Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FUNGSI TUBUH HEWAN


“Pemeriksaan Urine”

Dosen Mata Kuliah:


Dr. Lina Listiana, M.Kes.

Disusun oleh:
Kelompok 1
Nadhir Fakhrudin (20161113009)
Oki Safitri (20161113010)
Fitrotin Rosyidah (20161113015)
Dian Qonita (20161113020)
Aminatu Nasibah Ima (20161113021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
TAHUN 2018
Kegiatan : 07

Judul : Pemeriksaan Urine


- Memeriksa ada tidaknya glukosa dalam urine
Tujuan :
- Memeriksa ada tidaknya albumin dalam urine
- Memeriksa ada tidaknya chlorida dalam urine
- Mengenal bau ammonia dari hasil penguraian urea dalam
urine
- Membuktikan adanya urea dalam urine

Dasar Teori

Ginjal melakukan fungsi yang paling penting dengan menyaring plasma


dan memindahkan zat dari filtrat pada kecepatan yang bervariasi bergantung pada
kebutuhan tubuh. Akhirnya ginjal membuang zat yang tidak diinginkan dengan
cara filtrasi darah dan menyekresikannya melalui urine, sementara zat yang
dibutuhkan akan kembali ke dalam darah (Syaifuddin, 2009).

Urine terbentuk melalui proses dalam nefron. Urine merupakan cairan


terkonsentrasi yang mengandung sedikit air dan berbagai produk sisa metabolisme
untuk dibuang dari tubuh melalui urinasi. Bila tidak dibuang, produk sisa akan
menumpuk selanjutnya akan menyebabkan disfungsi sistem tubuh serta
menimbulkan penyakit dan kematian pada akhirnya (Linda, 2011).

Selama pembentukannya, urine memasuki duktus koligentes dan menuju


pelvis ginjal, tempat urine masuk ke ureter dan akan ditampung oleh kandung
kemih sebelum dikeluarkan dari tubuh saat urinasi (kencing). Karena urine
terbentuk langsung dari darah, analisis kandungan dalam urine menunjukkan
beberapa indikasi fungsi tubuh. Bila metabolisme tidak bekerja secara efisien, hal
ini akan tampak dari urinalisis (Linda, 2011).

Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam
urin terkandung bermacam-macam zat, antara lain (1) zat sisa pembongkaran
protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat warna empedu yang
memberikan warna kuning pada urin, (3) garam, terutama NaCl, dan (4) zat-zat
yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat-obatan serta juga
kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon (Ethel,
2003).

Alat dan Bahan


 Alat
1. Tabung Reaksi 3. Lampu spiritus
2. Pipet tetes 4. Gelas objek

 Bahan
1. Larutan Benedict
2. Asam nitrit pekat (HNO3)
3. Larutan AgNO3 10%
4. Larutan Asam oksalat
5. Urine
Prosedur

A. Glukosa dalam Urine


1. Didihkan 5 ml larutan benedict dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 8 tetes urine ke dalam larutan tadi dan panaskan lagi selama 1-2
menit kemudian biarkan dingin
3. Amati perubahan warna ( Endapan) yang terjadi bila
 Hijau : kadar glukosa 1%
 Merah : kadar glukosa 1,5%
 Orange : kadar glukosa 2%
 Kuning : kadar glukosa 5%

B. Albumin dalam Urine


1. Masukkan 5 ml asam nitrit pekat ke dalam tabung reaksi
2. Miringkan tabung reaksi tersebut kemudian tetesi urine dengan
mempergunakan pipet secara perlahan-lahan sehingga urine turun melalui
sepanjang dinding tabung
3. Bila urine mengandung albumin maka akan terlihat adanya cincin berwarna
putih yang terdapat pada daerah kontak urine dengan asam nitrit.

C. Chlorida dalam urine


1. Masukkan 5 ml urine ke dalam tabung reaksi kemudian tetesi dengan
larutan AgNO3 beberapa tetes .
2. Amati perubahan yang terjadi, endapan putih menunjukan adanya clorida
radikal.

