Anda di halaman 1dari 12

Paraf Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM EKSRESI URINARI

13 Desember 2018

Aan Novianti 24041117007

Decky Fasha Restapa 24041117016

Lifia Bogha Riswanto 24041117033

Reisha Tresna Sagita 24041117045

Syifa Nurul Kamila 24041117057

Kelompok 4

Kelas A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS GARUT

2018
1.1 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pentingnya peranan system eksresi urinary dalam menjaga
homeostatis tubuh
2. Mengidentifikasi beberapa karakteristik urin normal sehingga dapat
melakukan analisa secara sederhana adanya kelainan-kelainan dalam tubuh
berdasarkan pemeriksaan sampel urin

1.2 DASAR TEORI


Aktivitas metabolisme dalam tubuh akan mengeluarkan berbagai zat
sisa, zat sisa tersebut harus dibuang keluar tubuh untuk menjaga
kenormalan fungsi-fungsi fisiologis. Jika zat-zat sisa berada di dalam
tubuh maka akan menimbulkan efek yang berbahaya sehungga harus
dikeluarkan melalui proses-proses eksresi. Eksresi adalah proses
pembuangan zat-zat sisa dari jaringan tubuh ke luar tubuh yang tidak dapat
digunakan lagi oleh tubuh (Santoso, 2009).
Beberapa istilah yang berkaitan dengan system pengeluaran, yaitu :
a. Sekresi
Sekresi adalah pengeluaran zat-zat sisa yang masih bisa digunakan
dalam tubuh. Contohnya enzim dan hormone.
b. Eksresi
Eksresi adalah pengeluaran zat-zat sisa yang tidak dapat digunakan
dalam tubuh. Contohnya urin, keringat, CO2 dan uap air dan cairan
empedu.
c. Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme berupa
feses (Guyton, 1987).
System pengeluaran mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
a. Membuang limbah yang tidak digunakan dan beracun bila terdapat
dalam tubuh.
b. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh.
c. Mempertahankan suhu tubuh.
d. Homeostatis (Guyton, 1987).

Pada system eksresi urinary, ginjal memiliki peran penting yaitu


sebagai filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi (Soewolo, 1997). Ginjal adalah
organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat
vaskuler), tugasnya adalah “menyaring atau membersihkan” darah dan
membuang produk akhir metabolism tubuh (Smeltzer, 2002).

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi tiga bagian korteks, medulla


dan pelvis ginjal (Junquiera dan Carneiro, 2007). Di dalam korteks
terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medulla banyak terdapat
duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang
terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan
tubulus koligentes (Purnomo, 2003).

Sisa metabolisme pada ginjal akan dikeluarkan berupa urin. Urin


adalah cairan sisa yang dieksresikan ginjal kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh melewati proses urinasi. Urin terdiri dari atas air 96%,
urea 2% dan sisanya 2% terdiri atas asam urat, kreatinin, ammonium,
natrium, kalium, klorida, fosfat, sulfat dan oksalat. Urin berwarna kuning
jernih karena adanya urobilin, suatu pigmen empedu yang diubah di usus,
direabsorpsi, kemudian dieksresi oleh ginjal. Berat jenis urin antara 1020-
1030. Sedangkan pH urin sekitar 6 atau rentang normal 4,5-8 (Nurachmah
dan Rida, 2011).

Ginjal berperan menyaring darah yang hasil akhirnya berupa urin.


