Disusun oleh:
Kelompok 1
Nadhir Fakhrudin (20161113009)
Oki Safitri (20161113010)
Fitrotin Rosyidah (20161113015)
Dian Qonita (20161113020)
Aminatu Nasibah Ima (20161113021)
Dasar Teori
Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam
urin terkandung bermacam-macam zat, antara lain (1) zat sisa pembongkaran
protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat warna empedu yang
memberikan warna kuning pada urin, (3) garam, terutama NaCl, dan (4) zat-zat
yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat-obatan serta juga
kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon (Ethel,
2003).
Bahan
1. Larutan Benedict
2. Asam nitrit pekat (HNO3)
3. Larutan AgNO3 10%
4. Larutan Asam oksalat
5. Urine
Prosedur
Hasil Pengamatan
Pada uji glukosa bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gula pereduksi
dalam urine secara kualitatif dengan mengamati perubahan warna endapan yang
terjadi yaitu jika warna endapan hijau kadar glukosa 1%, endapan merah kadar
glukosa 1,5%, endapan orange kadar glukosa 2%, kuning kadar glukosa 5%.
Hasil dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan urine yang telah
dididihkan dan ditambahi dengan benedict sebanyak 8 tetes yang kemudian
dipanaskan tidak mengalami perubahan warna dan tidak terjadi endapan pada
dasar tabung reaksi. Hal ini berarti bahwa urine yang diuji tidak mengandung
glukosa.
Di dalam urine memang glukosa tidak boleh ada atau boleh ada hanya
dalam kadar yang sedikit. karena glukosa termasuk makromolekul yang tidak
dapat masuk di dalam ultrafiltrasi pada nefron ginjal. Pada proses pembentukan
urine terdiri dari tiga tahap yaitu filtrasi reabsorbsi dan augmentasi. Filtrasi terjadi
pada badan malphigi yang terdiri dari glomerulus dan kapsul bowman. Ginjal
memiliki satu juta nefron, sekitar 20% darah dari darah akan melalui ginjal untuk
disaring. Filtrasi yaitu proses penyaringan darah yang emngandung zat sisa
metabolisme yang dapat menjadi racun untuk tubuh. Darah yang mengalir melalui
pembuluh darah (arteri) ginjal. Kemudian melalui arteriol aferen darah masuk ke
glomerulus. Dalam proses filtrasi terjadi penyerapan urine pada glomerulus.
Ukuran saringan pada glomerulus akan membuat protein dan sel daah tidak bisa
masuk ke tubulus. Di dalamnya terdapat 2 penyaringan yaitu penyaringan yang
memisahkan dua zat berbeda. Zat bermolekul besar beserta protein akan tetap
mengalir di pembuluh darah sedangkan zat sisanya akan tertahan didalam.
Kemudian zat sisa hasil penyaringan disebut urine primer. Pada filtrasi
menghasilkan urine primer yang masih mengandung zat-zat yang masih
bermanfaat seperti glukosa, garam dan asam amino. Kandungan urine primer
adalah 900 gr air, 0 gr proterin, 1 gr glukosa, asam amino 0,5 gr, urea 0,3 gr dan
ion anorganik 7,3 gr. Urine primer/filtrate glomerulus akan dialirkan ke tubulus-
tubulus lewat anteriol dalam.
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogendi hati dan otot rangka.
Uji benedict yang dilakukan adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
pereduksi. Gula pereduksi meliputi meliputi semua jenis monosakarida dan
beberapa disakarida seperti laktosa dan maltose.
Pada uji albumin dalam urine bertujuan untuk memeriksa ada atau tidaknya
albumin dalam urine. Dengan menambahkan beberapa tetes urine ke dalam 5
asam nitrit pekat (HNO3) . Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan urine yang
diuji tidak mengandung albumin karena tidak menunjukkan reaksi positif dengan
asam nitrit. Bentuk reaksi positif maka akan terlihat adanya cincin berwarna putih
yang terdapat pada daerah kontak urine dan asam nitrit. Albumin adalah protein
utama dalam darah. Protein adalah blok pembangun pada semua bagian tubuh,
termasuk otot, tulang, rambut dan kuku. Protein dalam darah juga berfungsi
penting yaitu melindungi tubuh dari infeksi, membantu pembekuan darah, mejaga
jumlah cairan yang tepat agar beredar di seluruh tubuh.