D. Amonia dalam urine


1. Masukkan 1 ml urine ke dalam tabung reaksi
2. Kemudian panaskan lampu spirtus
3. Cium bagaimana baunya ?

E. Urea dalam urine


1. Teteskan beberpa tetes urine pada objek glass. Kemudian hadapkan pada
cahaya matahari. Biarkan sebagian dari urine tersebut menguap.
2. Tambahkan setetes larutan jenuh asam oksalat
3. Amatilah kristal oksalat yang terbentuk
4. Gambarlah hasil pengamatan yang telah ditemukan.

Hasil Pengamatan

No. Pengujian Hasil Pengamatan Keterangan

1. Glukosa Urine tidak mengalami


dalam urine perubahan warna dan
tidak terjadi endapan
pada dasar tabung
reaksi

2. Albumin Urine bereaksi negatif


dalam urine dengan asam nitrit
(tidak terbentuk cincin
berwarna putih)
3. Clorida Urine mengandung
dalam urin clorida bebas yang
ditandai dengan
adanya endapan
berwarna putih pada
dasar tabung reaksi

4. Amonia Urine tercium pesing


dalam urine dan sedikit seperti
rambut terbakar

5. Urea dalam Terbentuk kristal


urine oksalat yang
berbentuk seperti
jarum-jarum yang
saling berlekatan

Pembahasan Hasil Pengamatan

Kegiatan praktikum pemeriksaam urine terdiri dari empat uji pemeriksaan


yaitu memeriksa glukosa dalam urine, albumin dalam urine, Chlorida dalam urine,
ammonia dalam urine, urea dalam urine.

Pada uji glukosa bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gula pereduksi
dalam urine secara kualitatif dengan mengamati perubahan warna endapan yang
terjadi yaitu jika warna endapan hijau kadar glukosa 1%, endapan merah kadar
glukosa 1,5%, endapan orange kadar glukosa 2%, kuning kadar glukosa 5%.
Hasil dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan urine yang telah
dididihkan dan ditambahi dengan benedict sebanyak 8 tetes yang kemudian
dipanaskan tidak mengalami perubahan warna dan tidak terjadi endapan pada
dasar tabung reaksi. Hal ini berarti bahwa urine yang diuji tidak mengandung
glukosa.

Di dalam urine memang glukosa tidak boleh ada atau boleh ada hanya
dalam kadar yang sedikit. karena glukosa termasuk makromolekul yang tidak
dapat masuk di dalam ultrafiltrasi pada nefron ginjal. Pada proses pembentukan
urine terdiri dari tiga tahap yaitu filtrasi reabsorbsi dan augmentasi. Filtrasi terjadi
pada badan malphigi yang terdiri dari glomerulus dan kapsul bowman. Ginjal
memiliki satu juta nefron, sekitar 20% darah dari darah akan melalui ginjal untuk
disaring. Filtrasi yaitu proses penyaringan darah yang emngandung zat sisa
metabolisme yang dapat menjadi racun untuk tubuh. Darah yang mengalir melalui
pembuluh darah (arteri) ginjal. Kemudian melalui arteriol aferen darah masuk ke
glomerulus. Dalam proses filtrasi terjadi penyerapan urine pada glomerulus.
Ukuran saringan pada glomerulus akan membuat protein dan sel daah tidak bisa
masuk ke tubulus. Di dalamnya terdapat 2 penyaringan yaitu penyaringan yang
memisahkan dua zat berbeda. Zat bermolekul besar beserta protein akan tetap
mengalir di pembuluh darah sedangkan zat sisanya akan tertahan didalam.
Kemudian zat sisa hasil penyaringan disebut urine primer. Pada filtrasi
menghasilkan urine primer yang masih mengandung zat-zat yang masih
bermanfaat seperti glukosa, garam dan asam amino. Kandungan urine primer
adalah 900 gr air, 0 gr proterin, 1 gr glukosa, asam amino 0,5 gr, urea 0,3 gr dan
ion anorganik 7,3 gr. Urine primer/filtrate glomerulus akan dialirkan ke tubulus-
tubulus lewat anteriol dalam.