Urin dihasilkan melewati tiga tahapan yaitu filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.
Filtrasi terjadi di badan malphigi, plasma darah dan zat yang terlarut
didalamnya disaring oleh glomerulus di dalam malphigi, setelah disaring
darah keluar melewati vena ginjal atau vena rinalis, hasil saringan
kemudian masuk ke ruang kapsula Bowman. Hasil filtasi dari glomerulus
dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau urin primer yang
mengalir dari tubulus menuju rongga ginjal. Urin primer ini mengandung
air, protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Glukosa, asam
amino dan ion anorganik masih diperlukan oleh tubuh. Filtrate glomerulus
atau urin primer mengalami tahap reabsorpsi yang terjadi di tubulus
kontortus proksimal dan lengkung henle, proses tahap ini dilakukan oleh
sel-sel epitelium diseluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi
tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi adalah
glukosa, asam amino, garam dan NaCl. Zat ini masuk semua ke pembuluh
darah di sekitar tubulus. Setelah tiba dilengkung henle volume filtrate
berkurang, hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan urin sekunder atau filtrate
tubulus. Urin sekunder mengandung air, garam, urea dan pigemn empedu
yang berfungsi untuk memberi warna dan bau pada urin. Urin sekunder
masuk ke dalam tubulus kontortus distal dan terjadi kembali penyerapan
zat-zat yang tidak digunakan dan kelebihan air diserap sehingga terbentuk
urin. Tahap pengeluaran atau augmentasi/sekresi, urin sekunder dari
tubulus kontortus distal akan turun menuju saluran pengumpul atau
tubulus kolektifas, dari tubulus kolektifas urin dibawa ke pelvis renalis,
lalu ke ureter menuju kantung kemih atau vesika urinaria.

1.3 ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Mikroskop Penangas air Perak nitrat
Piknometer Pipet tetes Asam nitrat
Indikator universial Pembakar Bunsen Larutan Na-nitroprusida
Tabung reaksi Penjepit kayu Larutan NaOH 1 N
Object glass Asam asetat pekat
Cover glass Asam asetat glacial
Larutan fehling A dan
fehling B

1.4 PROSEDUR
a. Pengamatan mikroskopik urin

Urin

 Ditampung 10 mL dalam tabung setrifuga


 Sentrifuga selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm
 Dibuang cairan diatasnya dan dikocok endapat atau
sedimen yang ada dengan sedikit sisa cairannya
 Diteteskan pada object glass bertutup

Mikroskop

 Diamati sedimen organic meliputi sisa gugusan sel dan


sedimen anorganik meliputi senyawa asam urat dan
Kristal-kristal

Selesai

b. Uji karakteristik urin

Urin
 Diamati warna serta bau
 Diukur pH menggunakan indicator universal atau pH
meter
 Ditentukan bobot jenis urin dengan piknometer yaitu
ditimbang piknometer kosong sehingga diperoleh nilai
W1, diisi piknometer dengan aquadest bebas gas lap
bagian luar hingga kering kemudian ditimbang
sehingga diperoleh nilai W2, dibuang air dari
piknometer dan dibilas dengan alcohol dan dikeringkan
kemudian diisi urin dalam piknometer dan ditimbang
sehingga memperoleh W3.

Selesai
c. Analisa kimia zat-zat yang terlarut dalam urin (penetapan urea)

Urin

 Diteteskan urin pada object glass


 Diteteskan pada sampel sebanyak 2 tetes asam nitrat
 Dipanaskan perlahan-lahan atau dibiarkan menguap
 Diamati adanya Kristal rhombis atau hexagonal dari
urea nitrat

Selesai
d. Penetapan ion klorida

Urin

 Dimasukan 5mL ke dalam tabung reaksi


 Ditambahkan beberapa tetes perak nitrat
 Diamati terjadina kekeruhan atau endapan putih
menunjukan adanya ion klorida

Selesai
e. Penetapan aseton
Urin

 Dimasukan 3mL ke dalam tabung reaksi


 Ditambahkan larutan NaOH beberapa tetes kemudian ditambahkan
larutan Na natroprusid dan dikocok
 Ditambahkan beberapa tetes asam asetat pekat kemudian kocok
 Diamati jika terbentuk warna ungu sampai merah menunjukan adanya
aseton. Sedangkan warna merah menunjukan adanya alcohol, asam
asetat, aldehihid dan asam diasetat

Selesai
f. Penetapan gula pereduksi

Fehling

 Dimasukan 1mL ke dalam tabung reaksi dan


diencerkan dengan 4 mL aquadest, kemudian
dipanaskan
 Ditetesi urin tetes demi tetes hingga warna biru tepat
hilang
 Diamati jika ada endapan merah bata maka menujukan
adanya gula pereduksi