Saat darah melewati ginjal yang sehat, ginjal menyaring produk limbah dan
meninggalkan zat yang dibutuhkan oleh tubuh seperti albumin dan protein lain.
Karena protein terlalu besar untuk melewati filter ginjal ke dalam urin. Namun
protein dari darah dapat Bocor ke dalam urine ketika filter dari ginjal yaitu
glomeruli rusak. Adanya albumin dalam jumlah yang tidak normal pada urine
disebut Proteinuria atau albuminuria yang merupakan tanda penyakit ginjal
kronis, yang dapat menyebabkan perdangan pada ginjal. Dalam keadaan normal,
konsentrasi albumin dalam urin berkisar 0-8 ml/dl.
Pada uji Clorida dalam urine bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
cholirda radikal dalam urine. Yaitu dengan meneteskan larutan AgNO3 ke dalam
5 ml urine yang ada dalam tabung reaksi. Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan.
urine mengandung klorida bebas yang ditandai dengan adanya endapan berwarna
putih pada dasar tabung reaksi. Namun endapan tersebut tidak banyak sekitar 1,5
cm. terbentuknya endapan putih inikarena terjadi pengikatan ion Cl- oleh senyawa
perak nitrat, dan hal ini menunjukkan terdapatnya kandungan klorida dalam urine
yang merupakan zat yang seharusnya memang harus ada dalam urine sebagai hasil
ekskresi sisa metabolisme dalam tubuh (Thenawijaya, 1995).
Pada uji amonia dalam urine, urine sebanyak 1 ml yang diletakkan di dalam
tabung reaksi lalu dipanaskan di atas api spirtus. Percobaan ini dilakukan untuk
mengetahui bau khas urine yang mengandung amonia. Bau yang dapat dirasakan
saat pemanasan urine tersebut yaitu tercium pesing dan sedikit seperti rambut
terbakar, hanya saja bau tersebut tidak begitu menyengat. Bau urine tersebut
semakin kuat apabila pemanasan semakin lama atau hingga urine mendidih.
Amonia adalah senyawa nitrogen dan hidrogen yang memiliki aroma tajam
dengan bau yang khas. Sebuah molekul ammonia terbentuk dari ion nitrogen
bermuatan negatif dan tiga ion hidrogen bermuatan positif, dan karena itu secara
kimia dipresentasikan sebagai NH3 (rumus kimia ammonia). Amonia dapat terjadi
secara alami atau dapat diproduksi. Bau urine normal disebabkan oleh asam
organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh
makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan
seperti pada ketonuria (Wilmar, 2000).
Pengujian yang terakhir pada percobaan ini yaitu uji urea pada urine yang
bertujuan untuk mengamati kristal oksalat yang terbentuk. Kristal oksalat dapat
terbentuk setelah urine dibiarkan menguap dan ditetesi larutan jenuh asam oksalat
sampai menutupi permukaan urine yang diletakkan di objek glass dan telah
menguap tersebut. Urea merupakan produk akhir normal dari metabolisme protein
yang berbentuk padat, larut dalam air, dan tidak berwarna (Hart, 2003) dan
merupakan produk akhir dari metabolisme protein (Pearce, 2003). Pada kondisi
tertentu dalam air, urea mempunyai ion amonium yang dapat berubah menjadi
nitrit yang bersifat racun. Terbentuknya Kristal oksalat pada urine menunjukkan
bahwa hal tersebut normal karena apabila pada urine yang dikeluarkan tidak
mengandung kristal oksalat yang dikeluarkan, maka orang tersebut akan
mengalami gangguan, khususnya di dalam hati (hepar). Di dalam hati (hepar)
akan menumpuk kristal-kristal oksalat karena Kristal oksalat berasal dari urea dan
urea sendiri terbentuk di hati (hepar). Kristal oksalat yang dapat praktikan amati
melalui percobaan ini yaitu berbentuk seperti jarum-jarum yang saling berlekatan.
Diskusi
Masalah I :
Masalah II :
Daftar Pustaka
Hart, H., Craine, L.E. and Hart. D.J. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas.
Jakarta: Erlangga.
Wyle, Linda. 2010. Esensial Anatomi dan Fisiologi Edisi Kedua. Jakarta: EGC.