Reabsorbsi adalah proses penyerapan kembali urine primer, zat-zat yang


dibutuhkan seperti air, glukosa, asam amino vitamin serta berbagai jenis ion
diserap kembali dalam tubulus kontortus proksimal. Zat sisa yang tidak dapat
digubakan seperti urea dan kelebihan garam akan dikeluarkan dalam bentuk urine.
Reabsorbsi bertujuan mempertahankan komposisi air serta garam dalam cairan
tubuh. Dari tubulus kontrotus proksimal lanjut ke lengkung henle dan tubulus
kontortus distal. Dari hasil reabsorbsi dihasilkan filtrate tubulus atau urine
sekunder yang sudah tidak ditemukan lagi zat-zat yang masih berguna bagi tubuh.
Volume urine sekunder lebih sedikit dari urine primer, bersifat isotonis terhadap
cairan tubuh (darah), mengandung urea dan beberapa ion mineral. Kemudian
urine sekunder menuju lengkung henle yang juga akan terjadi reabsorbsi bahan
yang masih berguna, terutama ion Na+.

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogendi hati dan otot rangka.
Uji benedict yang dilakukan adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
pereduksi. Gula pereduksi meliputi meliputi semua jenis monosakarida dan
beberapa disakarida seperti laktosa dan maltose.

Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh


gula yang mempunyai gugus akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning atau
merah. Jika urine beraksi positif dengan benedict dapat menjadi tanda adanya
penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, perlu
dilakukan test lebih jauh untuk memastikan gula pereduksi apa yang terdapat
dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes. Urine yang
beraksi positif dengan benedict berarti mengandung gula pereduksi namun belum
tentu orang tersebut menderita diabetes. Namun pada penderita dibetes, urine
penderita pasti beraksi positif dengan benedict karena terdapat gula pereduksi
yaitu glukosa pada urine tersebut.

Pada uji albumin dalam urine bertujuan untuk memeriksa ada atau tidaknya
albumin dalam urine. Dengan menambahkan beberapa tetes urine ke dalam 5
asam nitrit pekat (HNO3) . Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan urine yang
diuji tidak mengandung albumin karena tidak menunjukkan reaksi positif dengan
asam nitrit. Bentuk reaksi positif maka akan terlihat adanya cincin berwarna putih
yang terdapat pada daerah kontak urine dan asam nitrit. Albumin adalah protein
utama dalam darah. Protein adalah blok pembangun pada semua bagian tubuh,
termasuk otot, tulang, rambut dan kuku. Protein dalam darah juga berfungsi
penting yaitu melindungi tubuh dari infeksi, membantu pembekuan darah, mejaga
jumlah cairan yang tepat agar beredar di seluruh tubuh.
Saat darah melewati ginjal yang sehat, ginjal menyaring produk limbah dan
meninggalkan zat yang dibutuhkan oleh tubuh seperti albumin dan protein lain.
Karena protein terlalu besar untuk melewati filter ginjal ke dalam urin. Namun
protein dari darah dapat Bocor ke dalam urine ketika filter dari ginjal yaitu
glomeruli rusak. Adanya albumin dalam jumlah yang tidak normal pada urine
disebut Proteinuria atau albuminuria yang merupakan tanda penyakit ginjal
kronis, yang dapat menyebabkan perdangan pada ginjal. Dalam keadaan normal,
konsentrasi albumin dalam urin berkisar 0-8 ml/dl.

Pada uji Clorida dalam urine bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
cholirda radikal dalam urine. Yaitu dengan meneteskan larutan AgNO3 ke dalam
5 ml urine yang ada dalam tabung reaksi. Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan.
urine mengandung klorida bebas yang ditandai dengan adanya endapan berwarna
putih pada dasar tabung reaksi. Namun endapan tersebut tidak banyak sekitar 1,5
cm. terbentuknya endapan putih inikarena terjadi pengikatan ion Cl- oleh senyawa
perak nitrat, dan hal ini menunjukkan terdapatnya kandungan klorida dalam urine
yang merupakan zat yang seharusnya memang harus ada dalam urine sebagai hasil
ekskresi sisa metabolisme dalam tubuh (Thenawijaya, 1995).