Selesai

g. Penetapan kualitatif albumin


Urin

 Dimasukan ke dalam tabung reaksi kira-kira sampai ¼


isi tabung
 Dididihkan perlahan kemuadian diamati apa yang
terjadi
 Ditambahkan 2 sampai 3 tetes larutan asam asetat
glacial dan air dengan perbandingan 1:1 kemudian
dikocok
 Diamati rerjadinya kekeruhan yang menunjukan adanya
albumin

Selesai

1.5 HASIL PENGAMATAN

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Literatur


Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
pH 6 6 / 5 - 7,8
Bau Aromatc Aromatic
Bobot jenis 1,070 1,001 – 1,060
Mikroskopik (+) calcium oxalate (+) calcium oxtate
(+) hippuric acid (+) hippuric acid
(+) cystine (+) cystine
(+) tyrosin (+) tyrosin
(+) uric acid
(+) calcium fosfat
Dll.
Urea (+) urea (+) urea
Ion klorida (+) ion Cl (+) ion Cl
Aseton (-) tetap Tidak ada
Gula preduksi (-) warna tetap Tidak ada
Albumin (-) tetap Tidak ada

1.6 PEMBAHASAN
Terdapat beberapa system pada pembuangan yaitu ekresi, sekresi dan
defekasi. Eksresi yaitu pembuangan zat sisa yang sudah tidak digunakan oleh
tubuh, jika tidak dibuang maka akan terjadi efek yang berbahaya, hasil dari
eksresi adalah keringat, urin, cairan empedu dan CO2 dan uap air. Sekresi adalah
pembuangan zat sisa yang masih digunakan oleh tubuh, contohya hormone dan
enzim. Defekasi adalah pembuangan zat sisa hasil metabolism berupa feses.

Pada praktikum ini, system eksresi urinary terjadi pada organ khususnya
ginjal. Ginjal terdiri dari tiga organ utama yaitu korteks, medulla dan pelvis.
Korteks merupakan bagian ginjal paling luar, medulla merupakan bagian tengah
ginjal atau yang sering disebut sumsum ginjal sedangkan pelvis adalah bagian
ginjal yang menyambungkan atau mengalirkan urin dari ginjal menuju ureter.

Urin adalah cairan sisa metabolisme tubuh yang dikeluarkan oleh ginjal yang
sudah tidak di pergunakan lagi. Organ yang dilalui urin yaitu glomerulus, kapsula
Bowman, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus kontortus distal,
tubulus kolektivus, ureter, kantung kemih dan uretra. Fungsi ginjal secara eksresi
yaitu menyaring darah, mempertahankan kadar elektrolit dalam tubuh,
mempertahankan pH, mengeksresikan produk akhir dari metabolism protein
berupa urea, asam urat dan kreatinin membantu memelihara homeostatis tubuh,
sedangkan fungsi ginjal secara non eksresi yaitu menghasilkan renin,
menghasilkan protagladin, menghasilkan eritropoetin.

Urin primer dihasilkan saat proses filtrasi, kandungan urin primer berupa air,
protein, glukosa, asam amino, urea dan ion anorganik. Urin sekunder dihasilkan
saat proses reabsorpsi, kandungan urin sekunder berupa air, garam, urea dan
pigmen empedu. Zat yang di reabsorpsi yaitu glukosa, asam amino dan NaCl.

Proses pengeluaran urin darah di saring dalam glomerurus , di sini glomerurus


menyaring air, garam, glukosa, asam amino, dan limbah untuk melewati capsul
bowman. Hasil filtrasi ini menghasilkan urine primer. Air, glukosa, asam amino,
natrium, dan nutrisi lainnya diserap kembali ke aliran darah di kapiler yang
mengililingi tubulus, proses ini menghasilkan urine sekunder. Sekresi adalah
tahap pembuattan urine, beberapa zat mengalir langsung dari darah di sekitar
tubulus distal menuju ke tubulus pengumpul proses ini akan menghasilkan
sebenarnya, yang akan melewati ureter menuju ke kantong kemih. Setelah
kantong kemih tubuh akan memberikan rangsangan yang berupa keinginan untuk
buang air kecil dan pada akhirnya urine di keluarkan melalui uretra.

