seperti amonia, sodium klorida, potasium klorida, kalsium
klorida, magnesium klorida, sodium sulfat, potasium sulfat, kalsium sulfat,
magnesium sulfat, sodium fosfat, potasium fosfat, kalsium fosfat, magnesium
14 fosfat. Urin juga mengandung substansi lain seperti pigmen, obat atau
metabolit obat, sel epitel dan lekosit. Di bawah ini adalah ilustrasi nefron
yang terdapat dalam organ ginjal.
Bj = W3 - W1
W2 - W1
3) Penetapan aseton
3 mL urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan beberapa tetes NaOH untuk dibasakan dan
beberapa tetes larutan Na-nitropusid kemudian dikocok.
Ditambahkan lagi ke dalam tabung reaksi beberapa tetes asam
asetat lalu dikocok. Setelah itu diamati, jika warna mengalami
perubahan menjadi warna ungu sampai merah, maka urin
mengandung aseton. Sedangkan jika berwarna merah, maka urin
mengandung alkohol, asam asetat, aldehid dan asam diasetat
atau badan keton.
4) Penetapan gula pereduksi
1 mL cairan Fehling, yaitu Fehling A dan Fehling B
dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing dengan
perbandingan 1:1 lalu diencerkan dengan 4 mL akuades.
Kemudian dipanaskan secara perlahan. Ketika dipanaskan,
ditambahkan 1 mL urin sedikit demi sedikit hingga warna
berubah menjadi biru tepat hilang. Kemudian diamati, jika
terdapat endapan berwarna merah bata, maka urin mengandung
gula pereduksi dan dapat dihitung jumlah gula pereduksi dalam
urin dengan dipanaskan kembali di atas lampu spirtus hingga
endapan merah bata hilang.
pH 6 Chalik,
Raimundur.
(2016). Hlm, 252.
5.1.2 pH urin
Urin yang diuji memiliki pH yaitu 6, ditunjukan melalui
gambar di bawah ini.
Gambar 4. pH urin.
Bj = W3 - W1
W2 - W1
Bj = (17,37) – (10.82)
Hasil Akhir BJ
(17,36) – (10,82)
Urin
Bj = 6,55
6,54
Bj = 1,0015 gram
5.1.4 Mikroskopik
Sampel urin berwarna kuning dan setelah melalui proses
sentrifugasi kemudian diamati dengan mikroskop, sendimen mikro
pada sampel urin yaitu termasuk sendimen organik berupa bakteri
yaitu eritrosit, ditunjukan seperti gambar di bawah ini.
5.2.3 Aseton
Hasil analisa sampel urin, negatif aseton karena tidak
mengalami perubahan warna baik warna ungu sampai merah
maupun menjadi warna merah. Perubahan warna yang terjadi dari
warna bening menjadi sedikit kecoklatan, ditunjukan seperti
gambar berikut.
5.2.5 Albumin
Hasil analisa sampel urin, negatif albumin ditandai dengan
tidak tejadi perubahan kekeruhan pada sampel urin, ditunjukan
pada gambar di bawah ini. Semakin tinggi tingkat kekeruhan, maka
setara dengan jumlah albumin yang terdapat pada urin.