Clorida merupakan suatu elektrolit yang berperan menjaga keseimbangan


cairan di dalam dan diluar sel tubuh, serta mempertahankan volume darah normal,
tekanan darah dan pH cairan tubuh. Sebagian besar Cl- dalam tubuh berasal dari
garam (NaCl) yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. Clorida diabsorbsi
dalam saluran gastrointestinal dan kelebihannya akan dikeluarkan melalui urine.

Pada uji amonia dalam urine, urine sebanyak 1 ml yang diletakkan di dalam
tabung reaksi lalu dipanaskan di atas api spirtus. Percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui bau khas urine yang mengandung amonia. Bau yang dapat dirasakan
saat pemanasan urine tersebut yaitu tercium pesing dan sedikit seperti rambut
terbakar, hanya saja bau tersebut tidak begitu menyengat. Bau urine tersebut
semakin kuat apabila pemanasan semakin lama atau hingga urine mendidih.

Amonia adalah senyawa nitrogen dan hidrogen yang memiliki aroma tajam
dengan bau yang khas. Sebuah molekul ammonia terbentuk dari ion nitrogen
bermuatan negatif dan tiga ion hidrogen bermuatan positif, dan karena itu secara
kimia dipresentasikan sebagai NH3 (rumus kimia ammonia). Amonia dapat terjadi
secara alami atau dapat diproduksi. Bau urine normal disebabkan oleh asam
organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh
makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan
seperti pada ketonuria (Wilmar, 2000).

Pengujian yang terakhir pada percobaan ini yaitu uji urea pada urine yang
bertujuan untuk mengamati kristal oksalat yang terbentuk. Kristal oksalat dapat
terbentuk setelah urine dibiarkan menguap dan ditetesi larutan jenuh asam oksalat
sampai menutupi permukaan urine yang diletakkan di objek glass dan telah
menguap tersebut. Urea merupakan produk akhir normal dari metabolisme protein
yang berbentuk padat, larut dalam air, dan tidak berwarna (Hart, 2003) dan
merupakan produk akhir dari metabolisme protein (Pearce, 2003). Pada kondisi
tertentu dalam air, urea mempunyai ion amonium yang dapat berubah menjadi
nitrit yang bersifat racun. Terbentuknya Kristal oksalat pada urine menunjukkan
bahwa hal tersebut normal karena apabila pada urine yang dikeluarkan tidak
mengandung kristal oksalat yang dikeluarkan, maka orang tersebut akan
mengalami gangguan, khususnya di dalam hati (hepar). Di dalam hati (hepar)
akan menumpuk kristal-kristal oksalat karena Kristal oksalat berasal dari urea dan
urea sendiri terbentuk di hati (hepar). Kristal oksalat yang dapat praktikan amati
melalui percobaan ini yaitu berbentuk seperti jarum-jarum yang saling berlekatan.

Diskusi

Masalah I :