Pada praktikum uji mikroskopik urin yang digunakannya berupa sedimen urin
yang mengalami sentifugasi. Setelah sedimen diamati di bawah mikroskop
hasilnya seperti gambar dibawah ini:
Calcium
oxalate

Hipuric acid

Tyrosine Crystine

(Kristal yang seharusnya ada di dalam urin)

Pada praktikum uji karakteristik urin, urin berwarna kuning bening, bau urin
aromatic dan pH urin 6. Ini menunjukan bahwa urin yang diamati dalam keadaan
normal. Bj urin yang diamati adalah 1,070 didapat dari perhitungan

Bj=(W3-W1) / (W2-W1)

w 3−w 1
Bj= w −w ¿
2 1
¿

46,23−20,92
=
44,56−20,92

25,31
= = 1,070
23,64

Pada praktikum analisa kimia zat-zat yang terlarut dalam urin yaitu, urea.
Dibuktikan dengan adanya kristal urea yang ada di dalam urin dihasilkan dari
pemecahan protein.
(kristal urea)

Pada praktikum penetapan ion klorida, urin dimasukkan ke dalam tabung


reaksi kemudian ditambahkan beberapa tetes perak nitrat, Saat diamati terjadi
kekeruhan atau endapan putih hal ini menunjukan adanya ion klorida dalam urin.
Menurut literature, NaCl terkandung dalam urin normal. Berikut merupakan
reaksi yang terjadi :

2 NaCl+ AgN O 3 → N a2 N O 3 + AgC l 2

Pada praktikum penetapan aseton, urin berwarna tetap dan jernih tidak terjadi
endapan. Ini menandakan bahwa urin yang diamati dalam keadaan normal. Jika
dalam urin terdapat aseton menandakan adanya gangguan dalam sistem eksresi
urinari atau terjadi akibat kekurangan karbohidrat pada tubuh, sehingga sumber
energi diganti dari cadangan lemak, dan metabolisme lemak secara berlebihan
akan menghasilkan aseton.

Pada praktikum penetapan gula pereduksi, 1 mL larutan Fehling A dimasukan


ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 mL larutan Fehling B, diencerkan dengan
4 mL aquadest, kemudian dipanaskan. Ke dalam tabung reaksi tersebut
ditambahkan urin tetes demi tetes hingga warna biru tepat hilang. Saat diamati
tidak terjadi endapan merah bata, maka urin tersebut negative terhadap adanya
gula pereduksi sehingga urin yang diamati dalam keadaan normal. Jika terdapat
gula pereduksi dalam urin menandakan adanya gangguan dalam saluran urin yang
menjadi ciri bahwa tubuh pemilik urin menderita penyakit diabetes miletus.

Pada praktikum kualitatif albumin, hasilnya negatif. Pada urin normal


seharusnya tidak terdapat albumin. Adanya albumin dalam urin menandakan
bahwa ada kerusakan pada proses filtrasi, karena albumin adalah bentuk protein
dalam darah yang seharusnya di filtrasi oleh ginjal dan tidak terbuang bersama
urin.

1.7 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum sistem eksresi urinari, dapat disimpulkan bahwa:
- Peranan sistem urin dalam menjaga homeostasis tubuh adalah dengan cara
menjaga dan mengatur cairan tubuh, mengontrol komposisi dan volume
darah dengan memindahkan dan menyimpan sejumlah tertentu air dan zat
terlarut.
- Urin normal memiliki karateristik warna kuning jernih, bau amoniak, pH
berkisar 6, bobot jenis berkisar antara 1,001 – 1,060. Zat terlarut didalam
urin diantaranya ada urea dan klorida. Zat yang seharusnya tidak ada
dalam urin adalah aseton, gula pereduksi, dan albumin.

1.8 DAFTAR PUSTAKA


1. Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang :
Universitas Andalas.
2. Guyton, Arthur C. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Edisi Revisi. Jakarta : EGC.
3. Soewolo, 1997. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Depdiknas.
4. Bare dan Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo). Edisi 8 vol 3.
Jakarta : EGC.
5. Junqueira, L.C., dan Carneiro, J. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10.
Jakarta : EGC.
6.

Anda mungkin juga menyukai