1. Bagaimana jumlah glukosa darah setelah beberapa saat anda makan ?


Bagaimana hubungannya dengan kadar glukosa optimum darah ? Jelaskan!
Jawab: Kadar glukosa setelah makan mengalami kenaikan. Hubungan
jumlah glukosa dengan kadar glukosa optimum darah yaitu jumlh glukosa
yang tinggi belum tentu menyebabkan diabetes, namun penderita diabetes
tentu memiliki kadar glukosa yang tinggi. Oleh karena itu penderita diabetes
harus selalu mengontrol pola hidupnya agar dapat membantu tubuhnya
dalam mengontrol kadar glukosa. Penderita diabetes mengalami kerusakan
pada insulin yang mana insulin merupakan hormone yang mengubah
glukosa supaya bisa digunakan oleh sel-sel tubuh sebagai energi.
2. Apakah hubungannya kadar albumin yang tinggi dalam urine dengan
kesehatan seseorang ? Jelaskan !
Jawab: kadar albumin yang tinggi dalam urine menyebabkan gangguan
kesehatan yaitu gagal ginjal. Albumin merupakan salah satu protein utama
dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma.
Keberadaan jumlah albumin dalam urine dengan jumlah yang melebihi
batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya gangguan dalam
metabolisme tubuh.
3. Chlorida dalam urine berasal dari apa ? Jelaskan !
Jawab: Chlorida dalam urine berasal dari pengikatan ion Cl- oleh senyawa
perak nitrat, dan hal ini menunjukkan terdapatnya kandungan Clorida dalam
urine. Sebagian besar Cl- dalam tubuh berasal dari garam (NaCl) yang
terdapat dalam makanan yang dikonsumsi.
4. Berasal dari apa amonia dalam urine ? Enzim apa yang bekerja dalam
proses tersebut !
Jawab: Pada awalnya ammonia yang merupakan produk sisa dari
pembongkaran asam amino akan dialirkan menuju ke hati kemudian
ammonia akan bereaksi dengan ortinin dan karbon dioksida membentuk
strulin. Selanjutnya, strulin ini akan menangkap ammonia dan bereaksi
membentuk arginin. Kemudian, arginin akan dipecah oleh enzim arginase
membentuk urea, ortinin dan air. Enzim yang berperan adalah arginase.
5. Jelaskan bagaimana terbentuknya urea dalam tubuh ?
Jawab: Pertama-tama, di dalam metabolisme protein dihasilkan zat sisa
berupa NH3 yang bersifat racun dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Sebelum dikeluarkan, NH3 diubah menjadi senyawa tidak beracun dan
diikat oleh asam amino dan CO2 membentuk strulin. Lalu strulin tersebut
akan membentuk arginin. Di dalam organ hati (hepar) arginin diubah
menjadi ortinin dan urea.
6. Bagaimana mekanisme pengeluaran urea dari dalam tubuh ?
Jawab:
Pengeluaran urea terjadi saat urea diangkut oleh darah dan diserap oleh
ginjal serta dikeluarkan bersama urine. Pada proses pembentukan urine, urea
ikut difiltrasi dan direabsorpsi hingga berakhir dip roses augmentasi.
7. Apakah fungsi dari pelvis renalis ?
Jawab: fungsinya yaitu sebagai saluran untuk mengalirkan urin dari ginjal
menuju ke ureter.

Masalah II :

1. Dimanaka tempat terjadinya filtrasi ? Mengapa pada bagian tersebut dapat


berlangsung filtrasi sehingga terbentuk urine primer ?
Jawab: Filtrasi terjai di glomerulus di dalam kapsula bowman. Ukuran
saringan pada glomerulus membuat protein dan sel darah tidak bisa masuk
ke tubulus. Pada glomerulus terdapat sel-sel endothelium yang berfungsi
untuk memudahkan proses penyaringan. Pada proses filtrasi akan terjadi dua
penyaringan yang memisahkan dua zat yang berbeda. Zat bermolekul besar
beserta protein akan tetap mengalir di pembuluh darah sedangkan zat
sisanya akan tertahan di dalam. Kemudian zat sisa hasil penyaringan ini
disebut urine primer atau filtrate glomerulus.
2. Dimanakah tempat terjadinya reabsorpsi ? Bahan apa sajakah yang
direabsorpsi kembali oleh bagian tersebut ?
Jawab: Reabsorpsi terjadi di dalam tubulus kontortus proksimal. Zat-zat
yang direabsorpsi kembali oleh bagian tersebut antara lain air, glukosa,
asam amino, vitamin, serta berbagai jenis ion.
3. Apakah yang dimaksud dengan Agumentasi ? Dimanakah tempat
berlangsungnya proses tersebut ?
Jawab: Augmentasi adalah proses akhir dari proses pembentukan urine di
mana urine dan sisa-sisa zat makanan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh
akan dibuang pada proses ini. Terjadi di nefron ginjal, tepatnya di tubulus
kontortus distal.
4. Bahan apa sajakah yang mungkin ditemukan pada tubulus kontortus
proksimal ? Dan apa sajakah yang tidak dijumpai pada tubulus kontortus
distal ? Mengapa demikian !
Jawab: Bahan yang ditemukan pada tubulus kontortus proksimal: air (±99),
glukosa (0,1), Na+(0,3), Cl-(0,37), K+(0,02), sulfat (SO4)== (0,002),
Magnesium (Mg++) (0,0025), urea (0,03), asam urat (0,004), dan kreatin
(0,001)
Bahan yang tidak ditemukan pada tubulus kontortus distal: protein, lemak,
glikogen, dan glukosa
Karena protein dengan molekul makro seperti protein plasma (albumin,
globulin) dan benda-benda darah seperti sel-sel darah putih dan sel-sel darah
merah tidak dapat lolos dari kapiler. Sementara garam-garam anorganik
(Na+, K+, Cl-, HCO3-), air, dan bahan organik seperti urea, asam urat,
glukosa, asam amino dan lainnya dapat lolos dari kapiler dengan mudah
sehingga dapat ditemukan dalam tubulus kontortus proksimal. Sedangkan
sejumlah kecil glukosa yang lolos masuk ke tubulus kontortus proksimal,
akan mengalami reabsorbsi oleh tubulus kontortus proksimal dengan
mekanisme transpor aktif sehingga tidak ditemukan pada tubulus kontortus
distal.
5. Apa yang dimaksud dengan Diuretikum ? Makanan apa saja yang bersifat
demikian ?
Jawab: Diuretikum adalah bahan-bahan yang menyebabkan diuresis.
Makanan yang bersifat diuretikum adalah gula, kopi, daging.
6. Bagaimana hubungan antara konsentrasi hormon ADH dalam darah
terhadap volume urine seseorang ? Jelaskan !
Jawab: Pengeluaran hormon antidiuretikum oleh hipofisis bagian belakang
dipengaruhi oleh kadar air pada darah. jika darah kekurangan air, hipofisis
akan mengeluarkan ADH dan ADH mempengaruhi tubulus kolektor
menjadi permeabel. Karena itu, reabsorpsi air bertambah banyak sehingga
urin lebih pekat. Jika darah mengandung lebih banyak air, ADH tidak
dihasilkan karena itu reabsorpsi air pada tubulus kolektor sedikit. Karena itu
urin encer. Mekanisme ini mengatur keseimbangan air pada tubuh.
7. Jika dalam urine seseorang terhadap protein darah berarti kerusakan pada
daerah apa ?
Jawab: Glomerulus
Kesimpulan

1. Urine yang diuji tidak mengandung glukosa.


2. Urine yang diuji tidak mengandung albumin karena tidak menunjukkan
reaksi positif dengan asam nitrit.
3. Urine mengandung klorida bebas yang ditandai dengan adanya endapan
berwarna putih pada dasar tabung reaksi. Namun endapan tersebut tidak
banyak sekitar 1,5 cm.
4. Uji ammonia. Bau yang dapat dirasakan saat pemanasan urine tersebut
yaitu tercium seperti bau kedelai dan seperti rambut yang terbakar, hanya
saja bau tersebut tidak begitu menyengat. Bau urine tersebut semakin kuat
apabila pemanasan semakin lama atau hingga urine mendidih.
5. Uji urea. Kristal oksalat yang dapat praktikan amati melalui percobaan ini
yaitu berbentuk seperti jarum-jarum yang saling berlekatan.

Daftar Pustaka

Ganon, W.F. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi 14. Jakarta : EGC.

Hart, H., Craine, L.E. and Hart. D.J. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas.
Jakarta: Erlangga.

Syaifuddin. 2011. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi


Kedua. Jakarta: Salemba Medika.

Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Jakarta : Erlangga

Wilmar, M. 2000. Praktikum Urin, Penuntun Praktikum Biokimia. Jakarta: Widya


Medika.

Wyle, Linda. 2010. Esensial Anatomi dan Fisiologi Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai